Satuan Acara Penyuluhan Kolelitiasis
Satuan Acara Penyuluhan Kolelitiasis
OLEH
KELOMPOK I :
Anggi Pramudya
14121953
14121957
Azri Idriyas
14121966
Cahya Delfia
14121954
Chyntia Maretha E.
14121969
Defnitya Vinorra
14121938
Difa Aidila
14121931
KELAS 2B
SI KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2016
Materi Kuliah
: Sistem Pencernaan
Pokok bahasan
Sasaran
: Masyarakat Siteba
Penyuluh
Waktu
Hari/Tanggal
Tempat
: Lokal O
A. Latar Belakang
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas. Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada di
Inggris dan 50.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Kasus batu empedu sering
ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa. Setiap tahun
beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan.
Dua per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak
mempunyai keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-4%.
Sementara pasien dengan gejala simtomatik batu empedu mengalami komplikasi 12% dan
50% mengalami nyeri kolik pada episode selanjutnya. Risiko penderita batu empedu
untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu
empedu menimbulkan masalah serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk
mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena
belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan
ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat
operasi untuk tujuan yang lain.
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut
dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran
empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Pada beberapa keadaan, batu
saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik
tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan
pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat.
Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan
lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik. Pada sekitar 80%
dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar dari batu empedu. Biasanya batu batu ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat atau bilirubinat, tetapi jarang batubatu ini murni dari satu komponen saja.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami tentang
penyakit Kolelitiasis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
a. Mengetahui pengertian kolelitialisis
b. Mengetahui penyebab kolelitialisis
c. Mengetahui tanda dan gejala kolelitialisis
d. Mengetahui bagaimana pencegahan kolelitialisis
e. Mengetahui cara pengobatan kolelitialisis
C. Penatalaksanaan Kegiatan
1. Sasaran
Masyarakat Siteba
2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi / Tanya Jawab
3. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
c. Microfon
d. LCD
4. Waktu Penyuluhan
Hari / Tanggal
: Selasa / 22 Februari 2016
Jam
Tempat
5. Pengorganisasian
a. Moderator
b. Presenter
c. Observer
d. Fasilitator
6. Setting Tempat
Keterangan :
= Presenter
= Observer
= Moderator
= Audiens
D. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Pada acara pembukaan
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan anggota dan dosen pembimbing akademik
3) Menjelakan tujuan dan topik
4) Menjelaskan tata tertib dalam penyuluhan
5) Menjelaskan kontrak waktu
= Fasilitator
b. Kegiatan inti
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak
dipahami
2) Memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk menjawab atas
pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c. Pada acara penutupan
1) Menyimpulkan dan melakukan evaluasi penyuluhan
2) Mengucapkan salam
2. Presenter
a. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan disajikan
b. Menyampaikan materi penyuluhan yang telah disiapkan
c. Memberikan reinforcement positif terhadap peserta tentang pendapatnya
3. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Membagikan leaflet pada setiap peserta
d. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan
4. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
E. Kegiatan Penyuluhan
No
.
1.
Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan
Moderator memberikan
Kegiatan Audiens
Menjawab salam
salam
Moderator memperkenalkan
pembimbing
Moderator menjelaskan
tujuan penyuluhan
Mengkaji pengetahuan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pendapat
Mendengarkan
Waktu
5 menit
2.
Pelaksanaan
Menggali pengetahuan
tentang pengertian
kolelitialisis
Memberikan reinforcment
positif
Menjelaskan pengertian
kolelitialisis
Menggali pengetahuan
pendapat
Mendengarkan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pendapat
tentang penyebab
kolelitialisis
Memberikan reinforcement
positif
Menjelaskan penyebab
kolelitialisis
Menggali pengetahuan
tentang tanda dan gejala
kolelitialisis
Memberikan reinforcement
positif
Menjelaskan tentang tanda
Mendengarkan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pendapat
Mendengarkan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
Mengemukakan
pendapat
Mendengarkan
Mendengarkan dan
memperhatikan
Mengemukakan
pencegahan kolelitialisis
Menggali pengetahuan
pendapat
Mendengarkan
kolelitialisis
Memberikan reinforcement
Mendengarkan dan
positif
Menjelaskan tentang
memperhatikan
Bertanya jika ada
pengobatan kolelitialisis
Mempersilakan audiens
Mendengarkan dan
tentang pengobatan
bertanya
memperhatikan
20 menit
3.
Penutup
Bersama peserta
Ikut menyimpulkan
5 menit
materi
telah diberikan
Menutup dan memberi salam
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
F. Evaluasi
Kriteria Hasil
a. Evaluasi Struktur
Diharapkan penyuluh dan peserta dapat hadir sesuai dengan waktu yang
direncanakan
Diharapkan setting tempat teratur, media serta alat alat untuk penyuluhan
berlangsung
Selama proses berlangsung diharapkan peserta penyuluhan mengikuti kegiatan
G. Materi ( Lampiran )
PENYAKIT KOLELITIASIS
1. Pengertian
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001). Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price
& Wilson, 2005).
Cholelithiasis (batu empedu) adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung
empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus
kistik, menyebabkan distensi kandung kemih (Doenges, M. 1999).
2. Penyebab
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi,
tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu.
Kondisi klinis yang dikaitkan dengan semakin meningkatnya insiden batu
empedu adalah diabetes, sirosis hati, pangkreatitis, kanker kandung empedu dan
penyakit/reseksi ileum. faktor lainnya adalah obesitas, multipararitas, pertambahan usia,
jenis kelamin perempuan dan ingesti segera makanan yang mengandung kalori
rendah/lemak rendah.
3. Tanda dan Gejala
b. Pencegahan Sekunder
Batu empedu dapat dicegah dengan mengghindari diet ketat karena bisa
menyebabkan munculnya batu empedu akibat peningkatan pelepasan kolesterol dari
hati kedalam empedu.. Batasi makanan tinggi lemak dan tingkatkan asupan serat serta
aktivitas fisik untuk mengurangi risiko terjadinya batu empedu.
Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan KB oral, terapi sulih
hormon, dan obat penurun kolesterol karena obat-obatan tersebut terbukti dapat
meningkatkan pelepasan kolesterol ke dalam empedu.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit
dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain. Pencegahan tersier dapat dilakukan
dengan memerhatikan asupan makanan. Intake rendah klorida, kehilangan berat
badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan
terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi
kandung empedu.
5. Pengobatan
1) Penanggulangan non bedah
Disolusi Medis
Adalah cara penghancuran batu dengan pemberian obat-obatan oral.
Pemberian obat-obatan ini dapat menghancurkan batu pada 60% pasien
dengan kolelitiasis, terutama batu yang kecil. Angka kekambuhan mencapai
lebih kurang 10%, terjadi dalam 3-5 tahun setelah terapi.
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi nonoperatif
diantaranya batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu,
fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi ini
tidak dianjurkan, kecuali pada anak-anak dengan risiko tinggi untuk menjalani
operasi.
ERCP,
suatu
endoskop
dimasukkan
melalui
mulut,
2) Penanggulangan bedah
Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien
dengan kolelitiasis. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi
adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas
yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling
umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut.
Kolesistektomi laparoskopik
80-90% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena
memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk
operasi
normal)
dengan
mengurangi
komplikasi
pada
jantung
dan
DAFTAR PUSTAKA
DiGiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah DeMYSTiFieD, Ed 1. Yogyakarta :
Rapha Publishing
Long C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan)
Bandung : Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Smeltzer C. Suzannne. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta : EGC.
Doenges, EM. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta
:EGC.
Price, S.A. R. Wilson CL. 1991.Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process,Alih
Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses - Proses Penyakit, Jakarta
:EGC.
Soeparman.1995.Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua. Jakarta :Balai Penerbit
FKUI.. 2010.laporanpendahuluanapendiksitis.blogspot.com
Dr. H. Y. Kuncara Aplikasi klinis patofisiologi: Pemeriksaan dan manajemen, edisi 2: 2009;
Buku kedokteran: EGC
No
Nama Peserta
Alamat
Tanda Tangan