KOLELITIASIS
DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 definisi
2.2 etiologi kolelitiasis
2.3 patofisiologi
2.4 klasifikasi
2.5 komplikasi
2.6 faktor resiko
2.7 pemeriksaan penunjang
2.8 penatalaksanaan
BAB III KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan
5.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kolelitiasis
2. Untuk Mengetahui Etiologi dari Kolelitiasis
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Kolelitiasis
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi dari Kolelitiasis
5. Untuk Mengetahui Komplikasi dari Kolelitiasis
6. Untuk Mengetahui Faktor Resiko dari Kolelitiasi
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis
8. Untuk Mengetahui Penelatalaksanaan dari Kolelitiasis
1.4 Manfaat
1. Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana penyebab penyakit Kolelitiasis dan bagaimana mencegah penyakit
Kolelitiasis
2. Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit Kolelitiasis serta asuhan keperawatan sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
3. Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan tentang Kolelitiasis
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mi rip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu. (Sjamsuhidajat,2005).
Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau saluran
kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolestrol (Williams, 2003)
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau
di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu
kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu.
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling penting adalah
gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu. (Sjamsuhidajat,2005)
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap
berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi
tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena bertambahnya
pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu,
kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu
dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal
kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau
terjadi sekresi lesitin, me rupakan keadaan yang litogenik. (Schwartz,2000)
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol. Pada
tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan
membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen
parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan. (Schwartz,2000)
a. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat oleh batu
empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
b. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang menyebar melalui
saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.
c. Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu. Dalam
keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya. Hidrops biasanya
disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada kandung
empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
d. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa dan
membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah ini. Namun, semakin banyak
faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain :
a. Jenis kelamin
Wanita memiliki resiko 3 kali lipat terkena kolitiasis dibandingkan pria. Ini dikarenakan hormon
estrogen berpengaruh terhadap peningkatan ekskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan,
yang meningkatkan kadar estrogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormon (estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan
penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia
>60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang usia yang lebih
muda.
c. Berat badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/pengosongan kandung
empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gastrointestinal)
mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan
kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan
tanpa riwayat keluarga.
f. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini
mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
g. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel
sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi,
karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu
menjadi meningkat dalam kandung empedu.
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
3. USG, kolesistografi
1. Disolusi medis
Harus memenuhi kriteria terapi non operatif, seperti batu kolestrol diameternya <20mm dan batu <4
batu, fungsi kandung empedu baik, dan duktus sistik paten.
2. Endoscopic Retrograde Cholangia Pancreatography (ERCP)
Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon ekstraksi melalui muara
yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu
besar, batu yang terjepit di saluran empedu atau batu yang terletak di atas saluran empedu yang
sempit diperlukan prosedur endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi seperti pemecahan batu
dengan litotripsi mekanik dan litotripsi leser.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan pemecahan batu dengan gelombang suara.
Penanganan Bedah
1. Kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis sistomatik.
Indikasi paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik bilaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar,
berdiameter lebuh dari 2 cm, kelebihan yang diperoleh pasien luka operasi kecil (2-10mm) sehingga
nyeri paska bedah minimal.
BAB III
KASUS
Tn. A datang dengan keluhan panas dan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri seperti
ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul kadang nyeri hilang sendiri,
kemudian kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di USG dan di diagnosa batu empedu. Pasien menolak
untuk operasi dan minta pulang, selama 5 tahun nyeri sering kumat-kumatan, setiap kumat pasien memeriksakan
ke dokter dan diberi obat pengurang nyeri, dalam 1 tahun terakhir kumat 2 kali, terakhir kumat 3 bulan yang
lalu, kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk RS pasien mendadak panas, panas hilang timbul di periksakan
ke dokter pada 1hari di RS di USG di diagnosa batu empedu, diberi obat penurun panas dan penggurang nyeri,
tetapi sakit tidak berkurang.
BAB IV PEM/
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (Adult Nursing Assessment)
Tanggal dan jam pengkajian : 01 Mei 2019 Tanggal & Jam MRS : 01 Mei 2019
Ruang/kelas : No RM : 00xxx
Dx. Medis : kolelitiasis
Keluhan Utama :
Tn. A datang dengan keluhan panas dan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri
seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul kadang nyeri
hilang sendiri
Genogram :
B4 Kebersihan : Bersih
BLED Kandung kemih : tidak Keras Nyeri tekan : Tidak Ada
DER/ Eliminasi uri
SMRS Frek : 5-7 kali jumlah : ± 2000 cc warna : Kuning Jernih
Eliminasi uri MRS Frek : 3-4 kali jumlah : ± 1200 cc warna : Kuning
/ Laboratorium :
/ Terapi/tindakan lain :
a. Terapi
Na Dosis Indikasi
m
a
Tgl.
b. Tindakan lain
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta. Mediaction
No Name. 2011. Gambaran Penderita Batu Empedu (Kolelitiasis) Di Rumah Sakit Abdul
Moeloek Bandar Lampung Periode Januari 2010-2011 (Karya Tulis Ilmiah). Universitas
Malahayati: Fakultas Kedokteran, Bandar Lampung.