RESUME KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS EPILEPSI DI POLI ANAK RSUD
PROVINSI NTB
toksik, yang selanjutnya melepas muatan listrik dari sel saraf tersebut
(Mansjoer, 2000). Beberapa penyelidikan menunjukkan peranan
asetilkolin sebagai zat yang merendahkan potensial membran postsinaptik
dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja,
sehingga manifestasi klinisnya muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin
sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik
sel-sel saraf kortikal dipermudah.
Setilkolin diproduksi oleh sel-sel saraf kolinergik dan merembes
keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran waspada (terjaga) lebih
banyak asetilkolin lebih banyak merembes ke luar dari permukaan otak
daripada selama tidur.
Pada epilepsi idiopatik, tipe grandmal, secara primer muatan listrik dilepas
oleh nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti
centercephalic. Inti ini merupakan terminal dari lintasan asendens aspesifik
atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input dari korteks serebri melalui
lintasan aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bilamana sama sekali
tidak ada input maka timbullah koma. Pada grandmal, oleh karena sebab
yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti
intralaminar talamik secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang
berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus
menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran yang menerima
impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran menghilang.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Commission of Classification and Terminology of the
International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, epilepsy
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Epilepsi parsial (fokal, lokal)
1) Sawan parsial sederhana kesadaran tetap normal
a) Dengan gejala motorik
Fokal motorik tidak menjalar
Fokal motorik menjalar (dikenal dengan Epilepsi Jackson)
3
5. Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefhalografi (EEG) merupakan pemeriksaan penunjang
yang informatif yang dapat memastikan diagnosis epilepsi bila ditemukan
pola EEG yang bersifat khas epileptik baik terekam saat serangan maupun
diluar serangan berupa gelombang, runcing, gelombang paku, runcing
6
b. Pengobatan Psikososial
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang
optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh
dalam menjalani pengobatannya, sehingga dapat bebas dari sawan dan
dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal.
7. Prognosis
Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan
paling sedikit 2 tahun, dan apabila lebih dari 5 tahun sesudah serangan
terakhir obat dihentikan, pasien tidak mengalami sawan lagi, dikatakan
telah mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak akan mengalami
remisi meskipun minum obat secara teratur. Sesudah remisi, kemungkinan
munculnya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik klonik
dan sawan parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah
mengalami relaps sesudah remisi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subyektif, antara lain :
1) Keluhan Utama
Untuk keluhan utama, pasien atau keluarga biasanya
ketempat pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami
penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih.
Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya
tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh
anaknya atau anggota keluarganya sering berhenti mendadak bila
diajak bicara.
2) Riwayat kesehatan.
Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-
spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuensi
serangan, ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur,
dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang
disertai hilangnya kesadaran, kejang, cedera otak operasi otak,
Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat
terlarang, atau mengkonsumsi alkohol. Klien mengalami gangguan
interaksi dengan orang lain / keluarga karena malu,merasa rendah
8