Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya. Karena ketika dalam

keadaan sehat, pasti kita bisa membahagiakan orang lain dengan cara apapun.

Tetapi ketika dalam keadaan sakit seolah-olah seluruh keluarga yang kita sayangi

ikut merasakannya, bukan hanya secara mental, tetapi juga tenaga, keuangan dan

pikiran.

Suatu penyakit bisa menyerang siapa saja, baik orang dewasa, orang yang

usianya sudah tua bahkan, anak kecil juga bisa terkena penyakit. Sakit bukanlah

harapan bagi semua orang, tetapi hal tersebut tidak bisa melepaskannya dari sisi

kehidupan manusia didunia ini. Pada hakikatnya, sakit adalah panenan di masa

tua. Bahwa apa yang telah kita tanam dimasa muda, itulah yang akan menjadi

panen dimasa tua nanti.

Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah yang penting di semua

negara di dunia khususnya di negara barat. Angka kejadiannya lebih dari 20%

populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia (Keshav,2004). Di

negara Barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi orang

dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin (20%-40%) dan rendah di negara

Asia (3%-4%). (Robbins,2007).

1
2

Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu

tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu

menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder.

Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam

saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik tanpa melibatkan kandung empedu. 

Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia

dibandingkan dengan pasien di negara Barat.

Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar dari

batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat

atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu komponen saja.

Di Indonesia, penyakit batu empedu masih kurang mendapat perhatian

dibandingkan dengan penyakit hati lainnya seperti hepatitis virus kronik, sirosis

hati dan karsinoma hepatoseluer. Padahal gejala dan komplikasi penyakit batu

empedu juga mempunyai dampak terhadap biaya kesehatan.

Sedangkan bila dibandingkan Amerika, ternyata biaya pengobatan komplikasi

penyakit batu empedu sudah termasuk kelainan saluran cerna termahal dan

melebihi kombinasi biaya penyakit hati lainnya.

Batu empedu biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur – unsur

pasat yang membentuk cairan empedu; batu empedu memiliki ukuran, bentuk, dan

komposisi yang berfariasi. Ada yang berukuran hanya sebesar butir pasir, bahkan

sampai ada yang sebesar bola golf. Batu empedu tidak lazim di jumpai pada anak

– anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu dengan
3

usia di atas 40 tahun. Sesudah itu, insiden kolelitiasis semakin meningkat hingga

satu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang akan

terkena batu empedu. (Brunner & Suddarth : 2011)

Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru

Ultrasonografi (USG) maka banyak penderita batu kandung empedu yang

ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi

yang bisa menyebabkan kematian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya

dalam sebuah karangan ilmiah ini dengan judul “MENGENAL PENYAKIT

KOLELITIASIS DAN CARA PENCEGAHANNYA”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis perlu merumuskan masalah

yang akan dibahas agar tidak keluar dari pembahasan, seperti yang disajikan

dalam bentuk pertanyaan berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kolelitiasis?

2. Bagaimana penyakit kolelitiasis terjadi?

3. Bagaimana cara mencegah penyakit kolelitiasis?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pembuatan

karangan ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud penyakit kolelitiasis.


4

2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya penyakit kolelitiasis.

3. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit kolelitiasis.

D. Metode dan Teknik Penulisan

a. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan karangan ilmiah ini adalah

metode deskriptif , yaitu menggambarkan keadaan dengan kata-kata secara

jelas dan terperinci. (KBBI edisi v, 2013:320)

b. Teknik Penulisan

Teknik yang digunakan dalam penyusunan karangan ilmiah ini adalah teknik

bibliografi, yaitu daftar buku atau karangan yang merupakan sumber rujukan

dari sebuah penulisan atau karangan atau daftar suatu objek ilmu atau daftar

pustaka (KBBI edisi ke v, 2013:187)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah ini dan supaya mendapatkan

susunan yang sistematis, maka penulis membaginya menjadi empat bab,

diantaranya yaitu :

BAB I PENDAHULUAN, meliputi :

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Metode dan Teknik Penelitian


5

E. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORITIS, meliputi :

A. Pengertian penyakit kolelitiasis.

B. Penyebab terbentuknya penyakit kolelitiasis.

C. Langkah pengobatan untuk mengatasi penyakit kolelitiasis.

D. Gejala penyakit kolelitiasis.

BAB III PEMBAHASAN, meliputi :

A. Mengenal penyakit kolelitiasis dan cara pencegahannya.

B. Dampak terjadinya penyakit kolelitiasis dan cara pencegahannya

secara medis dan tradisional.

BAB IV PENUTUP, meliputi :

A. Simpulan

B. Saran
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT KOLELITIASIS

1. Pengertian Kolelitiasis

Kolesistitis ( ko - luh - sis - tie - tis ) adalah peradangan kandung

empedu. Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya batu empedu, gallstones,

biliarycalculus. Batu Empedu (kolelitiasis) adalah adanya batu yang terdapat

pada kandung empedu. Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah

pir kecil yang terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati.

.Batu empedu yang berada di kandung empedu disebut sebagai batu kandung

empedu, atau dalam istilah medis disebut sebagai cholelithiasis. Batu empedu

dalam bahasa Inggris adalah gallstone, dan batu kandung empedu adalah gall

stones

Empedu adalah cairan dalam kantong empedu yang berperan dalam

pencernaan lemak. Jika cairan ini mengeras, maka akan terbentuk batu

empedu.

Batu empedu adalah salah satu masalah kesehatan yang terjadi tanpa

gejala. Hampir 50% penderita batu empedu tidak merasakan gejala apa-apa,

30% merasakan gejala nyeri dan 20% berkembang menjadi komplikasi.

Sebagian besar penderita batu empedu, didiagnosa menderita maag

7
8

dikarenakan rasa nyeri pada ulu hati, padahal secara anatomi empedu

terletak pada perut sebelah kanan atas.

Saat ini jumlah penderita batu empedu ini cenderung meningkat karena

perubahan pola gaya hidup, seperti misalnya banyaknya makanan cepat saji

(fast food) yang dapat menyebabkan kegemukan yang merupakan faktor

terjadinya batu empedu. Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah

pir kecil yang terletak di perut sebelah kanan dan tersembunyi di bawah

hati, yang menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Ketika

makan, kandung empedu akan menciut (kontraksi) dan mengeluarkan cairan

empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu

berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin (vit. A,D, E, dan K).

Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam

kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian cairan

empedu yang memasuki usus halus diteruskan dan dikeluarkan melalui feses.

Kelainan utama kandung empedu adalah terbentuknya batu, yang terjadi

karena perubahan secara kimiawi pada empedu. Batu ini terbentuk dari

endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras,

namun paling banyak terbentuk dari kolesterol.

Bentuk dan warna batu empedu bermacam- macam. Dari kolesteol

berwarna kuning dan mengkilat seperti minyak, batu dari pigmen bilirubin

akan berwarna hitam dan keras atau berwarna coklat tua dan rapuh.

Ukurannya bervariasi, dari yang kecil berupa seperti butiran pasir hingga
9

sebesar batu kerikil tetapi biasanya berdiamteter 1-2 cm. Jumlah batu yang

terbentuk dalam kantong empedu juga bervariasi, misalnya ada orang yang

hanya memiliki satu buah batu dan ada yang lebih banyak.

Menurut Tabib M.H Anugerah Yusuf, batu empedu adalah substansi

seperti batu berukuran kecil yang berada di dalam kantung empedu. Substansi

ini terbuat dari empedu yang mengeras, yang dihasilkan dalam hati. Empedu

adalah cairan pencernaan yang runtuh dan mencerna lemak dalam tubuh.

Terbuat dari kolesterol, air, lemak, garam empedu dan bilirubin (produk

limbah sel-sel darah merah yang hancur), empedu dihasilkan di dalam hati

dan disimpan dalam kantung empedu untuk mengencerkan kolesterol

berlemak yang dialirkan melalui saluran. Batu empedu terjadi ketika terdapat

terlalu banyak kolesterol, bilirubin atau garam empedu, menyebabkan

empedu cair kurang berair. Hal ini menyebabkan pengerasan dan

pembentukan batu empedu. Terdapat dua jenis batu empedu yang dikenal

dengan batu kolesterol atau batu pigmen.

Menurut Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, empedu merupakan

campuran dari asam empedu, protein,garam-garam kalsium, pigmen dan

unsur lemak yang disebut kolesterol.Sebagian dari empedu yang memasuki

usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses. Kelainan utama

yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya batu. Hal ini

juga dapat terjadi pada saluran empedu. Batu empedu disebabkan oleh

perubahan secara kimiawi pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk


10

dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras,

namun kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari kolesterol.

Dari definisi – definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa atu empedu

(kolelitiasis) adalah substansi seperti batu berukuran kecil yang berada

didalam kantung empedu. Substansi ini terbuat dari empedu yang mengeras,

yang dihasilkan dalam hati. Kandung empedu merupakan organ berbentuk

buah pir kecil yang terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah

hati. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati.

Kandung empedu bisa menyimpan sekitar 0,4 liter empedu. Hati

menghasilkan sekitar satu liter empedu setiap hari. Selama makan, kandung

empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan

empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu

berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D,

E, dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-

garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol.

Menurut buku jangan sepelekan radang empedu bahwa diagnosa batu

empedu ditegakkan berdasarkan gejala – gejala dan hasil dari pemeriksaan

tertentu. Pemeriksaan USG bias membantu memperkuat adanya batu empedu

dalam kandung empedu dan bisa menunjukan penebalan pada dinding

kandung empedu. Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan

skintigrafi hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran

empedu, kandung empedu, dan bagian atas usus halus. Jika diagnosis sudah
11

pasti dan risikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat

kandung empedu pada hari pertama atau kedua. Namun jika penderita

memiliki penyakit lainnya yang meningkatkan risiko pembedahan, operasi

ditunda dan dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Jika serangannya

merede, kandung empedu bias diangkat 6 minggu kemudian atau lebih.

Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam

kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa

unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam

kandung empedu.

Penyakit batu empedu termasuk dalam kategori silent disease. Artinya,

penyakit ini tertutup dan terkadang baru bias diketahui setelah berjalan cukup

lama. Untungnya penyakit ini masih tergolong penyakit tidak berbahaya.

Setelah batu empedu diangkat, dua atau tiga hari kemudian pasien sudah bisa

pulih kembali. Namun tetap harus jaga pola makan dan berat badan.

Untuk batu empedu ini, jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu

dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang – timbul bisa dihindari atau

dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Karena

gaya hidup yang tidak sehat, yang tidak melakukan diet sehat serta jumlah

aktivitas fisik harian yang terbatas akan mempertinggi risiko terjadinya betu

empedu.
12

B. Penyebab Terbentuknya Penyakit Kolelitiasis

Batu empedu diduga terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang

tertimbun dalam cairan empedu. Hal ini terjadi karena adanya

ketidakseimbangan antara kolestrol dan senyawa kimia dalam cairan tersebut.

Batu empedu umumnya tidak menyebabkan sakit, jadi tidak

membutuhkan penanganan khusus. Tetapi jika batu ini menyumbat saluran

kantong empedu, penderita akan mengalami gejala sakit pada bagian kanan

perut yang datang secara tiba-tiba atau istilah medisnya kolik bilier.

Berikut adalah faktor-faktor yadung dapat meningkatkan risiko terkena

batu empedu:

 Faktor usia. Risiko penyakit batu empedu akan bertambah seiring usia.

Penyakit ini umumnya dialami orang yang berusia di atas 40 tahun. Hal

ini disebabkan oleh fungsi tubuh seperti sistem pencernaan menurun

seiring dengan bertambahnya usia, serta kurangnya aktivitas fisik dan

olahraga ketika seseorang bertambah tua.

 Jenis kelamin. Perempuan memiliki resiko lebih tinggi terkena batu

empedu. Hal ini karena empedu dianggap memiliki indeks massa tubuh

yang lebih tinggi dan tidak banyak bergerak dibandingkan dengan laki –

laki. Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun, memiliki berat badan

berlebih, dan telah memiliki anak, maka akan memiliki kerentanan yang

lebih tinggi terhadap penyakit batu empedu. Meskipun begitu, bukan


13

berarti laki – laki menjadi kebal terhadap munculnya penyakit batu

empedu. Oleh karena itu, perempuan dianjurkan untuk lebih banyak

bergerak dan memantau indeks massa tubuh sebagai salah satu langkah

pencegahan terjadinya batu empedu.

 Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki resiko

lebih tinggi. Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar

kolesterol akibat perubahan hormon selama masa kehamilan.

 Pengaruh berat badan. Risiko akan meningkat jika mengalami kelebihan

berat badan atau obesitas.

 Pola makan banyak mengandung minyak. Orang gemuk memang tidak

langsung mengalami batu empedu, tapi ada faktor lain yang ikut

berpengaruh. Salah satunya adalah dipengaruhi oleh pola makan yang

mengandung minyak. Faktor minyak dalam makanan menyebabkan hati

tidak dapat bekerja dengan baik. Faktor kedua adalah empedu bekerja

kurang baik sehingga memudahkan empedu gampang mengendap.

 Riwayat keluarga. Genetika juga memiliki peran dalam meningkatkan

risiko terjadinya batu empedu. Jadi, riwayat keluarga juga perlu

diperhatikan jika seseorang ingin melakukan langkah – langkah

pencegahan batu empedu seperti dengan melakukan diet sehat,

mengendalikan berat badan, dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.

 Hormon estrogen. Perempuan yang mengambil pil KB atau terapi hormon

estrogen dalam dosis tinggi setelah menopause cenderung mengalami

peningkatan risiko terkena batu empedu.


14

C. Langkah Pengobatan Untuk Mengatasi Penyakit Kolelitiasis

Keberadaan batu empedu biasanya tidak mengganggu kesehatan. Tetapi

jika menyebabkan gejala yang mengganggu atau jika terjadi komplikasi,

penyakit ini harus ditangani dengan serius sebelum menyebabkan kematian.

Penanganan untuk batu empedu umumnya dengan operasi pengangkatan

kantong empedu. Walau fungsi organ ini penting, tubuh kita tetap bisa

bertahan tanpa memilikinya. Tanpa kantong empedu, hati akan tetap

mengeluarkan cairan empedu yang membantu dalam pencernaan lemak.

Jenis operasi yang umum direkomendasikan adalah operasi ‘lubang

kunci’ atau istilah medisnya kolesistektomi laparoskopik. Jenis operasi ini

dianjurkan karena metodenya yang sederhana dengan tingkat resiko

komplikasi yang rendah.

Batu empedu yang hadir tanpa gejala biasanya tidak memerlukan

intervensi medis. Dalam kasus tertentu (seperti pembedahan perut untuk

kondisi lain), pengangkatan kandung empedu dapat dipertimbangkan untuk

orang yang berisiko tinggi komplikasi batu empedu. Pengobatan tergantung

pada ukuran dan lokasi batu empedu, tetapi mungkin termasuk:

 Membatasi atau menghilangkan makanan berlemak seperti produk susu.

 Untuk menghapus seluruh kandung empedu, atau batu dari saluran

empedu. Sekitar delapan dari 10 kasus menunjukkan gejala batu empedu

akan membutuhkan operasi. Prosedur mencakup ‘lubang kunci’

(laparoskopi) operasi dan bedah perut (laparotomi), dimana kandung

empedu diangkat melalui sayatan di perut.


15

 Beberapa obat dapat melarutkan batu empedu, tetapi pengobatan ini hanya

jarang diberikan, karena efek samping dan tingkat keberhasilan variabel.

Pengobatan yang biasa dilakukan para dokter untuk batu empedu adalah

dengan pembedahan. Itupun hanya dilakukan bila terdapat gejala – gejala.

Untungnya penderita penyakit batu empedu saat ini tidak perlu lagi cemas

untuk mengangkat batu yang menggangu kesehatannya. Karena upaya

penanggulanan masalah penyakit batu empedu ini mengalami peningkatan

dari masa ke masa. Penanganan masalah batu empedu yang sebelumnya harus

dilakukan dengan bedah konvensional, sekarang sudah bisa dilakukan dengan

bedah laparoskopik.

Namun apabila batu tersebut berjenis batu kolesterol bisa digunakan obat

– obatan khusus. Penggunaan obat – obatan ini membutuhkan ketaatan pasien

minum obat – obatan tersebut.

Dalam hal diagnosis pun kini mengalami perkembangan cukup pesat.

Kalua sebelumnya dilakukan dengan ultrasound, kini dikembangkan metode

endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) yang memiliki

sensitivitas lebih baik. Teknik ini memiliki sensitivitas 90 persen dalam

mendeteksi batu di saluran empedu.

D. Gejala Penyakit Kolelitiasis

Batu empedu umumnya tidak menyebabkan penyakit. Gejala hanya

muncul jika batu ini menyumbat saluran kantong empedu atau saluran
16

pencernaan lainnya. Gejala utama yang biasanya dialami adalah sakit perut

yang datang secara tiba-tiba atau disebut dengan kolik bilier.

Rasa sakit ini dapat terjadi pada beberapa bagian perut. Di antaranya

adalah bagian tengah perut atau di atas kanan perut. Rasa sakit ini juga bisa

menyebar ke sisi tubuh atau tulang belikat. Gejala sakit perut ini juga

bervariasi, misalnya:

 Dapat muncul kapan saja.

 Dapat berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam.

 Tidak akan berkurang meski sudah ke toilet, kentut, atau muntah.

 Frekuensi kemunculannya jarang tapi bisa dipicu oleh makanan dengan

kadar lemak yang tinggi.

Bila gejala yang terasa tidak nyaman ini tidak cepat-cepat diobati, bisa-

bisa terjadi pembungkusan kandung empedu, yang selanjutnya kandung

empedu itu bisa pecah, sehingga membuat penderita semakin membutuhkan

pertolongan medis. Namun biasanya lebih banyak penyakit empedu ini tidak

memperlihatkan gejala buruk. Hal ini mungkin karena batu empedu itu tidak

mengganggu kandung empedunya. Meski sudah ada batu empedunya, tapi

karena masih kecil, sehingga penderitanya masih belum merasakan akibat

dari penyakit itu.

Gejala itu baru akan baru dirasakan bila saluran empedu sudah tersumbat

oleh batu empedu. Munculnya penyumbatan pada saluran empedu bisa


17

menimbulkan penyakit gejala kuning. Sumbatan ini bisa pula terjadi karena

yang menjadi faktor penyumbat itu adalah cacing gelang yang berada diusus,

mungkin mereka masih tersesat di daerah itu.

Jika batu empedu menyebabkan penyumbatan pada salah satu saluran

pencernaan, gejala-gejala berikut dapat muncul:

 Sakit perut yang terus-menerus atau selalu kembali.

 Demam tinggi.

 Sakit kuning

 Detak jantung yang cepat.

 Gatal-gatal pada kulit.

 Kehilangan nafsu makan.

 Mual dan muntah.

Meski secara normal adanya batu empedu ini tidak menampilkan gejala

sakit, tapi dengan semakin membesarnya batu dalam kandung empedu, lama

kelamaan akan menimbulkan gejala. Gejala itu baru muncul bila si penderita

habis makan makanan yang berlemak atau sedang tengah malam.

Gejala perut terasa kembung, rasa melilit di sekeliling pinggang, disertai

demam dan keluarnya keringat dingin. Pada saat itu pula terlihat pada

beberapa organ tubuh seperti bola mata, permukaan kulit tampak kekuning-

kuningan. Disinilah para medis semisal tenaga dokter yang menangani

penderita ini mengira si penderita mengalami serangan hepatitis atau penyakit


18

kuning. Namun untuk memastikan yang bersangkutan perlu melakukan

pemeriksaan yang intensif, seperti dengan menggunakan alat penyinaran USG

sampai usus dan pankreas penderita harus diperiksa lebih lanjut. Bila sudah

dapat dipastikan bahwa si penderita terkena serangan batu empedu, maka

tindakan yang sifatnya pengurangan dan peniadaan penyakit itu baru akan di

lakukan.

Banyak pasien yang tak sadar bahwa dirinya sering mengeluh sakit maag,

padahal sebenarnya mengalami sakit batu empedu. Faktanya, gejala sakit batu

empedu memang mirip sekali dengan sakit maag. Tak sedikit penderita

kerap bolak-balik ke dokter dan diberi obat maag, tapi tak kunjung

membaik. Hal itu dapat terjadi karena keluhan dirasakan di tempat yang

berdekatan, yakni lambung dan kantong empedu, dimana keduanya terletak di

ulu hati. Jika salah satu organ ini mengalami peradangan, rasanya hampir

sama. Orang banyak mengira maag dan kembung. Tetapi setelah beberapa

kali pemeriksaan ternyata ada batu di kantung atau saluran empedunya.

Penderita seringkali merasakan muntah dan mual. Jika terjadi infeksi

bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam,

menggigil dan sakit kuning. Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan

jarang terjadi infeksi.

Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri

akibat penyumbatan kandung empedu. Penyumbatan menetap di duktus

sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu. Batu empedu


19

yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan

pankreas, nyeri, dan mungkin juga infeksi.

Kadang nyeri yang hilang – timbul kambuh kembali setelah kandung

empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di

dalam saluran empedu utama. Batu empedu berukuran kecil lebih berbahaya

di bandingkan batu empedu yang berukuran besar. Karena yang kecil

berpeluang berpindah tempat atau berkelana ke tempat lain dan memicu

masalah lainnya.

Sakit batu empedu yang dialami penderita Asia dan Barat dipicu oleh

penyebab berbeda. Riset menunjukkan, penyakit batu empedu di Asia

umumnya disebabkan infeksi di saluran pencernaan, sementara di Barat

dipicu empat faktor risiko, yakni jenis kelamin wanita, usia di atas 40

tahun, diet tinggi lemak, dan kesuburuan.

Secara umum gejala – gejala batu pada kandung empedu yang terbentuk

dari kolesterol menghambat saluran empedu antara lain:

 Sakit atau nyeri perit terutama sebelah kanan atas, atau di tengah, atau

bagian atas. Serangan sakit ini berulang – ulang, rasa sakitnya sangat

tajam, kejang, tapi bisa juga tumpul. Kadang- kadang sakit ini menjalar

ke bagian belakang atau punggung di bawah atau di antara tulang belikat

kanan, Sakitnya makin parah bila makan makanan yang berlemak dan

terjadi segera setelah makan.


20

 Kulit tubuh serta bagian putih kedua mata dapat berubah menjadi kuning.

 Demam

Jika salah satu gejala mulai tampak, sebaiknya segera ditangani sebelum

berkembang menjadi komplikasi serius. Terutama jika warna tinja sudah

menjadi pucat, rasa mual dan muntah, karena itu bisa jadi gejala batu empedu
21

BAB III

PEMBAHASAN

A. Mengenal Kolelitiasis dan Cara Pencegahannya

Batu empedu (kolelitiasis) adalah substansi seperti batu berukuran kecil

yang berada didalam kantung empedu. Substansi ini terbuat dari empedu yang

mengeras, yang dihasilkan dalam hati. Empedu adalah cairan pencernaan

yang runtuh dan mencerna lemak dalam tubuh. Terbuat dari kolesterol, air,

lemak, garam empedu dan bilirubin. Empedu dihasilkan didalam hati dan

disimpan didalam kantung empedu untuk mengencerkan kolesterol berlemak

yang dialirkan melalui saluran. Batu empedu terjadi ketika terdapat terlalu

banyak kolesterol, bilirubin, garam empedu, menyebabkan empedu cair

kurang berair. Hal ini menyebabkan pengerasan dan pembentukan batu

empedu. Pengobatan dapat melalui pengobatan tradisional atau medis.

B. Dampak Penyakit Kolelitiasis terhadap Penyakit Lain

Batu empedu dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu

atau pindah ke dalam sistem pencernaan. Inilah yang biasanya menyebabkan

komplikasi serius.

1. Radang Kantong Empedu Akut


22

Kolesistitis atau radang kantong empedu akut terjadi saat cairan empedu

menumpuk dalam kantong empedu karena ada batu empedu yang menyumbat

saluran keluarnya cairan itu.

Gejala-gejala pada kolesistitis akut di antaranya adalah sakit di perut

bagian atas yang menjalar ke tulang belikat, demam tinggi, serta detak

jantung yang cepat.

Antibiotik umumnya digunakan sebagai penanganan pertama untuk

mengatasi infeksi sebelum operasi pengangkatan kantong empedu dilakukan.

Prosedur yang digunakan biasanya adalah operasi ‘lubang kunci’.

2. Abses kantong empedu

Nanah terkadang dapat muncul dalam kantong empedu akibat infeksi

yang parah. Jika ini terjadi, penanganan dengan antibiotik saja tidak cukup

dan nanah akan perlu disedot.

3. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi pada lapisan perut sebelah dalam yang

dikenal sebagai peritoneum. Komplikasi ini terjadi akibat pecahnya kantong

empedu yang mengalami peradangan parah. Penanganannya meliputi:

 Infus antibiotik.

 Operasi untuk mengangkat bagian peritoneum yang mengalami

kerusakan parah.

4. Penyumbatan Saluran Empedu


23

Tersumbatnya saluran empedu oleh batu membuat saluran ini menjadi

rentan terserang bakteri penyebab infeksi. Komplikasi ini umumnya dapat

ditangani dengan antibiotik dan prosedur kolangiopankreatografi retrograd

endoskopik (ERCP). Gejala pada infeksi ini adalah sakit di perut bagian atas

yang menjalar ke tulang belikat, sakit kuning, demam tinggi, dan linglung.

5. Pankreatitis Akut

Pankreatitis akut juga merupakan salah satu komplikasi yang dapat

terjadi jika batu empedu keluar dan menyumbat saluran pankreas. Peradangan

pankreas ini akan menyebabkan sakit yang hebat pada bagian tengah perut.

Rasa sakit ini akan bertambah parah dan menjalar ke punggung, terutama

setelah makan.

Selain sakit perut, pankreatitis akut juga dapat menyebabkan gejala lain.

Di antaranya adalah diare, kehilangan nafsu makan, muntah, demam tinggi,

dan sakit kuning.

Posisi bungkuk atau meringkuk mungkin dapat membantu meringankan

sakit perut akibat pankreatitis akut. Komplikasi ini tidak dapat disembuhkan

dengan pengobatan medis khusus. Tujuan penanganan hanya untuk

menopang fungsi tubuh sampai peradangan mereda dengan sendirinya.

Perawatan di rumah sakit umumnya berlangsung sekitar satu minggu sebelum

pasien diizinkan pulang.

6. Kanker Kantong Empedu


24

Penderita batu empedu memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker

kantong empedu. Walau demikian, kemungkinan terjadinya sangat jarang,

bahkan bagi orang yang berisiko tinggi karena faktor keturunan sekali pun.

Operasi pengangkatan kantong empedu akan dianjurkan untuk mencegah

kanker. Terutama jika Anda mempunyai tingkat kalsium yang tinggi di dalam

kantong empedu. Gejala kanker ini hampir sama dengan penyakit batu

empedu yang meliputi sakit perut, demam tinggi, serta sakit kuning.

C. Pencegahan Penyakit kolelitiasis

Kandung empedu adalah organ kecil yang terletak di bawah hati.

Kandung empedu bertanggung jawab untuk membentuk cairan pencernaan

yang diekskresikan ke dalam usus. Ada banyak faktor yang berkontribusi

terhadap terjadinya batu empedu, misalnya riwayat keluarga, gaya hidup, dan

jenis kelamin.

Menurut National Digestive Disease Information Clearinghouse,

perempuan memiliki risiko dua kali lebih banyak mengalami batu empedu

dari pria. Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya batu empedu, misalnya

dengan melakukan perubahan diet dan gaya hidup.

Berikut adalah tips atau cara untuk mencegah terjadinya batu empedu:

1. Batasi Jumlah Asupan Lemak

Membatasi jumlah asupan lemak dalam diet sehari-hari dapat

mengurangi risiko terjadinya batu empedu. Makanan yang tinggi akan lemak

jenuh, seperti daging merah dan mentega, bisa menyebabkan terjadinya batu
25

empedu. Membatasi asupan lemak jenuh, atau beralih ke lemak tak jenuh

tunggal, seperti minyak zaitun atau asam lemak omega-3, akan mengurangi

risiko terkena batu empedu.

2. Mempertahankan Berat Badan Sehat

Kelebihan berat badan atau obesitas akan mempertinggi risiko terjadinya

batu empedu. Olahraga secara teratur dan mempertahankan diet sehat yang

seimbang harus menjadi bagian integral dari gaya hidup sehat. Melakukan

olahraga minimal selama 30 menit setiap hari dapat membantu mengurangi

kemungkinan terjadinya batu empedu. Mengonsumsi lebih banyak buah dan

sayuran hijau juga penting untuk mencegah terjadinya batu empedu.

3. Hindari Diet Ketat atau Penurunan Berat Badan dengan Cepat

Jika Anda ingin menurunkan berat badan, tidak dianjurkan untuk

melakukan penurunan berat badan dengan cepat atau melakukan diet ketat.

Hal ini disebabkan karena kehilangan berat badan dengan cepat dapat

menyebabkan pembentukan batu empedu.

Menurut Mayo Clinic, penurunan berat badan yang sehat adalah sekitar 1

kg dalam seminggu.

Kehilangan berat badan lebih dari 1 kg dalam seminggu, selain tidak

sehat juga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan dengan cepat juga.

Olahraga moderat seperti jalan kaki dan berenang adalah latihan yang

baik untuk menurunkan berat badan secara bertahap.

4. Alkohol dan Kopi


26

Konsumsi alkohol dalam jumlah yang moderat dapat mengurangi risiko

terjadinya batu empedu. Dianggap jumlah moderat, jika Anda mengonsumsi

minumam beralkohol maksimal 2 gelas dalam sehari.

Menurut The New York Times Health Guide, jika perempuan mimum 1

oz alkohol dalam sehari, maka dapat mengurangi risiko terjadinya batu

empedu hingga 20 persen.

Minum kopi juga dapat menurunkan risiko terjadinya batu empedu.

Kafein yang terkandung dalam kopi dapat berkontribusi terhadap kontraksi

kandung empedu yang dapat mengurangi produksi pembentukan batu

empedu. Namun, kafein yang terkandung dalam minuman bersoda dan teh

belum terbukti mampu membantu mencegah terjadinya batu empedu.

5. Mengkonsumsi Sayuran Berdaun Hijau

Sayuran hijau seperti bayam memiliki manfaat yang luar biasa untuk hati

dan kandung empedu. Selain bayam, sayuran hijau seperti sawi dan kangkung

juga bisa dijadikan alternatif. Sayuran hijau yang mengandung klorofil akan

membantu membuat tubuh menjadi lebih basa. Selain itu, dapat mengurangi

beban pada hati, dan ujungnya menyehatkan kandung empedu serta

melarutkan betu empedu.

6. Tindakan Pencegahan Lainnya

Diet tinggi serat dapat mencegah batu empedu. Mengonsumsi kacang-

kacangan seperti kacang tanah, almond, dan kenari sangat baik untuk

mencegah tejadinya batu empedu.


27

Tindakan pencegahan batu empedu lainnya adalah dengan menurunkan

asupan gula dan karbohidrat. Makan secara teratur dan tidak melewatkan

waktu makan juga penting dalam pencegahan batu empedu

D. Pengobatan Penyakit Kolelitiasis

1. Pengobatan Penyakit Kolelitiasis dengan Cara Medis

Tindakan medis merupakan salah satu pengobatan batu empedu standar

yang bias menjadi pilihan utama secepatnya mengangkat batu empedu

dari saluran empedu. Pengobatan batu empedu secara medis ini ada

beberapa jenisnya, diantaranya :

a. Kolelistomi

Anda mungkin juga menyukai