Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU

EMPEDU)

DiSusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2


Dosen Pengampu : Ns. Priyanto, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB

DiSusun Oleh :
Kelompok 5
1. Meika Fatkhunnikmah (010115A071)
2. Riska Novi Asafitri (010115A105)
3. Yani Budiharti (010115A137)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit batu empedu (cholelithiasis) sudah merupakan masalah kesehatan
yang penting di negara barat sedangkan diIndonesia baru mendapatkan perhatian di
klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas (Sudoyo, 2007).
Dalam “Third National Health and Nutrition Examination Survey” (NHANES III),
prevalensi cholelithiasis di Amerika Serikat pada usia pasien 30-69 tahun adalah 7,9%
pria dan 16,6% wanita, dengan peningkatan yang progresif setelah 20
tahun.Sedangkan Asia merupakan benua dengan angka kejadian cholelithiasis rendah,
yaitu antara 3% hingga 15% , dan sangat rendah pada benua Afrika,yaitu kurang dari
5% (Greenberger, 2009). Insidensi cholelithiasis di negara barat adalah 20% dan
banyak menyerang dewasa dan usia lanjut. Sebagian besar cholelithiasis tidak
bertanda dan bergejala. Sedangkan di Indonesia angka kejadian cholelithiasis tidak
jauh berbeda dengan angka kejadian di negara lain di Asia Tenggara, dan sejak tahun
1980 cholelithiasis identik dengan pemeriksaan ultrasonografi (De Jong,
Syamsuhidajat, 2005)
Di negara barat 10-15% pasien dengan batu vesica fellea juga disertai batu
saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer
di dalam saluran empedu intra atau ekstra hepatik tanpa melibatkan vesica fellea. Batu
saluran empedu primer banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan
dengan pasien di negara barat (Sudoyo, 2007).
Tindakan kolekistektomi termasuk salah satu tindakan bedah digesti yang
paling sering dilakukan (Raymond, 2007). Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada
di Inggris dan 50.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya.
Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20%
Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas penunjang yang murah, tidak invasif,
aman dan tersedia dengan potensi sangat akurat untuk pencitraan pada pasien suspect
cholelithiasis (Raymond, 2007). Pemeriksaan ultrasonografi pada perut kanan atas
merupakan suatu metode pilihan untuk mendiagnosis cholelithiasis. Tingkat
sensitivitasnya lebih dari 95% untuk mendeteksi cholelithiasis dengan diameter 1,5
mm atau lebih. (Greenberger, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai asuhan keperawatan
dengan gangguan cholelithiasis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa setelah mengikuti seminar mengenai asuhan keperawatan ini,
diharapkan mampu :
a. Untuk memahami pengertian cholelithiasis

1
b. Untuk memahami etiologi cholelithiasis
c. Untuk memahami klasifikasi cholelithiasis
d. Untuk memahami manifestasi klinis cholelithiasis
e. Untuk memahami patofisiologi cholelithiasis
f. Untuk memahami komplikasi cholelithiasis
g. Untuk memahami pemeriksaan penunjang cholelithiasis
h. Untuk memahami penatalaksanaan cholelithiasis
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan cholelithiasis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Cholelithiasis
Cholelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
cholelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu adalah
timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang
ditemukan di dalam kandung empedu disebut cholelitiasis, sedangkan batu di dalam
saluran empedu disebut choledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72,
2011).
Cholelitiasis adalah adanya batu yang terdapat di dalam kandung empedu atau
saluran empedu (duktus koledukus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011).
Kolelitiasis (kalkuli atau batu empedu) biasanya dibentuk dalam kadung
empedu dari bahan-bahan padat empedu dalam hal bentuk,ukuran,dan komposisinya
ada dua jenis utama batu empedu : batu pigmen yang terdiri atas pigmen empedu tak
jenuh yang jumlahnya berlebihan,dan batu kolesterol, yang merupakan bentuk paling
umum. Faktor-faktor resiko pada batu empedu termasuk sirosis,hemolisis dan infeksi
percabangan saluran empedu faktor-faktor resiko untuk batu kolestrol termasuk
kontrasepsi oral,estrogen, dan klofibrat. Wanita mengalami batu kolestrol dan
penyakit kandung empedu empat kali lebih sering dibanding pria : biasanya diatas 40
tahun,multi para dan obesitas.

B. Etiologi Cholelithiasis
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%
bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang
paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara itu,
komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk
cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa
menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan
untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :

3
1. Wanita
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat di banding dengan pria. Hal ini
dikarenakan hormone estrogen berpengaruh terhadap peningkatan eksresi
kolesterol kandung empedu. Kehamilan yang meningkatkan kadar kolesterol juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi
hormone (estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan
penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
2. Usia lebih dari 40 tahun.
3. Kegemukan (obesitas).
Seseorang yang memiliki berat badan berlebih selalu di identikan dengan
kelebihan lemak. Mereka yang memiliki berat badan diatas berat badan ideal
memang memiliki resiko yang lebih besar terhadap suatu serangan penyakit,
termasuk pada penyakit batu empedu. Tubuh yang banyak menyimpan lemak
akan mengurangi kadar garam dalam cairan empedu, sementara kolesterol
berpeluang meningkatkan jumlahnya dan semakin meningkat. Hal ini lah yang
membuat peluang terbentuknya batu empedu, terutama pada wanita yang memiliki
berat badan diatas berat badan ideal.
4. Faktor keturunan
Orang dengan riwayat keluarga kelelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
5. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitasis. Hal ini disebabkan karena kandung empedu berkontraksi.
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis
dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru
orang Afrika)

C. Klasifikasi cholelithiasis
Batu empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3
faktor utama :
- Supersaturasi kolesterol

4
- Hipomotilitas kandung empedu
- Nukleasi/ pembentukan nidus cepat
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung
<20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinat (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi
bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E.
Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi
menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan
didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu
pigmen cokelat. Umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran
empedu dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk
dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi. Batu pigmen hitam adalah
tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau
sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized
bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu
pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%
kolesterol.

D. Manifestasi Klinis Cholelithiasis

Tanda dan Gejala yang mungkin terjadi pada penyakit batu empedu yaitu :
1. Rasa NyeridanKolikBilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi & akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolikbilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran
kanan atas yang menjalar ke punggung/bahu kanan ; rasa nyeri ini biasanya
disertai dengan mual dan muntah.
2. Ikterus
Obstruksipengalirangetahempedukedalam duodenum akanmenimbulkangejala
yang khas, yaitu :getahempedu yang tidaklagidibawakedalam duodenum
akandiserapolehdarahdanpenyerapanempeduinimembuatkulitdanmembranmukosa
berwarnakuning.

5
3. PerubahanWarnaUrin&Feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu
dan biasanya pekat (clay-colored).
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E & K yang
larut dalam lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah
yang normal.
5. Regurgitasi gas : flatus dan sendawa.

E. Patofisiologi Cholelithiasis
1. Peningkatan sekresi empedu dapat terjadi karena kegemukan diit tinggi kalori,
atau obat, sehingga meningkatkan aktivitas hidroksimetilglutarit-koenzim A
reduktase. Suatu enzim yang menentukan pembentukan kolesterol hati. Gangguan
konfersi kolesterol menjdi asam empedu mengakibatkan peningkatan kolesterol
litogenik atau asam empedu. Terbentuknya empedu litogenik dari penurunan
sekresi garam-garam empedu dan fosfolipid oleh hati setelah terjadi gangguan
sintesis hati. Penurunan aktivitas kolesterol hidroksilase, enzim penentu
kecepatan sintesis asam empedu primer. Kelebihan kolesterol empedu dengan
assam empedu dan fosfolipid dapat disebabkan oleh hipersekresi kolesterol,
hiposekresi asam empedu atau keduanya. Kejenuhan kolesterol dalam empedu
merupakan prasarat pembentukan batu empedu. Penjenuhan empedu oleh
kolesterol disebabkan oleh :
a. Penurunan jumlah asam empedu
b. Peningkatan konfersi asam folat oleh cadangan asam deoksikolat disertai
enggantian cadangan asam folat oleh asam deoksilat. Gangguan pertama
disebabkan oleh hilangnya asam empedu primerr ddengan cepat dari usus
halus ke kolon. Gangguan kedua terjadi dari peningkatan dehidroksilasi asam
folat dan peningkatan penyerrapan asam deoksikolat
2. Gangguan pembentukan vesikel. Kolesterol disekresikan ke dalam empedu
seebagai vesikel berlapis unilameral yang tidak stabil dan dirubah dengan asam
empedu menjadi agregrat lipid. Selama pembentukan lebih banyak fosfolipid dari
pada kolesterol. Hal ini menyebabkan pembentukan vesikel lebih kaya kolesterrol
yang menyatu menjadi vesikel besar multilameral tempat terbentuknya agregasi
kolesterol.
3. Nukleasi kristal kolesterol monohidrat pada empedu litogenik. Percepatan
nukleasi kolesterol nonhidrat dalam empedu dapat diseebabkan peningkatan faktor
pronukleasi atau difesiensi faktor antinukleasi. Glikoprotein musin dan nonmusin
fosfatidilkolin merupakan faktor pronukleasi dan antinukleassi lain belum
lengkap. Nukleassi kristal kolesterol monohidrat dan pertumbuhankristal
berlangsung di dalam lapisan gel musin. Fusi vesikel menyebabkan terbentuknya
kristal kolesterrol monohidrat. Pertumbuhan kristal yang terus-menerus
berrlangsung melalui nukleassi langsung molekul kolesterol dari vesikel empedu
uni/multi lameral yang jenuh.

6
4. Kolesterol merupakan endapan empedu yang dalam pemeriksaan mikroskopi
memperlihatkan kristal lesiti koleterrol, kristal kolesterol monnohidrat, kalsium
bilirubinat, dan serat musin atau gel mukosa. Endapan empedu membentuk
enddapan bulan sabit di bagian terrbawah kandung empedu. Adanya endapan
empedu mencerminkan dua kelainan :
a. Keseimbangan normal antara sekresi dan eleminasi musin kandung empedu
yang mengalami gangguan.
b. Telah terjadi nukleasi zat-zat terlarut dalam empedu.
(Fransisca, 2009)

7
F. Komplikasi Cholelithiasis
Komplikasi yang penting adalah terjadinya kolesistitis akut & kronik,
koledokolitrasis & pankreatitis, yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis
bilier & ikterus obstruktif.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium.
Pada ikterus obstruksi terjadi :
a. Peningkatan kadar bilirubin direk, kolesterol, alkali fosfatase, gamma
glukoronil trasnferase dalam darah.
b. Bilirubinuria,peningkatan bilirubin serum menunjukkan kelainan
hepatobiliaris.Bilirubin serum dapat meningkat tanpa penyakit hepatobiliaris
pada banyak jenis kelainan yang mencakup episode bermakna hemolisis
intravaskuler dan sepsis sistemik.
c. Tinja akolis
2. USG
Menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu atau duktus empedu.
3. Foto polos abdomen
Ditemukan adanya udara /gas di dalam batang saluran empedu atau didalam
lumen atau dinding vesika biliaris bersifat abnormal. Adanya massa jaringan
lunak yang mengiddentasi duodenum atau fleksura koli dextra menggambarkan
vesika biliaris yang terdistensi
4. Kolesistogram oral
Pemberian 6 tablet asam yopanoad diberikan peroral pada malam sebelum
pemeriksaan dan pasien dipuasakan. Digunakan untuk mengetahui batu empedu
atau tumor.
5. Kolangiografi intravena
Untuk memungkinkan visualisasi keseluruhan batang saluran empedu extra
hepatik. Tes ini telah tergantikan oleh pemeriksaan yang lebih aman.
6. CT scan
Untuk mendeteksi bila batu mengandung kalsium dalam jumlah yang
lumayan, menentukan abses intra hepatik, perihepatik, atau trikolesistika.
Menentukan duktus intra hepatik yang berdilatasi.
7. ERCP
Tes ini melibatkan opasifikasi langsung batang saluran empedu dengan
kanulasi endoskopi ampulla vateri dan suntikan retrograt zat kontras. Didapatkan
anatomi duktus biliaris dan pankreatikus . Visualisassi mukosa periampulla dan
duodenum.
8. PTC (colangiografi transhepatis perkutis)
Memungkinkan dekompresi saluran empedu non bedah pada pasien kolingitis
akut toksik. Drainase perkutis dapat digunakan untuk menyiapkan pasien ikterus
obstruksi untuk pembedahan dengan menghilangkan ikterusnya dan memperbaiki
fungsi hati.

9
9. Arteriografi
Evaluasi prabedah passien keganasan saluran empedu.
10. Biopsi hati
Digunakan untuk membedakan kolestasis intrahepatik dari extrahepatik,
karena biopsi akan menentukan luas sirosis biliaris skunder.
(Brunner, 2001; David, 1994)
H. Penatalaksanaan Cholelithiasis
1. Terapi Konservatif
a. Diet rendah lemak
b. Obat-obatan antikolinergik-antispasmodik.
c. Analgesik.
d. Antibiotik, bila disertai kolesistitis.
e. Asam empedu (as. kenodeoksikolat) 6,75-4,5 gr/hr, diberikan dalam waktu
lama, dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol.
Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic
bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk
pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadamg-kadang diare.
2. Farmako terapi
Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk
melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien
yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena
terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam
empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan
ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi
kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut
lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru
dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30%
dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan.
3. Diet dan penatalaksanaan pendukung
Dalam kondisi inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan
infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah ditunda
sampai gejala akut mereda kecuali jika kondisi pasien memburuk. Manajemen
terapi :
a. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
b. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi abdomen
c. Pemberian terapi intravena, infus cairan dan elektrolit, untuk mencegah
terjadinya syok.
d. Pemberian antibiotik sistemik, vitamin K, analgesik.
4. Pengambilan batu tanpa pembedahan
a. Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier
eter/MTBE)

10
b. Selang atau kateter dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu
melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan saat
pembedahan,melalui endoscopy ERCP.
c. Pengambilan batu non bedah. Digunakan untuk batu yang belum terangkat
pada saat kolesistektomi atau terjepit dalam duktus koledukus, melalui
prosedur ERCP.
d. Proseddur ESWL (Extracorporeal Shock Wave Litrotipsi)
Prosedur non infasif menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan
kepada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus atau duktus
koledukus dengan maksud untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.
5. Pengambilan batu dengan pembedahan
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan
untuk menguragi gejala yang sudah berlangsung lama untuk menghilangkan kolik
bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif bila gejala
yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur
darurat bila mana kondisi pasien mengharuskannya. Tindakan operasi meliputi :
a. Minikolesistektomi
Prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu melalui luka incisi
selebar 4 cm. Kontroversi prosedur ini timbul karena ukuran insisi
membatasi pajanan semua struktur bilier yang terlibat.
b. Kolesistektomi
Prosedur beddah dimana kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus
sistikus diligali.Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan
ddibiarkan keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan
serosanguinus dan getah empedu dalam kassa absorben.
c. Kolesistektomi laparoscopi (endoscopi)
Dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
d. Kolesistotomi perkutan
Dilakukan dalam penaanganan dan penegakan diagnosis pada pasien-pasien
yang berisiko jika harus menjalani tindakan pembedahan atau anestesi umum
yaitu pasien-pasien penderita sepsis atau gagal jantung yang berat dan gagal
ginjal, paru atau hati. (Brunner, 2001)

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality
atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional
(R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T)
yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah dirawat atau diobati sebelumnya dengan
penyakit yang sama.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji pola makan kebiasaan keluarga yang kurang baik seperti
menyimpan dan menyiapkan makanan, pola diet, pola sanitasi yang kurang
(cuci tangan) dan pola memasak makanan.
4. Pola Aktivitas
a) Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
b) Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
c) Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen.

12
d) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia,mual.
Tanda : adanya penurunan berat badan.
e) Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan.
Kolikepigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda :Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas ditekan;
tanda murphy positif.
f) Keamanan
Tanda :Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).Kecenderungan
perdarahan (kekurangan vitamin K).
g) Penyuluhan/Pembelejaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.Adanya
kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.
Rencana pemulangan:Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan
berat badan
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
1) Penampilan umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
2) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien
3) Tanda – tanda vital
Mengkaji tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
b. Pemeriksaan fisik
1) B1 (breathing) : peningkatan frekuensi pernapasan, pernapasan terkekan
ditandai napas pendek dan tertekan
2) B2 (blood) : takikardi, demam, resiko perdarahan karena kekurangan
vitamin K
3) B3 (brain) : nyeri pada perut kanan atas menyebar ke punggung atau bahu
kanan, gelisah
4) B4 (bladder) : urine gelap pekat
5) B5 (bowel) : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas,
feses bewarna seperti tanah liat
6) B6 (bone) : kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus)
c. Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
1) Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
2) Auskultasi : peristaltik (+)
3) Perkusi : timpani
4) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, hepar-lien tidak
teraba, massa (-)

13
d. Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya
pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena
terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis., infeksi). (Domain 12
: Kenyamanan. Kelas 1 : Kenyamanan Fisik. 00132. Hal. 469. Nanda-i 2015 –
2017 ).
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan. (Domain 2 : Nutrisi. Kelas 1 : Makan.
00002. Hal 177. Nanda-i 2015 – 2017).
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. (Domain
2 : Nutrisi. Kelas 5 : Hidrasi. 00027. Hal 193. Nanda-i 2015 – 2017).
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan metabolisme. (Domain
11 : Keamanan/Perlindungan. Kelas 2 : Cedera Fisik. 00046. Hal. 425. Nanda-i
2015 – 2017).
5. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal. (Domain 11 :
Keamanan/Perlindungan. Kelas 2 : Cedera Fisik. 00206. Hal.408. Nanda-i 2015-
2017)

C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah diberikan tindakan (Domain 1 Fisiologis : Dasar, kelas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 E peningkatan kenyamanan fisik)
agens cedera biologis jam diharapkan dengan 1. Manajemen nyeri 1400
(mis., KH:  Lakukan pengkajian
infeksi,iskemik,neopla 1. Kontrol Nyeri (1605) nyeri komprehensif
sma)  160502 mengenali yang meliputi
(Domain kapan yeri terjadi lokasi,karakteristik,o
12:Kenyamanan,kelas  160501 nset/durasi,
1:kenyamanan menggambarkan frekuensi,kualitas,int
fisiki,00132,hal 469. faktor penyebab ensitas atau beratnya
Nanda 2015-2017)  160503 nyeeri dan faktor
menggunakan pencetus
tindakan  Pastikan perawtan
pencegahan analgesik bagi
 160504 pasien dilakukam
menggunakan dengan pematauan
tindakan yang ketat
pengurangan  Gunakan strategi
(nyeri) tanpa komunikasi
analgesik terapeutik untuk
 160508 mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri
sumber daya yang dan sampaikan
tersedia pencernaan pasien
terhadap nyeri

14
 160509 mengenali  Gali pengetahuan
apa yang terkait dan keprcayaan
dengan gejala nyeri pasien mengenai
 160511 melaporkan nyeri
nyeri yang  Pertimbangkan
terkontrol pengaruh budaya
2. Tingkat Nyeri (2102) terhadap kualitas
 210201 nyeri hidup pasien
yang  Evaluasi
dilaporkan pengalaman nyeri
 210204 dimasa lalu yang
Panjangnya meliputi riwayat
episode nyeri nyeri kronik
 210206 individu atau
ekspresi nyeri keluarga atau nyeri
wajah yang menyebabkan
 210208 tidak disability/ketidaknya
bisa manan/kecatatan
beristirahat dengan tepat
 210222  Evaluasi bersama
Agitasi pasien dan tim
 210223 kesehatan lainnya
iritablitas mengenai efektifitas
 210224 tindakan
mengerinyit pengontrolam nyeri
 210209 yang pernah
ketegangan digunakan
otot sebelumnya
 2102228  Bantu keluarga
intoleransi dalam mencari dan
makanan menyediakan
dukungan
 210210
frekuensi  Berikan informasi
nafas mengeani nyeri
seperti penyebab
 210211 denyut
nyeri berapa lama
jantung apikal
nyeri akan dirasakan
 210220 denyut
dan antisipasi dari
nadi radial
ketidaknyaman
 210212 akibat prosedur
tekanan darah
 Ajarkan prinsip-
 210214 prinsip manajemen
berkeringat nyeri
3. Tingkat
 Dorong pasien untuk
ketidaknyamanan
memonitor nyeri dan
(2109)
menangani nyerinya
 210901 nyeri dengan tepat
 210902 cemas  Dorong pasien untuk
 210 menggunakan obat-
 0906 stress

15
 210907 rasa obatan penurunan
takut nyeri yang adekuat
 210908  Kolaborasikan
depresi dengan pasien orang
 210920 nyeri terdekat dan tim
lepas kesehatan lainnya
 2109925 untuk memilih dan
kehilangan mengimplementasik
nafsu makan an tindakan penurun
 210936 nyeri
kehilangan nonfarmakologi
keyakinan sesuai kebutuhan
 Berikan individu
penurunan nyeri
optimal dengan
reseptor analgesik
 Gunakjan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
 Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik
2. Bantuan pasien untuk
mengontrol pemberian
analgesik (2400)
 Pastikan bahwa
pasien tidak alergi
terhadap analgesik
yang akan diberikan
 Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
memonitor intensitas
kualitas dan durasi
nyeri
 Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
memonitor laju
pernapasan dan
tekanan darah
 Validasi bahwa
pasien dapat
menggunakan alat
PCA
 Bantu pasien dan
keluarga untuk
memberikan dosis

16
bolus analgesik yang
tepat
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan (6482)
 Tentukan tujuan
pasien dan keluarga
dalam mengelola
lingkungan dan
kenyamanan yang
optimal
 Mudahkan tranisi
pasien dan keluarga
dengan adanya
sambutan hangat
dilingkungannya
yang baru
 Cepat bertindak jika
terdapat panggilan
bel,yang harus selalu
dalm jangkauan
 Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
 Sediakan lingkungan
yang aman dan
bersih
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan (Domain 1 Fisiologi: Dasar,
nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3x24 Dukungan nutrisi)
kebutuhan tubuh jam diharapkan dengan 1. manajemen nutrisi
berhubungan dengan KH:  01
ketidakmampuan 1. Status Nutrisi: Tentukan status gizi pasien
mencerna makanan. Asupan Nutrisi dan kemampuan [pasien]
(Domain 2: (1009) untuk memenuhi kebutuhan
Nutrisi,kelas 1,makan,  100901 gizi
ketidakseimbangan Asupan kalori  02
nutrisi : kurang dari  100902 Identifikasi [adanya] alergi
kebutuhan tubuh. Asupan protein atau intoleransi makanan
00002,hal : 177.  100903 yang dimiliki pasien
Nanda 2015-2017) Asupan lemak  03
 100904 Tentukan apa yang menjadi
Definisi : asupan Asupan preferensi makanan bagi
nutrisi tidak cukup karbohidrat pasien
untuk memenuhi  100906  06
kebutuhan metabolik. Asupan mineral Tentukan jumlah kalori dan
Batasan karakteristik : jenis nutrisi yang di
- Ketidakmampuan 2. Status Nutrisi (1004) butuhkan untuk memenuhi
memakan  100401 persyaratan gizi
makanan Asupan gizi  07
- Kram abdomen
 100402 Berikan pilihan makanan
- Membran mukosa

17
kering Asupan makanan sambil menawarkan
- Nyeri abdomen  100408 bimbingan terhadap pilihan
- Penurunan berat Asupan cairan [makanan] yang lebih sehat,
badan dengan  100403 jika diperlukan.
asupan makanan Energy  14
adekuat Pastikan makanan disajikan
dengan cara yang menarik
dan pada suhu yang paling
cocok untuk konsumsi
secara optimal
 15
Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorit
pasien sementara [pasien]
berada dirumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang
sesuai.
 19
Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan makanan
tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia
(misalnya, peningkatan
kalsium, protein, cairan, dan
kalori untuk wanita
menyusui, peningkatan
asupan serat unruk
mencegah konstipasi pada
orang dewasa yang lebih
tua)
 20
Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
 22
Monitor kalori dan asupan
makanan
 24
Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan intake
makanan (misalnya, buku
harian makanan)
 26
Bantu pasien untuk
mengakses program-
program gizi komunitas
(misalnya, perempuan, bayi,
dan anak, kupon makanan,
dari makanan yang diantar
ke rumah)
 27
18
Berikan arahan, bila
diperlukan
3 Kekurangan volume Setelah diberikan tindakan (Domain 2 Fisiologis: Kompleks,
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 managemen elektrolit dan asam
dengan kehilangan jam diharapkan dengan basa)
cairan aktif. KH: 1. managemen elektrolit/cairan
( Domain2: Nutrisi, 1. Keseimbangan Cairan  03
kelas 5, Hidrasi. (0601) Pantau adanya tanda dan
Kekurangan volume  060101 tekanan gejala overhidrasi yang
cairan.00027, hal: darah memburuk, atau dehidrasi
193. Nanda 2015-  060122 denyut (misalnya, ronki basah di
2017) nadi radial lapangan paru terdengar,
 060107 poliuria, atau oliguria,
Definisi : penurunan Keseimbangan perubahan perilaku, kejang,
cairan intavaskular, intake output saliva berbusa dan kental,
interstisial, dan/atau dalam 24 jam mata cekung atau edema,
intraseluler ini  060109 napas dangkal dan cepat.
mengacu pada Berat badan stabil  04
dehidrasi, kehilangan  060116 Dapatkan specimen
cairan saja tanpa Turgor kulit laboratorium untuk
perubahan kadar  060118 pemantauan perubahan
natrium. Serum elektrolit cairan atau elektrolit
Batasan karakteristik : (misalnya, hematocrit,
 060115
- Membran mukosa BUN, protein, natrium, dan
Kehausan
kering kadar kalium) yang sesuai.
 060123
- Penurunan
Kram otot  17
tekanan darah Monitor hasil laboratorium
- Penurunan  060124
Pusing yang relevan dengan retensi
tekanan nadi cairan (misalnya
- Penurunan turgor peningkatan berat jenis,
kulit peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan
peningkatan kadar
osmolalitas urin)
 20
Pantau adanya tanda dan
gejala retensi cairan
 22
Batasi cairan yang sesuai
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan (Domain 2 Fisiologi: Kompleks,
kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 managemen kulit/luka)
dengan gangguan jam diharapkan dengan 1. pengecekan kulit
metabolisme. KH:  01
(Domain 11, 1. Integritas jaringan: kulit Periksa kulit dan selaput
keamanan/perlindunga & membran mukosa lendir dengan adanya
n , kelas 2: cedera (1101) kemerahan, keringatan
fisik, 00046, hal 425  110101 ekstrim, edema, atau
NANDA 2015-2017) Suhu kulit drainase.
 110103  02
Definisi : kerusakan

19
pada epidermis Elastisitas Amati warna, kehangatan,
dan/atau dermis.  110108 bengkak, pilsasi, tekstur,
Batasan karakteristik : Tekstur edema, dan ulserasi pada
Kerusakan integritas  110109 ektremitas.
kulit Ketebalan  04
 110113 Gunakan alat pengkajian
Integritas kulit untuk mengidentifikasi
 110115 pasien yang beresiko
Lesi pada kulit mengalami kerusakan kulit
 110116 (misalnya, Sakala Braden)
Lesi mukosa  05
membran Monitor warna dan suhu
 110119Pengelupas kulit
an kulit  06
 110104 hidrasi Monitor kulit dan selaput
 110111 perfusi lendir terhadap area
jaringan perubahan warna, memar,
 110124 pengerasan dan pecah.
(kulit)  08
Monitor kulit untuk adanya
kekeringan yang berlebihan
dan kelembaban
 09
Monitor sumber tekanan
dan gesekan
 10
Monitor infeksi, terutama
dari daerah edema.
5 Risiko perdarahan Setelah diberikan tindakan (Domain 2 Fisiologis Kompleks
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 (lanjutan), manajemen perfusi
gangguan jam diharapkan dengan jaringan)
gastrointestinal (mis., KH: 1. Pengurangan perdarahan :
penyakit ulkus 1. Fungsi gastrointestinal (4022)
lambung,polip,varises gastrointestinal  Evaluasi respon
) (1015) psikologis pasien
(Domain 11:  101501 Toleransi terhadap perdarahan
keamanan/perlindunga (terhadap) makanan dan persepsinya
n , kelas 2 cedera fisik  101510 jumlah resdiu mengenai keajdian
, 00206, hal 408 cairan lambung ketika tersebut
NANDA 2015-2017) aspirasi  Pertahankan jalan
 101526 PH cairan nafas jika diperlukan
lambung  Monitorn status
 101529 Glukosa cairan termasuk
darah intake dan outpuut
 101532 mual jika diperlukan
 101533 muntah  Berikan cairan
 101536 konstipasi intravena jika
 101538 perdarahan diperlukan
gastrointestinal  Ukur lingkar

20
abdomen,jika
diperlukan
 Hinari penggunaan
antikoagulan
 Monitor
pemeriksaan
pembekuan
darah/koagulasi,term
asuk protombin tim
(PT),PTT,fibrinogen
,degradasi fibrin dan
hitung platelet jika
memang diperlukan
 Berikan pengobatan
9misalnya, laktulosa
atau
vasopressin),jika
diperlukan
 Hindari stress
 Kaji status nutrisi
pasien
 Bangun hubungan
yang mendukung
dengan pasien dan
keluarga
 Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
mengurangi atau
meningkatkan
aktivitas fisiknya
 Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai prosedur
(misa
endoskopi,sklerosisi
dan pembedahan)
jika diperluykan.
 Instruksikan pasien
dan keluarga
mengenai kebutuhan
penggantian darah
jika memamng
diperlukan
 Instruksikan pasien
atau keluarga untuk
menghindari
pengunaan obata
anti inflamasi(mis
aspirin,dan ibu

21
profen)
 Koordinasikan
konseling bagi
psaien dan atau
keluarga (misalnya
clergy,alkoholik
anonimus)jika
diperlukan.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktuskoledukus) yang
disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan
proses inflamasi akut.
Batu empedu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu jenis kelamin,
usia, obesitas, faktor keturunan, makanan, aktifitas fisik.
Penyakit batu empedu dapat mengakibatkan komplikasi. Dan komplikasi yang
penting adalah terjadinya kolesistitis akut & kronik, koledokolitrasis & pankreatitis,
yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis bilier & ikterus obstruktif.

B. Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan cholelithiasis, mampu mengkaji
masalah pasien dengan akurat sehingga dapat dirumuskan suatu doagnosa yang tepat
dan dapat di rancang intervensi yang tepat untuk pasien, melasanakkan implementasi
secara tepat sehingga pada evaluasi dapat diperoleh hasil yang diharapkan dan sesuai
dengna tujuan sehingga masalah dapat teratasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Brenda, G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical – Bedah
Brunner & Suddarth, edisi : 8. Jakarta : EGC.

Nucleus precise newsletter.2011. Batu Empedu.Jakarta:PT.Nucleus Precise

Dr.H.Y.Kuncara.Aplikasi klinis patofisiologi:pemeriksaan dan manajemen,edisi 2:2009:buku


kedokteran

24
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan cholelithiasis ini. Tak lupa shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai junjungan kita. Asuhan keperawatan ini merupakan tugas dari
mata kuliah keperawatan mendikal bedah 2 yang sedang diikuti oleh penyusun dalam
perkuliahan di Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.
Penyusun juga ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah 2 ini atas bimbingannya. Namun, penyusun menyadari bahwa masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat diperlukan guna
melengkapi makalah ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna
bagi para pembaca.

Ungaran, Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi cholelithiasis............................................................................................. 3
B. Etiologi cholelithiasis ............................................................................................. 3
C. Klasifikasi cholelithiasis ........................................................................................ 4
D. Manifestasi klinis cholelithiasis ............................................................................. 5
E. Patofisiologi cholelithiasis ..................................................................................... 6
F. Komplikasi cholelithiasis ....................................................................................... 9
G. Pemeriksaan penunjang cholelithiasis ................................................................... 9
H. Penatalaksanaan cholelithiasis .............................................................................. 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian .......................................................................................................... 12
B. Diagnosa keperawatan ........................................................................................ 14
C. Rencana keperawatan.......................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan . ......................................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................24

iii

Anda mungkin juga menyukai