KASUS SWAMEDIKASI
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja regulasi yang mengatur terkait swamedikasi?
2. Faktor yang mempengaruhi pasien dalam melakukan swamedikasi?
3. Bagaimana peran apoteker dalam melakukan swamedikasi, bagaimana
penyelesaian kasus oleh Apotek A tersebut dan terapi apa yang seharusnya
diberikan kepada pasien?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan swamedikasi dan bagaimana dampak dari
swamedikasi yang salah ?
5. Apa saja kriteria dan jenis obat yang dapat diperoleh dengan swamedikasi?
6. Bagaimana alur pelayanan swamedikasi di apotek?
7. Bagaimana sanksi yang dapat diberikan terhadap warung yang menjual obat yang
ada di kasus?
C. Pembahasan
1. Regulasi yang mengatur tentang swamedikasi
a. Permenkes No 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek
Apoteker di Apotek dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi.
Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non
Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat
Wajib Apotek
Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker
kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter. Obat Wajib Apotek yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter tercantum dalam peraturan berikut:
1) Daftar Obat Wajib Apotik No. 1 dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek
2) Daftar Obat Wajib Apotik No. 2 dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
924/MENKES/PER/X/1993 tenatng Daftar Obat Wajib Apotik No. 2
3) Daftar Obat Wajib Apotik No. 3 dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3
Astuti, S.F., Nursyabania, L., Falih, M.J., Attamini, S.R., Rafli, M. and Musta’ina, S., 2020.
Sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru Di Rt 5/Rw 11, Kelurahan Kalisari, Kecamatan
Pasar Rebo, Jakarta Timur Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Layanan Masyarakat
(Journal of Public Services), 4(2), pp.448-455.
Atmoko, B & Kurniawati, I., 2009, Swamedikasi Sebuah Respon Realistik Perilaku Konsumen
di Masa Krisis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2007. Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Efayanti, E., Susilowati, T. and Imamah, I.N., 2019. Hubungan motivasi dengan perilaku
swamedikasi. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(1), pp.21-32.
FIP, 1999. Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and The World
SelfMedication Industry: Responsible Self-Medication. FIP & WSMI, p.1-2.
KBBI.2022. https://kbbi.web.id/overdosis (Online) Diakses 02 Oktober 2022
Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
Nita, Y., 2008, Kinerja Apotek dan Harapan Pasien terhadap Pemberian Informasi Obat pada
Pelayanan Swamedikasi di beberapa apotek di Surabaya, Universitas Airlangga.
PIONAS. 2022. Antihistamin : Online. 3.4.1 Antihistamin | PIO Nas (pom.go.id) . Diakses
tanggal 3 Oktober 2022.
Purwadi, P., Ramadhan, P.S. and Safitri, N., 2019. Penerapan Data Mining Untuk Mengestimasi
Laju Pertumbuhan Penduduk Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda Pada BPS
Deli Serdang. Jurnal SAINTIKOM (Jurnal Sains Manajemen Informatika dan Komputer),
18(1), pp.55-61.
Rizky, O.R.G.B., & Rostikarina, N.A., 2018 .HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
PENGETAHUAN DAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENGGUNAAN OBAT
ANTIBIOTIK (Amoxicillin) DI APOTEK “X” DI KECAMATAN SUKUN KOTA
MALANG. Akademi Farmasi Putra Indonesia: Malang
Supardi, S & Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan
Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Jawa Barat
WHO. 1998. The role of the pharmacist in Self-Care and Self-Medication. The Hague, the
Netherlands : WHO, p.1-11