Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA KASUS ASMA

DISUSUN OLEH :
KADEK SARAS SANTHI LAKSMI
043STYJ19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG PROFESI
MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan sebagian
besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai awitan pada setiap
usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5 tahun. Pada
suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda yang sesuai dengan asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang menderita
sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih bersifat
menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata
mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari. Sungguh
merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa bermain dan
beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini tentunya
membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan, pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi pada
anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan beraktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang
multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai
tenaga profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan
kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian, tanda dan gejala,
serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan berbagai pihak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi asma ?
2. Apa saja etiologi asma ?
3. Bagaimana Manifestasi klinik asma ?
4. Bagaimana patofisiologi asma ?
5. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada asma ?
6. Bagaimana Pentalaksanaan pada asma ?

2
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Dapat mengerti tentang asma dan memahami apa yang hrus di lakukan seorang
perawat untuk menangani asma .
1.3.2 Tujuan khusus :
Dapat mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
kompikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan asma

3
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 DEFINISI ASMA


Asma adalah penyakit kronis yang umum dan berpotensi serius yang menyebabkan
beban substansial pada pasien, keluarga dan masyarakat. Penyakit ini menyebabkan
gejala pernapasan, pembatasan, kegiatan, dan eksaserbasi ( serangan ) yang kadang-
kadang memerlukan perawatan kesehatanyang mendesak dan mungkin berakibat fatal.
(GINA, 2014)
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wgizzing dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversible dan terjadi secara episodic berulang ( Brunner and
suddart,2011)

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulakan penyakit asma adalah suatu
penyakit yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat
peradangan (inflamasi) kronis dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.

2.2 KLASIFIKASI ASMA


Menurut GINA, tahun 2011, klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahnya dibagi
menjadi empat :
1. Step 1 ( Intermitten)
Gejala perhari < 2x dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam kondisi serangan
asma. Exacerbasi : bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan

2. Idiopatik atau nonalergik asma (Intrinsic)


Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik, saluran nafas atas,
aktifitas, emosi/stress dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Bentuk
asma ini biasanya di mulai ketika dewasa > 35 tahun.
3. Asma Campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Di karakteristikan dengan bentuk ke
dua jenis asma alergik dan ideopatik atau nonalergik
4
2.3 ETIOLOGI
a. Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan
asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides pteronissynus),
spora, jamur, bulu kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.
b. Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma.
Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh
infeksi saluaran pernapasan.
c. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.
Sebagin penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaharaga
atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis
kegiatan paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan
jasmani ( exercise induced asma -EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
d. Perubahan suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadang kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau.
e. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang
tajam.
f. Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin,
salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
g. Riwayat keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma
h. Lingkungan
Lingkungan kerja merupakan factor pencetus yang menyumbang 2- 15% klien dengan
asma. Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan Asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
5
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
i. Emosi dan stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang
timbul harus segera diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


1. Serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas
2. Wheezing
3. Ekspirasi lebih panjang
4. Kontraksi otot-otot bantu pernapasan
5. Hypoksemia dan sianosis
6. Keletihan

2.5 PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar dengan allergen
yang ada di lingkungan dan membentuk immunoglobulin (Ig) E, allergen yang masuk
akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting sel (APC),
allergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B
dengan dilepaskannya interlukin 2 (IL-2) untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil
yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang, maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Jika terpapar 2 kali atau lebih dengan allergen
yang sama allergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada dalam permukaan
mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan
perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan mediator-
mediator kimia yang meliputi histamine, slow releasing suptance of anaphylaksis (SRS-
A), eosinofilik chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A), dan lain-lain. Mediator
tersebut menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu: kontraksi otot-otot polos baik
6
saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme,
peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah semakin menyempitnya saluran nafas. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa
dan peningkatan produksi mucus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi,
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi
gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yang sangat lanjut.

2.5 PHATWAYS

2.6 KOMPLIKASI
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai
bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru
yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
c. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru

7
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
d. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat
oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis
dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
e. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh.
f. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain
bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa
perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau
merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karna terdapt hipoksia, hiperkapnea, dan
asidosis respiratorik.
2. Sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
3. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 – 1500 / mm3 .
sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 – 200/mm3.Perbaikan fungsi paru
disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukan pengobatan telah tepat.
4. Pemerikasaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/ mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
8
5. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi
bila serangan asma makin berat FVC akan turun karena sebagian udara yang harus
dikeluarkan terjebak dalam paru-paru.
6. Tes provokasi bonkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal.penurunan FEV sebesar 20 % atau lebih
setelah tes provokasi dan denyut jantung 80 – 90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
7. Pemerikasaan kulit
Untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
8. Pemeriksan radiologi
Hasil pemeriksan radiologi dari klien dengan asma biasanya normal, tetapi prosedur
ini tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru
atau komplikasi asma seperti pneumatoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan
lain – lain

2.8 PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera mengalami
relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu:
1) Memberikan oksigen pernasal
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin
10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit
sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau
intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%
3) Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera
atau dalam serangan sangat berat25
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.

b. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis


Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:
9
1. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
dengan baik
2. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
3. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
4. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
5. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
6. Hindarkan pasien dari faktor pencetu

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan ditujukan
pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji
meliputi :
A. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan,
suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Hal utama yang dirasakan oleh pasien misalnya : pasien dengan DM biasanya
merasa nyeri, sering merasa lapar dan banyak minum.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien asma, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda keluhan napas
pendek, napsu makan menurun, RR 24x/menit, TD 110/70 mmhg. N
80x/menit, T 36,50C terdengar suara nafas Wheezing.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah atau memiliki riwayat penyakit seperti
yang dialami sekarang
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit Dm
karena DM juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua.
5. Riwayat Lingkungan
Kita perlu mengkaji lingkungan pasien apakah sirkulasi udara cukup apa tidak,
kebersihannya, dan jumlah anggota keluarga yang tinggal dirumah pasien.

11
C. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal
sehingga pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi
yang memungkinkan tidak terjadi serangan Asma
2. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,
potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal
ini karena dispnea saat makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami
pasien.
3. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk,
konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
4. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
5. Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama
pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
pasien. Adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan
istirahat pasien.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri
pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien
sehingga kemungkinan terjadi serangan Asma yang berulang pun akan semakin
tinggi.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya secara
normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya berhubungan dengan orang
lain.
8. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini
tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan
12
menjadi stresor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan
Asma.
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang
salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien.
10. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
Asma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh
terhadap kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
11. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat
meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang
Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan
stres yang konstruktif (Perry, 2005 & Asmadi 2011).
12. Pemeriksaan penunjang

D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini menggunakan pemeriksaan persistem dari B1-B6 atau bisa juga
menggunakan :
1. Head to toes
- Inpeksi
- Palpasi
- Auskultasi
- Perkusi
2. Pemeriksaan Persistem dari B1-B6
a. Pernafasan B1 (Breath)
b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
c. Persyarafan B3 ( Brain)
d. Perkemihan B4 (Bladder)
e. Pencernaan B5 (Bowel)
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

13
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan proses menggunakan data yang telah dikumpulkan tentang klien
untuk menjelaskan keputusan klinis secara logis. Meliputi langkah-langkah pembuatan
keputusan, termasuk mengumpulkan data hasil pengkajian, memvalidasi data,
menganalisis dan menginterprretasi data, mengidentifikasi kebutuhan klien, dan
merumuskan diagnosis keperawatan.
Diagnosa yang sering muncul pada kasus asma :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama atau imunitas Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea
3.1 Intervensi
Pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengkoreksi
masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Langkah-langka dalam
menentukan intervensi :
1. Menentukan prioritas
2. Menetapkan tujuan
3. Menetapkan kriteria evaluasi
4. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
5. Dokumentasi

3.2 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik, pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi
dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus kita
perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan
sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, pengasahan keterampilan
interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Tahap ini merupakan tahap keempat
dalam proses keperawatan, oleh karena itu pelaksanaannya dimulai setelah rencana
14
tindakan dirumuskan dan mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgen
dan tidak urgen atau non urgen.

3.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan
untuk melakukan pengkajian ulang.
Teknik dalam melakukan evaluasi ada 2 yaitu :
1. SOAP
 S : Subyektif
 O : Obyektif
 A : Analisa/ Assasment
 P : Planing

2. SOAPIER :
S : Subyektif
O : Obyektif
A : Analisa/ Assasment
P : Planing
I : Implementasi
E : Evaluasi
R : Reassesment

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel
dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan hiperesponsif jalan nafas
yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak nafas,dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Epidosik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan seringk Tiga gejala umum asma adalah
batuk, dispnea dan mengi.
Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu - satunya gejala. Serangan asma sering
kali terjadi pada malam hari Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk
dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborius.
Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien
selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk
duduk tegak dan menggunakan setiap otot - otot aksesories pernapasan. Jalan napas
yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi
segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus mengandungmasa
gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya
termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan gejala gejala retensi
karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan tekanan nadi.

4.2 SARAN
1. Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari
awal jka terjadi tanda-tanda gangguan system pencernaan pada pasien ataupun orang
terdekat kita.
2. Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah
lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://duniakeperawatan92.blogspot.com/2014/02/asma.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-6715-2-babii.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai