Anda di halaman 1dari 53

MONITORING EFEK SAMPING OBAT

(MESO) DAN EVALUASI PENGGUNAAN


OBAT (EPO)

ADE JOHARUDIN
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat


yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek
samping Obat yang sudah sangat dikenal atau
yang baru saja ditemukan.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Kegiatan:
 Menganalisis laporan efek samping obat;

 Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai


resiko tinggi mengalami efek samping obat;
 Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat
(MESO);
 Melaporkan ke pusat Monitoring Efek Samping
Obat Nasional.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Faktor yang perlu di perhatikan:


 Kerjasama dengan tim kesehatan lain;

 Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping


Obat.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih


bersifat sukarela (voluntary reporting) dengan
menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna
kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning
(Lampiran 1).Monitoring tersebut dilakukan
terhadap seluruh obat beredar dan digunakan dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Aktifitas Monitoring ESO dan juga pelaporannya


oleh apoteker dan sejawat tenaga kesehatan lainnya
sebagai healthcare provider merupakan suatu tool
yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan
jarang terjadi (rare).
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
Siapa yang melaporkan?
Semua Tenaga kesehatan, dapat meliputi:
 dokter,

 dokter spesialis,

 dokter gigi,

 apoteker,

 bidan,

 perawat, dan

 tenaga kesehatan lain.


MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Apa yang perlu dilaporkan?


Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek
samping obat perlu dilaporkan, baik efek samping
yang belum diketahui hubungan kausalnya
(KTD/AE) maupun yang sudah pasti merupakan
suatu ESO (ADR).
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Bagaimana cara melapor dan informasi apa


sajayang harus dilaporkan?
Informasi KTD atau ESO yang hendak dilaporkan
diisikan ke dalam formulir pelaporan ESO/ formulir
kuning yang tersedia. Dalam penyiapan pelaporan KTD
atau ESO, sejawat tenaga kesehatan dapat menggali
informasi dari pasien atau keluarga pasien. Untuk
melengkapi informasi lain yang dibutuhkan dalam
pelaporan dapat diperoleh dari catatan medis pasien.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

Informasi yang diperlukan dalam pelaporan suatu


KTD atau ESO dengan menggunakan formulir
kuning, adalah sebagai berikut:
a. Kode sumber data

b. Informasi tentang penderita

c. Informasi tentang KTD atau ESO


d. Obat

e. InformasiPelapor
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Kode sumber data : Diisi oleh Badan POM
 Informasi tentang penderita :
 Nama : Diisi inisial atau singkatan nama pasien, untuk
menjaga kerahasiaan identitas pasien
 Umur : Diisi angka dari tahun sesuai umur pasien. Untuk
pasien bayi di bawah 1 (satu) tahun, diisi angka dari
minggu (MGG) atau bulan (BL) sesuai umur bayi, dengan
diikuti penulisan huruf MGG atau BL, misal 7 BL
 Suku : Diisi informasi nama suku dari pasien, missal suku
Jawa, Batak, dan sebagainya
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Berat badan : Diisi angka dari berat badan pasien, dinyatakan dalam
kilogram (kg)
 Pekerjaan : Diisi apabila jenis pekerjaan pasien mengarah kepada
kemungkinan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan gejala atau
manifestasi KTD atau ESO. Contoh: buruh pabrik kimia, pekerja
bangunan, pegawai kantor, dan lain-lain
 Kelamin : Agar diberikan tanda (X) sesuai pilihan jenis kelamin yang
tercantum dalam formulir kuning. Apabila pasien berjenis kelamin wanita,
agar diberi keterangan dengan memberikam tanda (X) pada pilihan kondisi
berikut: hamil, tidak hamil, atau tidak tahu
 Penyakit Utama : Diisikan informasi diagnosa penyakit yang diderita
pasien sehingga pasien harus menggunakan obat yang dicurigai
menimbulkan KTD atau ESO
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Penyakit Utama : Diisikan informasi diagnosa penyakit yang
diderita pasien sehingga pasien harus menggunakan obat yang
dicurigai menimbulkan KTD atau ESO
 Kesudahan penyakit utama : Diisi informasi kesudahan
/outcome dari penyakit utama, pada saat pasien mengeluhkan
atau berkonsultasi tentang KTD atau ESO yang dialaminya.
Terdapat pilihan yang tercantum dalam formulir kuning, agar
diberikan tanda (X)sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Kesudahan penyakit utama dapat berupa: sembuh, meninggal,
sembuh dengan gejala sisa, belum sembuh, atau tidak tahu.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
- Penyakit/ kondisi lain yang menyertai : Diisi informasi
tentang penyakit/kondisi lain di luar penyakit utama yang
sedang dialami pasien bersamaan dengan waktu mula
menggunakan obat dan kejadian KTD atau ESO. Terdapat
pilihan yang tercantum dalam formulir kuning, agar diberikan
tanda (X) sesuai informasi yang diperoleh, yang dapat berupa:
gangguan ginjal, gangguan hati, alergi, kondisi medis lainnya,
dan lain-lain sebutkan jika di luar yang tercantum. Informasi
ini bermanfaat untuk proses evaluasi hubungan kausal, untuk
memverifikasi kemungkinan adanya faktor penyebab lain dari
terjadinya KTD atau ESO.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Informasi tentang KTD atau ESO :
- Bentuk/ manifestasi KTD atau ESO : Diisi informasi
tentang diagnosa KTD atau ESO yang dikeluhkan
atau dialami pasien setelah menggunakan obat yang
dicurigai. Bentuk/manifestasi KTD atau ESO dapat
dinyatakan dengan istilah diagnosa KTD atau ESO
secara ilmiah atau deskripsi secara harfiah, missal
bintik kemerahan di sekujur tubuh, bengkak pada
kelopak mata, dan lain-lain.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Saat /tanggal mula terjadi : Diisi tanggal awal terjadinya
KTD atau ESO, dan juga jarak interval waktu antara pertama
kali obat diberikan sampai terjadinya KTD atau ESO.
- Kesudahan KTD atau ESO : Diisi informasi kesudahan
/outcome dari KTD/ESO yang dialami oleh pasien, pada saat
laporan ini dibuat. Terdapat pilihan yang tercantum dalam
formulir kuning, agar diberikan tanda (X) sesuai dengan
informasi yang diperoleh. Kesudahan penyakit utama dapat
berupa: sembuh, meninggal, sembuh dengan gejala sisa,
belum sembuh, atau tidak tahu.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

- Riwayat ESO yang pernah dialami : Diisi


informasi tentang riwayat atau pengalaman ESO
yang pernah terjadi pada pasien di masa lalu,
tidak terbatas terkait dengan obat yang saat ini
dicurigai menimbulkan KTD/ESO yang
dikeluhkan, namun juga obat lainnya.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Obat :
- Nama Obat : Ditulis semua nama obat yang digunakan
oleh pasien, baik yang diberikan dengan resep maupun
yang digunakan atas inisiatif sendiri, termasuk
suplemen, obat tradisional yang digunakan dalam waktu
yang bersamaan. Nama obat dapat ditulis dengan nama
generic atau nama dagang. Apabila ditulis nama generik,
apabila diketahui nama pabrik atau industri farmasi
dapat ditambahkan Apabila ditulis nama dagang, tidak
perlu ditulis nama pabrik atau industri farmasi.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Bentuk Sediaan : Ditulis bentuk sediaan dari obat
yang digunakan pasien.Contoh: tablet, kapsul,
sirup, suspensi, injeksi, dan lain-lain.
 Beri tanda (X) ntuk obat yang dicurigai : Sejawat
Tenaga Kesehatan dapat membubuhkan tanda (X)
pada kolom obat yang dicurigai menimbulkan
KTD/ESO yang dilaporkan, sesuai informasi
produk atau pengetahuan dan pengalaman sejawat
tenaga kesehatan terkait hal tersebut
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Cara Pemberian : Ditulis cara pemberian atau penggunaan
obat oleh pasien. Contoh: oral, rektal, topikal, i.v, i.m,
semprot, dan lain-lain
 Dosis/Waktu : Ditulis dosis obat yang digunakan oleh
pasien, dinyatakan dalam satuan berat atau volume. Waktu:
Ditulis waktu penggunaan obat oleh pasien, dinyatakan
dalam satuan waktu, seperti jam, hari dan lain-lain
 Tanggal mulai : Ditulis tanggal dari pertama kali pasien
menggunakan obat yang dilaporkan, lengkap dengan bulan
dan tahun (Tgl/Bln/Thn)
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Tanggal akhir : Ditulis tanggal dari kali terakhir pasien
menggunakan obat yang dilaporkan atau tanggal
Penghentian penggunaan obat, lengkap dengan bulan
dan tahun (Tgl/Bln/Thn)
 Indikasi penggunaan : Ditulis jenis penyakit atau gejala
penyakit untuk maksud penggunaan masingmasing obat
 Data Laboratorium (bila ada) : Ditulis hasil uji
laboratorium dinyatakan dalam parameter yang diuji dan
hasilnya, apabila tersedia
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
 Informasi Pelapor
Informasi pelapor berupa nama, jabatan, profesi,
dll. diperlukan untuk klarifikasi lebih lanjut dan
follow up, apabila diperlukan.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara


terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional)
Tujuan:
 Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada

kasus tertentu.
 Melakukan evaluasi secara berkala untuk

penggunaan Obat tertentu.


EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Evaluasi penggunaan obat berkaitan dengan


penggunaan obat rasional jika memenuhi kriteria:
1. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan


untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak
ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat
akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru
tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak
akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

2. Tepat Indikasi
Penyakit Setiap obat memiliki spektrum terapi
yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan
untuk infeksi bakteri.Dengan demikian,
pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien
yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

3. Tepat Pemilihan Obat


Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil
setelah diagnosis ditegakkan dengan
benar.Dengan demikian, obat yang dipilih harus
yang memiliki efek terapi sesuai dengan
spektrum penyakit.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

4. Tepat Dosis, cara dan lama pemberian obat


sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya
untuk obat yang dengan rentang terapi yang
sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek
samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil
tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

5. Tepat Cara Pemberian Obat


Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur
dengan susu, karena akan membentuk ikatan,
sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan
menurunkan efektivtasnya
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

6. Tepat Interval Waktu Pemberian


Cara pemberian obat hendaknya dibuat
sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah
ditaati oleh pasien.Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari),
semakin rendah tingkat ketaatan minum obat.
Obat yang harus diminum 3 x sehari harus
diartikan bahwa obat tersebut harus diminum
dengan interval setiap 8 jam
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

7. Tepat lama pemberian


Lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing. Untuk Tuberkulosis
dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah
6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada
demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat
yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang
seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil
pengobatan
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

8. Waspada terhadap efek samping


Pemberian obat potensial menimbulkan efek
samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul
pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena
itu muka merah setelah pemberian atropin bukan
alergi, tetapi efek samping sehubungan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
Ciri-ciri Penggunaan Obat yang Tidak Rasional Penggunaan obat yang tidak
rasional dapat dikategorikan sebagai berikut:
 Peresepan berlebih (overprescribing) Yaitu jika memberikan obat yang
sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan. Pemberian
obat berlebihan memberi resiko lebih besar untuk timbulnya efek yang
tidak diinginkan seperti interaksi, efek Samping, dan intoksikasi.
 Peresepan kurang (underprescribing), Yaitu jika pemberian obat kurang
dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal dosis, jumlah maupun
lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan untuk penyakit
yang diderita juga termasuk dalam kategori ini.
 Peresepan majemuk (multiple prescribing) Yaitu jika memberikan
beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini
juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
Dampak Ketidakrasionalan Penggunaan Obat
1. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan

Salah satu dampak penggunaan obat yang tidak rasional


adalah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas
penyakit.Sebagai contoh, penderita diare akut non spesifi k
umumnya mendapatkan antibiotika dan injeksi, sementara
pemberian oralit (yang lebih dianjurkan) umumnya kurang
banyak dilakukan.Padahal diketahui bahwa resiko
terjadinya dehidrasi pada anak yang diare dapat
membahayakan keselamatan jiwa anak yang bersangkutan
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

2. Dampak terhadap biaya pengobatan


Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau
pemberian obat untuk keadaan yang sama sekali
tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan
pemborosan dan sangat membebani pasien. Di sini
termasuk pula peresepan obat yang mahal,
padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat
dan keamanan sama dengan harga lebih
terjangkau telah tersedia
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping


dan efek lain yang tidak diharapkan
Dampak lain dari ketidakrasionalan penggunaan
obat adalah meningkatkan resiko terjadinya efek
samping serta efek lain yang tidak diharapkan,
baik untuk pasien maupun masyarakat
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
4. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat
Sebagian besar dokter masih cenderung meresepkan antibiotika
untuk keluhan batuk dan pilek.Akibatnya kebutuhan antibiotika
menjadi sangat tinggi, padahal diketahui bahwa sebagian besar batuk
pilek disebabkan oleh virus dan antibiotika tidak diperlukan.Dari
praktek pengobatan tersebut tidaklah mengherankan apabila yang
umumnya dikeluhkan oleh Puskesmas adalah tidak cukupnya
ketersediaan antibiotik.Akibatnya jika suatu saat ditemukan pasien
yang benar-benar menderita infeksi bakteri, antibiotik yang
dibutuhkan sudah tidak tersedia lagi. Yang terjadi selanjutnya adalah
pasien terpaksa diberikan antibiotik lain yang bukan pilihan utama
obat pilihan (drug of choice) dari infeksi tersebut
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
5. Dampak Injeksi
 Pemberian substitusi terapi pada diare. Dengan memasyarakatnya

penanganan diare di rumah tangga, petugas kesehatan seolah dihinggapi


keengganan (keraguan) untuk tetap memberikan Oralit tanpa disertai
obat lain pada pasien dengan diare akut non spesifik. Oleh sebab itu tidak
mengherankan apabila sebagian besar penderita diare akut non spesifik
masih saja mendapat injeksi maupun antibiotik, yang sebenarnya tidak
diperlukan. Sementara Oralit yang menjadi terapi utama justru sering
tidak diberikan.
 Memberikan roboransia pada anak dengan dalih untuk merangsang nafsu

makan sangatlah keliru apabila tidak disertai upaya untuk memotivasi


orang tua agar memberikan makanan yang bergizi, apalagi pada saat
anak sakit.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Intervensi Untuk Mengatasi Masalah Penggunaan


Obat
1. Upaya Pendidikan (educational strategies)

Upaya pendidikan dapat mencakup pendidikan


selama masa kuliah (pre service) maupun sesudah
menjalankan praktek keprofesian (post
service).Upaya tersebut mutlak harus diikuti
dengan pendidikan kepada pasien/masyarakat
secara simultan
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
2. Upaya manajerial (managerial strategies)
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki praktek penggunaan obat yang tidak rasional adalah dari
segi manajerial, yang umumnya meliputi:
 Pengendalian kecukupan obat Melalui sistem informasi manajemen obat. Dengan sistem ini setiap

penggunaan dan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan dapat terpantau, sehingga kecukupan obat
dapat dikendalikan dengan baik.
 Perbaikan sistem suplai Melalui penerapan konsep obat esensial nasional. Disini mengandung arti bahwa di
tingkat pelayanan kesehatan tertentu hanya tersedia obat yang paling dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat dan tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.
 Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat. Untuk itu perlu disediakan buku pedoman pengobatan di

masing-masing pusat pelayanan kesehatan, formulirformulir resep dengan jumlah R/ yang terbatas, dan
sebagainya.
 Pembentukan dan pemberdayaan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah-rumah Sakit atau Tim POT
(Perencana Obat Terpadu) di Dinas Kesehatan/Puskesmas. Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas dan
fungsi untuk meningkatkan/menerapkan Penggunaan Obat secara Rasional di Rumah Sakit.
 Informasi Harga Akan memberi dampak sadar biaya bagi para provider serta pasien/masyarakat.

 Pengaturan pembiayaan. Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis kapitasi dan cost-
sharing.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
3. Intervensi regulasi (regulatory strategies)
Intervensi regulasi umumnya paling mudah ditaati,
mengingat sifatnya yang mengikat secara formal serta
memiliki kekuatan hukum. Dengan cara ini setiap
penyimpangan terhadap pelaksanaannya akan mempunyai
akibat hukum.
 Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

 Formularium Obat Nasional

 Upaya Intervensi Informasi kepada Provider pemberi

layanan dan kepada masyarakat


EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dilakukan


dengan :
1. Kesesuaian resep dengan formularium nasional

2. Profil DU 90%

3. Metode ATC/DDD
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
1. Kesesuaian resep dengan formularium nasional
Formularium Nasional (Fornas) merupakan daftar obat – obat yang dibutuhkan dan
harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Manfaat Formularium nasional bagi pemerintah maupun fasilitas kesehatan
adalah :
1. Menetapkan penggunaan obat yang aman, berkhasiat, bermutu, terjangkau, dan
berbasis bukti ilmiah dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Meningkatkan penggunaan obat rasional
3. Mengendalikan biaya dan mutu pengobatan.
4. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada pasien.
5. Menjamin ketersediaan obat dalam pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan efisiensi anggaran dan biaya dari pelayanan kesehatan.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
2. Profil DU 90%
Metode Drug Utilization 90% (DU90%) adalah metode yang
menggambarkan pola dari penggunaan obat. DU 90 %
merupakan daftar obat yang masuk akumulasi 90%
penggunaan obat setelah diurutkan dari persentase penggunaan
obat paling besar dan tinggi hingga penggunaan terkecil dan
rendah.
Metode ini bertujuan untuk membuat pengelompokan data
statistik dari penggunaan obat, sehingga dapat menilai kualitas
dari penggunaan obat. Data dari DU 90% dapat dinyatakan
dalam bentuk data kuantitatif maupun kualitatif
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)

Keuntungan dari metode DU 90 % dibandingkan


dengan indikator penggunaan obat lain yang telah
direkomendasikan oleh WHO adalah menggunakan
perhitungan Jumlah penggunaan obat, dengan data
penggunaan obat berdasarkan metode ATC/DDD
dengan perbandingan bertaraf internasional. Selain
itu, metode DU 90 % merupakan metode yang
sederhana, tidak mahal dan mudah dimengerti.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
3. Metode ATC/DDD
Metode ATC/DDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical,
DDD = Defined Daily Dose) merupakan sistem klasifikasi dan
evaluasi penggunaan obat yang saat ini menjadi salah satu pusat
perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat.
Metode ATC/DDD dapat digunakan untuk membandingkan hasil
evaluasi penggunaan obat dengan mudah. Hal ini dapat
bermanfaat untuk mendeteksi adanya perbedaan substansial.
Sehingga dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut ketika ditemukan
adanya perbedaan bermakna yang mengarah pada identifikasi
masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
Defined Daily Dose (DDD) diasumsikan sebagai dosis
pemeliharaan rata – rata perhari yang diperkirakan
dengan indikasi utama orang dewasa, Jumlah unit
Defined Daily Dose (DDD) direkomendasikan pada
pengobatan dalam satuan milligram untuk sedian padat
oral dan satuan mililiter untuk sediaan cair oral dan
injeksi. Perubahan data penggunaan dapat diperoleh
dari data statistik penjualan yang menunjukkan nilai
DDD secara umum untuk mengidentifikasi efektivitas
terapi harian dari pengobatan.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
Penggunaan obat dapat dibandingkan dengan menggunakan unit
sebagai :
1. Jumlah DDD per 1000 populasi per hari, untuk total
penggunaan
2. Jumlah DDD per 100 hari rawat untuk total penggunaan di
rumah sakit.
Tujuan utama dari metode ATC/DDD adalah sebagai sarana
untuk menyajikan data statistik penggunaan obat. Metode ini
telah dibuktikan cocok untuk evaluasi penggunaan obat dalam
jangka panjang baik dalam perbandingan nasional maupun
internasional.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT (EPO)
Keuntungan metode ATC/DDD adalah merupakan unit
tetap yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga atau
nilai mata uang serta bentuk sediaan dan mudah
dibandingkan dalam lingkup institusi, nasional, regional
dan internasional. Sedangkan keterbatasan dari metode
ATC/DDD adalah belum lengkap untuk semua obat
(Vaksin, topikal, anastesi), belum ada untuk penggunaan
pediatri. Sistem ATC digunakan untuk mengklasifikasi
obat dimana senyawa aktif yang berbeda berdasarkan
karakteristik farmakologi, terapetik dan kimia.

Anda mungkin juga menyukai