Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
utama. Di Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer, karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.
Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi
primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. (Suyono, 2001, h 453)
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang,
tetapi hanya 4%, yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada
orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18%
diberbagai daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang
penderita hipertensi.(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang
penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya
sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak
dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal
mekanis.(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)
Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi
ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan
pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan
hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik.
Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.(Mansjoer, 2001 : h 441)

1
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30
tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa
dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara
berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil
jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya
mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi
perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,
penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi,
dari 200/120 samapi 250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah
kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai “normal” pada tekanan
darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas,
diukur kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.(weblog, Wikipedia-
indonesia/)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer
Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM Djoelham kota binjai.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan
sistem kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata
sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilaksanakan pada klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang
diperoleh dengan studi kasus/ penerapan di lapangan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah
persissten dimana sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut sebagai pembunuh "Diam-
diam" karena orang yang dengan hipertensi sering tidak
menampakkan gejala. ( Brunner & Suddart, 2002 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg darn diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekaean
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. ( Smeltzer,
2001).
Dari kedua defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah mengalarni
peningkatan dari batas normal yang aifatnya menetap.
2.1.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan - perubahan pada Elastisitas dinding aorta
menurun, Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, dan
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia.
2. Kelamin
Pada umumnya insidens pada priaa lebih tinggi daripada
wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada
wanita mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun,
insidens pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua icali
pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini lebih berat pada ras
kulit hitam misalnya mortalitas pasien hria hitam dengan diastole
115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan
5,6 kali bagi wanita putih.
4. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup
lain telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah,
tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang
penuh stress agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi.
5. Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
6. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
Umur jika umur bertambah maka tekanan darah juga meningkat).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Pada individu lansia, hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipertensi sistolik saja yang dimana tekanan darah sistolik terukur
melebihi 160 mmHg, dengan tekanan diastolik normal atau
mendekati normal (di bawah 90 mmHg ).
2. Hipertensi gensial yang dimana tekanan diatolik lebih besar atau
sama dengan 90 mmHg berapapun tekanan sistoliknya.
3. Hipertensi skunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh
penyebab yang mendasarinya.
No. Klasifikasi Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Normotensi >140 < 90
2. Hiperetensi ringan 140 – 180 90 – 105
3. Hiperetensi perbatasan 140 – 160 90 – 95
4. Hiperetensi sedang dan berat > 180 >105
5. Hiperetensi sistolik terisolasi > 140 < 90
6. Hiperetensi sistolik perbatasan 140 – 160 < 90

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan velaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, nada medulla diotak dari
pusat vasomotor ini medulla di otak dari pusat vasomotor ini medulla
dari saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis, dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengeksresi epinefrin yang menyebebkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mengeksresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemodian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensiretensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyehahkan pcningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah yang terjadi
pada lansia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan
penurunari curah jantung dan peningkatan perifer.
2.1.5 Pathway

Usia ciri perseorangan kebiasaan


hidup monoton

a. Hilangnya elastisitas Emosional tidak


jar. Menurun terkendali
b. Relaksasi otot Pola makan tdk
Polos dan Pembuluh sehat/tdk seimbang
darah menurun

Tinggi garam
Merangsang tinggi kolestrol
keladrenalin
kemampuan distensi dan daya
regang pemb. darah menurun

Sekresi epineprin
kemampuan aorta
dan arteri utk mengakomodasi
vol. sekuncup menurun obesitas

vasokonstriksi

Risiko penurunan curah Perubahan


jantung dan peningkatan nutrisi lebih dari
tahanan perifer kebutuhan
tubuh
Gangguan pola nafas
HIPERTENSI

Kurang informasi saraf simpatis meningkat Tekanan vaskuler serebral


meningkat

Ketidaktahuan ttg
kundisi penyakit takipneu/frekuensi napas
meningkat
Intoleransi aktivitas

cemas
Pola napas tidak teratur
Nyeri akut
(sakit kepala)
kurang
pengetahuan
Suplai oksigen tidak
adekuat

ketidakseimbangan
oksigen dg kebutuhun

Intoleransi aktivitas

2.1.6 Manifestasi klinis


Peningkatan Tekanan Darah merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
giajal, mata, otakjantung. Gejala yang sering ditemukan adalah : Sakit
kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah, muka pucat, suhu tubuh
rendah dan pusing.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada Hipertensi berat, organ
tubuh yang terserang akibat Hipertensi antara lain :
1. Perdarahan retina bahkan gangguan pengelihatan sampai
kebutaan.
2. Kerusakan jantung
3. Kerusakan ginjal
4. Pecahnya pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke,
haemoragik bahkan kematian.
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi
normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas
dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor
fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah
dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan
respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.9 Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara
teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu
menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat
badan harus segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan
bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi
seseorabg yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat
untuk mengendalikan stress.(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.10 Pengobatan
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural
cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume
input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov (Arif Mansjoer, 2001, 522)

3. Perubahan gaya hidup


Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari
terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif
lainnya.
a. Mengkurangi konsumsi garam
b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
c. Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan
tangga dari pada limfa
d. Menghentikan kebiasaan merokok
e. Menjaga kestabilan BB
f. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka
sebagai salah satu upayahnya.
2.1.11 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum
melakukan terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan
faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa
unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti
klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH
dan ekokardiografi. (Mansjoer Arif,2000 : 49)
2.2 Konsep dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi
Proses keperawatan merupakan metode dimana suatu konsep
diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu
pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampiian interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial
dan berhubungan yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2.2.1 Pengkajian Hipertensi
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang lansia yang di
binanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan lansia. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu dalam pengkajian meliputi dua tahap :
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia
di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan
penaggung jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat,
serta petugas kesehatan. (Dongoes, 2000)
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format
pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan
lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :
data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan
suku bangsa), data biopsikososial spiritual kultural, lingkungan, status
agama, fungsional, fasilitas penunjang, kesehatan yang ada, serta
pemeriksaan fisik. (Bandiyah, 2009).
Pengkajian pada lansia dengan Osteoporosis adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Identitas klien mencakup nama, alamat, jenis kelamin, umur,
agama, suku, tingkat pendidikan, keluarga yang dapat dihubungi, dan
riwayat pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan paling berat oleh pasien. Pada
lansia dengan hipertensi mengeluh nyeri kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana
kejadiannya dan apa saja upaya untuk mengatasi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu
Bagaimana kesehatan klien sebelumnya, apakah pernah
mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan
jika ada, biasanya pergi berobat kemana.
d. Riwayat penyakit keluarga
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara
anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama.
3. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar,
penulis menggunakan konsep dasar menurut Virginia Handerson
yaitu :
a. Kebutuhan respirasi
Pengumpulan data tentang pernafasan klien, apakah
mengalami gangguan pernafasan atau tidak.
b. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah bagaimana nafsu
makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang
masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat
menelan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstpasi, diare,
kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi
dan inkontenensia.
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi dan siang hari. Apakah klien
merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya
insomnia atau mimpi buruk.
e. Kebutuhan aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL),
apakah klien mampu melakukannya sendiri secara mandiri
atau dibantu oleh keluarga maupun perawat.
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya ditanyakan bagaimana kenyamanan klien,
pengkajian nyeri menggunakan PQRST. Dimana, p
(provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan
oleh meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah
terganggu dan mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan Q
(kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat,
apakah rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau
trauma tumpul R (region) yaitu daerah terjadinya/perjalanan
nyeri S (skala), bagaimana skala nyerinya bisa dengan
menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5), T (time) waktu
klien merasakan nyeri, apakah terus-menerus atau klien
merasakan nyeri pada waktu pagi hari, siang, sore atau malam.
g. Pengaturan suhu tubuh
Harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperatur, kelembaban atau pergerakan udara atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau atau
mengurangi aktivitasnya.
h. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya
mengenai kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang,
kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang
dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak
bisa dilaksanakan sebagaimana halnya orang sakit, bagi orang
sakit biasanya bermain/berekreasi dengan membaca,
berbincang-bincang tetapi tergantung individul
i. Kebutuhan spiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana
cara klien mendekatkan diri kepada Tuhan dan pantangan
dalam agama selama klien sakit.

j. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai
masalah-masalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya
tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat
pendidikan klien tentang hipertensi
k. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap
interprestsi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana
sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus
bekerja.
l. Kebutuhan berpakaian
Bagaimana kebiasaan klien dalam berpakaian dan berapa
kali klien mengganti baju dalam sehari.
m. Kebutuhan personal hygiene
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
berapa kali klien mandi, menyikat gigi, keramas dan
memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan sabun
mandi, pasta gigi dan sampo. Namun hal tersebut tergantung
keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada umumnya
kebutuhan personal hygiene dapat terpenuhi meskipun hanya
dengan bantuan keluarga.
n. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan
bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
orang lain (Nursalam, 2008).
4. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan rambut
1) Inspeksi : Untuk mengetahui warna, tekstur dan distribusi
rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah
ada ketombean, kutu atau tidak, apakah rambut mudah
rontok atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
pada kepala, ada atau tidak ada nyeri tekan.
b. Wajah
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk wajah klien simetris
atau tidak, gerakan otot wajah dan ekspresi wajah klien
pada saat melakukan pengkajian.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak odema pada
wajah.
c. Mata
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,
terdapat konjungtivitas atau tidak, kelopak mata bersih atau
tidak.
d. Hidung
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau
tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan untuk
mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.
e. Telinga
Infeksi : Untuk mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran kedua
telinga baik atau tidak.
f. Mulut
Infeksi : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut
dan gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries
gigi.
g. Leher
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk leher, apakah ada atau
tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran
kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
h. Dada
1) Infeksi : Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak,
apakah menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak.
2) Palpasi : Untuk mengetahui ada atau tidak pembengkakan
di daerah dada, kelengkapan tulang iga, apakah ada atau
tidak nyeri tekan pada dinding dada, apakah ada tarikan
dinding dada.
3) Auskultasi : Untuk mengetahui suara jantung dan nafas
klien (suara nafas tambahan) apakah ada kelainan atau
tidak.
4) Perkusi : Untuk mengetahui bunyi ketuk pada daerah dada
klien, apakah ada bunyi atau tidak.
i. Abdomen
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada striae atau tidak, apakah
turgor kulit klien baik atau tidak.
2) Auskultasi : Untuk mendengar apakah ada bising usus atau
tidak, apakah ada kelainan pada daerah abdomen, apakah
ada nyeri tekan.
3) Perkusi : Untuk mengetahui apakah ada bunyi timpani pada
abdomen.
4) Palpasi : Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan
abdomen atau kelainan lainnya pada saat dilakukan palpasi.
j. Ekstremitas bawah dan atas
1) Infeksi : Untuk melihat apakah ada odema atau tidak,
kekuatan otot dan capillary refill time dan apakah terdapat
infuse atau tidak.
2) Perkusi : Untuk mengetahui bagaimana reflex patella.
k. Integument
1) Infeksi : Untuk mengetahui apakah kulit bersih atau tidak,
apakah ada luka ataupun penyakit kulit lainnya.
2) Palpasi : Untuk mengetahui turgor kulit klien baik atau
tidak.

2.2.2 Diagnosa keperawatan Hipertensi


Diagnosa Keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan, baik yang aktual maupun potensial.masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi,
diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan.
a. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan perneriksaan fisik, kernudian diiakukan analisis
data. Analisis data dilakukan dengan memilih data-data yang ada,
sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosis keperawatan.
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Tekanan vaskuler Nyeri akut
- Klien mengeluh sakit selebral meningkat (sakit kepala)
pada kepala menjalar
ke pundak Nyeri akut
- Klien mengeluh (sakit kepala)
telinganya berdengung
DO:
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Karakteristiknya
P: peningkatan
tekanan vaskuler
pada cerebral
Q: ringan-berat
S: 1-10,
T: sewaktu-waktu
- TTVmeningkat

2 DS: Saraf-saraf Intoleransi


- Klien mengatakan simpatis meningkat aktivitas
keadaannya lemah
dan tidak bisa Frekuenso napas
beraktivitasnya meningkat
sendiri.
DO: Pola nafas tidak
- Klien tampak lemah. teratur
- Klien tampak
berbaring di tempat Suplasi O2 tidak
tidur. ada

Ketidakseimbangan
O2 dengan
kebutuhan

Intoleransi aktifitas

3 DS: Hipertensi Kurang


1. Klien mengatakan pengetahuan
kurang tahu tentang
penyakit hipertensi. Kurang informasi
2. Klien tidak tahu mengenai penyakit
penyebab hipertensi dan terapi
3. Klien mengatakan
makan makanan yang
sama dengan
keluarganya, tampa
adanya perbedaan.
DO:
Klien bertanya tentang

b. Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien


hipertensi adalah (Doenges Marllyn, 2000 )
1) Nyeri akut ( sakit kepala ) berhubngan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral ditandai dengan keluhan pusing ,
berdeyut, sakit kepala suboksivital.
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
oksigen ditandai dengan kelemahan umum.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi
mengenai penyakit dan terapi
2.2.3 Intervensi Keperawatan Hipertensi
Hari No Tujuan dan
Intervensi Rasional
Tanggal DX kriteria hasil
1 Setelah 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan
dilakukan baring selama stimulasi atau
tindakan faseakut. meningkatkar
keperawatan relaksasi.
diharapkan nyeri 2. Berikan tindakan 2. Tindakan yang
dapat berkurang, nonfarmakologi menurunkan
dengan unttuk vaskuler serrebral
Kriteria hasil : menghilangkan dan yang
1. Klien sakit kepala, memperlambat
melaporkan misalnnya pijat respon simpatis
nyeri atau punggung dan enghilangkan
ketidaknyama leher, redupkan sakit kepala.
nan hilang/ lampu kamar, dan
terkontrol. teknik relaksasi.
2. Klien dapat 3. Hilangkan atau 3. Aktivitas yang
menungkapka minimalkan meningkatkan
n metode yang aktivitas vasokonstriksi
dapat vasokonstriksi menyebabkan
digunakan yang dapat sakit kepala
untuk meningkatkan sakit
mengurangi kepala misalnya :
nyeri. mengenjan saat
3. TTV kembali BAK. batuk
normal panjang,
membungkuk.
efektif dalam
4. Berikan cairan,
makanan lunak, 4. Meningkatkan
perawatan mulut kenyamanan
yang teratur. umum.
5. Kolaborasi, dalam
pemberian obat 5. Menurunkan atau
analgesik niengontrol nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis.
2 Setelah 1. Berikan dorongan 1. kemajuan
dilakukan untuk aktivitas / aktivitas bertahap
tindakan perawatan diri mencegah
keperawatan bertahap jika dapat peningkatan kerja
diharapkan ditoleransi, berikan jantung tiba –
kelemahan bantuan sesuai tiba, memberikan
berkurang kebutuhan bantuan hanya
sehingga klien sebatas kebutuhan
dapat akan mendorong
beraktivitas kemandirian
sesuai dengan 2. Instruksikan pasien dalam melakukan
keinginan atau tentang tekhnik aktivit
kebutuhan penghematan 2. tekhnik
aktivitas energy menghemat
terpenuhi dengan energy
Kriteria hasil : mengurangi
1. Berpartisivasi penggunaan
dalam 3. Beri jarak waktu energy, dan juga
aktivitas yang pengobatan dan membantu
diinginkan prosedur untuk kesimbangan
atau memungkinkan antara suplai dan
diperlukan, waktu istirahat kebutuhan
2. Melaporkan sepanjang siang dan oksigen
peningkatan sore 3. istirahat
dalam 4. Kolaborasi memungkinkan
toleransi pemberian obat penghematan
aktivitas yang digixin energy
dapat diukur.

4. pemberian
digoxin untuk
memperkuat kerja
jantung.

3 Setelah diberikan 1. Jelaskan tentang 1. Memberikan dasar


tindakan batas tekanan darah untuk pemahaman
keperawatan normal, tekanan tentang
diharapkan darah tinggi dan peningkatan
pasien efeknya. tekanan darah
mengetahui 2. Jelaskan sifat mengklarifikasikan
informasi tentang penyakit dan tujuan istilah medis yang
hipertensi dengan dari p0engobatan sering digunakan.
kriteria hasil : dan prosedur. Pemahaman bahwa
1. Klien 3. Jelaskan pentingnya tekanan darah
mengungkapkan lingkungan yang tinggi dapat terjadi
pengetahuan akan tenang, tidak penuh tanpa gejala
hipertensi dengan stress. sehingga
2. Melaporkan 4. Diskusikan tentang memungkinkan
pemakaian obat- obat-obatan : nama pasien untuk
obatan sesuai obat, dosis obat, melanjutkan
program. waktu pemberian pengobatan
obat, dan tujuan meskipun sudah
pemberian obat dan merasa sehat.
efek samping obat. 2. Supaya klien tahu
5. Berikan pendidikan dan
kesehatan tentang memungkinkan
cara mencegah dan pasien untuk
mengatasi melanjutkan
hipertensi. pengobatan.
6. Anjurkan klien
untuk tidak 3. Supaya klien bisa
mengonsumsi mengontrol stress.
makanan dan 4. Mengurangi resiko
minuman yang dapat keracunan dan
meningkatkan over dosis obat dan
tekanan darah. supaya pengobatan
7. Evaluasi tingkat lancar karena
pengetahuan klien. pasien sudah
paham dan tahu
mengenai obat-
obatan yang
diberikan.
5. Menambah
pengetahuan klien
sehingga klien bisa
mencegah dan
mengatasi
hipertensi.
6. Untuk menghindari
peningkatan
tekanan darah.
7. Mengetahui sejauh
mana klien
mengetahui dan
memahami tentang
penyakitnya

2.2.4 Implementasi (Pelaksanaan)


Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah langkah ke empat
dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan ( Hidayat AA,2004 ).
Tahap pelaksanaan dimulai setclah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisifasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap
palaksanaiin, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang
telah ditetapkan oleh institusi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah : Proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan dan merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan dengan cara mengidentifikasi
sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam memberikan
asuhan keperawatan dari tingkat keberhasilan ini kita dapat
mempertimbangkan perawatan yang diberikan selanjutnya ( Hidayat
AA.2,004 ).
Macam-macam Evaluasi :
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu : Evaluasi kuantitatif atau
evaluasi kualitatif.
a. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah
pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan. Misalkan jumlah
keluarga yang dibina atau jumlah imunisasi yang telah diberikan.
Evaluasi kuantitatif sering digunakan dalam kesehatan karena
lebih mudah dikerjakan bila dibandingkan dengan evaluasi
kualaatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap
dapat memberikan hasil yang memuaaskan.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat
difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
1) Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan. Upaya keperawatan yang terkait antara lain :
a) Kecakapan atau kualifikasi perawat
b) Minat atau dorongan
c) Waktu atau tenaga yang digunakan
d) Macam dan banyaknya peralatan yang digunakan
e) Dana yang tersedia
2) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan
masalah nutrisi.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam rnelaksanakan tugas-tugas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Penerbit media aescuslapitas
FKUI, Jakarta.
Astawan, (2007).Pengembangan Pelayananan Keperawatan Komunitas Untuk
Deteksi Dini Hipertensi dan Komplikasinya http:
//www.Srnalrab.com/kesehatan
Doenges, Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan.Ed.3. Jakarta: EGC
Engram, Barbara, (1998).Rencana Asuhan Keperawatan medical-bedahJakarta:
EGE
Hidayat,AA. (2004). Penganlar Dokumentasi Proses KeperawatanJakarta:
EGC:SalembaMedika.
Mubarak, WahitIgbal, Dkk. (2010). Ilmu Keperawatan Komuitas2 :Konsep dan
Aplikasi dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komuniats.
Keluarga dan Gerontik.Salembamedika. Jakarta
Nursalam, (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Jakarta: SalembaMedika.Jakarta
Prince, Sylvia Anderson.(1994). Patofisologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit.Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, (2001). Buku Ajar KeperawatanMedikal-
bedahBrunne&Suddarth.Jakarta: EGC
Tamboyong, Jail, (2000). PatofisiologiUntukKeperawatan. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai