Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian maternal (Maternal mortality rate) ialah jumlah kematian
maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini dibeberapa
Negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup (Sarwono, 2009:7). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Persalinan
ketuban pecah dini ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kelainan letak
janin, kehamilan ganda, kelainan bawaan dari selaput ketuban, kelainan panggul
(Manuaba, 2007:229).
Persalinan macet merupakan 8% penyebab kematian ibu secara golobal.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah fistula vasikivaginalis dan atau rektovaginalis.
Disamping itu, dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan sepsis, terutama
jika terjadi ketuban pecah dini. Komplikasi lain adalah rupture uteri yang dapat
mengakibatkan perdarahan syok, bahkan kematian (Sarwono, 2008:54-55). WHO
memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan
pasca persalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan adalah anemia (Sarwono,
2005:54). KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang dari 34 minggu sngat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome) (
Joseph HK, 2010:185).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /
sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm ( fase laten ). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan ( Joseph HK, 2011 :
185 ). Umur adalah lamanya waktu hidup atau sejak dilahirkan dihitung dalam tahun
(KBBI, 1989). Usia ibu yang <20 tahu. termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami
ketuban pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia >35 tahun tergolong usia yang terlalu
tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan resiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini. Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. Rekomendasi WHO
untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20
hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan
masalah karena kondisi fisik belum siap 100% (Seno, 2008). (Heny Sepduwiana,
2013)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar penyakit KPD ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada kasus KPD ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit KPD
2. Mengetahui konsep dasa asuhan keperawatan pada kasus KPD
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit KPD
2.1.1 Pengertian KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini
merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan
peningkatan risiko infeksi intra-amnion.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/
premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum
partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm.
Definisi Ketuban Pecah Dini menurut Nugroho 2010 yaitu pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartus, pada pembukaan <
4 cm (fase laten). hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
melahirkan. Sedangkan menurut Mitayani, 2011 ketuban pecah dini merupakan
pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu dengan atau tanpa kontraksi.
2.1.2 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
(Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah.(Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi
secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya
selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

2.1.3 Manifestasi klinis


1. Keluar air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sudah
kering
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
6. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
7. Bunyi jantung bisa tetap normal
2.1.4 Pathway

Kala 1 persalinan
Gangguan pada kala 1

Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gemeli


sevikalis sllu janin inkompet hidramio
terbuka akibat
kelainan serviks
uteri

Tidak ada bagian


Mudahnya Proses Dilatasi bertebi Ketegangan
terendah yang
pengeluaran air biomekanik uterus
menutupi PAP yang
penge bakteri
menghalangi tekanan
mengeluarkan
enzim
Selaput ketuban
menonjol dan Serviks tidak
mudah pecah bisa menahan
Selaput ketuban tekanan
mudah pecah

KETUBAN PECAH

Air ketuban terlalu Klien tidak mengetahui Tidak adanya pelindung


banyak penyebab dan akibat luar dengan daerah rahim
KPD
Distoksia (partus)
Mudahnya
mikroorgaisme masuk
Laserasi pada jalan secara asendens
lahir Defisit pengetahuan
Resiko Infeksi

Kecemasan ibu terhadap


keselamatan janin dan
dirinya.

Ansietas
2.1.5 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi myometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial
dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini

2.1.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari KPD :
1. Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara lain :
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
2. Pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri:
1) Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
2) Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah:
1. Pemeriksaan leukosit/WBC, bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi
infeksi
2. Ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan,
letak atau persentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah
air ketuban.
3. Monitor DJJ dengan fetoskoplaennec atau Doppler atau dengan melakikan
pemeriksaan atau kardiotokografi ( bila usia kehamial >32 mmingu).
4. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kassceosa, rambut
lanugo/ telah terinfeksi atau berbau
5. Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah pecah

2.1.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari KPD :
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
4. Tali pusat menumbung
5. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan
dry labour atau persalinan kering. Ketuban pecah dini merupakan penyebab
pentingnya persalinan premature dan prematuritas janin.
6. Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan
dilakukan setelah 24 jam onset
7. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus
oligohidramnion

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan KPD


1. Pengkajian
a. Identitas
Berisi tentang :Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan ,Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak, pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput
ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
2) Riwayat haid
Umur pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
3) Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah
perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
4) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
5) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang.
Apakah ada penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita
penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang
pernah di derita oleh keluarga.
c. Pengkajian Biopsikososial
1) Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan. \
2) Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah.
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum: suhu normal kecuali disertai infeksi.
2) Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus
harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut
hari haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin
dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi. Denyut jantung
normal.
3) Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan
untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina. Karna cairan
alkali amnion mengubah pH asam normal vagina, kertas nitrasin dapat
dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrasin menjadi biru bila ada
cairan alkali amnion. Bila diagnose tidak pasti adanya skuama anukleat,
lanugo, atau bentuk Kristal daun pakis cairan amnion kering dapat
membantu.
4) Pemeriksaan vagina steril: menentukan penipisan dan dilatasi serviks.
Pemeriksaan vagina juga mengidentivikasi bagian presentasi dan stasi
bagian presentasi dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
2) Tes Lakmus (tes Nitrazin)
Jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
mengahsilakan tes yang positif palsu.
3) Mikroskopik (tes pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
4) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan degan tidak adanya pelindung luar dengan
daerah rahim
b. Defisit pengetahuan berhubugan dengan klien tidak mengetahui penyebab
dan akibat KPD
c. Ansietas bergubungan dengan kecemasan ibu terhadap keselamatan janin dan
dirinya.
3. Intervensi

No Diagnose Tujuan dan criteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
tindakan keperawatan infeksi . mengetahui
berhubungan
selama 3×24 jam di tanda-tanda
degan tidak harapkan pasien tidak infeksi yang
menunjukan tanda- muncul.
adanya
tanda infeksi . dengan 2. Pantau keadaan 2. Untuk melihat
pelindung luar criteria hasil : umum pasien perkembangan
kesehatan
dengan daerah
 Tanda-tanda pasien.
rahim infeksi tidak tidak
ada.
 Tidak ada lagi
cairan ketuban 3. Bina hubungan 3. Untuk
yang keluar dari saling percaya memudahkan
pervaginaan. melalui komunikasi perawat
 DJJ normal therapeutic. melakukan
 Leukosit pasien tindakan.
kembali normal
 Suhu 36-37
4. Berikan lingkungan
yang nyaman untuk 4. Agar istirahat
pasien. pasien
terpenuhi.

5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat
antiseptik sesuai 5. Untuk proses
terapi. penyembuhan
pasien

2 Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji apa pasien tahu 1. Untuk


tindakan keperawatan tentang tanda-tanda mengetahui
pengetahuan
selama 3×24 jam di dan gejala normal tentang
berhubugan harapkan pasien selama kehamilan. pemahaman
memahami 2. Ajarkan tentang apa pasien untuk
dengan klien pengetahuan tentang yang harus dilakukan tindakan
penyakitnya . dengan jika tanda KPD selanjutnya.
tidak
criteria hasil : muncul kembali. 2. Mencegah
mengetahui 3. Libatkan keluarga terjadinya hal-
penyebab dan  Pasien terlihat
agar memantau hal yang tidak
tidak bingung lagi. kondisi pasien . diinginkan
akibat KPD  Pasien terjadi yang bisa
membahayakan
ibu-janin.
3. Untuk
membantu
merencanakan
tindakan
berikutnya.

3 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui


tindakan keperawatan kecemasan pasien. tingkatan
bergubungan
selama 3×24 jam di kecemasan yang
dengan harapkan ansietas dialami pasien.
pasien teratasi. dengan
kecemasan ibu
criteria hasil :
terhadap
keselamatan  Pasien tidak cemas 2. Dorong pasien untuk 2. Untuk
lagi istirahat total. mempercepat
janin dan  Pasien sudah proses
mengetahui tentang penyembuhan
dirinya.
penyakit
3. Berikan suasana
yang tenang dan
ajarkan keluarga
untuk memberikan
dukungan emosional 3. Untuk
pasien. memberikan
rasa nyaman dan
menurunkan
kecemasan
pasien.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature
rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu
bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase
yang dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah
dini

3.2 Saran
Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaan keluarga
karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan perkembangan dan
kebiasaan pasien.Diharapkan perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk
menambah wawasan dan ketrampilan sebagai seorang perawat professional.
DAFTAR PUSTAKA

Heny Sepduwiana. 2013. faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 1,
No 3
http://ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
(KPD) mikimikiku.htm
Manuaba, Ida Bagus, 2002, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan
Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai