Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI ETNOMEDISIN TANAMAN OBAT TRADISIONAL


OLEH SUKU TOLAKI DI KECAMATAN ABUKI
KABUPATEN KONAWE PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

HERLINA ARYA PUTRI EDISON

F201501056

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah kami setujui untuk disajikan pada Seminar Proposal Program
Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari dalam rangka
penyempurnaan Penulisan.

Kendari, Januari 2019

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Wa Ode Nova Noviyanti R, S.Psi.,M.Kes Nur Herlina Nasir,M.Pharm,Sci.,Apt


NIDN : 0905118202 NIDN : 0922029103

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi

Ahmad Saleh, S.Farm.,M.Ph.,Apt


NIDN : 0912038603

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan

PROPOSAL PENELITIAN dengan judul : Studi Etnomedisin Tanaman Berkhasiat Obat

di Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Adapun proposal ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatannya telah saya usahakan

semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat

memperlancar proposal ini.

Namun tidak lepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu

dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca

yang ingin memberi saran kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki proposal

ini.

Penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat di ambil hikmah dan

manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembacanya.

Kendari, 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………..…………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah ......…………………………………………………………….4

C. Tujuan Penelitian …..……………………………………………………………...5

D. Manfaat Penelitian ..……………………………………………………………....5

E. Keaslian Penelitian …..…………………………………………………………....6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Etnomedisin …………………………………………………….7

B. Tinjauan Umum Tumbuhan Obat ………………………………………………...8

1. Pengelompokan tumbuhan berkhasiat obat ..………………………………… .9

2. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat...………………………………………..10

C. Tinjauan Umum Pengobatan Tradisonal ……………………………………….. 14

1. Cara pengobatan tradisional …………………………………………………. 15

2. Jenis pengobatan tradisional ……….………………………………………....16

3. Jenis obat tradisional ………………………………………………………….16

4. Kelebihan dan Kekurangan obat tradisional ………………………………….16

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Peneliti ……………………………………………………………...19

B. Kerangka Konsep Peneliti ……………………………………………………….19

C. Variabel Penelitian ……………………………………………………………....20

iii
D. Definisi Operational ……………………………………………………………..20

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………………………....22

B. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………………………...22

C. Alat dan Bahan …………………………………………………………………..22

D. Populasi dan Sampel …………………………………………………………….22

E. Prosedur penelitian ……………………………………………………………....23

a. Penentuan informan …………………………………………………………...23

b. Teknik pengumpulan data …………………………………………………….23

c. Identifikasi spesimen ………………………………………………………….24

F. Analisis Data ……………………………………………………………………..24

G. Etika Penelitian ………………………………………………………………….25

H. Jadwal Waktu Penelitian ………………………………………………………...25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN PERTANYAAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan tropika terbesar

kedua di dunia dengan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai salah satu negara

“megabiodiversity” kedua setelah Brazilia (Ersam, 2004). Diperkirakan hutan

Indonesia menyimpan potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis, di antaranya 940

jenis telah dinyatakan berkhasiat obat, 78 % masih diperoleh melalui pengambilan

langsung dari hutan (Nugroho, 2010). Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan

ramuan jamu-jamuan, sampai saat ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk

mengobati berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam industri modern.

Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-beda pada suatu

wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakan warisan secara turun-menurun

(Nurrani, 2013).

Pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat bervariasi

antar etnis dan masing-masing etnis memiliki keunikan tersendiri. Di Indonesia

pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat semakin

tertinggal akibat menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari atau

memanfaatkannya salah satunya dikecmatan abuki (Suryadarma, 2005), cara

pewarisan yang dilakukan secara lisan, dan kehadiran pengobatan modern (Silalahi,

2014). Obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,

hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman

(Depkes RI, 2000).

1
Menurut Asmino (1995) dan WHO (2000) dalam Dermawan (2013), pengobatan

tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktik-praktik yang

berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai

adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan

kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit

secara fisik dan juga mental.

Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (etnis) dan medicine (obat).

Hal ini menunjukkan bahwa etnomedisin sedikitnya berhubungan dengan dua hal yaitu

etnis dan obat. Secara Ilmiah Etnomedisin merupakan studi tentang persepsi dan

konsepsi masyarakat lokal dalam memahami kesehatan atau studi yang mempelajari

sistem medis etnis tradisional (Bhasin, 2007; Daval, 2009) yang dilakukan melalui

pendekatan emik dan pendekatan ilmiah (Walujo, 2009). Penelitian pemanfaatan

tumbuhan obat pada berbagai masyarakat (cross-cultural studies) dapat digunakan

untuk menemukan obat maupun senyawa bioaktif (Saslis-Lagoudakis et al., 2011).

Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan obat

diantaranya khasiat, ketersediaan, bahasa, budaya, dan hubungan sosial (Menendez-

Baceta et al., 2015). Studi Etnomedisin Tanaman Berkhasiat Obat penting dilakukan

untuk dikembangkan dan dilestarikan sampai ke generasi selanjutnya, karena

pengetahuan tentang obat – obat tradisional mulai terabaikan, hal ini disebabkan

karena masuknya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yaitu sudah

terdapat obat sintetik (non herbal) yang mudah dikonsumsi, sehingga pemanfaatan

obat tradisional di Kecamatan Abuki mulai ditinggalkan.

Penelitian etnomedisin sudah banyak dilakukan, namun masih terkonsentrasi

daerah pulau Jawa khusunya Kasepuhan maupun Baduy, dan daerah Bali (Walujo,

2009).

2
Kecamatan Abuki memiliki potensi sumber daya alam seperti pegunungan,

persawahan, perkebunan dan sebagainya, Kecamatan Abuki memiliki luas wilayah

18.749 hektar atau 5,84 persen dari luas Kabupaten Konawe, 10 desa dan 1 kelurahan,

(BPS-Kabupaten Konawe) yang mayoritasnya suku tolaki, sehingga tidak menutup

kemungkinan masih banyak tanaman obat yang tumbuh liar di daerah tersebut.

Suku tolaki merupakan salah satu suku yang berada di Kecamatan Abuki Kabupaten

Konawe, suku Tolaki menggunakan tanaman obat berdasarkan pengalaman mereka

secara turun temurun, dan sebagian masyarakat suku tolaki dikecamatan abuki juga

masih menggunakan tanaman obat sampai sekarang karena masih kurangnya fasilitas

pengobatan, contohnya puskesmas hanya terdapat satu puskesmas dalam satu

kecamatan dan juga belum tersedianya Apotek di kecamatan abuki.

Oleh karena itu agar kelestarian pengetahuan maupun penggunaan tanaman

sebagai obat tradisional tetap terjaga, berdasarkan situasi diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Studi Etnomedisin Tanaman Obat Tradisional

Oleh Suku Tolaki Kecamatan Abuki Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tanaman apa saja yang di manfaatkan oleh masyarakat Suku Tolaki Kecamatan

Abuki sebagai bahan pengobatan tradisional ?

2. Bagaimana cara pemanfaatan tanaman yang digunakan sebagai pengobatan oleh

Masyarakat Suku Tolaki Kecamatan Abuki dan cara penggunaannya untuk

pengobatan tradisional ?

3. Bagian tumbuhan apa saja yang di gunakan untuk di jadikan obat tradisional

3
dalam pengobatan ?

4. Apa saja khasiat dari tanaman obat yang di gunakan oleh masyarakat suku tolaki

di Kecamatan Abuki ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan umum dari penelitian ini

adalah:

1) Mengetahui Tanaman apa saja yang dimanfaatkan untuk pengobatan oleh

masyarakat Suku Tolaki Kecamatan Abuki.

2) Mengetahui cara pemanfaatan tanaman yang digunakan sebagai pengobatan dan

cara penggunaan obat dalam pengobatan tradisional.

3) Mengetahui bagian tanaman yang dijadikan obat dalam pengobatan tradisional.

4) Mengetahui khasiat tanaman obat yang di gunakan oleh masyarakat Suku Tolaki

di Kecamatan Abuki

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan.

2. Berguna bagi masyarakat luas agar mengetahui tentang etnomedisin dan

tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat agar lebih menjaga dan melestarikan

kebudayaan Indonesia dalam bidang pengobatan tradisional yang memanfaatkan

tumbuhan.

4. Dapat digunakan sebagai informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut


4
tentang studi etnomedisin tanaman berkhasiat obat.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


1. Yulia, 2016 Studi Etnofarmasi Membahas Peneliti sebelumnya
penggunaan Tumbuhan tentang tanaman meneliti di Kabupaten
Obat oleh Suku obat Lumajang dan Malang
Tengger di Kabupaten Jawa Timur
Lumajang dan Malang,
Jawa Timur
2. Lestaridewi, Kajian pemanfaatan Variabel Penelitian
et al., 2017 Tanaman sebagai obat penelitian yang sebelumnya populasi
tradisional di Desa sama dan sampelnya yaitu
Tolai Kecamatan Torue semua jenis tanaman
Kabupaten Parigi yang di manfaatkan,
Moutong sedangkan pada
penelitian ini
populasi dan sampel
yaitu masyarakat atau
informan
3. Astuti, et al., Identifikasi Pelaku Membahas Peneliti sebelumnya
2017 Etnomedisin dan tentang tanaman meneliti di Provinsi
informasi Jenis obat Lampung Sedangkan
Tanaman Obat yang penelitian ini hanya
digunakan dan tumbuh di Kecamatan, yaitu
di Provinsi Lampung Kecamatan Abuki

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Etnomedisin

Etnomedisin merupakan studi tentang persepsi dan konsepsi masyarakat lokal

dalam memahami kesehatan atau studi yang mempelajari sistem medis etnis

tradisional (Bhasin, 2007; Daval, 2009) Lebih lanjut Walujo (2009) menyatakan

bahwa dalam studi etnomedisin dilakukan untuk memahami budaya kesehatan dari

sudut pandang masyarakat (emic), kemudian dibuktikan secara ilmiah (etic) (Walujo

2009). Pada awal perkembangan penelitiannya etnomedisin merupakan bagian dari

ilmu antropologi kesehatan (Bhasin, 2007) yang mulai berkembang pada pertengahan

tahun 1960-an (McElroy, 1996), namun pada perkembangan selanjutnya merupakan

disiplin ilmu yang banyak dikembangkan dalam ilmu Biologi.

Konsep Etnomedisin merupakan cabang antropologi kesehatan yang membahas

tentang asal mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok

masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring

perkembangan kebudayaan manusia. Di bidang antropologi kesehatan, etnomedisin

memunculkan terminologi yang beragam, sering disebut sebagai pengobatan

tradisional atau pengobatan primitif (Almos dan Pramono, 2015).

Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor.

Pertama penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, makhluk halus,

manusia, dan sebagainya, sedangkan penyakit dapat juga disebabkan karena

terganggunya keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap dalam tubuh seperti panas

dingin dan sebagainya. Kajian tentang ini disebut kajian natural atau non-

supranatural. Di dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang tindih, tetapi

sangat berguna untuk mengenal konsep-konsep dalam etnomedisin. Salah satu cabang

6
etnomedisin yang dapat dibahas mendalam adalah plant-medicine yaitu dengan

memanfaatkan bagian-bagian tanaman sebagai bahan obat tradisional (Foster dan

Anderson, 1986 : 63-64 dalam Almos dan Pramono, 2015).

Selain untuk mengobati penyakit, tujuan lain dari penelitian etnomedisin adalah

untuk mencari senyawa baru yang memiliki efek samping lebih kecil, timbulnya efek

resisten dari obat yang sudah ada, dan juga untuk antisipasi munculnya penyakit baru.

Hal tersebut mengakibatkan penelitian etnomedisin terus berkembang khusunya

negara yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti Indonesia. Di Indonesia secara

resmi penelitian etnobotani termasuk di dalamnya etnomedisin mulai berkembang

sejak tahun 1983 dengan di resmikannya Museum Etnobotani di Bogor dan terus

mengalami perkembangan hingga saat ini (Walujo, 2009). Etnobotani mempelajari

hubungan antara manusia dan tanaman dengan segala kompleksitasnya, dan biasanya

berdasarkan pengamatan terperinci dan studi mengenai kegunaan tanaman di

masyarakat, termasuk semua kepercayaan dan praktik budaya yang berkaitan dengan

penggunaannya ( Wahyuni et al., 2016 ).

B. Tinjauan Umum Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh tumbuhan tersebut

mengadung zat aktif yang dapat menyebuhkan penyakit dan digunakan sebagai obat,

bahan atau ramuan obat – obatan. Tumbuhan obat juga dapat didefinisikan sebagai

segala jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat baik dalam membantu

memelihara kesehatan maupun pengobatan suatu penyakit. Tumbuhan obat sangata

erat kaitannya dengan pengobatan tradisional, karena sebagian besar pendayagunaan

obat belum didasarkan pada pengujian klinis labolatorium, melainkan lebih

berdasarkan pada pengalaman penggunaan ( Wahyuni, et al., 2016 ). Sedangkan

menurut (WHO dalam Pribadi, 2009). Tanaman obat adalah tanaman yang

7
mengandung bahan alami yang dapat digunakan untuk pengobatan dan bahan aktifnya

dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik.

Penggunaan Tumbuh obat dalam penyembuhan merupakan bentuk pengobatan

tertua di dunia. Setiap budaya di dunia memiliki sistem pengobatan tradisional yang

khas dan di setiap daerah dijumpai berbagai macam jenis tumbuhan yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat. WHO (World Healh Organization) pada tahun 1985

memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat

dalam penyembuhan penyakit (Peters & Whitehouse, 1999 dalam Dorly, 2005).

Heyne pada tahun 1927 mencatat tidak kurang dari 1.040 jenis tumbuhan di

Indonesia bermanfaat sebagai obat yang didokumentasikan pada buku Tumbuhan

Bermanfaat Indonesia Jilid I-IV. Jumlah tersebut terus meningkat sehingga pada buku

Medical Herb in Indonesia tercatat sekitar 7.000 spesies tumbuhan di Indonesia

bermanfaat sebagai obat (Walujo, 2013).

1. Pengelompokan tumbuhan berkhasiat obat

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya

mempunyai khasiat obat. Ahli lain mengelompokkan tumbuhan berkhasiat obat

menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau di

percayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku

obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah

dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan

penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensional merupakan spesies tumbuhan yang di duga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat tetapi

8
belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah – medis sebagai obat ( Wahyuni, et

al., 2016 ).

Departemen Kesehatan RI mendefinisikan tumbuhan obat Indonesia seperti yang

tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu:

1. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu.

2. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat

(precursor).

3. Bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan

sebagai obat ( Wahyuni, et al., 2016 ).

Banyaknya jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional dapat

memberikan referensi terhadap dunia pengobatan, apalagi dengan makin gencarnya

moto “back to nature” atau “kembali ke alam” (Nurrani, 2013).

Kecenderungan pengobatan dengan menggunakan bahan baku dari alam atau

pengobatan herbal sedang berkembang. Banyak perusahaan farmasi berlomba-lomba

mencari bahan baku pengobatan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki khasiat

untuk pengobatan (Superani, et al., 2008).

Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan obat

diantaranya khasiat (pharmacological effectiveness), ketersediaan, bahasa, budaya,

dan hubungan sosial (Menendez-Baceta et al., 2015). Apabila khasiat tumbuhan obat

secara tradisional dinyatakan sama oleh berbagai etnis menunjukkan senyawa bioaktif

yang dimiliki tumbuhan tersebut memiliki khasiat seperti yang dinyatakan oleh

masyarakat lokal (Heinrich et al., 1998; Leporatti & Ghedira, 2009).

2. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia.

Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk

9
obat pada berbagai penyakit. Kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan

jamu merupakan warisan turun temurun dan mengakar kuat di masyarakat. Kelebihan

dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut

ialah tidak adanya efek samping yang ditimbulkan seperti yang terjadi pada

pengobatan modern. Informasi manfaat tanaman sangata terkait dengan kajian

etnobotani. Pengetahuan praktis mengenai pemanfaatan tanaman dalam kehidupan

manusia terutama sebagai pengobatan sangatlah penting untuk di ketahui. ( Dwi

Kusuma Wahyuni, et al., 2016 ).

Menurut Oktaviana (2008) pemanfaatan daun untuk bahan obat dilakukan paling

banyak dibandingkan dengan bagian lain dari tumbuhan. Tingginya frekuensi

pemanfaatan bagian daun sebagai bahan obat tampak terkait dengan beberapa

keunggulan seperti jumlah ataupun produktivitas daun yang lebih banyak, lebih mudah

diperoleh dibandingkan dengan bagian lain dan penggunaannya yang relatif lebih

mudah karena banyak yang dapat digunakan secara langsung (Rahayu, et al., 2012).

Menurut Dalimartha (2000) yang dikutip Armiwoltywa (2011) dikenal 4 macam

sifat dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara

pengobatan tradisional timur. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah :

1. Dingin dan sejuk

Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk digunakan untuk pengobatan

sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna kencing kuning tua, lidah merah

atau denyut nadi cepat.

2. Panas dan hangat

Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan

sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah

pucat atau nadi lambat.

10
Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah :

1. Pedas, mempunyai sifat menyebar dan merangsang.

2. Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukan.

3. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat.

4. Rasa pahit dapat mengilangkan panas dan lembab.

5. Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai pelancar.

Pemanfaatan tanaman sebagai obat juga dilakukan oleh masyarakat Suku Tolaki,

Kecamatan Abuki dalam mengobati berbagai bentuk penyakit sejak dahulu sampai

sekarang mereka masih mempercayai tanaman sebagai obat tradisional hal ini

didukung dengan kekayaan hutan yang terdapat banyak tanaman diantaranya tanaman

obat yang dimanfaatkan masyarakat Suku Tolaki, Kecamatan Abuki. Oleh karena itu,

diduga daerah tersebut memiliki keanekaragaman tanaman yang dimanfaatkan sebagai

obat tradisional oleh masyarakat Suku Tolaki Kecamatan Abuki.

C. Tinjauan Umum Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan

praktik-praktik yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman

masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak,

digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa,

perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Selain itu,

pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa

didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara

pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. Atau cara

pengobatan tradisional menjadi pilihan ketika tubuh penderita tidak dapat menyerap

atau menolak mengkonsumsi obat konvensional (WHO 2000 dalam Dermawan 2013).

11
Pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan menjadi salah

satu warisan budaya bangsa Indonesia berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan

keterampilan yang secara turun-temurun diwariskan kepada generasi berikutnya

(Wijayakusuma, 2000).

Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan, sampai saat

ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit

bahkan telah dikembangkan dalam industri modern. Pengetahuan mengenai tumbuhan

obat memiliki karakteristik berbeda-beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tersebut

biasanya merupakan warisan secara turun-menurun (Nurrani, 2013).

1. Cara Pengobatan Tradisonal

Pengolahan tumbuhan dilakukan bermacam-macam cara, pada dasarnya ada yang

dipakai langsung tanpa pengolahan misalnya disadap dan dimakan atau diminum

langsung, dan ada yang melalui pengolahan diantaranya direbus, diparut, diremas,

ditumbuk, dibakar, disangrai, diseduh. Pengolahan dengan direbus, disaring dan

diminum airnya merupakan pengolahan yang paling banyak dilakukan oleh

masyarakat. Pengolahan yang dilakukan dengan cara yang berbeda memiliki efek yang

berbeda pula dalam hal mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit, dan perlu

diperhatikan juga, misalnya tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus

dengan api yang kecil dalam waktu yang agak lama, sekitar 3 - 5 jam untuk

mengurangi kadar racunnya (Adnyana, 2012).

2. Jenis Pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu :

1) cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri dari pijatan,

kompres, akupuntur dan sebagainya.

12
2) Obat tradisional atau disebut traditional drugs yaitu menggunakan bahan-bahan

yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit

(Asmino 1995 ; WHO 2000 dalam Dermawan 2013).

3. Jenis Obat tradisional ini terdiri dari tiga yaitu :

1) Sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun,

kulit, batang dan sebagainya.

2) Obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-

tulang maupun dagingnya.

3) Dari sumber mineral atau garam yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar

dari tanah (Asmino, 1995 ; WHO 2000 dalam Dermawan 2013).

Obat tradisional merupakan warisan turun -temurun dari nenek moyang yang

berakar kuat dalam budaya bangsa. Oleh karena itu baik dalam ramuan maupun dalam

penggunaannya sebagai obat tradisional masih berdasarkan pengalaman yang

diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Takarasel,

2010).

Salah satu komponen lingkungan yang digunakan oleh manusia dalam

memperoleh hidup yang sehat adalah dengan menggunakan tumbuhan, dalam bentuk

jamu atau obat tradisional (Katno, 2008).

4. Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional

a. Kelebihan Obat Tradisional menurut Katno (2008) antara lain :

1) Penggunaan obat tradisional dinilai relatif lebih aman dibandingkan

penggunaan obat konvensional, sehingga saat ini makin banyak peminatnya.

2) obat tradisional memiliki efek samping yang relatif rendah, dalam suatu

ramuan dengan kandungan yang beranekaragam memiliki efek yang sinergis.

13
3) Banyak tumbuhan yang dapat memiliki lebih dari satu efek farmakologis, dan

lebih sesuai untuk berbagai penyakit metabolik dan generative.

b. Kekurangannya menurut Katno (2008) adalah :

1) Efek farmakologisnya kebanyakan lemah, bahan bakunya belum terstandar,

dan belum dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan efektivitas

dan keamanannya.

Efek samping OT (Obat Tradisional) relatif kecil bila digunakan secara benar dan

tepat OT/TO (Obat Tradisional/Tanaman Obat) akan bermanfaat dan aman jika

digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan

serta penyesuaian dengan indikasi tertentu. Dan inilah beberapa contoh dari uraian

tersebut (Katno 2008) :

1. Tepat dalam takaran/dosis

2. Tepat waktu dalam penggunaan

3. Ketepatan cara penggunaan

4. Ketepatan pemilihan bahan secara benar

5. Ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu .

c. Efek Samping Tanaman Obat/Obat Tradisional

Pada kata ‘secara tradisional’ tersirat makna bahwa segala aspeknya (jenis bahan,

cara menyiapkan, takaran serta waktu dan cara penggunaan) harus sesuai dengan

warisan turun-temurun sejak nenek moyang kita. Penyimpangan terhadap salah satu

aspek kemungkinan dapat menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya aman

menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu perlu disadari pula

bahwa memang ada bahan ramuan OT yang baru diketahui berbahaya, setelah

melewati beragam penelitian, demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang

bersifat keras dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan

14
cara-cara tertentu pula. Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan

(baik alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena komposisinya

dalam keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ

tubuh manusia atau hewan sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik

sementara, tetap atau sampai menyebabkan kematian. Walaupun demikian efek

samping TO/OT tentu tidak bisa disamakan dengan efek samping obat modern. Pada

TO terdapat suatu mekanisme yang disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat

menetralkan efek samping tersebut, yang dikenal dengan SEES (Side Effect

Eleminating Subtanted) (Katno 2008).

D. Penyakit Menular dan tidak menular

Menular - Tuberkulosis
- Hepatitis A
- Poliomyelitis
- Measles
- Chickenpox
- Rabies
Tidak Menular - Osteoporosis
- Epilepsi
- Cancer
- Diabetes Militus
- Cirrhosis
- Penyakit Ginjal Kronis

15
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Peneliti

Studi tentang etnomedisin pada dasarnya untuk memahami budaya kesehatan dari

sudut pandang masyarakat, terutama sistem medis yang telah menjadi tradisi

masyarakat secara turun temurun.

Etnomedisin merupakan pengetahuan tentang pengembangan pengobatan yang

didasarkan budaya lokal antara kepercayaan masyarakat setempat dan praktek

pengobatan terhadap penyakit tertentu dan tidak dipengaruhi oleh kerangka obat

moderen. Etnomedision berpotensi mengungkapkan sistem pengetahuan tradisional

dari suatu kelompok masyarakat atau etnik mengenai keanekaragaman sumber daya

hayati dan budaya.

B. Bagan Kerangka Konsep Peneliti

Variabel dependen

Jenis tanaman yang


digunakan sebagai
obat.

Cara pemanfaatan dan Variabel independen


penggunaan tanaman
obat
Pengetahuan
tanaman obat
Bagian tanaman yang
di gunakan sebagai
obat

Khasiat dari tanaman


obat

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

16
C. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian ini yaitu :

1. Variabel independen : Pengetahuan tanaman obat

2. Variabel dependen : a. Jenis tanaman yang digunakan sebagai obat

b. Cara pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat

c. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat

d. Khasiat tanaman obat

D. Definisi Operasional

a. Definisi operasional jenis tanaman digunakan sebagai obat

Jenis tanaman yang digunakan sebagai obat adalah hasil dari semua jenis

tanaman yang disebutkan oleh dukun atau masyarakat ( informan ).

b. Definisi operasional cara pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat

Cara pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat di perolah dari dukun atau

masyarakat (informan) bagaimana cara pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat

oleh masyarakat Kecamatan Abuki, apakah pemanfaatannya di rebus, di tumbuk, di

peras, ata di seduh dengan air. dan apakah cara penggunaannya di minum, dimakan,

di temple atau di gunakan langsung.

c. Definisi operasional bagian tumbuhan yang di gunakan sebagai obat.

Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat di peroleh dari dukun atau

masyarakat ( informan ) bagian tumbuhan apa saja yang di gunakan sebagai obat

oleh masyarakat Kecamatan Abuki, antara lain daun, buah, biji, batang kulit,

rimpang dan semua bagian tanaman.

d. Definisi operasional khasiat tanaman obat

17
Khasiat tanaman obat di peroleh dari dukun atau masyarakat (informan) apa

saja khasiat untuk pengobatan penyakit dari semua tanaman yang sudah informan

sebutkan satu persatu.

18
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode

kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan tumbuhan yang

diketahui atau digunakan oleh masyarakat suku tolaki di Kecamatan Abuki,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara sebagai obat (Sudjatno dalam Anam, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2019, dilakukan di

Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

C. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

- Kamera

- Handphone

- Alat tulis

- Golok/Parang

b. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan yaitu tanaman yang akan di ambil langsung di tempat

tumbuhnya.

D. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah informan biasa (masyarakat) dan informan

kunci (battra/dukun) di Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe.

2. Sampel penelitian

19
Sampel penelitian ini adalah semua jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai

obat untuk mengobati penyakit yang diderita oleh masyarakat di Kecamatan Abuki.

Tahap pengambilan sampel diawali dengan peneliti mengambil surat ijin penelitian

dari kampus, kemudian melanjutkan surat tersebut ke Kantor Kecamatan Abuki

yang merupakan lokasi penelitian dengan melakukan observasi dan mewawancarai

masyarakat setempat untuk menggali informasi lebih lanjut, dari hasil observasi

tersebut dipilih informan kunci dan informan biasa yang akan di wawancarai dalam

pemanfaatan tanaman berkhasiat obat.

Kriteria inklusi dan ekslusi informan :

a. Kriteria Inklusi

- Informan merupakan masyarakat Kecamatan Abuki

- Dapat memberikan informasi tentang tanaman obat

- Informan merupakan masyarakat yang menggunakan tanaman obat

- Informan merupakan masyarakat yang ahli dalam tanaman obat

- Bersedia menjadi informan

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Abuki

tidak mengetahui tentang tanaman obat dan tidak menggunakan tanaman

obat.

E. Prosedur Penelitian

a. Penentuan Informan

Penentuan Informan dilakukan yakni dengan cara teknik snowball sampling.

Teknik snowball sampling adalah suatu pendekatan untuk menemukan informan-

informan kunci yang memiliki banyak informasi. Dengan menggunakan

pendekatan ini, beberapa responden yang potensial dihubungi dan ditanyai apakah

20
mereka mengetahui orang lain dengan karakteristik seperti yang dimaksud untuk

keperluan penelitian. (Neuman, 2003)

b. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data ini terdiri dari observasi lokasi penelitian sebagai tahap

persiapan, sedangkan pada tahap pelaksanaan penelitian peneliti melakukan

pengambilan sampel, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam pengumpulan data yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian peneliti melakukan pengambilan sampel,

wawancara dan dokumentasi.

1) Wawancara mendalam

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur yaitu pelaksanaan wawancara lebih bebas dengan mewawancarai

para pengobat tradisional (dukun dan masyarakat setempat). Pertanyaan

yang diberikan yaitu merupakan garis – garis besar dari rumusan masalah

penelitian.

2) Pengambilan sampel tanaman obat yang merupakan data penelitian

dilakukan dengan menjelajah bersama informan kunci.

3) Dokumentasi dilakukan sejalan dengan pengambilan sampel dan wawancara

untuk melengkapi data penelitian.

c. Identifikasi Spesimen (Determinasi)

21
Identifikasi spesimen/determinasi dilakukan di UPT Fakultas Biologi Sumber

Daya Hayati Universitas Haluoleo Sulawesi Tenggara untuk mengetahui nama

ilmiah dan familia tanaman berkhasiat obat yang belum di ketahui spesiesnya yang

digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Abuki Kabupaten Konawe Sulawesi

Tenggara.

F. Analisis Data

Adapun analisis data diperoleh secara kualitatif, penelitian kualitatif analisis data

lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Pengumpulan data yang telah terkumpul melalui wawancara secara mendalam kepada

informan mengenai, cara pemanfaatan/meramu, cara pengobatan dan tumbuhan obat

yang digunakan dalam pengobatan tradsional akan dilakukan analisis data.

Tanaman Obat yang telah di data dianalisis untuk menghitung Frekuensi relative

kutipan (Frequency of citation) (RFC) dengan menggunakan rumus :

𝑅𝐹𝐶 =𝐹𝐶
𝑁

Keterangan :

Fc = Jumlah orang yang menyebutkan spesies tanaman obat

N = Jumlah total individu

G. Etika Penelitian

1. Menjalin hubungan ke dalam hubungan kerjasama dan kolaborasi berkomitmen.

2. Adanya izin/persetujuan yang benar dilakukan sesuai dan kebutuhan privasi

kerahasiaannya. (keberadaan subyek yang diteliti, identitas )

3. Bersikap terbuka, langsung dan jujur

4. Menghormati hak asasi informan

5. Pembiayaan dana riset benar dilakukan sesuai proposal

H. Jadwal Waktu penelitian

22
Bulan
No Kegiatan penelitian
April Mei Juni

Minggu ke Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penentuan Informan

2. Observasi Wawancara

3. Pengumpulan Data

4. Dokumentasi

5. Identifikasi
Spesismen
(determinasi )

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, M 2012, Cara Pengolahan Obat Tradisional Baik dan Bena, Diakses di
http://www.herbaltarupramana.com/artikel-18.

Anam, S, Alam, G, Pitopang, R, Yusriadi, & Zubair, S 2011, Kajian


Etnofarmakologi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Kawasan Lembah Palu,
Program Studi Farmasi MIPA Universitas Tadulako, Palu.

Anonim 2013, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Workshop


Pengumpul Data Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan
Tumbuhan obat di Indonesia Berbasis Komunitas.

Almos dan Pramono 2015, Leksikon Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional


Minangkabau, Jurnal Abitrer, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas,
Padang.

Armiwoltywa, C 2011, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Terhadap Tingkat


Pengetahuan Masyarakat Dilokasi Hutan Adat Bukit Padarang Dusun
23
Marinso Kabupaten Landak, Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Bhasin, V 2007, Medical Anthropology: A Review Ethno Med, 1(1), 1-20.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe 2017, BPS Kabupaten Konawe/BPS-


Statistics of Konawe Regency.

Daval, N 2009, Consevation and Cultivation of Ethnomedicinal Plants in


Jharkhand in: Trivedi P C Medicinal Plants Utilisation and Conservation,
Aavishkar Publishers Distributor, Jaipur India 130-136.

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional,


2000, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional.

Dermawan 2013 dalam Almos dan Pramono, 2015, Leksikon Etnomedisin dalam
Pengobatan Tradisional Minangkabau, Jurnal Abitrer, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas, Padang.

Dorly 2005, Potensi Tumbuhan Obat Indonesia dalam pengembangan Industri


Agronomi. Bandung, ITB.

Dwi Kusuma Wahyuni et al 2016, Dalam Buku Toga Indonesia. Surabaya,


Airlangga University Press, Hal 4 & 10.

Ersam, T 2004, Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia dalam


Merekayasa Model Molekul Alami, Seminar Nasional Kimia VI.

Heinrich, M, Ankli, A, Frel, B, Weiman, C & Sticher, O 1998, Medicinal Plant in


Mexico, Healers Consensus and Cultural Importance, Social Science
Medicine, 47(11), 1859-1891.

Kartawinata, K 2010, Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem


Indonesia, Dalam Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture X LIPI, 23
Agustus 2010, Jakarta.

Katno 2008, Tingkat manfaat, keamanan dan efektifitas tanaman obat dan obat
tradisional, Karanganyar, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Leporatti, ML & Ghedira K 2009, Comparative Analysis of Medicinal Plants Used


in Traditional Medicine in Italy and Tunisia, Journal of Ethnobiology and
Ethno- medicine, 5 31.

McElroy, A, Levinson, D & Ember, M 1996, Medical antropology In,


Encyclopedia of cultural anthropology, Henry Holt, New York,1-10.
Menendez Baceta, G, Aceituno Mata, L, Reyes García, V, Tardío, J, Salpeteur M &
Pardo de Santayana M 2015, The Importance of Cultural Factors in the
Distribution of Medicinal Plant Knowledge, A Case Study in Four Basque
Regions, Journal of Ethnopharmacology, 161, 116-127.

Neuman, W, L 2003, Social Research Methods Qualitative and Quantitative


Approaches, Fifth Edition, Boston, Pearson Education.

Nugroho, I A 2010, Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, Apforgen


News Letter Edisi 2 Tahun 2010, http:///www.forplan.or.id Diakses tanggal
12 Mei 2015.

Nurrani, L 2013, Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh


Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale, Vol 3, No 1, BPK Manado.

Oktaviana, LM 2008, Pemanfaatan tradisional tumbuhan obat oleh masyarakat di


sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Tilu Jawa Barat, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Pribadi, E, R 2009, dalam Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia serta
Arah Penelitian dan Pengembangannya, Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik Bogor, Perspektif Vol, 8 No 1 Juni 2009, Hlm 52-64, ISSN : 1412-
8004.

Purwanto, Y 2002, Studi etnomedisinal dan fitofarmakope tradisional Indonesia,


Prosiding Seminar Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik, LIPI, Bogor, 96-
109.

Rahayu, M, Susiarti, S, Sihontang, VBL 2012, A Preliminary ethnobotanical study


on useful plants by local communities in Bodogol Lowland Forest, Sukabumi,
West Java, J Trop Biol Conserv 9 1, 115-125.

Saslis Lagoudakis, CH, Williamson, EM, Savolainen, V & Hawkins, JA 2011,


Crosscultural Comparison of Three Medicinal Floras and Implications for
Bioprospecting Strategies. Journal of Ethnopharmacology.

Silalahi, M 2014, Etnomedisin Tumbuhan Obat Tradisional Sub etnis Batak


Sumatera Utara dan Perspektif Konservasinya, Disertasi, Universitas
Indonesia, Depok.

Suryadarma 2005, Kosmologi pengobatan Usada Taru Pramana. J Trop Ethnobiol


2 1, 65-80.

Superani, R, Hubeis, M, Purwanto, B 2008, Prospek pengembangan obat


tradisional perusahaan farmasi skala kecil menengah (Kasus PT Molex Ayus
Pharmaceutical), Jurnal MPI 3 2, 84-98.
Takarasel, R 2010, Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional di Kecamatan
Manganitu, Tamako, Tabukan Selatan dan Kendahe Kabupaten Sangihe,
Skripsi FMIPA UNSRAT Manado.

Walujo, E.B 2009, Etnobotani Memfasilitasi Penghayatan, Pemutakhiran


Pengetahuan dan Kearifan Lokal Dengan Menggunakan Prinsip-Prinsip
Dasar Ilmu Pengetahuan, Prosiding Seminar Etnobotani IV, Cibinong Science
Center LIPI,12-20.

Walujo, E.B 2013, Etnofarmakologi, Saintifikasi Pengetahuan Untuk


Pengembangan Industri Kimia Obat dan Farmasi di Indonesia, Makalah
Disampaikan pada Lustrum Dan Wisuda Sarjana Ke 5 Tahun 2013 di Depan
Civitas Academika Sekolah Tinggi, 1-9.

Wijayakusuma, H, 2000, Potensi tumbuhan obat asli Indonesia sebagai produk


kesehatan, Risalah Pertemuan Ilmiah dan Pengembangan Teknologi Isotop dan
Radiasi.

Anda mungkin juga menyukai