Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLESISTEKTOMI

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Muji Palhadad, S. Kep
11194692010076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KOLESISTEKTOMI

Tanggal....................................

Disusun Oleh:

Muji Palhadad, S. Kep


11194692010076

Banjarmasin,..................................

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

M. Riduansyah, Ns., M. Kep Mahyudi, S. Kep., Ns

NIK. 1166072017105 NIP. 1967072819988021001


A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem
1. Anatomi Sistem
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah pir
yang terletak di bagian sebelah dalam hati (scissura utama hati) di
antara lobus kanan dan lobus kiri hati. Panjang kurang lebih 7,5 – 12
cm, dengan kapasitas normal sekitar 35-50 ml (Williams, 2013).
Kandung empedu terdiri dari fundus, korpus, infundibulum, dan kolum.
Fundus mempunyai bentuk bulat dengan ujung yang buntu. Korpus
merupakan bagian terbesar dari kandung empedu yang sebagian besar
menempel dan tertanam didalam jaringan hati sedangkan Kolum adalah
bagian sempit dari kandung empedu (Williams, 2013; Hunter, 2014).
Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi
infundibulum kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh
lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat
bendungan oleh batu, bagian infundibulum menonjol seperti kantong
yang disebut kantong Hartmann (Sjamsuhidayat, 2010).
Duktus hepatikus komunis memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm
merupakan penyatuan dari duktus hepatikus kanan dan duktus
hepatikus kiri. Selanjutnya penyatuan antara duktus sistikus dengan
duktus hepatikus komunis disebut sebagai common bile duct (duktus
koledokus) yang memiliki panjang sekitar 7 cm. Pertemuan (muara)
duktus koledokus ke dalam duodenum, disebut choledochoduodenal
junction. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus
jaringan pankreas dan dinding duodenum membentuk papila vater yang
terletak di sebelah medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi
oleh otot sfingter oddi yang mengatur aliran empedu masuk ke dalam
duodenum. Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang
sama dengan duktus koledokus di dalam papila vater, tetapi dapat juga
terpisah (Sjamsuhidayat, 2010; Williams, 2013; Doherty, 2015).
Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri sistikus
yang terbagi menjadi anterior dan posterior dimana arteri sistikus
merupakan cabang dari arteri hepatikus kanan yang terletak di belakang
dari arteri duktus hepatis komunis tetapi arteri sistikus asesorius
sesekali dapat muncul dari arteri

2. Fisiologi Sistem
Fungsi dari kandung empedu adalah sebagai reservoir (wadah)
dari cairan empedu sedangkan fungsi primer dari kandung empedu
adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium (Doherty,
2015). Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1000
ml/hari. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialirkan
ke dalam kandung empedu dan akan mengalami pemekatan 50%.
Setelah makan, kandung empedu akan berkontraksi, sfingter akan
mengalami relaksasi kemudian empedu mengalir ke dalam duodenum.
Sewaktu-waktu aliran tersebut dapat disemprotkan secara intermitten
karena tekanan saluran empedu lebih tinggi daripada tahanan sfingter.
Aliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor yaitu sekresi empedu oleh
hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan dari sfingter koledokus
(Sjamsuhidayat, 2010; Williams, 2013). Menurut Guyton & Hall, 2017
empedu memiliki fungsi utama sebagai berikut:
a. Membantu penyerapan lemak ke dalam tubuh
b. Membantu kerja hati dalam sistem ekresi atau proses pengeluran
zat sisa metabolisme baik berupa zat cair maupun zat gas dari
dalam tubuh.
B. Konsep Penyakit
1. Definisi
Batu empedu (kolelitiasis) adalah timbunan kristal yang terbentuk
di dalam kandung empedu atau saluran empedu. Proses terbentuknya
batu empedu adalah ketika lemak (kolesterol)/bilirubin berlebih dalam
saluran cerna kemudian fungsi cairan empedu terganggu yang
menyebabkan batu empedu.
Penyakit batu empedu atau cholelithiasis adalah kondisi yang
ditandai dengan sakit perut mendadak akibat terbentuknya batu di
dalam kantung empedu. Penyakit batu empedu juga bisa terjadi di
saluran empedu.
Kolelitiasis atau batu empedu adalah deposit cairan pencernaan
yang mengeras di dalam kantung empedu. Sedangkan koledokolitiasis
adalah batu empedu yang berada di saluran empedu. Terdapat
beberapa mekanisme terbentuknya kolelitiasis, yaitu supersaturasi
kolesterol, produksi bilirubin berlebih, dan hipomotilitas atau gangguan
kontraktilitas kantung empedu

2. Etiologi
Penyebab utama batu empedu adalah gangguan metabolisme
yang menyebabkan terjadinya perubahan daraii kompoisi empedu, statis
empedu dan adanya infeksi kandung empedu.
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor
penyebab dalam terbentuknya batu empedu. Kadar kolestrol yang
berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu yang lama
kelamaan akan membentuk batu empedu.
Adapun faktor yang memicu terjadinya batu empedu adalah sebagai
berikut :
a. Pola hidup
b. Usia
c. Jenis Kelamain
d. Obesitas
e. Penderita diabetes

3. Tanda dan gejala


a. Nyeri di perut bagian tengah atas atau kanan atas
b. Nyeri kolik bilier
c. Mual & muntah
d. Perut kembung
e. Sakit maag
f. Diare

4. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1)
pembentukan empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau
pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena bertambahnya
pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi
empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan
fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga
tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi
oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi
kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau
terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik (Garden,
2007).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau
inti pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol,
kristal kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan
membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih
rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau
partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih
pengkristalan (Hunter, 2014).
5. Pathway
Pola Hidup, Usia, Obesitas, Diabetes

Pembentukan Batu Empedu

Menyumbat Saluran Kantong Empedu

Nyeri, Mual, Kembung

Indikasi Operasi

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Gugup, Kurang Pembiusan Mengaktivasi Trauma


Pembedahan
panik Informasi reseptor nyeri jaringan,
jaringan
kulit rusak
Insisi
Ansietas Nyeri Menekan pusat
pernafasan dan s
Terputus
Resiko
pembuluh
Kerusakan
darah
Intergitas
Kulit/
Kesadaran jaringan
Perdarahan diturunkan

Fungsi ginjal
Hipovolemia menurun
Termoregulator Kelemahan
terganggu Otot
Pernafasan

Reflek
berkemih
menurun
Refleks batuk dan
Suhu Ruangan menelan berkurang
DIngin

Inkontinensia
Terakumulasi
sekret
Resiko Hipotermi

Gangguan
Eliminasi
Urine
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
6. Komplikasi
a. Cholangitis atau peradangan saluran empedu
b. Pankreatitis akut peradangan pada pankreas
c. Ileus batu empedu atau penyumbatan usus akibat batu empedu
d. Sepsis

7. Penatalaksanaan medis
Non bedah
a. Terapi litosis sistemik
Terapi asam empedu oral yang dianjurkan adalah kombinasi antara
chenodeoxy cholic acid (CDCA) dan ursodeoxycholic acid (UDCA).
Mekanisme kerja UDCA adalah mengurangi penyerapan kolestrol
instestinal sedang CDCA mengurangi sintesis hepatik. Kombinasi
CDCA dan UDCA 8-10 mg/kg/hari menurunkan kadar kolestrol
empedu secara bermakna tanpa gejala samping. Syarat untuk
terapi litosis oralm meliputi kepatuhan berobat selama dua tahun,
tipe batu kolestrol, kandung empedu harus berfungsi dan batu
empedunya juga tidak terlalu besar.
b. Litosisi Lokal
Mehil ter byl ether (MTBE) adalah eter alkil yang berbentuk liquid
pada suhu badan mempunyai kapasitas tinggi untuk melarutkan
batu kolestrol.
c. Extracorporeal Shock-wave-lithotrispy (ESWL)
Batu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang
dihasilkan diluar badan oleh alat elektrohidrolik, elektromagenetik
atau elektrik-pieza. Biasanya USG digunkan untuk mengarahkan
gelombang ke arah batu yang terletak di kandung empedu.
Biasanya tekhnik ini dikombinasikan dengan pemberian CDCA dan
UDCA.
Pembedahan
a. Operasi Kolesistektomi
b. Kolesistektomi Laparoskopi
8. Penatalaksanaan keperawatan
Pengkajian
a. Nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS,
alamat, suku bangsa, nomor register, diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Nyeri pada daerah epigastrium dan menjalar kebahu kanan, demam
dan kadang-kadang ikterus.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan batu empedu dapat diseabkan karena
peningkatan hormon dan timbunan lemak yang berlebihan dan
dapat mengakibatkan klien mengeluh nyeri pada daerah
epigastrium menjalar kebahu kanan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pada klien batu empedu pernah mengalami penyakit yang sama
atau tidak sebelumnya atau penyakit yang lain seperti gastritis,
tukak, peptik, prankreatis.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga klien ada yang pernah menderita penyakit yang
sama atau tidak dan ada atau tidak penyakit keturunan seperti
gastritis, tukak peptik, pankreatis.
Pola-pola fungsi kesehatan
f. Pola aktivitas
Pada pasien batu empedu biasanya saat melakukan aktivitas akan
mengalami nyeri pada daerah epigastrium kanan sehingga
kebutuhannya dibantu oleh keluarga.
g. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan nyeri.
h. Pola persepsi diri
Pada klien batu empedu umumnya mengalami gangguan gambaran
diri, klien merasa gelisah dan takut.
i. Pola sensori dan kognitif
Klien akan merasakan nyeri pada daerah epigastrium dan menjalar
pada bahu kanan dan daya penciuman, raba, rasa serta daya
penglihatan baik atau tidak.
j. Pola hubungan dan peran
Pada klien batu empedu adanya perubahan kondisi kesehatan yang
berpengaruh terhadap hubungan interpersonal dan peran, klien
engalami hambatan perannya dalam menjalankan perannya dalam
kehidupan sehari-hari.
k. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah yang
terjadi.
l. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan beribadah klien, kepercayaan terhadap agama dan
kegiatan keagamaan yang diikutinya.
Pemeriksaan fisik
m. Sistem abdomen
Akan terjadi penyumbatan duktus sirtikus atau kolesistitis dijumpai
nyeri tekan hipokandrium kanan terutama pada waktu penderita
menarik napas panjang.

9. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Pre Operasi
a. Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang tindakan operasi
Intra Operasi
a. Hipovelemia b.d perdarahan
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret
c. Risiko Hipotermi
Post Operasi
a. Nyeri akut b.d agen pencidera biologis
b. Gangguan Eliminasi Urine penurunan otot kandung kemih
c. Keruskan integritas jaringan b.d insisi

No SDKI SLKI SIKI


Pre Operasi
1 Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi ansietas
kurang
Setelah dilakukan tindakan Observas
pengetahuan
tentang keperawatan selama 1x24 jam  Identifikasi saat tingkat
tindakan
diharapkan Ansietas dapat ansietas berubah
operasi
teratasi dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
 Verbalisasi khawatir
 Monitor tanda tanda
akibat kondisi yang ansietas (verbal dan
dihadapi dari skala 3 nonverbal)
sedang meningkat ke Terapeutik
skala 5 menurun  Ciptakan suasana
terapeutik untuk
 Perilaku tegang dari skala
menumbuhkan
3 sedang ke skala 5
kepercayaan
menurun
 Pahami situasi yang
 Perilaku tegang dari skala membuat ansietas
3 sedang ke skala 5  Gunakan pendekatan
menurun yang tenang dan
meyakinkan
 Frekuensi darah dari
 Diskusi perencanaan
skala 3 sedang ke skala 5
realistis tentang
menurun
peristiwa yang akan
 Frekuensi nadi dari skala datang
3 sedang ke skala 5  Melakukan tehnik
menurun relaksasi napas dalam
dan distraksi

Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensai yang
mungkin dalami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurnagi ketegangan
 Latih tekik relaksasi
nafas dalam dan
distraksi
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas jika perlu
Intra Operasi
1 Hipovolemia Tingkat Perdarahan Pencegahan pendarahan
b.d Setelah dilakukan perawatan Observasi
perdarahan selama 1 x 24 jam tingkat  Monitor dan tanda gejala
perdarahan menurun dengan pendarahan
kriteria hasil :
 Monitor nilai
 Kelembapan membrane
hematocrit/hemoglobin
mukosa dari skala 3
 Monitor TTV
(sedang) ke skala 5
 Monitor koagulasi
(meningkat)
Terapeutik
 Kelembapan kulit dari skal
 Batasi tindakan invasif,
3 (sedang) ke skala 5
jika perlu
(meningkat)
 Gunakan kasur
 Perdarahan vagina dari
pencegah decubitus
skala 3 (sedang) ke skala
Edukasi
5 (menurun)
 Jelaskan dan tanda
 Tekanan darah dari skala
pendarahan
3 (sedang) ke skala 5
 Anjurkan menggunakan
(membaik)
kaus kaki saat ambulasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
 Anjurkan segera melapor
jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
pendarahan,jika perlu
2 Bersihan jalan Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas
napas tidak Setelah dilakukan perawatan Observasi
efektif b.d  Monitor pola napas
penumpukan selama 1 x 24 bersihan jalan
 Monitor bunyi napas
sekret napas menurun dengan kriteria  Monitor sputum
hasil :
Terapeutik
 Produksi spotum dari  Pertahankan kepatenan
skala 1 (meningkat ) ke jalan napas
skala 5 (menurun)  Posisikan semi-fowler
 Dispnea dari skal 1  Berikan minuman hangat
(meningkat) ke skala 5  Lakukan fisioterapi dada
(menurun)  Lakukan penghisapan
 Sianosis dari skala 1 lendir kurang dari 15
(meningkat) ke skala 5 detik
(menurun)  Berikan oksigen
 Frekuensi napas skala 1
(memburuk) ke skala 5 Edukasi
(membaik)  Anjurkan asupan cairan
2000 ml?hari
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
bronkodilator
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan Managemen hipertermia
Hipertermi
keperawatan selama 1x24 jam Observasi
diharapkan suhu tubuh pasien  Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hasil: hipertermia
Termoregulasi  Monitor suhu tubuh
 Pucat menurun dari skala 3  Monitor kadar elektrolit
(sedang) ke skala 5  Monitor haluaran urine
(menurun)  Monitor komplikasi akibat
 Suhu tubuh membaik dari hipertermia
skala 3 (sedang) ke skala 5 Terapeutik
(membaik)  Sediakan lingkungan
 Pengisian kapiler membaik yang dingin
dari skala 3 (sedang) ke  Longgarkan atau
skala 5 (membaik lepaskan pakaian
 Berikan cairan per oral
Edukasi
 Anjurkan untuk tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit , jika perlu
Post Operasi
1 Nyeri akut b.d Tingat Nyeri  Manajemen Nyeri
agen
pencidera fisik Setalah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1x24 jam  Identifikasi lokasi,
diharapkan Nyeri dapat karakteristik, durasi,
teratasi frekuensi, kualitas,
Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
 Keluhan nyeri dari skala 3  Identifikasi skala nyeri
sedang ke skala 5  Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas nyeri
 Meringis dari skala 3  Identifikasi respon nyeri
sedang ke 5 menurun non verbal
 Sikap proteksi dari skala 3
Terapeutik
sedang ke skala 5
 Berikan teknik
menurun
nonfarmakologi
 Tekanan darah dari skala 3
 Fasilitasi istirahat dan
sedang ke skala 5
tidur
membaik
Edukasi
 Jelaskan penyebab
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Elminasi Urine
Eliminasi urin keperawatan selama 1x24 jam Observasi
b.d diharapkan Eiminasi Urin  Identifikasi tanda dan
penurunan dapat teratasi dengan kriteria gejala retensi atau
otot kandung hasil: inkintinensia urine
kemih  Sensasi berkemihd ari  Identifikasi faktor
skala 3 sedang ke yang menyebabkan
skala 5 meningkat retensi atau
 Distensi kandung inkontinensia urine
kemih dari skala 3  Monitor eliminasi
sedang ke skala 5 urine
menurun Terapeutik
 Frekuensi BAK dari  Catat waktu
skala 3 sedang ke pengeluran urin
skala 5 membaik  Batasi asupan cairan
jka perlu
Edukasi
 Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
keluaran urin
 Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot otot perkemihan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra
jika perlu
3 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas Kulit
integritas keperawatan selama 1x24 jam Observasi
jaringan b.d diharapkan Integritas jaringan  Identifikasi penyebab
Insisi meningkat dengan kriteria gangguan integritas
hasil: kulit
 Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
dari skala 3 sedang ke  Ubah posisi tiap 2
skala 5 menurun jam sekali jika tirah
 Kemerahan dari skala baring
3 sedang ke skala 5  Lakukan pemijatan
menurun pada daerah
 Suhu kulit dari skala 3 benjolan tulang jika
ke skala 5 membaik perlu
 Nyeri dari skala 3  Hindari produk
sedang ke skala 5 berbahan kaar dan
menurun mengandung alkohol
 Hidrasi dari skala 3  Gunakan lotion jika
sedang ke skala 5 perlu
meningkat Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
 Anjukan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan nutrisi

C. Konsep Tindakan Operasi


1. Definisi
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut
2. Tujuan
Tujuan penganggkatan kandung empedu adalah untuk mencegah
terbentuknya kembali batu empedu di kandung empedu, sehingga akan
mencegah kekambuhan dan infeksi, mencegah perjalanan menjadi
suatu penyakit yang lebih kronik.
3. Indikasi
a. Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan
secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen
b. Penderita kolestrolisis simtomatik yang telah dibuktikan melalui
USG abdomen
c. Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik
4. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut
a. Koagulopati yang tidak terkontrol
b. Penyakit liver stadium akhir
c. Penyakit paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongesif berat
Kontraindikasi relatif
a. Cirrhosis hepatis
b. Obesitas
c. Kolesistitis akut
d. Gangrene dan empyme gall bladder
e. Biliary entric fistula
f. Kehamilan
g. Ventriculo-peritoneal shunt (VP-shunt)
5. Penatalaksanaan
a. Pre Operatif
Penatalaksanaan keperawatan pre operasi adalah lebih kepada
bagaimana menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
prosedur operasi, bagaimana mengatasi cemas sebelum operasi.
b. Post Operatif
Penatalaksanaan pos operasi adalah mengajarkan pasien
bagaimana melatih pernafasan dan batuk yang baik dan benar
untuk mengurangi rasa nyeri. Berkolaborasi dengan tenaga medis
dalam pemberian antemetik untuk mencegah terjadinya muntah
yang berhubungan dengan mengurangi sakit yang ditimbulkan oleh
tegangnya otot-otot perut. Melakukan perawatan luka post operasi
untuk mencegah terjadinya infeksi. Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk diet yang tepat yaitu bergizi dan rendah lemak.
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi
a. Batu empedu yang jatuh ke dalam rongga perut
b. Pendarahan
c. Infeksi
d. Kerusakan struktur atau organ lain didekatnya
e. Reaksi terhadap anestesi umum
Beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya komplikasi
a. Usia 60 tahun atau lebih
b. Kehamilan
c. Obesitas
d. Merokok
e. Malnutrisi
f. Diabetes
g. Masalah jantung dan paru
h. Pembekuan darah
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah untuk menilai fungsi hati
b. Ultrasonografi untuk mendeteksi batu empedu
c. X-ray untuk melihat gambar hati, kandung empedu dan organ
lainnya
d.
8. Gambar
9. Pathway
Pola Hidup, Usia

Pembentukan Batu Empedu

Menyumbat Saluran Kantong Empedu

Nyeri, Mual, Kembung

Indikasi Operasi

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Gugup, Kurang Pembiusan Mengaktivasi Trauma


Pembedahan
panik Informasi reseptor nyeri jaringan,
jaringan
kulit rusak
Insisi
Ansietas Kurang Menekan pusat
Nyeri
Pengetahuan pernafasan dan s
Terputus
Resiko
pembuluh
Kerusakan
darah
Intergitas
Kulit/
Kesadaran jaringan
Perdarahan diturunkan

Fungsi ginjal
Hipovolemia menurun
Termoregulator Kelemahan
terganggu Otot
Pernafasan
Reflek
berkemih
menurun
Refleks batuk dan
Suhu Ruangan menelan berkurang
DIngin

Inkontinensia
Terakumulasi
sekret
Resiko Hipotermi

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
10. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Gangguan
Eliminasi
Pre Operasi
Urine
b. Ansietas b.d Kurang pengetahuan tentang tindakan operasi
Intra Operasi
d. Hipovelemia b.d perdarahan
e. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret
f. Risiko Hipotermi
Post Operasi
d. Nyeri akut b.d agen pencidera biologis
e. Gangguan Eliminasi Urine b.d penurunan otot kandung kemih
f. Keruskan integritas jaringan b.d insisi
11. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


Pre Operasi
1 Ansietas b.d Tingkat Ansietas Reduksi ansietas
kurang
Setelah dilakukan tindakan Observas
pengetahuan
tentang keperawatan selama 1x24 jam  Identifikasi saat tingkat
tindakan
diharapkan Ansietas dapat ansietas berubah
operasi
teratasi dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
 Verbalisasi khawatir
 Monitor tanda tanda
akibat kondisi yang
ansietas (verbal dan
dihadapi dari skala 3
nonverbal)
sedang meningkat ke
Terapeutik
skala 5 menurun
 Ciptakan suasana
 Perilaku tegang dari skala terapeutik untuk
3 sedang ke skala 5 menumbuhkan
menurun kepercayaan
 Pahami situasi yang
 Perilaku tegang dari skala
membuat ansietas
3 sedang ke skala 5
 Gunakan pendekatan
menurun
yang tenang dan
 Frekuensi darah dari meyakinkan
skala 3 sedang ke skala 5  Diskusi perencanaan
menurun realistis tentang

 Frekuensi nadi dari skala peristiwa yang akan

3 sedang ke skala 5 datang

menurun  Melakukan tehnik


relaksasi napas dalam
dan distraksi

Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensai yang
mungkin dalami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurnagi ketegangan
 Latih tekik relaksasi
nafas dalam dan
distraksi
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas jika perlu
Intra Operasi
1 Hipovolemia Tingkat Perdarahan Pencegahan pendarahan
b.d Setelah dilakukan perawatan Observasi
perdarahan selama 1 x 24 jam tingkat  Monitor dan tanda gejala
perdarahan menurun dengan
pendarahan
kriteria hasil :
 Kelembapan membrane  Monitor nilai
mukosa dari skala 3 hematocrit/hemoglobin
(sedang) ke skala 5  Monitor TTV
(meningkat)  Monitor koagulasi
 Kelembapan kulit dari skal Terapeutik
3 (sedang) ke skala 5  Batasi tindakan invasif,
(meningkat) jika perlu
 Perdarahan vagina dari  Gunakan kasur
skala 3 (sedang) ke skala pencegah decubitus
5 (menurun) Edukasi
 Tekanan darah dari skala  Jelaskan dan tanda
3 (sedang) ke skala 5 pendarahan
(membaik)  Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
 Anjurkan segera melapor
jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
pendarahan,jika perlu
2 Bersihan jalan Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas
napas tidak Setelah dilakukan perawatan Observasi
efektif b.d  Monitor pola napas
penumpukan selama 1 x 24 bersihan jalan
 Monitor bunyi napas
sekret napas menurun dengan kriteria  Monitor sputum
hasil :
Terapeutik
 Produksi spotum dari  Pertahankan kepatenan
skala 1 (meningkat ) ke jalan napas
skala 5 (menurun)  Posisikan semi-fowler
 Dispnea dari skal 1  Berikan minuman hangat
(meningkat) ke skala 5  Lakukan fisioterapi dada
(menurun)  Lakukan penghisapan
 Sianosis dari skala 1 lendir kurang dari 15
(meningkat) ke skala 5 detik
(menurun)  Berikan oksigen
 Frekuensi napas skala 1
(memburuk) ke skala 5 Edukasi
(membaik)  Anjurkan asupan cairan
2000 ml?hari
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
bronkodilator
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan Managemen hipertermia
Hipertermi
keperawatan selama 1x24 jam Observasi
diharapkan suhu tubuh pasien  Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hasil: hipertermia
Termoregulasi  Monitor suhu tubuh
 Pucat menurun dari skala 3  Monitor kadar elektrolit
(sedang) ke skala 5  Monitor haluaran urine
(menurun)  Monitor komplikasi akibat
 Suhu tubuh membaik dari hipertermia
skala 3 (sedang) ke skala 5 Terapeutik
(membaik)  Sediakan lingkungan
 Pengisian kapiler membaik yang dingin
dari skala 3 (sedang) ke  Longgarkan atau
skala 5 (membaik lepaskan pakaian
 Berikan cairan per oral
Edukasi
 Anjurkan untuk tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit , jika perlu
Post Operasi
1 Nyeri akut b.d Tingat Nyeri  Manajemen Nyeri
agen
pencidera fisik Setalah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1x24 jam  Identifikasi lokasi,
diharapkan Nyeri dapat karakteristik, durasi,
teratasi frekuensi, kualitas,
Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
 Keluhan nyeri dari skala 3  Identifikasi skala nyeri
sedang ke skala 5  Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas nyeri
 Meringis dari skala 3  Identifikasi respon nyeri
sedang ke 5 menurun non verbal
 Sikap proteksi dari skala 3
Terapeutik
sedang ke skala 5
 Berikan teknik
menurun
nonfarmakologi
 Tekanan darah dari skala 3
 Fasilitasi istirahat dan
sedang ke skala 5
tidur
membaik
Edukasi
 Jelaskan penyebab
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Elminasi Urine
Eliminasi urin keperawatan selama 1x24 jam Observasi
b.d diharapkan Eiminasi Urin  Identifikasi tanda dan
penurunan dapat teratasi dengan kriteria gejala retensi atau
otot kandung hasil: inkintinensia urine
kemih  Sensasi berkemihd ari  Identifikasi faktor
skala 3 sedang ke yang menyebabkan
skala 5 meningkat retensi atau
 Distensi kandung inkontinensia urine
kemih dari skala 3  Monitor eliminasi
sedang ke skala 5 urine
menurun Terapeutik
 Frekuensi BAK dari  Catat waktu
skala 3 sedang ke pengeluran urin
skala 5 membaik  Batasi asupan cairan
jka perlu
Edukasi
 Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
keluaran urin
 Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot otot perkemihan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra
jika perlu
3 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas Kulit
integritas keperawatan selama 1x24 jam Observasi
jaringan b.d diharapkan Integritas jaringan  Identifikasi penyebab
Insisi meningkat dengan kriteria gangguan integritas
hasil: kulit
 Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
dari skala 3 sedang ke  Ubah posisi tiap 2
skala 5 menurun jam sekali jika tirah
 Kemerahan dari skala baring
3 sedang ke skala 5  Lakukan pemijatan
menurun pada daerah
 Suhu kulit dari skala 3 benjolan tulang jika
ke skala 5 membaik perlu
 Nyeri dari skala 3  Hindari produk
sedang ke skala 5 berbahan kaar dan
menurun mengandung alkohol
 Hidrasi dari skala 3  Gunakan lotion jika
sedang ke skala 5 perlu
meningkat Edukasi
 Anjurkan
menggunakan
pelembab
 Anjukan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan nutrisi
Daftar Pustaka

Herdman & Kamitsuru. (2015). Nanda Internation Inc. Diagnosis


Keperawatan :Definisi Klasifikasi 2015-2017. Ahli bahsa Budi Anna Keliat.
Jakarta

Nugroho. 2015. Asuhaan keperawatan penyakit dalam dan bedah. Nuha


medika :yokyakarta.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Taylor, Cynthia M. 2018. Diagnnosa Keperawatan dan asuhan keperawatan.


Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai