DI RUANG NIFAS
RSUD PROVINSI NTB
1.1.5 Pathway
CPD
Persalinan percobaan
Berrhasil Gagal
Post anastesi Luka post SC
Jaringan Jaringan
terputus terbuka
Post partum nifas
Penurunan Penurunan
medulla kerja pons
Merangsang Proteksi
Distensi kabtung kemih oblongata
area sensori kurang
Penurunan
Udem dan memar di Penurunan kerja otot
eliminasi Gangguan Invasi bakteri
uretra refleks batuk
rasa nyaman
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung berbagai factor,
antara lain : bentuk panggul, ukuran panggul, pergerakan sendi-sendi panggul,
besar kepala janin, presentasi dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum
persalinan berlangsung hanya dapat ukurang-ukuran panggul. Oleh karena itu,
jika CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer, sedangkan CV > 8 ½ -10 cmdapat
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur kehamilan tidak boleh
lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi
moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di
dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan
berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk
melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya.
Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan
test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian.
Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak
lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir
spontan pervaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.
Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandel, setelah
pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam
meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio
sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena
persalinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan pervaginam belum
dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah dapat mengarahkan kemungkinan
adanya CPD. Misalkan adanya tuberkulosis pada kolumna vertebra atau pada
panggul, luksasio koksa kongenital dalam poliomielitis dalam anamnesis merupakan
petunjuk penting. Demikian pula jika ditemukan kifosis, ankilosis pada artikulasio
koksa disebelah kanan atau kiri pada pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk.
Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu juga dapat memberi petunjuk
tentang keadaan panggul.
Ada beberapa kesulitan dalam mendiagnosis CPD yaitu sulit untuk
memperkirakan secara tepat seberapa besar relaksasi dari ligamen dan sendi ibu
sebelum melahirkan. Kepala janin juga memiliki kemampuan yang besar untuk
mulase (tulang kepala bayi saling tumpang tindih) sehingga mengurangi ukuran
diameter kepala. Meskipun bayi cukup besar untuk melewati jalan lahir, dengan
adanya mulase kepala janin akan mengurangi masalah. Pelvimetri terdiri dari
pelvimetri klinis dan pelvimetri radiologis.
1. Pelvimetri klinis
Penilaian ukuran dari pelvis dibuat berdasarkan pemeriksaan manual dan palpasi
tulang-tulang pelvis pada pemeriksaan vaginal toucher. Ini biasanya dilakukan
setelah usia kehamilan 37 minggu atau pada saat persalinan.
2. Pelvimetri radiologis
X rays atau pemeriksaan CT scans didapatkan perbedaan sudut pelvis dan
menampilkan ukuran diameter pelvis. Tapi pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan
pada waktu sekarang mengingat akibat radiasi pada bayi yang dapet
ditimbulkannya. Pada pemeriksaan radiologis X rays, didapatkan pelvimetri
untuk menilai ukuran panggul ibu.
Diagnose 2 : Konstipasi
1.3.2.1 Definisi
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang
sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering.
1.3.2.2 Batasan karakteristik
Subjektif :
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistensi otot yang dapat
dipalpasi
Anoreksia
Perasaan penuh atau tekanan pada rectum
Kelelahan umum
Sakit kepala
Peningkatan tekanan abdomen
Indigesti
Mual
Nyeri saat depikasi
Objektif :
Darah merah segar menyertai pengeluaran feses
Perubahan pada suara abdomen
Perubahan pada pola defekasi
Penurunan frekuensi
Penurunan volume feses
Distensi abdomen
Feses yang kering, keras dan padat
Pengeluaran feses cair
Massa abdomen dapat dipalpasi
Bunyi pekak pada perkusi abdomen
Adanya feses, seperti pasta pada rectum
Flatus berat
Mengejan pada defekasi
Tidak mau mengeluarkan feses
muntah
1.3.2.3 Faktor yang berhubungan
Fungsional
Psikologis
Farmakologis
Mekanis
Fisiologis
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan kesulitan dalam Pain level Management nyeri
Pain control
persalinan 1. Lakukan pengkajian
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan nyeri secara
keperawatan, Pasien tidak komprehensif termasuk
mengalami nyeri dengan kriyeria lokasi, karakteristik,
hasil: durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol nyeri (tahu
kualitas, dan factor
penyebab nyeri, mampu
presipitasi.
menggunakan teknik
2. Observasi reaksi
nonfarmakologik untuk mengurangi nonverbal dari
nyeri) ketidaknyamanan.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3. Bantu pasien dan
dengan menggunakan manajemen keluarga untuk mencari
nyeri. dan menemukan
Mampu mengenali nyeri (skala
dukungan.
intensitas, frekuensi dan tanda
4. Control lingkungan
nyeri) yang dapat
Menyatakan rasa nyaman setelah
mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang
seperti suhu ruangan,
Tanda vital dalam rentan normal
Tidak mengalami gangguan tidur pencahayaan dan
kebisingan.
5. Kurangi factor
presipitasi nyeri.
6. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
7. Ajarkan tentang teknik
non farmakologik napas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/dingin.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan instirahat
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali
2 Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan kesulitan dalam Control kecemasan Anciety Reduction
Koping
persalinan, kurang (penurunan kecemasan)
Setelah dilakukan tindakan,
pengetahuan tentang 1. Gunakan pendekatan
kecemasan klien teratasi dengan
pola persalinan normal yang menenangkan
kriteria hasil:
2. Nyatakan dengan jelas
Klien mampu mengidentifikasi dan
harapan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan pasien
3. Jelaskan semua
dan menunjukkan teknik untuk
prosedur dan apa yang
mengotrol cemas
Vital sign dalam batas normal dirasakan selama
Postur tubuh, ekspresi wajah,
prosedur
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas4. Temani pasien untuk
menunjukkan berkurangnya memberikan keamanan
kecemasan dan mengurangi takut
5. Berikan informasi
factual mengenai
diagnosis, tindakan
diagnosis
6. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
7. Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Kelola pemberian obat
anti cemas
3 Kekurangan volume NOC NOC
cairan berhubungan Fluid balance Fluid management
Hydration
dengan perdarahan 1. Pertahankan catatan
Setelah dilakukan tindakan
sekunder dari atony intake dan output yang
keperawatan, pasien tidak
uterus akurat
mengalami kekurangan volume
2. Monitor status hidrasi
cairan dengan kritria hasil:
(kelembaban membrane
Mempertahankan urin output
mukosa)
sesuai dengan usia dan BB
3. Monitor hasil lab yang
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
sesuai dengan retensi
dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi cairan (BUN, Hmt,
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
osmolalitas urin,
normal
albumin, total protein)
pH urin dalam batas normal
4. Monitor vital sign
Intake oral dan intravena adekuat
setiap 15 menit-1 jam
5. Monitor status nutrisi
6. Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
(50-100 cc/jam)
7. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
8. Atur kemungkinan
tranfusi
9. Pasang kateter jika
perlu
10. Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
4 Resiko infeksi NIC NOC
berhubungan dengan Immune status 1. Pertahankan teknik
Knowledge: infection control
rupture membrane aseptif
Risk control
2. Batasi pengunjung bila
Setelah dilakukan tindakan
perlu
keperawatan, pasien tidak
3. Cuci tangan sebelum
mengalami infeksi dengan kriteria
dan sesudah tindakan
hasil:
keperawatan
Klien bebas dari tanda dan gejala
4. Gunakan baju, sarung
infeksi
tangan sebagai alat
Menunjukan kemampuan untuk
pelindung
mencegah timbulnya infeksi
5. Ganti letak IV perifer
Jumlah leukosit dalam batas
dan dressing sesuai
normal
Menunjukan prilaku hidup sehat dengan petunjuk umum
Status imun, gastrointestinal dalam6. Gunakan kateter
batas normal intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
7. Tingkatkan intake
nutrisi
8. Berikan terapi antibiotic
9. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
10. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
11. Monitor adanya luka
12. Dorong masukan cairan
Diagnose 1 : Konstipasi
1.2.1.3 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi menurun, dengan criteria
hasil sebagai berikut :
a. Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan
b. Feses lunak dan berbentuk
c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan
1.2.1.4 Intervensi dan rasional
Intervensi Rasional
Pengkajian :
Identifikasi factor yang Pencegahan dini agar tidak
dapat menyebabkan atau memperparah keadaan pasien.
berkontribusi terhadap
konstipasi.
Penyuluhan untuk pasien/ Memberikan pemahaman
keluarga : tentang tindakan yang akan
Jelaskan etiologi masalah
dilakukan
dan rasional tindakan pada
pasien.
Kolaborasi :
a. Konsultasi dengan a. Mengetahui gangguan yang
dokter tentang penuruan mungkin terjadi pada
atau peningkatan pasien.
b. Mengetahui tindakan yang
frekuensi bising usus
b. Sarankan pasien untuk dapat dilakukan mengatasi
berkonsultasi dengan masalah
dokter jika konstifasi
atau imfaksi terjadi
Mandiri :
a. Anjurkan aktivitas yang a. Merangsang eliminasi
optimal defikasi pasien.
b. Berikan privasi dan b. Menambah kenyamanan
keamanan untuk pasien untuk pasien selama
selama eleminasi eleminasi defekasi
defekasi
c. Beri perawatan dalam
sikap yang menerima,
tidak menghakimi.
Reeder. (1997). Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Jakarta : EGC
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC