Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PIO OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS


Dosen Pengampu : Dr. Masniah, M.Kes., Apt

DISUSUN OLEH :

NAMA : AYU OCTAVIANI HASIBUAN


NIM : P07539022011
KELAS : 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PROGRAM STUDI FARMASI
2023/20
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "OBAT BEBAS DAN
OBAT BEBAS TERBATAS" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah komunikasi farmasi. Selain itu,makalah ini bertujuan untuk
mengetahui apa itu obat bebas dan obat bebas terbatas,serta bagaimana penggunaannya
di masyarakat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Masniah, M.Kes., Apt., selaku
dosen pengampu mata kuliah komunikasi farmasi. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini,penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Terutama keterbatasan mengenai penguasaan ilmu tentang materi ini dalam ilmu
komunikasi farmasi, Maka kritik dan saran dirasakan sangat penulis butuhkan yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Teori.........................................................................................................3
B. Tujuan penulisan......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Pengertian..................................................................................................4
B. Pelayanan Informasi obat..........................................................................5
C. Penggolongan obat....................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Teori
Menurut PerMenkes 917/Menkes/Per/x/1993,obat (jadi) adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa,pencegahan,penyembuhan,pemulihan,peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup,maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter,ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan oabat untuk maksud pencegahan,diagnosis,dan pengobatan
penyakit. Selain itu,agar mengerti bahwa penggunaan obata dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Berdasarkan penggolongan obat menurut Permenkes No. 917/1993 dapat
dibedakan menjadi 5 golongan yaitu obat bebas,obat bebas terbatas,obat keras
dan psikotropika,obat narkotika,dan obat wajib apotek. Namun,pada
pembahasan kali ini saya akan membahas tentang golongan obat bebas dan
obat bebas terbatas.

B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pelayanan informasi obat
2. Untuk mengetahui pengertian dari obat bebas dan obat bebas terbatas
3. Untuk mengetahui contoh dari obat bebas dan obat bebas terbatas
4. Untuk mengetahui penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas di
masyarakat

C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi obat?
2. Apa perbedaan antara obat bebas dengan obat bebas terbatas?
3. Bagaimana penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas di
masyarakat?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang
– Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan(promotif), pencegahan penyakit
(preventif),penyembuhan penyakit(kuratif)dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif),yang dilaksanakan secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan
dan diselenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, upaya kesehatan harus dilakukan secara integral oleh seluruh
komponen, baik pemerintah,tenaga kesehatan maupun masyarakat. Oleh karena itu
masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan kesehatannya sendiri.
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dilakukan dengan benar
dapat mendukung upaya pengobatan obat yang rasional yaitu pengobatan yang tepat
indikasi, tepat dosis, tidak ada kontraindikasi, tidak menimbulkan efek samping, dan
tidak ada interaksi obat. Agar swamedikasi yang dilakukan tepat, maka masyarakat
perlu mendapatkan informasi tentang kandungan bahan aktif obat, indikasi, dosis dan
cara pemberian, efek samping dan kontra indikasi (Susilowati,2012).
Menurut PP RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
pekerjaan kefarmasian diantaranya Pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu. Memiliki tujuan yaitu Memberikan perlindungan kepada pasien,

4
Meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian, Memberikan kepastian
hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian. Apotek memiliki Sarana
yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian, berupa Apotek, b.Instalasi
farmasi rumah sakit, Puskesmas, Klinik, Toko Obat dan Praktek bersama. Dalam
menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
harus menerapkan standar pelayanan kefarmasiandan Penyerahan dan pelayanan
obatberdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. Dalam hal di daerah
terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan Tenaga Teknis
Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan dasar
yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.(Menkes
RI,2009) Standar Prosedur Operasional yaitu Prosedur tertulis berupa petunjuk
operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian. Dalam melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, Apoteker harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.Standar
Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus
menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Menkes RI ,2009)

B.Pelayanan Informasi Obat


 Definisi Informasi Obat
Informasi Obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara
ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan penggunaan
terapi obat [9]. Sedangkan Pemberian Informasi Obat merupakan bagian dari
pelayanan farmasi yang meliputi pemilihan, penggunaan, penetapan obat, serta cara
pemberian obat yang tepat dan kepatuhan penderita.
 Definisi Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini, oleh
Apoteker kepada pasien, masyarakat, professional kesehatan yang lain, dan pihak-
pihak yang memerlukan [9]. Pelayanan Informasi Obat adalah pelayanan yang
dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini
kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Dapat
disimpulkan bahwa pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai informasi obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

5
obat kepada profesi lain, pasien ataumasyarakat.
 Sasaran Informasi Obat
Sasaran Informasi Obat antara lain :
1. Pasien dan atau keluarga pasien.
2. Tenaga kesehatan : Dokter, Dokter gigi, Apoteker, Perawat, Bidan, Asisten
apoteker, dan lain-lain.
3. Pihak lain : manajemen, tim atau kepanitiaan klinik, dan lain-lain
 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat
Menurut (Kurniawan & Chabib, 2010) kegiatan pelayanan informasi obat meliputi :
a. Pelayanan
Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian
informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila
Apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak
menunggu pertanyaan, tetapi secara aktif memberikan informasi obat, misalnya
penerbitan bulletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif
apabila Apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai
jawaban atas pertanyaan yang diterima.Pelayanan informasi obat yang diberikan
hendaknya bersifat terkini, utuh dan terevaluasi yang ditujukan kepada petugas
kesehatan professional, instansi pemerintah dan swasta, serta masyarakat umum.
b. Pendidikan
Kegiatan pendidikan oleh suatu layanan informasi obat dapat bervariasi
tergantung rumah sakit tersebut tergolong rumah sakit pendidikan atau tidak. Untuk
rumah sakit pendidikan, kegiatan pelayanan informasi obat dapat merupakan kegiatan
formal dengan ikut berpasrtisipasi dalam program pendidikan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik kerja lapangan atau mahasiswa lain yang berkaitan
dengan obat. Program pendidikan
inidapatdilakukandidalamataudiluarrumahsakitdengan memberikan
kuliah atau mempublikasikan topik- topik yang relevan dengan pelayanan informasi
obat.
c. Pelatihan
Pelatihan dalam pengelolaan suatu pelayanan informasi obat sangat
diperlukan bagi personil kunci, seperti pelatihan penelusuran informasi obat, evaluasi
pustaka, pengembangan publikasi, perencanaan, dan pendanaan berkelanjutan. Suatu
pelyanan informasi obat yang besar harus secara ideal memiliki struktur karir yang

6
mirip dengan lembaga akademik atau pendidikan.
d. Penelitian
Kegiatan penelitian dapat berupa pemberian dukungan informasi terhadap
evaluasi penggunaan obat dan studi penggunaan obat. Evaluasi Penggunaan Obat
adalah suatu program jaminan mutu penggunaan obat di suatu rumah sakit. Program
evaluasi penggunaan obat dikembangkan untuk menjamin peresepan dan penggunaan
obat yang aman, rasional dan terjangkau.
e. Kegiatan Lain
Kegiatan lain layanan informasi obat antara lain melaksanakan evaluasi pustaka
produk obat baru, menerbitkan bulletin tentang tinjauan pemakaian obat dan
penulisan resep yang rasional, memulai dan mempromosikan pelayanan farmasi
klinis.

C.Penggolongan Obat
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor 917/Menkes/Per/X/1999
yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI nomor 949/Menkes/Per/2000,
penggolongan obat berdasarkan keamanannya terdiri dari: obat bebas, bebas terbatas,
wajib apotek, keras, psikotropik, dan narkotik. Tetapi obat yang diperbolehkan dalam
swamedikasi hanyalah golongan obat bebas dan bebas terbatas, dan wajib apotek.

a. Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa
resep dokter, selain di apotek juga diperoleh di warung-warung. Obat bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran bewarna hijau. Contohnya adalah :
parasetamol, asetosal, Vitamin C, antasida daftar obat esensial (DOEN) dan obat
batuk hitam (OBH) (Anonima , 2010). Penandaan :

b. Obat bebas terbatas


Obat golongan ini adalah juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan
pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran bewarna biru
dan 6 peringatan khusus sebagaimana gambar di bawah. Sebagaimana obat bebas ,
obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diperoleh di apotek, toko obat

7
atau di warung-warung. Contohnya: obat flu kombinasi tablet dan ibuprofen
(Anonima , 2010). Penandaan :

Adapun contoh dari obat bebas dan obat bebas terbatas adalah:
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang penggunaannya terbukti tidak menimbulkan
resiko berbahaya sehingga bisa dibeli tanpa harus meminta resep dokter. Obat ini
dapat digunakan dalam menangani penyakit simptomatis ringan (minor illness) yang
bisa dilakukan secara mandiri (swamedikasi) oleh masyarakat luas. Misalnya:
paracetamol, ibuprofen, suplemen vitamin, OBH, antasida DOEN, dll. Pada kemasan
obat bebas, penandaan yang mudah dilihat adalah lingkaran hijau dengan garis tepi
hitam.

b. Obat bebas terbatas


Nama lain dari OBT adalah obat daftar W (W: Waarschuwing =
peringatan/waspada). Artinya obat ini termasuk ke dalam obat keras namun tetap
dapat dibeli tanpa menggunakan resep dokter. Yang perlu diingat adalah, penggunaan
obat W atau OBT harus tetap memperhatikan informasi obat. Obat Bebas Terbatas
dijual dengan batasan jumlah, dan terdapat tanda peringatan berupa simbol P1 – P6.
Obat ini hanya dijual pada apotek berijin serta toko obat berijin. Penanda OBT/obat
W: lingkaran biru dengan garis tepi hitam dan kotak peringatan warna hitam berisi
pemberitahuan warna putih. Walau relatif aman, namun OBT harus dikonsumsi
sesuai aturan pakainya. Misalnya adalah antihistamin (CTM, difenhidramin,
dimenhidrinat), bromheksin, antiemetik (antimo), mebendazol, klorokuin, obat tetes
mata untuk iritasi dll. Berikut ini tanda peringatan yang harus ada pada kemasan
jenis OBT berupa kotak kecil warna hitam dengan tulisan putih, berdasarkan SK
Menkes No. 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus obat bebas dan obat bebas
terbatas: P1 : Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya. Contoh: Antimo, Decolgen,
Vicks Formula 44 DT P2 : Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.
Contoh: Gargarisma Kan P3 : Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan.
Contoh: Tinctura Jodii, Neo ultrasiline P4 : Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.

8
Contoh: Sigaret astma P5 : Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan. Contoh:
Sulfanilamide steril P6 : Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan. Contoh: Anusol
suppositoria. Walau jenis OB dan OBT beredar bebas dan dapat dibeli tanpa resep
dokter, namun apabila sakit yang dirasakan masih berlanjut dan tidak berkurang
maka penderita tetap disarankan mendatangi pihak medis untuk pengobatan lebih
lanjut.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dilakukan dengan
benar dapat mendukung upaya pengobatan obat yang rasional yaitu pengobatan
yang tepat indikasi, tepat dosis, tidak ada kontraindikasi, tidak menimbulkan efek
samping, dan tidak ada interaksi obat.
Obat bebas adalah obat yang penggunaannya terbukti tidak menimbulkan
resiko berbahaya sehingga bisa dibeli tanpa harus meminta resep dokter. Obat ini
dapat digunakan dalam menangani penyakit simptomatis ringan (minor illness)
yang bisa dilakukan secara mandiri (swamedikasi) oleh masyarakat luas.
Obat Bebas Terbatas dijual dengan batasan jumlah, dan terdapat tanda
peringatan berupa simbol P1 – P6. Obat ini hanya dijual pada apotek berijin serta
toko obat berijin.

3.2 Saran
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan
kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang OBAT BEBAS DAN
OBAT BEBAS TERBATAS ini mampu menambah khazanah keilmuan kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Kemenkes, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Jakarta.
Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Cetakan Ketiga
(Revisi), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Obat Bebas Terbatas,
Direktorat bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesahatan, Jakarta.
Depkes RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat
dan Makanan, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai