Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pandangan tentang patogenesis asma telah mengalami perubahan pada
beberapa dekade terakhir.Dahulu dikatakan bahwa asma terjadi karena
degranulasi sel mast yang terinduksi bahan allergen, menyebabkan pelepasan
beberapa mediator seperti histamine dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi
otot polos bronkus. Saat ini telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit
inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan
pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran nafas sehingga
terjadi bronkokontriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus,
dan stimulasi refleks saraf.
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang
menyebabkan sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik.
Asma mempunyai awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma
mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5 tahun. Berat dan perjalanan asma
sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang menderita sebagian kecil akan
menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih bersifat menahun
daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata
mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari.
Sungguh merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa
bermain dan beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita.
Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan,
pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus
terlebih lagi pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari
dalam bermain dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dengan
melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang multidisipliner. Dalam
pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai tenaga
profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan
kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian, tanda

1
dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan
berbagai pihak.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asma?
2. Bagaimana efidemiologi dari Asma?
3. Apa sajapenyebab dari asma ?
4. Apa sajatanda dan gejalaasma ?
5. Apa saja faktor resiko dari asma ?
6. Bagaimana klasifikasi asma ?
7. Bagaimana patofisiologi dari asma ?
8. Bagaimana Terapi Farmakologi untuk penyakit asma ?
9. Bagaimana Terapi non farmakologiuntuk penyakit asma?
10. Bagaimana Study kasus untuk terapi asma ?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi asma
2. Untuk mengetahui efidemiologi dari Asma
3. Untuk mengetahui penyebab dari asma
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala asma
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari asma
6. Agar dapat mengetahui klasifikasi asma
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari asma
8. Untuk mengetahui Terapi Farmakologi untuk penyakit asma
9. Untuk mengetahui terapi non farmakologiuntuk penyakit asma
10. Untuk mengetahui Study kasus untuk terapi asma

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Asma
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit
T.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang
berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran nafas sehingga memicu
episode mengi berulang, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam atau dini
hari. (Admin, 2011).
Pengertian lain dari asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara
hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
II.2 Epidemiologi Asma
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 300 juta orang di dunia
mengidap asma, 225.000 orang meninggal karena asma. Kematian akibat asma
meningkat 20% dari saat ini jika tidak dilakukan tindakan yang signifikan.
Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma
meningkat, baik pada anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara maju,
peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari industri maupun otomotif,
interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makanan,
penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai
dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti
menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di dunia
diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Penyakit asma merupakan kelainan yang sering ditemukan dan
diperkirakan 4 hingga 5 persen populasi penduduk di Amerika Serikat
terjangkit oleh penyakit ini. Angka yang serupa juga dilaporkan dari negara
lain. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia
dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus

3
lainnya sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predeposisi
laki-laki/perempuan 2:1, yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.
Menurut data WHO terhadap th 2011, kematian akibat asma di
Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan kurang
lebih 1% keseluruhan kematian di Indonesia. Kira Kira 1.1% komunitas
Indonesia menderita asma. Menjadi, walaupun sanggup tergolong penyakit yg
jarang, asma masihlah butuh diwaspadai supaya serangannya terkontrol & tak
dibiarkan mencapai step yg membahayakan nyawa.
WHO memperkirakan di thn 2005 terdapat 255 ribu penderita wafat
dunia dikarenakan asma. Prevalensi asma terhadap anak di Indonesia lumayan
tinggi, terutama di kota-kota gede, sampai mencapai nyaris 17 prosen.
Data dari RS Persahabatan yang merupakan salah satu pusat rumah
sakit kusus paru di Indonesia, didapatkan data jumlah pasien asma yg masuk
ruangan gawat darurat mengalami peningkatan dari 1.653 pasien terhadap th
1998 jadi 2,210 terhadap thn 2000 & meningkat 3 kali lipat di thn 2011.
II.3 Penyebab Asma
Asma merupakan penyakit heterogen, oleh karena itu kepentingan
epidemiologi danklinis penting untuk membuat klasifikasi asma berdasarkan
rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan
dengan episode akut. Serangan asma timbul apabila ada rangsangan pencetus,
diantaranya : ( Heru Sundaru. 2001)
a. Faktor penjamu (faktor pada pasien) :
Aspek genetik
Kemungkinan alergi
Saluran napas yang memang mudah terangsang
Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan :
1. Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah, kecoa
2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna
makanan

4
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca
II.4 Tanda dan Gejala
Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie
(wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan
sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi
mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa
disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan
mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent
(Suyono, Slamet. 2002: 23).
Tanda dan gejala yang ditemukan adalah:
1. Sesak napas/dispnea.
2. Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
3. Nyeri dada.
4. Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu
membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
5. Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain :
1. Barrel chest
2. Sianosis
3. Gangguan kesadaran
4. Takikardi
5. Peningkatan tekanan darah
6. Pernafasan yang cepat dan dangkal.

5
II.5 Faktor Resiko
Faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit asma
diantaranya. (Tucker, SM, 1998).
Sering mengalami infeksi saluran pernapasan ketika kecil
Terkena asap rokok
Tinggal di lingkungan perkotaan, khususnya jika terdapat polusi udara
Terkena pemicu saat bekerja, seperti pengunaan zat kimia pada pertanian,
bekerja sebagai penata rambut atau bekerja di pabrik
Berat badan yang rendah saat lahir
Kegemukan
Faktor genetik atau bawaan sejak lahir
II.6 Klasifikasi Asma
Klafikasi asma berdasarkan gejala, yaitu :
1. Asma Intermitten
Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Diantara dua
serangan APE (Pemantaun Arus Puncak Ekspirasi) normal, tidak terdapat
atau ada hipereaktivitas bronkus yang ringan.
2. Asma Persisten
Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan
sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita
asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali
normal meskipun diberikan peng-obatan kortikosteroid yang intensif.
3. Brittle Asthma
Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif,
variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim:
Penderita ini mempunyai risiko tinggi untuk efektif meskipun tidak dapat
disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau
mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab.Faktor
utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak
terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup.

6
Klasifikasi asma berdasarkan penyebabnya, asma digolongkan
menjadi :
1. Asma alergi
Asma alergi berhubungan dengan sejarah penyakit alergi yang
diderita seseorang dan atau keluarganya (rhinitis, urtikaria, dan eksim)
memberikan reaksi kulit positif pada pemberian injeksi antigen secara
intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta memberikan respon
positif pada uji inhalasi antigen spesifik.
2. Asma non alergi
Asma dapat pula dapat terjadi pada seseorang yang tidak
memiliki sejarah alergi, uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam
serumnya normal. Asma jenis ini antara lain dapat timbul ketika
seseorang menderita penyakit saluran nafas atas
3. Campuran asma alergi dan non alergi
Banyak penderita asma yang tidak dapat jelas dikelompokkan
pada asma alergi dan non alergi, tapi memiliki penyebab diantara
kedua kelompok tersebut.
Klasifikasi berdasarkan organ yang diserang yaitu :
1. Asma bronkhial
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan dan
terjadi kesulitan respirasi karena penyempitan spastik bronkhus
dan pembengkakan mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental
dan kelenjar bronkhus.
2. Asma kardiak
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan pada
penderita penyakit jantung akibat tidak berfungsi bilik kiri jantung
dan bendungan pada paru-paru.

7
II.6 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. (Smeltzer,
2002; Sundaru, 2001).
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi
ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. (Price,Sylvia Anderson.2005)
II.7 . Pengobatan
1. Terapi Farmakologi Asma.
1. Short term relievers (pereda jangka pendek)
Contoh: Bronkodilator
B2 agonist (terbutalin, salbutamol, eformeterol)
Metil xantin (teofilin, aminofilin)
Antikolinergik (atropin,ipatropium klorida)
2. Long term controlless (pengontrol jangka panjang)
Contoh : steroid dan non steroid
Steroid (Beklometason, budesonid, flutikason)
Nonsteroid (sodium kromogilat, nedokromil sodium)

8
3. Obat-obat lain
Contoh :
Antihistamin (ketotipen, tiazinamium)
Ekspektoran dan mukolitik (ambroksol, kalium iodide)

1. Golongan obat bronkodilator :


DerivatB2 agonist ( obat salbutamol)
1. Farmakologi :
Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenergik
yang selektif. Pada bronkus salbutamol akan menimbulkan
relaksasi otot polos bronkus secara langsung.
Maka SALBUTAMOL efektif untuk mengatasi gejala-
gejala sesak napas pada penderita-penderita yang mengalami
bronkokonstriksi seperti : asma bronkial, bronkitis asmatis dan
emfisema pulmonum, baik untuk penggunaan akut maupun kronik.
SALBUTAMOL diabsorpsi dengan baik melalui saluran
pencernaan sehingga efeknya akan tampak setelah 15 menit dan
berlangsung selama 4 8 jam.
Waktu paruh eliminasinya berkisar dari 2,7 sampai 5 jam.
SALBUTAMOL tidak dimetabolisme oleh enzim-enzim
COMT maupun sulfatase dari dinding intestin. Di hati akan
berkonjugasi dengan sulfat.Diekskresi melalui urin dalam bentuk
utuh.
2. Mekanisme kerja :
SALBUTAMOL menghambat pelepasan mediator dari
pulmonary mast cell, mencegah kebocoran kapiler dan udema
bronkus serta merangsang pembersihan mukosiliar. Sebagai agonis
beta-2 SALBUTAMOL pengaruhnya terhadap adrenoseptor beta-1
pada sistem kardiovaskuler adalah minimal. Ratio stimulasi beta-
2/beta-1 salbutamol lebih besar dari obat-obat simpatomimetik

9
lainnya. SALBUTAMOL dapat digunakan oleh anak-anak maupun
dewasa.
SALBUTAMOL juga bekerja langsung pada otot polos
uterus yaitu menurunkan kontraktilitasnya.
3. Indikasi :
SALBUTAMOL merupakan obat bronkodilator untuk
menghilangkan gejala sesak napas pada penderita asma bronkial,
bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum.
4. Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Salbutamol.
5. Efek Samping :
Berupa nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi
periferal, takikardi dan hipokalemi yang kadang-kadang timbul
sesudah pemberian dosis tinggi.
6. Interaksi obat
Beta blockers
Pasien dengan asma bisa menyebabkan bronkospasm
hebat
Digoxin
Salbutamol menurunkan level serum digoxin
Diuretik
Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita
hipokalemia
7. Peringatan dan Perhatian :
Agar diberikan secara hati-hati pada pasien tirotoksikosis.
Karena data-data penggunaan pada triwulan pertama dari
kehamilan masih terbatas, maka sebaiknya penggunaannya
dihindari.
Hindari penggunaan pada penderita dengan hipertensi, penyakit
jantung iskemik dan pasien yang sudah tua.

10
Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna
salbutamol untuk mengatasi asma, adalah sebagai berikut:
Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki
riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain
yang terkandung di dalamnya.
Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan.
Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun
mengunyahnya.
Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan
buang4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru
atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2
minggu.
Derivat Metil xantin (obat teofilin)
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien
asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif
untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin
merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut
maupun kronik. Teofilin, juga dikenal sebagai dimethylxanthine,
adalah obat methylxanthine digunakan dalam terapi untuk penyakit
pernapasan seperti PPOK dan asma.
1. Mekanisme kerja
Bekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase
sehingga menghindari perusakan cAMP dalam sel, antagonis
adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal,
mengurang; konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi
pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas
diafragma.
Teofilin dalam kadar rendah dapat memblokir reseptor
adenosine A. Pada konsentrasi terapi yang lebih tinggi akan
terjadi penghambatan fosfodiesterase-kenaikan kadar cAMP.

11
Reaksi-reaksi yang dicetuskan oleh cAMP sebagai second
messenger mengakibatkan relaksasi otot-otot bronchial dan
penghambatan pengeluaran zat-zat mediator dari sel-sel mast dan
granulosit.
2. Efek teraupetik
Efek utama teofilin yaitu :
Relaksasi otot polos bronkus
Meningkatkan kontraktilitas otot jantung dan efisiensi
Sebagai inotropik positif meningkatkan denyut jantung
Chronotropic positif meningkatkan tekanan darah
Meningkatkan aliran darah ginjal
Anti-inflamasi sistem pusat
Efek stimulasi saraf terutama pada pusat pernafasan meduler.
3. Farmakodinamik
Efek farmakologi teofilin yang terpenting adalah :
perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein;
merangsang pusat napas di medula oblongata;
memperkuat kontraktilitas diafragma;
mempunyai efek inotropik positif pada jantung;
merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan
meningkatriya kapasitas vital; dimanfaatkan sebagai
bronkodilator pada asma bronkial;
meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip
diuretik tiazid.
4. Farmakokinetik
Absorpsi: teofilin diabsorpsi dengan cepat melalui oral,
parenteral, dan rektal.
Distribusinya ke seluruh bagian tubuh.
Ikatan dengan protein plasma sebanyak 50%.
Eliminasi: derivat xantin terutama dieliminasi melalui
metabolisme dalam hati, sebagian besar diekskresi bersama

12
urine dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Waktu
paruhnya 8 jam.
Kadar teofilin dalam darah harus dipantau karena dosis yang
berlebihan dapat menimbulkan kematian yang mendadak, dan
dosis kecil tidak efektif. Efek yang bermanfaat umumnya mulai
dengan kadar 7-10 mcg/ml. Gejala toksisitasnya dapat timbul
pada kadar 20 mcg/ml atau lebih.
Dewasa ini telah tersedia pula sediaan lepas lambat (sustained
release) yang diberikan 1 atau 2 kali per hari.
5. Indikasi Klinik
Sebagai bronkodilator pada asma dan PPOM (penyakit paru
obstruksi menahun).
Memperbaiki fungsi diafragma pada PPOM.
Mengatasi apne yang lama pada bayi yang dilahirkan dengan
persalinan yang sulit.
6. Efek Samping
Pada pemberian oral dapat menimbulkan efek samping: sakit
kepala, gugup, pusing, enek, muntah, dan nyeri epigastrium,
serta dapat pula timbul kejang.
Pada pemberian intravena dapat timbul: aritmia jantung,
hipotensi, henti jantung, dan kejang.
Pada anak-anak dapat menimbulkan: perangsangan SSP,
diuresis, dan demam.
7. Intoksikasi
Intoksikasi yang fatal lebih sering ditemukan pada
penggunaan teofilin, yang sering terjadi pada pemberian berulang
parenteral atau oral. Gejala keracunan berupa: aritmia, takikardi,
sangat gelisah, agitasi, dan muntah. Kematian pada pemberian
teofilin IV dengan cepat disebabkan oleh terjadinya aritmia
jantung. Untuk menghindari keracunan akut, aminofilin IV harus
diberikan perlahan-lahan dalam waktu 20-40 menit.

13
8. Interaksi Obat
Pemberian bersama barbiturat, fenitoin, dan pada penderita
perokok akan meningkatkan metabolisme teofilin.
Obat alopurinol, propanolol, simetidin, eritromisin, dan vaksin
influenza dapat menurunkan metabolisme teofilin.
Derivat Steroid (flutikason)
1. Farmakologi
Kombinasi Beta2-agonist kerja panjang dengan
corticosteroid dalam bentuk inhalasi. Beta2-agonist bekerja
merelaksasi otot polos bronkial sehingga melebarkan jalan napas.
Corticosteroid meredakan inflamasi kronik di jalan napas.
2. Indikasi
Untuk pengobatan penyakit obstruksi saluran napas yang
reversible termasuk asma.
3. Dosis
Dewasa dan anak di atas 12 tahun: Dua inhalasi, dua kali
sehari, menggunakan Flutias 50 atau Flutias 125.
Anak usia 4 tahun ke atas: Dua inhalasi, dua kali sehari,
menggunakan Flutias 50.
4. Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap zat aktif atau salah satu komponen
obat ini.
Derivat Non Steroid (sodium kromogilat dan Sodium Nedokromil)
Sodium Kromoglikat dan Sodium Nedokromil
Sodium kromoglikat adalah antiinflamasi non steroid, dan
mekanisme kerja yang pasti belum diketahui. Obat ini terutama
menghambat pelepasan mediator yang dimediasi oleh IgE dari sel mast
dan mempunyai efek supresi selektif terhadap sel inflamasi yang lain
(makrofag, eosinofil, monosit). Obat ini diberikan untuk pencegahan
karena dapat menghambat reaksi asma segera dan reaksi asma lambat
akibat rangsangan alergen, latihan, udara dingin dan sulfur

14
dioksida.Pemberian jangka panjang menyebabkan penurunan nyata dari
jumlah eosinofil pada cairan BAL dan penurunan hiperrespon bronkus
nonspesifik. Bisa digunakan jangka panjang setelah asma timbul, dan
akan menurunkan gejala dan frekuensi eksaserbasi.
Sodium nedokromil memiliki kemampuan antiinflamasi 4-10
kali lebih besar dibanding sodium kromoglikat. Walau belum jelas
betul, nedokromil menghambat aktivasi dan pelepasan mediator dari
beberapa sel inflamasi.Juga sebagai pencegahan begitu asma timbul.
Derivat obat-obat lain seperti : ( Rahardja Kirana. 2007 )
Antihistamin (obat ketotipen)
Ketotifen adalah obat yang dapat meredakan gejala bersin,
pilek, dan hidung tersumbat pada penyakit rhinitis (radang pada
membran mukosa di dalam hidung) yang disebabkan oleh alergi.
Gejala alergi sendiri disebabkan oleh zat histamin yang dilepaskan
oleh sel mast yang terdapat di lapisan hidung ketika terpapar debu
atau bulu binatang. Dalam hal ini, ketotifen berfungsi mencegah
efek histamin tersebut.
Selain meredakan gejala rhinitis, ketotifen juga bisa
digunakan untuk mengurangi frekuensi, durasi, dan tingkat
keparahan asma apabila dikombinasikan dengan obat-obatan asma
lainnya.
a. Farmakologi (cara kerja obat)
Profilas mengandung ketotifen, yaitu suatu obat dengan
aktivitas antiasma dan antialergi, untuk profilaksis dan
pengobatan jangka panjang pada alergi bronkial. Profilas
sangat efektif untuk mencegah serangan asma, karena khasiat
antianafilaktiknya yang nyata dan efek antihistamin yang khas.
Hasil uji laboratorik baik invitro maupun invivo menunjukkan
bahwa khasiat anafilaktiknya disebabkan oleh :
Penghambatan fosfodiesterase, sehingga meningkatkan
kadar cyclic-AMP dalam mast cells.

15
Hambatan terhadap pelepasan mediator kimiawi penyebab
spasme bronkus semacam histamin dan terutama SRS-A
(Slow Reacting Substance of Anaphylaxis) dari Mast Cells
jaringan, basofil, dan jaringan paru-paru.
Penghambatan terhadap penyerapan ion kalsium seluler.
Profilas akan melindungi pasien dari serangan
asma, dengan mengurangi hiperreaktivitas bronkus,
menurunkan frekuensi, lama dan tingkat keparahan
serangan asma.
Karena aktivitasnya sebagai obat profilaksis,
Profilas memungkinkan pengurangan terapi simptomatik
dengan bronkodilator dan kortikosteroid oral.
Profilas juga berkhasiat menghambat reaksi terhadap
histamin secara mantap. Pada binatang percobaan
mencegah atau mengurangi keparahan reaksi terhadap kulit
dan bronkhi. Dalam hal ini Profilas bekerja sebagai faktor
pemantap Mast Cells, suatu hal yang jelas berbeda dengan
antihistamin konvensional.
Profilas terbukti aktif pada pemberian peroral,
penyerapan obat ke dalam tubuh hampir sempurna,
konsentrasi maksimal plasma tercapai dalam 2-4 jam dan
masa kerjanya panjang, sehingga cukup diberikan dua kali
sehari.
Konsentrasi plasma pada anak-anak mirip dengan
konsentrasi pada orang dewasa yang mendapat dosis yang
sama, oleh karena itu dianjurkan untuk anak berumur lebih
dari 3 tahun diberikan dosis untuk orang dewasa.
b. Indikasi
Indikasi Profilas adalah sebagai berikut :
Pengobatan profilaksis jangka panjang pada asma bronkial
(semua bentuk, termasuk bentuk campuran).

16
Pengobatan simtomatis pada keadaan alergi termasuk
rinitis dan dermatitis.
Tidak efektif untuk mengobati serangan asma yang sedang
berlangsung.
c. Dosis Dan Aturan Pakai
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis Profilas baik
untuk orang dewasa maupun anak-anak.
d. Efek Samping
Sedasi dan pada beberapa kasus terjadi mulut terasa kering
dan sedikit pusing pada awal terapi. Tetapi biasanya
menghilang secara spontan setelah beberapa hari kemudian.
Mereka yang mudah terkena pengaru sedatif, sebaiknya
dimulai dengan dosis setengah. Profilas dapat menimbulkan
kenaikan berat badan.
e. Peringatan Dan Perhatian
Bila pengobatan dengan Profilas dimulai, jangan
menghentikan dengan tiba-tiba obat anti asma yang sedang
diberikan pada penderita. Terutama hal ini berlaku untuk
kortikosteroid dan ACTH.
Meskipun belum ada bukti efek teratogenik, Profilas hanya
diberikan pada wanita hamil jika keadaan memerlukan
benar.
Untuk anak dibawah umur 3 tahun belum didapat
pengalaman yang cukup untuk disimpulkan.
Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai motor
atau menjalankan mesin.
Hindarkan penggunaan bersamaan alkohol.
f. Interaksi Obat
Profilas dapat memperkuat efek dari sedatif, hipnotik,
antihistamin, dan alkohol.

17
Pemberian bersama-sama antidiabetik oral sebaiknya
dihindari.

Mukolitik (ambroksol)
Merupakan obat golongan mukolitik, yaitu obat yang
berkhasiat untuk mengencerkan dahak. Ambroksol biasa
digunakan untuk mengatasi ganguan pernapasan akibat ganguan
dahak yang berlebihan, sehingga dahak yang diperoduksi akan
lebih encer dan mudah dikeluarkan dari tenggorokkan.
1. Mekanisme kerja
Ambroksol mempunyai sifat sekrotolitik, dapat
mempermudah pengeluaran sekret yang kental dan lengket
didalam saluran pernapasan.
2. Indikasi
Sebagai sekrotolitik pada gangguan pernapasan akut
dan kronis, khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis,
bronkitis asmatik, dan asma bronkial.
3. Peringatan dan perhatian
ambroxol hanya dapat digunakan selama kehamilan
(terutama trimester awal) dan menyusui jika benar-benar
diperlukan.
ambroxol tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama tanpa konsultasi dokter
Dalam beberapa kasus insufiensi ginjal,akumulasi dari
metabilt ambroxol terbentuk dihati.
4. Efek samping
Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah
dilaporkan tetapi jarang
Efek samping pada saluran cerna pernah dilaporkan pada
beberapa pasien

18
Reaksi alergi dapat terjadi dalam keadaan yang jarang
dan beberapa pasien juga menunjukkan reaksi alergi
terhadap obat-obat lain. Reaksi yang ditemukan pada
kulit, pembengkakan wajah,dyspepsia, demam.
5. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap ambroksol
6. Interaksi Obat
Pemberian bersamaan antibiotik (amoxicillin,cefuroxie,
eritromisin,doksisiklin) menyebabkan peningkatan peneriman
antibiotik kedalam jaringan paru-paru.
2. Pengobatan untuk asma akut dan kronik
1. Terapi untuk asma akut
a. Untuk eksaserbasi asma sedang
Arus puncak > 50-75% dari nilai prediksi atau nilai
terbaik
Tidak ada tanda asma akut berat
Peningkatan gejala
Diterapi dirumah tapi respon terapi harus dinilai
oleh dokter.
Dan terapi yang harus dilakukan yaitu :
Berikan oksigen aliran tinggi, jika ada.
Salbutamol atau terbutalin melalui spacer volume
besar (4-6 hirupan masing-masing dihirup terpisah,
diulang tiap 10-20 menit jika perlu) atau nebulisasi.
Monitor respon 15-30 menit setelah nebulisasi
Berikan prednisolon oral 40-5- mg sehari selama
paling sedikit 5 hari dan dinaikkan menjadi dosis
biasa.
b. Untuk asma akut berat pada dewasa dan anak
Pada dewasa

19
Jika tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu
tarikan napas
Nadi 110 kali/menit
Respirasi 25 kali/menit
Arus puncak 33-55 % dari nilai prediksi atau nilai
terbaik
Jika terdapat satu atau lebih tanda diatas
pertimbangankan untuk masuk rumah sakit.
Dan terapi yang harus dilakukan yaitu :
Oksigen aliran tinggi (bila tersedia)
Salbutamol atau terbutalin melalui spacer volume
besar (4-6 hirupan masing-masing dihirup terpisah,
diulang tiap 10-20 menit jika perlu) atau nebulisasi
(yang dijalankan oleh oksigen jika ada).
prednisolon oral 40-5- mg sehari selama paling
sedikit 5 hari(atau hidrokortison 400 mg intravena
dalam 4 dosis terbagi)
monitor respon 15-30 menit sesuai nebullisasi
jika beberapa tanda asma akut menetap persiapan
untuk masuk rumah sakit, saat menunggu ambulans
ulangi nebulisasi agonis beta-2 dan berikan
bersamaan nebulisasi ipratropium 500 g
sebagai alternatif jika gejala telah membaik, respirasi
dan nadi teratur dan peak flow >50% dari nilai
prediksi atau nilai terbaik, tingkatkan terapi biasa dan
lanjutkan prednisolon paling sedikit 5 hari.
Pada anak
Anak dibawah 2 tahun : Beta-2 agonis kerja
pendek dari inhaler dosis terukur melalui spacer volume
besar (dengan masker wajah pada anak yang sangat kecil)
sampai 10 semprot (1 semprot setiap 15-30 detik) dan

20
diulangi setiap 20-30 menit jika perlu. Jika respon kuran
baik atau terjadi relaps antara 3-4 jam, bawa secepatnya
kerumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Anak dibawah 18 bulan : seringkali memberikan
respon yang buruk terhadap bronkodilator, nebulasi beta-
2 agonis terkait dengan bronkospasme paradoksial dan
saturasi oksigen transien yang memburuk, respon
terhadap prednisolon juga kurang baik pada anak pada
usia ini.
Anak 2-18 tahu, Beta-2 agonis kerja pendek dari
inhaler dosis terukur melalui spacer volume besar
(dengan masker wajah pada anak dibawah 5 tahun ),
sampai 10 semprot (1 semprot setiap 515-30 detik) dan
diulangi setiap 20-30 menit jika perlu. Pada semua kasus
diberikan prednisolon oral 1-2 mg/kg bb sekali sehari
(maksimum 20 mg sehari untuk anak di bawah 5 tahun,
untuk anak 5-18 tahun maksimum 40 mg sehari) selama
3-5 hari.
c. Asma yang mengancam nyawa pada dewasa dan anak
Dewasa
Silent chest
Sianosis
Usaha bernapas sangat lemah
Bradikardi, kelelahan, aritmis, hipotensi,
kebingungan atau koma
Peak flow <33% dari nilai prediksi atau nilai terbaik
Saturasi oksigen arteri < 92%
Terapi yang perlu dilakukan yaitu :
Prednisolon oral 40-50 mg sehari selama paling
sedikit 5 hari ( atau hidrokortison intravena 400
mg/hari dalam 4 dosis terbagi) (segera)

21
Nebulisasi yang dijalankan oleh oksigen ambulans
Nebulisasi agonis beta-2 bersama nebulisasi
ipratropium
Dampingi pasien sampai ambulans datang
Jika tidak tersedia nebuliser, berikan 1 puff agonis
beta-2 menggunakan spacer volume besar dan ulangi
10-20 kali
Pada anak
Anak : bawah kerumah sakit segera. Pemberian
oksigen menggunakan masker atau prongs hidung
memperbaiki saturasi oksigen diatas 92%.
Pengobatan inhalasi larutan nebulasi agonis beta-2
kerja pendek
Salbutamol 2,5 mg atau terbutalin 5 mg. Dosis
diulangi setiap 20-30 menit jika perlu lalu diturunkan
frekuensi pemberiannya tergantung respon. Jika
respon buruk, tambahkan ipatropium bromide 125-
250 mcg setiap 20-30 menit atau 2 jam pertama,
kurangi frekuensi pemberian jika kondisi membaik .
Berikan prednisolon oral 1-2 mg/kg bb (maksimum
40 mg) sekali sehari untuk 3-5 hari atau jika
pemberian oral tidak mungkin, gunakan
hidrokortison intravena (dalam bentuk natrium
suksinat). Jika perlu pindahkan anak ke ICU anak
untuk penanganan agonis beta-2 kerja pendek secara
parenteral atau aminofilin.
2. Terapi untuk asma kronik
Asma kronik : dewasa dan Asma kronik anak di bawah 5
anak usia sekolah tahun
Tahap 1 : kadang bila diatasi Tahap 1 : kadangbisa diatasi

22
dengan bronkodilator dengan bronkodilator
Inhalasi aginis beta-2 kerja Agonis beta-2 kerja pendek
pendek seperlunya (sampai 1 seperlunya (tidak lebih dari 1
kali/hari) kali sehari)
Catatan : pindah ketahap2 jika Catatan : jika dimungkinkan
dibutuhkan 3 kali seminggu penggunaan inhalasi (pemberian
atau lebih atau jika terjadi melalui mulut kurang efektif dan
gejala pada malam hari lebih lebih banyak efek samping),
dari 1 kaliseminggu atau awasi kepatuhan, teknik,dan
eksaserbasi pada 2 tahun ketepatan alat inhaler
terakhir yang memerlukan Pindah ke tahap2 kebutuhan
kortikosteroid sistemik atau menjadi 3 kali seminggu atau
nebulisasi bronkodilator, lebih atau jika terjadi gejala
periksa kepatuhan dan teknik malam hari lebih dari 1 kali
pemakaian inhalasi seminggu atau terjadi
eksaserbasi pada 2 tahun
terakhir
Tahap 2 : terapi pencegahan Tahap 2 : terapi pencegahan
dengan inhaler rutin dengan inhalasi rutin
Inhalasi agonis beta-2 kerja Inhalasi agonis beta-2 kerja
pendek seperlunya ditambah pendek seperlunya ditambah
Inhalasi rutin kortikosteroid inhalasi rutin kortikosteroid
dosis standar dengan dosis standar
Atau (jika kortikosteroid tidak
dapat digunakan)
antagonis reseptor leukotrien
atau teofilin
Tahap 3 : inhaler Tahap 3 : tambahan
kortikosteroid + inhaler pengobatan
agonis beta-2 kerja panjang Anak 2-5 tahun

23
Inhalasi agonis beta-2 kerja Inhalasi agonis beta-2 kerja
pendek seperlunya ditambah pendek seperlunya di tambah
Inhalasi rutin kortikosteroid inhalasi rutin kortikosteroid
dosis standar ditambah dosis standar ditambah
Inhalasi rutin agonis beta-2 Antagonis reseptor leukotrien
kerja panjang (salmeterol atau
formoterol) hentikan Anak dibawah 2 tahun rujuk
pemakaian jika tidak ada pada spesialis anak
respon

Jika asma tidak terkontrol


tingkatkan dosi kortikosteroid
inhalasi sampai dosis standar
tertinggi

Jika asma masih tidak


terkontrol tambahkan salah
satu dari :
Antagonis reseptor leukotrien
Teofilin oral lepas lambat
Agonis beta-2 oral lepas lambat
Tahap 4 : inhalasi Tahap 4 : asma tidak
kortikosteroid dosis tinggi + terkendali rujuk ke dokter
bronkodilator rutin spesialis anak
Inhalasi agonis beta-2 kerja Penurunan bertahap
pendek seperlunya bersama Pemantauan ulang secara teratur
dengan inhalasi rutin dibutuhkan untuk memantau
kortikosteroid dosis tinggi keberhasilan pengobatan.
ditambah inhalasi agonis beta-2 1. Dosis standar kortikosteroid
kerja panjang ditambah inhalasi (diberikan dengan
Pada dewasa yang mengalami inhaler dsis terukur) adalah

24
6 minggu beklometason dipropionat
Pengobatan : atau budesoid 100-400 mcg
Dapa digunakan salah satu atau (anak: 100-200 mcg) 2 kali
lebih dari pengobatan berikut : sehari atau :
Antagonis reseptor leukotrien Anak dibawah 2 tahun :
Teofilin oral lepas lambat 50-100 mcg dua kali sehari
Agonis beta-2 oral lepas lambat Anak 2-5 tahun: 100-200
Tahap 5 : tablet mcg dua kali sehari
kortikosteroid rutin Anak 5-12 tahun : 100-200
Inhalasi agonis beta-2 kerja mcg dua kali sehari
pendek seperlunya bersama Anak 12-18 tahun : 100-
dengan 400 mcg dua kali sehari
Inhalasi rutin kortikosteroid Atau flutikason propionat
dosis tinggi dan 1 atau lebih 50-200 mcg (anak :50-100
bronkodilator aksi panjang mcg) 2 kali sehari,
(lihat tahap 4) ditambah Anak dibawah 5 tahun : 50-
Tablet prednisolon rutin 100 mcg dua kali sehari
(sebagai dosis tunggal/hari) Anak 5-12 tahun : 50-100
Catatan : pada penambahan mcg dua kali sehari
prednisolon rutin, dilanjutkan Anak 12-18 tahun : 50-200
inhalasi kortikosteroid dosis mcg dua kali sehari
tinggi (kecuali pada kasus di Atau mometason furoat
mana dosi yang diijinkan (diberikan sebagai serbuk
berlebih). Pasien seperti harus inhaler)
dirujuk ke klinik asma
Anak 12-18 tahun : 200
Penurunan bertahap mcg dua kali sehari
Tinjau ulang terapi setiap 3 2. Dosis tinggi kortikosteroid
bulan, jika dapat terkontrol, inhalasi adalah
dimungkinkan penurunan tahap beklometason dipropionat
terapi. atau budesonid 0,8-2 mg

25
Gunakan dosis kortikosteroid perhari (dalam dosis terbagi)
terendah; kurangi dosis inhalasi atau flutikason propionate
kortikosteroid secara bertahap 0,4-1 mg perhari (dalam
(penurunan dosis hingga 50% dosis terbagi), menggunakan
dilakukan setiap 3 bulan) spacer volume besar
hingga dosis terendah yang beklometason diproprionat
masih dapat mengendalikan atau budesonid :
asma. Anak dibawah 2 tahun :
sampai dengan 200 mcg
dua kali sehari
Anak 2-5 tahun : sampai
dengan 400 mcg dua kali
sehari
Anak 12-18 tahun : 200-
500 mcg dua kali sehari
Atau flutikason
proprionat sampai 200
mcg 2 kali sehari
Anak di bawah 5 tahun :
100-200 mcg dua kali
sehari
Anak 5-12 tahun : 100-
200 mcg dua kali sehari
Anak 12-18 tahun : 200-
500 mcg dua kali sehari
Mometason furoat
(diberikan sebagai serbuk
inhaler) sampai 800 mcg
sehari (dalam 2 kali dosis
terbagi)
Anak 12-18 tahun :

26
sampai dengan 400 mcg
dua kali sehari
3. Alternatif inhalasi
kortikosteroid adalah
antagonis reseptor
leukotrien,tefilin, dan pada
dewasa kromoglikat rutin,
dan pada anak di atas 5
tahun nedokromil rutin
4. Pengamatan fungsi paru
tidak dapat digunakan
sebagai petunjuk
penatalaksanaan pada anak
dibawah umur 5 tahun

3. Pengobatan non farmakologi


a. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak
terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah
dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga
berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta
komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa
makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat
yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita
dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena
menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang
berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di
saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan.
Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi
sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit

27
asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini
disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang
minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas
akibat bernapas cepat dan dalam.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat
mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah
misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak
lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan
air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu
mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit
mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan
rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan
pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas
ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit
asmanya.
c. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah
tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus
dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu
mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang
tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit
asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan
penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi
orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan
menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari
kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara
yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga
yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan
pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah

28
serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas
seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat
kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-
obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan
darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik
(aspirin, dan sejenisnya).Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet
makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.

29
STUDY KASUS
A. Biodata
Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu
rumah tangga. Alamat tinggal Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS
Tanggal 03 Maret 2015 Klien masuk rumah sakit karena keluhan sesak napas
dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan
semakin meningkat ketika beraktivitas.
Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk
berdahak dengan dahak berwarna putih kental, dan klien merasa sesaknya
berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer). Klien terlihat cemas.
Klien mengaku tidak nafsu makan. Klien juga mengatakan mempunyai
riwayat asma sejak kecil dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota
keluarganya yang memiliki riwayat asma, yaitu ibunya.
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan
selama 1 minggu terakhir menderita sesak, batuk pilek, demam yang
disertai dahak putih kental.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah
masuk rumah sakit di RS Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama
2 minggu. Klien mengatakan sedang menjalani pengobatan terapi yang di
berikan dokter. Klien mengatakan Asma akan timbul saat dingin, akibat
debu dan mencium bau yang menyengat.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang
sama dengan klien.

30
C. Pengobatan/Penatalaksanaan
Terapi farmakologi
Adapun obat-obat yang dapat diberikan untuk pasien sebagai
berikut :
1. Golongan bronkodilator derivat B2 agonist (obat Salbutamol)
Salbutamol adalah obat golongan beta adrenergik agonis. Obat ini
biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengatasi gejala sesak napas yang
disebabkan oleh penyempitan saluran bronkus seperti pada penyakit
Asma, dan penyakit paru obstrukstif kronik (PPOK).
2. Golongan steroid derivat kortikosteroid (obat prednisone )
Prednison adalah obat yang digunakan untuk kondisi kesehatan
seperti arthritis, gangguan darah, masalah pernapasan, alergi parah,
penyakit kulit, kanker, masalah mata, dan gangguan sistem kekebalan
tubuh. Prednison termasuk dalam kelas obat yang diketahui sebagai
corticosteroid.
3. Antihistamin (obat ketotipen)
ketotipen , Meredakan gejala bersin, pilek, dan hidung tersumbat
pada penyakit rhinitis akibat alergi, membantu mencegah serangan asma,
serta mengobati konjungtivitis.
4. Ekspektoran (obat Guaifenesin)
Guaifenesin (ekspektooran) merupakan obat ekspektoran yang
digunakan untuk menangani batuk-batuk dan penyumbatan akibat dahak
yang disebabkan oleh kondisi seperti pilek, bronkitis, dan flu.
Obat yang memiliki efek melegakan pada tenggorokan ini bekerja
dengan cara mencairkan lendir yang menyumbat di saluran pernapasan,
sehingga lebih mudah dikeluarkan saat batuk.
Terapi non farmakologi
Pada pasien Ny. H diberikan terapi non farmakologi antara lain :
1. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma.Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak

31
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk
mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat
mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah
misalnya sangat penting diperhatikan.
3. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah
tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus
dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat
perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga
seperti kecoa dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Interaksi Obat
1. Golongan bronkodilator derivat B2 agonist (obat Salbutamol)
Interaksi Obat salbutamol yaitu :
Efek salbutamol dihambat oleh B2-antagonis.
Pemberian bersamaan dengan monoamin oksidase dapat
menimbulkan hipertensi berat.
Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti
propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan.
Beta blockers (Pasien dengan asma bisa menyebabkan
bronkospasm hebat)
Digoxin (Salbutamol menurunkan level serum digoxin)
Diuretik (Salbutamol akan memperburuk kondisi penderita
hipokalemia)
Interaksi Dengan Obat Lain :Peningkatan efek / toksisitas
:Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika
salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. Peningkatan
efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor,
Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic
(misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan.

32
Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika
salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic
(contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek: Penggunaan
bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker (contohnya:
Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek
Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan:
Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine,
Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat
menginduksi CYP3A4.
Dengan Makanan : Batasi penggunaan Caffein (dapat
menyebabkan stimulasi CNS).
2. Golongan steroid derivat kortikosteroid (obat prednisone )
Interaksi obat prednison yaitu :
Dengan penggunaan simultan dari prednison dengan antikoagulan
dapat meningkatkan aksi antikoagulan dari masa lalu.
Sedangkan penggunaan salisilat meningkatkan risiko perdarahan.
Sedangkan penggunaan diuretik, kemungkinan memburuknya
gangguan metabolisme elektrolit.
Sedangkan penggunaan obat hipoglikemik mengurangi tingkat
penurunan kadar glukosa darah.
Dalam aplikasi dengan glikosida jantung meningkatkan risiko
keracunan glikosida.
Dalam sebuah aplikasi dengan kemungkinan melemahnya
rifampisin dari tindakan terapeutik rifampisin.
Dengan penggunaan simultan dari obat antihipertensi dapat
mengurangi efektivitas.
Dengan penggunaan simultan dari turunan kumarin dapat
melemahkan efek antikoagulan.
Dengan penggunaan simultan dari rifampisin, fenitoin, barbiturat
dapat melemahkan efek prednisolon.

33
Dengan penggunaan simultan dari kontrasepsi hormonal
potensiasi prednisolon.
Dengan penggunaan simultan asam asetilsalisilat pengurangan
salisilat dalam darah.
Dengan penggunaan simultan dari praziquantel adalah mungkin
untuk mengurangi konsentrasinya dalam darah.
Munculnya hirsutisme dan jerawat mempromosikan penggunaan
simultan kortikosteroid lainnya, androgen, estrogen, kontrasepsi
oral dan steroid anabolik. Risiko terkena katarak meningkat
dengan penggunaan kortikosteroid dalam antipsikotik latar
belakang, karbutamida dan azathioprine.
Simultan dengan pengangkatan Bapak holinoblokatorami
(termasuk antihistamin, antidepresan trisiklik), nitrat
mempromosikan peningkatan tekanan intraokular.
Pemakaian asetosal bersama dengan kortikosteroid tidak
dianjurkan pada penderita kolitis ulseratif non spesifik.
Rifampicin, fenitoin, fenobarbital dapat mempercepat
metabolisme kortikosteroid.
Pemberian vaksin bersama kortikosteroid dapat menyebabkan
vaksin tidak bekerja.
3. Antihistamin (obat ketotipen)
Interaksi dari ketotipen yaitu :
Profilas dapat memperkuat efek dari sedatif, hipnotik,
antihistamin, dan alkohol.
Pemberian bersama-sama antidiabetik oral sebaiknya dihindari.
hindari penggunaan bersama antidiabetik oral (dilaporkan
penurunan trombosit); bila menggunakan obat ini jangan
menjalankan mesin; pengaruh alkohol diperkuat.

34
4. Ekspektoran (obat Guaifenesin)
Interaksi Obat Guaifenesin yaitu :
Jika mengonsumsi obat lain atau produk toko pada waktu
bersamaan, efek dari Guaifenesin dapat berubah. Ini dapat
meningkatkan resiko Anda untuk efek samping atau menyebabkan
obat Anda tidak bekerja dengan baik. Katakan pada dokter Anda
tentang semua obat, vitamin, dan suplemen herbal yang Anda
gunakan, sehingga dokter Anda dapat membantu Anda mencegah atau
mengatur interaksi obat. Guaifenesin / Dextromethorphan dapat
berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini:
Alcohol
Amiodarone
Cough and cold medicines
Haloperidol
Monoamine oxidase inhibitors
Propafenone
Dengan penggunaan simultan dari guaifenesin meningkatkan efek
dari dana, memberikan efek menyedihkan pada sistem saraf pusat,
dan etanol.

35
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun)
yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat
peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :
1. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara
karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
2. Sesak napas/dispnea.
3. Batuk yang disertai lendir/batuk kering.
4. Nyeri dada.
5. Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu
membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
Penyakit asma dapat dicegah dengan cara menghindari faktor-
faktor pencetus, diantaranya :
1. Alergen, misalnya debu rumah, spora jamur, tepung sari, bulu binatang.
2. Iritan, seperti asap, bau-bauan dan polusi
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Kegiatan jasmani yang berlebihan
6. Obat-obatan
7. Emosi
Obat yang digunakan untuk terapi asma yaitu :
1. Short term relievers (pereda jangka pendek)
Contoh: Bronkodilator
B2 agonist (terbutalin, salbutamol, eformeterol)
Metil xantin (teofilin, aminofilin)
Antikolinergik (atropin,ipatropium klorida)

36
2. Long term controlless (pengontrol jangka panjang)
Contoh : steroid dan non steroid
Steroid (Beklometason, budesonid, flutikason)
Nonsteroid (sodium kromogilat, nedokromil sodium)
3. Obat-obat lain seperti :
Antihistamin (ketotipen, tiazinamium)
Ekspektoran dan mukolitik (ambroksol, kalium iodide)
II.2 Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita,
maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit.
Cara mengatasi penyakit asma yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat
mencegah penyakit asma, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan
melakukan pencegahan terhadap penyakit asma dari pada kita sudah terkena
dampaknya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius.
FKUI. Jakarta
Badan POM RI.,2008. Informasi obat nasional indonesia. Badan Pengawasan
Obat Dan Makanan Republik Indonesia : Jakarta
Heru Sundaru,2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Harknes R., Interaksi Obat. Penerbit ITB : Bandung.
Mutschler E.,2001. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi
5. Penerbit ITB : Bandung
Price,Sylvia Anderson.2005. patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.edisi 6. Volume1. Jakarta : EGC
Rahardja Kirana, Tjay Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting, edisi 6. Penerbit
Gramedia, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. buku ajar keperawatan medical bedah brunner &
suddarth. Jakarta : EGC
Somantri, Irman.2009. asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
system pernafasan. Jakarta : salemba medika

38

Anda mungkin juga menyukai