Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS

“PEREDARAN PERBEKALAN KEFARMASIAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

ANGGOTA :

Imrok’atul Mufidah 185070501111016


Genera Dinan Adlina 195070500111019
Jessica Elvina Siswanto 195070500111024
Iin Alipiani 195070501111006
Ayu Amalia Nur Azizah 195070501111013
Fitri Ananda 195070501111030
Nur Abidatul Fitria 195070507111003
Daniel Ainur Alfin 195070507111015
Inggil Cahyo Nugroho 195070501111009
Adinda Sukma Dewi 195070507111019
Annisa Dwi Safira Rizenda 195070500111012
Fahrisa Riskia Devy 195070500111036
Annisa Makarim Hamidah 195070501111002
Salmadiar Riska Ulimazaim 195070501111036
Ulfa Malihatus Sholiha 195070507111008

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian


menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Ketentuan
ini memberikan kewenangan bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian mulai dari pengelolaan sediaan farmasi dari produksi sampai
diterima pasien. Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian di apotek diselenggarakan oleh apoteker yang dapat
dibantu oleh apoteker pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Dalam
melakukan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian. Apoteker harus memahami, melaksanakan, serta patuh terhadap
peraturan perundang-undangan, sumpah apoteker, dan juga standar profesi yang
berlaku. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug related
problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy)
(Menkes, 2016).
Menyadari pentingnya peran seorang apoteker dalam usaha peningkatan upaya
kesehatan di tengah masyarakat, apoteker harus memiliki bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang cukup di bidang kefarmasian baik dalam teori maupun praktek.
Dalam pengabdian profesinya seorang apoteker harus berpedoman pada satu ikatan
moral yaitu kode etik apoteker yang terdiri dari kewajiban terhadap profesi, kewajiban
terhadap pasien dan masyarakat, kewajiban terhadap apoteker lain (sejawat) serta
kewajiban terhadap tenaga kesehatan lain. Etika profesional farmasi tidak hanya
mendorong/meningkatkan kinerja bagi tenaga farmasi, tetapi juga akan memberikan
peningkatan kontribusi fungsional /peranan farmasi bagi masyarakat (Thamaria,
2016).
BAB II
KASUS

Anda adalah apoteker di Apotek Brawijaya Farma. Pada hari ini, datang 3 orang klien
ke apotek Anda.
a. Seorang perawat membutuhkan obat-obatan sebagai berikut:
1) 2 box Parasetamol 500 mg
2) 1 box Neurobion 5000TM injeksi
3) 1 box Antasida DOEN
4) 2 box Dexametason 0,5 mg
5) 1 box CTM
Setelah Anda melakukan assesment, perawat tersebut mengadakan obat untuk
melayani masyarakat di daerah sekitar tempat tinggalnya.
b. Seorang bidan membutuhkan obat-obatan sebagai berikut:
Setelah Anda melakukan assesment, bidan tersebut mengadakan obat untuk
praktik mandirinya.

c. Seorang dokter umum datang ke apotek membawa resep sebagai berikut:

Setelah Anda melakukan assesment, dokter tersebut mengadakan obat untuk


praktik mandirinya.
BAB III
ANALISA KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Daftar Istilah Sulit


No Istilah Keterangan

1 Assessment Kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan


menginterpretasi data atau informasi untuk
memperoleh gambaran tentang kondisi individu dan
lingkungannya sebagai bahan untuk memahami
individu dan pengembangan program layanan yang
sesuai dengan kebutuhan (KBBI, 2016)

2 DOEN Daftar Obat Esensial Nasional merupakan daftar obat


terpilih yang paling dibutuhkan dan harus tersedia di
unit layanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya (Menkes, 2019).

3 Bidan Praktik Tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan


Mandiri kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perorangan.

4 Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau


dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun electronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku .

5 Klien Orang yang membeli sesuatu atau memperoleh


layanan (seperti kesehatan, konsultasi jiwa) secara
tetap; pelanggan

6 Ampul Vial atau wadah yang digunakan untuk menyimpan


obat dalam dosis
tunggal.

7 Injeksi Metode memasukkan cairan ke dalam tubuh


menggunakan jarum

8 Dokter Umum Dokter umum adalah seorang tenaga kesehatan dan


tenaga medis yang berfokus untuk menangani gejala
dan penyakit pada pasien secara umum. Dokter ini
juga dikenal sebagai dokter layanan tingkat pertama
yang berperan dalam memberikan pencegahan,
diagnosis, penanganan awal, dan rujukan ke dokter
spesialis jika diperlukan.

9 Obat Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk


produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menkes,
2016)

10 Konsumen Setiap orang yang menggunakan barang atau jasa

11 Apoteker Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus


sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
apoteker

12 Perawat Orang yang mendapatkan pendidikan khusus untuk


merawat terutama marawat orang sakit

13 Flash Flash adalah botol plastik yang digunakan sebagai


wadah cairan infus.

3.2 Rumusan Masalah dan Hasil Pembahasan


1. Pelanggaran apa yang terjadi, bila dikaitkan dengan peraturan, apa
penyebab serta apa sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran kode etik?
Jawab :
a. Pelanggaran
1) Kasus 1 : Pelanggaran yang dilakukan pada kasus ini, jika didasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 26 Tahun 2019 Tentang
Keperawatan yaitu permintaan pembelian beberapa jenis obat oleh perawat
yang tidak termasuk dalam ketentuan peraturan tersebut. Berdasarkan
peraturan tersebut Perawat yang menjalankan Praktik Mandiri, hanya
dapat menyimpan obat bebas, obat bebas terbatas, dan bahan habis
pakai.
2) Kasus 2 :
Sesuai PERMENKES No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, terdapat 2 pelanggaran yang dilakukan
oleh bidan dalam kasus tersebut yaitu:
1. Terdapat obat-obatan yang tidak masuk dalam daftar list obat yang
diizinkan untuk diberikan kepada bidan praktik mandiri seperti:
- 10 ampul vitamin C injeksi
- 100 tablet captopril 12,5 mg
- 100 tablet kodein
Oleh karena itu, obat-obatan tersebut tidak dapat diberikan.
*Adapun daftar list obat yang diizinkan untuk diberikan kepada bidan
praktik mandiri terdapat pada lampiran 4:
2. Tidak menggunakan surat pesanan kebutuhan obat dan habis pakai saat
membeli obat (Pasal 36 ayat 2). Contoh surat pesanan kebutuhan obat dan habis
pakai:
3) Kasus 3 : Pelanggaran yang dilakukan pada kasus ketiga yaitu :
Dalam UU RI No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, Ps 35 (1)
disebutkan bahwa dokter/dokter gigi yang telah memiliki STR dapat
menyimpan obat dalam jumlah dan jenis terbatas dan dapat melakukan
dispensing obat bila berada di daerah terpencil. Dalam kasus 3 ini terdapat
beberapa pelanggaran yang dilakukan :
1. Berdasarkan pemesanan yang telah dilakukan oleh dokter praktek
mandiri, obat yang dapat diberikan yaitu lidocain, RL, alprazolam dan
ibuprofen yang tidak lebih dari 10 tab. Oleh karenanya Kemenkes telah
menyusun daftar obat darurat medis berdasarkan KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/4799/2021 TENTANG DAFTAR OBAT
KEADAAN DARURAT MEDIS
2. Praktik dokter mandiri berada di kota Malang sehingga dokter harus
menyerahkan resep pada pasien untuk ditebus di apotek.
3. Tidak menggunakan surat pemesanan kebutuhan obat, Peraturan
tentang penyerahan obat kepada dokter dan bidan praktik mandiri telah
diatur dalam peraturan BPOM No 4. Tahun 2018 tentang
pengawasan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika dan
prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian. Penyerahan
tersebut harus berdasarkan surat permintaan tertulis dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir yang
ditandatangani oleh Dokter dan dalam jumlah yang terbatas sesuai
peruntukan.

b. Penyebab :
1. Ketidakpatuhan dan belum pahamnya mengenai regulasi praktik perawat,
dokter, dan bidan mandiri,
2. Ingin berbuat “nakal” dengan memesan obat tanpa surat pesanan untuk
keuntungan pribadi
c. Sanksi :
Menurut UU nomer 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, setiap fasilitas
pelayanan kesehatan yang melanggar kode etik profesi masing-masing
dikenakan sanksi administratif berupa :
• Teguran lisan
• Peringatan tertulis
• Denda administratif dan atau
• Pencabutan izin.
Sedangkan berdasarkan Pasal 29 Pedoman Organisasi dan Tata Laksana
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (2018), sanksi yang diberikan bagi
dokter yang melanggar kode etik :
● Kategori 1 : bersifat murni pembinaan
● Kategori 2 : bersifat penginsafan tanpa pemberhentian keanggotaan
● Kategori 3 : bersifat penginsafan dengan pemberhentian keanggotaan
sementara
● Kategori 4 : bersifat pemberhentian keangotaan tetap.

2. Bagaimana keputusan apoteker dan penyelesaian terhadap kasus


permintaan obat dari perawat, bidan dan dokter umum?
a. Keputusan terhadap permintaan obat dari perawat
Permintaan perawat tidak dapat dilayani hal ini didasari oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal
44 tertera bahwa perawat hanya dapat menyimpan obat bebas, obat bebas terbatas,
dan bahan habis pakai dalam menjalankan Praktik Keperawatan secara mandiri.
Permintaan perawat tidak dapat dilayani, pesanan hanya dapat dilayani jika
perawat memberikan surat pemesanan berupa surat permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh dokter sesuai dengan format sesuai dengan lampiran pada
peraturan BPOM No 4. Tahun 2018 tentang pengawasan obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian. Jika sudah dibuat surat permintaan yang sesuai, maka jenis dan
jumlah obat yang dapat diberikan adalah:
● 2 box Paracetamol 500 mg
● 1 box Antasida DOEN
● 1 box CTM
b. Keputusan terhadap permintaan obat dari bidan
Permintaan bidan tidak dapat dilayani, pesanan hanya dapat dilayani jika
bidan memberikan surat pemesanan berupa surat permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh dokter sesuai dengan format sesuai dengan lampiran pada
peraturan BPOM No 4. Tahun 2018 tentang pengawasan obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian. Jika sudah dibuat surat permintaan yang sesuai, maka jenis dan
jumlah obat yang dapat diberikan adalah:
● 5 box pil andalan
● 10 tube salep mata gentamisin
● 10 ampul vitamin K injeksi
● 10 ampul injeksi oksitosin
● 200 tablet Fe
● 50 tablet nifedipin
● 100 tablet methyldopa
● 50 box kondom
● 30 botol akohol 70%
● 10 botol parasetamol sirup
c. Keputusan terhadap permintaan obat dari dokter umum
Permintaan dokter umum tidak dapat dilayani, pesanan hanya dapat dilayani
jika dokter umum memberikan surat pemesanan berupa surat permintaan tertulis
yang ditandatangani oleh dokter sesuai dengan format sesuai dengan lampiran
pada peraturan BPOM No 4. Tahun 2018 tentang pengawasan obat, bahan
obat, narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian. Jika sudah dibuat surat permintaan yang sesuai, maka jenis dan
jumlah obat yang dapat diberikan adalah:
● Lidocain 10 ampul
● RL 10 flash

3. Bagaimana prosedur asesment, penyerahan obat dan informasi yang perlu


disampaikan oleh apoteker di apotek kepada tenaga kesehatan?
Pada Peraturan BPOM nomor 4 tahun 2018, apoteker hanya dapat
menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
kepada tenaga kesehatan tertentu yakni dokter dan bidan praktik mandiri.
Penyerahan obat kepada dokter harus berdasarkan surat permintaan tertulis
dengan menggunakan menggunakan contoh yang sebagaimana tercantum dalam
Formulir 6 yang ditandatangani oleh Dokter dan dalam jumlah yang terbatas.
Sementara itu Sesuai dalam Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang Praktik
Mandiri Bidan pasal 36 menyatakan bahwa Obat dan bahan habis pakai hanya
diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis
pakai yang tercantum dalam Formulir 4 Peraturan BPOM nomor 4 tahun 2018
yang ditandatangani oleh bidan yang bersangkutan dan dalam jumlah yang
terbatas sesuai peruntukan.
Adapun assesment yang dapat dilakukan oleh apoteker kepada dokter dan
bidan praktik mandiri adalah sebagai berikut :
1) Identitas pribadi seperti nama, tanggal lahir, alamat rumah, nomor telepon
2) Surat izin praktik profesi, dokter (SIP) dan bidan (SIPB)
3) Alamat tempat berpraktik mandiri
4) Kelengkapan surat permintaan obat (dokter) dan surat pesanan kebutuhan obat
(bidan)
5) Keseuaian jenis obat yang dipesan untuk praktik mandiri dengan regulasi yang
mengaturnya. Regulasi yang mengatur praktik mandiri bidan yaitu PMK
Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dan
untuk dokter Peraturan BPOM nomor 4 tahun 2018
Seperti yang tercantung dalam PNK No 28 tahun 2017 tentang Praktik
Mandiri Bidan pada pasal 36 disebutkan bahwa pesanan kebutuhan obat dan
bahan habis pakai hanya dapat dilayani dengan menggunakan surat pesanan
menggunakan contoh formulir 4 ynag tercantung dalam peraturan tersebut,
dilengkapi dengan tandatangan Bidan yang bersangkutan serta jumlah kebutuhan
obat sesuai keperuntukan yang masih masuk dalam batasan.
4. Bagaimanakah cara mencegah pelanggaran terhadap peraturan yang
berlaku?
1) Pemeriksaan berkala terkait izin praktik profesi yang dilakukan oleh
organisasi naungan setiap profesi untuk mencegah adanya pelanggaran yang
bersangkutan dengan izin praktik
2) Skrining resep maupun surat pesanan yang masuk untuk mencegah kesalahan
penulisan/pemesanan
3) Melakukan asesmen pada pembeli obat untuk mengetahui tujuan pembelian
obat
4) Memberikan informasi terkait obat-obatan yang dibeli/dipesan kepada pembeli
obat
5) Memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan lain terkait obat-obatan yang
dapat diberikan secara langsung oleh tenaga kesehatan lain (dokter/bidan) dan
yang tidak dapat diserahkan langsung
6) Membuat dan mematuhi Standar Operasional Prosedur yang berkaitan dengan
lingkungan pekerjaan sehari-hari di Apotek terutama dalam kasus ini
mengenai pelayanan pembelian obat dengan resep maupun Surat Permintaan
Obat.
7) Disiplin Apoteker : kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajibannya dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan /atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin (IAI, 2020).

5. Bagaimana pengadaan obat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan siapa
saja yang diperbolehkan untuk menulis resep, serta bagaimana ketentuan
atau batasan yang diperbolehkan dari penulisan resep masing-masing
profesi?
a. Pengadaan Obat oleh Dokter
Berdasarkan Peraturan BPOM No. 4 tahun 2018 tentang Peraturan
Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, penyerahan obat
kepada Dokter dapat diberikan dengan menggunakan surat permintaan tertulis
yang ditandatangani oleh Dokter dan dalam jumlah yang terbatas sesuai
peruntukan. Penyerahan Obat hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat jadi,
termasuk dalam bentuk racikan obat. Namun dokter dapat meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien apabila praktik di daerah terpencil yang tidak
ada apotek.
b. Pengadaan Obat oleh Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28
tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, persyaratan obat
dan bahan habis pakai Praktek Mandiri Bidan diperlukan untuk pelayanan
antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga
berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru
lahir. Obat dan bahan habis pakai tersebut hanya diperoleh dari apotek melalui
surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai dalam jumlah yang
terbatas sesuai peruntukan. Penyerahan Obat hanya dapat dilakukan dalam
bentuk obat jadi, termasuk dalam bentuk racikan obat.
c. Pihak yang Berwenang Menulis Resep
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
tahun 2017 tentang Apotek, pengertian dari resep adalah permintaan tertulis
dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam
bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien. Sehingga pihak yang
berwenang menulis resep adalah dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
d. Ketentuan penulisan resep
- Format penulisan resep (Menteri Kesehatan, 2014)
1. Nama, SIP, dan alamat dokter.
2. Tanggal penulisan resep.
3. Tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep.
4. Nama, alamat, usia, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
5. Nama obat, dosis, dan jumlah yang diminta.
6. Cara pemakaian yang jelas.
7. Informasi lainnya
- Bagian-bagian resep (Laksono dkk., 2022)
a. Inscriptio
Bagian ini berisi nama dokter, alamat, nomor izin praktik (SIP), dan
tanggal penulisan resep.
b. Invocatio
Bagian ini merupakan tanda R/ pada sisi kiri setiap penulisan resep.
Simbol tersebut bermakna resipe yang artinya berikanlah
c. Prescriptio
Bagian ini berisi nama obat, bentuk sediaan, dosis dan jumlah obat
yang diinginkan.
d. Signatura
Bagian ini merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien. Berisi
cara pakai, dosis, rute dan jarak waktu pemberian.
e. Subscriptio
Bagian ini berisi tanda tangan atau paraf dokter yang menulis resep
yang berfungsi sebagai legalitas dan kesahan resep
f. Pro
Bagian ini berarti “diperuntukkan” berisi data pasien diantaranya
nama, alamat, usia, jenis kelamin, dan berat badan.

6. Apa Saja peraturan dan kode etik yang mengatur tenaga kesehatan praktik
mandiri apabila ingin melakukan permintaan obat?
Secara umum:
- Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Apoteker:
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Klinik
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Bidan:
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Dokter:
- Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Perawat:
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan

a. Dokter
Peraturan BPOM No. 4 tahun 2018 tentang Peraturan Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Fasilitas pelayanan kefarmasian dapat melayani penyerahan obat kepada
dokter jika dilakukan sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan,
yakni:
- Penyerahan obat kepada dokter harus berdasarkan surat permintaan
tertulis dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 6 yang ditandatangani oleh Dokter dan dalam jumlah yang
terbatas sesuai peruntukan.
b. Bidan
- Penyerahan obat kepada bidan harus berdasarkan surat permintaan tertulis
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 4
yang ditandatangani oleh Bidan dan dalam jumlah yang terbatas sesuai
peruntukan.
BAB IV
KESIMPULAN

Dalam melakukan permintaan pembelian obat di apotek untuk memenuhi


kebutuhan obat praktik mandiri tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, perawat) harus
digunakan surat pesanan. Obat yang dapat dibeli terbatas jenisnya dan harus
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang terdapat pada
masing-masing profesi kesehatan. Praktik pelayanan kesehatan yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan profesi
masing-masing. Apoteker berperan untuk menghindari terjadinya pelanggaran
tersebut dengan melakukan skrining resep maupun surat pesanan, melakukan
assesmen, serta memberikan informasi dan edukasi kepada tenaga kesehatan lain
terkait obat-obatan yang dapat diberikan secara langsung oleh tenaga kesehatan lain
(dokter/bidan) dan yang tidak dapat diserahkan langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia;Jakarta.
IAI. 2020. Peraturan Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia Nomor:
PO.007/PP.IAI/1822/XI/2020 Tentang Pedoman Penilaian dan Standar
Prosedur Operasional Tata Cara Penanganan Pelanggaran Kode Etik Apoteker.
Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia
Laksono, S., Pratama, F. K., Akbar, I., Afifah, D. A., Sunandar, P. N. L., & Ediati, P.
S. (2022). CARA PENULISAN RESEP YANG BAIK DAN BENAR UNTUK
DOKTER UMUM: TINJAUAN SINGKAT. Human Care Journal, 7(1),
238-243.
Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2014. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Thamaria, N. 2016. Ilmu Prilaku dan Etika Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai