PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian maternal (Maternal mortality rate) ialah jumlah kematian
maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini dibeberapa
Negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup (Sarwono, 2009:7). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Persalinan
ketuban pecah dini ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kelainan letak
janin, kehamilan ganda, kelainan bawaan dari selaput ketuban, kelainan panggul
(Manuaba, 2007:229).
Persalinan macet merupakan 8% penyebab kematian ibu secara golobal.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah fistula vasikivaginalis dan atau rektovaginalis.
Disamping itu, dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan sepsis, terutama
jika terjadi ketuban pecah dini. Komplikasi lain adalah rupture uteri yang dapat
mengakibatkan perdarahan syok, bahkan kematian (Sarwono, 2008:54-55). WHO
memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan
pasca persalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan adalah anemia (Sarwono,
2005:54). KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang dari 34 minggu sngat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome) (
Joseph HK, 2010:185).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /
sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm ( fase laten ). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan ( Joseph HK, 2011 :
185 ). Umur adalah lamanya waktu hidup atau sejak dilahirkan dihitung dalam tahun
(KBBI, 1989). Usia ibu yang <20 tahu. termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami
ketuban pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia >35 tahun tergolong usia yang terlalu
tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan resiko tinggi mengalami
ketuban pecah dini. Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. Rekomendasi WHO
untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20
hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan
masalah karena kondisi fisik belum siap 100% (Seno, 2008). (Heny Sepduwiana,
2013)
Kala 1 persalinan
Gangguan pada kala 1
KETUBAN PECAH
Ansietas
2.1.5 Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi myometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial
dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini
2.1.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari KPD :
1. Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara lain :
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)
2. Pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri:
1) Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
2) Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah:
1. Pemeriksaan leukosit/WBC, bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi
infeksi
2. Ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan,
letak atau persentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah
air ketuban.
3. Monitor DJJ dengan fetoskoplaennec atau Doppler atau dengan melakikan
pemeriksaan atau kardiotokografi ( bila usia kehamial >32 mmingu).
4. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kassceosa, rambut
lanugo/ telah terinfeksi atau berbau
5. Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah pecah
2.1.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari KPD :
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
4. Tali pusat menumbung
5. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan
dry labour atau persalinan kering. Ketuban pecah dini merupakan penyebab
pentingnya persalinan premature dan prematuritas janin.
6. Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan
dilakukan setelah 24 jam onset
7. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus
oligohidramnion
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan degan tidak adanya pelindung luar dengan
daerah rahim
b. Defisit pengetahuan berhubugan dengan klien tidak mengetahui penyebab
dan akibat KPD
c. Ansietas bergubungan dengan kecemasan ibu terhadap keselamatan janin dan
dirinya.
3. Intervensi
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat
antiseptik sesuai 5. Untuk proses
terapi. penyembuhan
pasien
3.2 Saran
Dalam pemberian asuhan keperawatan perlu adanya keikutsertaan keluarga
karena keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan perkembangan dan
kebiasaan pasien.Diharapkan perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk
menambah wawasan dan ketrampilan sebagai seorang perawat professional.
DAFTAR PUSTAKA
Heny Sepduwiana. 2013. faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 1,
No 3
http://ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
(KPD) mikimikiku.htm
Manuaba, Ida Bagus, 2002, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arcan
Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika.