Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SWAMEDIKASI SAKIT FLU DAN DEMAM


Dosen Pengampu : Dr. Masniah, M.Kes., Apt

DISUSUN OLEH :
NAMA : AYU OCTAVIANI
HASIBUAN
NIM : P07539022011
KELAS :2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PROGRAM STUDI FARMASI
2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Swamedikasi dalam pengertian umum adalah upaya yang dilakukan untuk
mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat, obat tradisional, atau cara lain tanpa
nasihat tenaga kesehatan. Dalam upaya pemeliharaan kesehatan pengobatan sendiri
merupakan upaya pertama dan yang terbanyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi
beberapa keluhan kesehatannya sehingga peranannya tidak dapat diabaikan begitu saja
(Fuaddah, 2015). Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi diartikan
sebagai penggunaan dan pemilihan obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional oleh
individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Sampai saat ini
ditengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat yang
tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan serta kurangnya pemahaman
tentang cara penggunaan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. (Kemenkes RI,
2015).
Kegiatan Swamedikasi banyak dilakukan oleh masyarakat, pada penyakit influenza
termasuk dalam urutan tertinggi dengan persentase sebesar 16,9% (Suherman et al., 2018).
Penyakit influenza salah satu penyakit yang sering terjadi pada musim pancaroba. Sebagian
besar masyarakat mengatasi penyakit influenza dengan cara pengobatan sendiri, baik secara
non farmakologi ataupun farmakologi dengan membeli obat bebas dan obat bebas terbatas
dipasaran karena lebih mudah diperoleh, cepat dan murah.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi
akan terbentuknya perilaku seseorang, secara umum pengetahuan memiliki kemampuan
prediktif terhadap sesuatu untuk hasil pengenalan dan pola pemikiran. Skor pengetahuan
masyarakat Indonesia dalam menggunakan obat adalah 3,5-6,3 dari skala 0-10. Data
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dalam menggunakan obat tergolong masih rendah
sampai dengan sedang (Pratiwi, 2014). Menurut WHO (2012)
Pengetahuan yang cukup akan mempengaruhi seseorang untuk berprilaku atau
melakukan sesuatu. Swamedikasi apabila dilakukan dengan benar dapat memberikan
kontribusi yang besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara rasional,
namun dapat berakibat buruk jika masyarakat meyakini pengobatan swamedikasi dapat
dilakukan untuk setiap penyakit dan jika masyarakat mengetahui informasi yang
mendukung pengeobatan seperti dapat mengetahui gejala penyakit dengan baik dan
memilih obat sesuai dengan indikasi dan penggunaannya yang sesuai (Purhamasari, 2019).
Pengobatan secara swamedikasi yang cenderung banyak mengalami peningkatan
pada masyarakat setiap tahunnya (Widiyati, 2013). Pengetahuan penggunaaan obat
swamedikasi pada masyarakat pada umumnya seringkali terjadi kesalahan baik secara
pemilihan obat serta penggunaan obat yang baik.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan swamedikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan flu?
3. Bagaimana gejala flu?
4. Bagaimana pencegahan dan pengobatan flu?
5. Apa yang dimaksud dengan demam?
6. Klasifikasi demam
7. Bagaimana gejala demam?
8. Bagaimana pencegahan dan pengobatan demam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian swamedikasi
2. Untuk mengetahui sakit flu
3. 3. Untuk mengetahui gejala dan pencegahan flu
4. Untuk mengetahui sakit demam
5. Untuk mengetahui gejala dan pencegahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Swamedikasi


Swamedikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk men
gobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas diapotek
atas inisiatif sendiri dan atas hasil konsultasi dengan apoteker tanpa nasehat dokter.Dalam h
al ini masyarakat merasa butuh akan penyuluhan yang jelas dan tepat mengenaipenggunaan
secara aman dari obat-obatan yang dapat mereka beli secara bebas tanpa resep dokter diapot
ek. Swamedikasi(SelfMedication) bagi sebagian masyarakat adalah melakukan pengobatan
mandiri, tanpa melalui dokter ketika sedang sakit.

2.2 Influenza
2.2.1 pengertian
Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang dap
at menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Kondisi ini sangat umum terjadi di musi
m pancaroba. Penyakit ini sangat mudah menular ke orang lain, terutama ketika 3–4 hari pe
rtama setelah pengidapnya terinfeksi virus flu, Gejala-gejala flu yang biasa dirasakan pengi
dapnya adalah demam, sakit kepala, batuk-batuk, pegal-pegal, kehilangan nafsu makan, sert
a sakit tenggorokan. Gejala influenza akan bertambah parah selama 2 hingga 4 hari sebelum
akhirnya membaik dan sembuh.
2.2.2 Penyebab dan Gejala Flu
Seseorang dapat tertular flu jika tidak sengaja menghirup percikan air liur di udara,
yang dikeluarkan penderita ketika bersin atau batuk. Selain itu, menyentuh mulut atau hidu
ng setelah memegang benda yang terkena percikan air liur penderita, juga bisa menjadi sara
na penularan virus flu.
Gejala flu antara lain demam, pilek, hidung tersumbat, dan sakit kepala. Meskipun s
ama dengan gejala batuk pilek biasa, gejala flu terasa lebih parah dan sering kali menyerang
tiba-tiba. Segeralah berobat ke dokter jika gejala di atas tidak kunjung membaik setelah dua
minggu, atau membaik tetapi kemudian memburuk. Tindakan darurat perlu dilakukan bila g
ejala flu disertai sesak napas atau penurunan kesadaran.
2.2.3 Klasifikasi
Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antaraba
nyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah y
ang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia.
Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus i
nfluenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar
dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara
dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus ju
gadapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang har
usmenutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka
secarateratur.
Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularka
npada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakanu
nggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan pat
ogen manusia yang paling virulen diantara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyaki
t paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan fluburung(H5N
1). Virus influenzaBhampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih.
Penatalaksanaan Flu
1. Perbanyak istirahat.
2. Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
3. Mencuci tangan secara rutin untuk menghindari penyebaran virus flu dari dan ke ora
ng lain.
4. Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin menggunakan tisu, lalu buang tisu
tersebut ke tempat sampah.
5. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih kurang lebih 2 liter/hari
serta mengonsumsi jus buah atau sup hangat untuk mencegah dehidrasi.
6. Mengonsumsi obat dekongestan sesuai anjuran dokter untuk membantu meredakan
gejala hidung tersumbat.
7. Mengonsumsi obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti misalnya parasetamol
sesuai anjuran dokter untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot.
Obat – obat sakit flu
1. Paracetamol, paracetamol bukan obat flu paling ampuh, tapi mampu membantu meri
ngankan gejala penyerta flu. Biasanya, orang yang sakit flu akan mengalami serang
kaian gejala, seperti demam, sakit kepala, serta badan nyeri atau pegal-pegal. Parace
tamol dapat membantu meredakan berbagai gejala tersebut.
2. Ceteme mengandung bahan aktif chlorpheniramine yang bekerja menghambat kerja
histamin. Cara kerja tersebut dapat meredakan gejala hidung tersumbat dan bersin-b
ersin saat flu.
Ceteme dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter. Untuk orang dewasa, Ceteme dap
at dikonsumsi 1 tablet, 3–4 kali sehari. Sementara pada anak-anak, dosis Ceteme ad
alah ¼ – ½ tablet, 3–4 kali sehari.
Obat ini cenderung aman dan ampuh untuk semua kalangan, termasuk anak-anak, or
ang dewasa, wanita hamil, serta ibu menyusui. Namun, jika Anda sedang minum ob
at lain, ada baiknya untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dulu.

2.3 Demam
Swamedikasi untuk mengatasi demam merupakan tindakan yang lazim di kalangan
masyarakat Indonesia. Namun demikian, swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat
dapat berpotensi menimbulkan permasalahan terkait penggunaan obat, karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit yang diderita dan obat yang digunakan, serta
bagaimana menggunakannya dengan tepat. Oleh karena itu, kajian literatur ini bertujuan
untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi untuk demam.
Penelusuran literatur dilakukan pada data-base Google scholar dan portal Garuda. Kriteria
inklusi literatur yang dicari adalah artikel yang dipublikasikan lima tahun terakhir dan yang
membahas pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi demam. Terdapat empat literatur
yang ditemukan dari pencarian dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil kajian terhadap empat
literatur menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi demam
termasuk dalam kategori baik dan cukup.

2.3.1 Pengertian Demam


Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan gejala dari
suatu penyakit Suhu tubuh normal adalah 37° C. Apabila suhu tubuh lebih dari 37,2° C pada
pagi hari dan lebih dari 37,7° C pada sore hari berarti demam. Kenaikan suhu 38° C pada
anak di bawah lima tahun dapat menimbulkan kejang dengan gejala antara lain: tangan dan
kaki kejang, mata melihat ke atas, gigi dan mulut tertutup rapat, serta penurunan kesadaran.
Keadaan demikian segera ke dokter.
2.3.2 Gejala demam
Gejala-gejala batuk antara lain :
a. Kepala, leher dan tubuh akan terasa panas, sedang tangan dan kaki dingin
b. Mungkin merasa kedinginan dan menggigil bila suhu meningkat dengan cepat
2.3.3 Hal-hal yang dapat dilakukan
Hal yang dapat dilakukan:
 Istirahat yang cukup.
 Minum air yang banyak.
 Usahakan makan seperti biasa, meskipun nafsu makan berkurang
 Periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
 Kompres dengan air hangat
 Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (di atas 38°C), terutama pada anak-anak.

Petunjuk penggunaan termometer :


 Kocok termometer sebelum mengukur sampai air raksa turun di bawah tanda 35°
 Termometer ditaruh di bawah lidah selama 1 menit atau di bawah lipatan lengan
(ketiak) selama 4 menit pada orang dewasa dan anak-anak. Suhu normal di bawah
lipatan lengan (ketiak) adalah 36,5° C. Untuk mendapatkan suhu yang setara dengan
suhu mulut, tambahkan 0,5° C pada suhu yang terbaca. Cuci termometer sebelum dan
sesudah dipakai.

Kapan harus ke dokter?


 Bila seorang bayi menderita panas
 Bila demam lebih dari 39° C (pada anak-anak 38.5° C) dan tidak bisa turun dengan
parasetamol atau kompres.
 Bila demam tidak berkurang setelah 2 hari
 Bila demam disertai dengan kaku leher
 Bila disertai gejala-gejala Iain yang berkaitan dengan demam seperti : ruam kulit, sakit
tenggorokan berat, batuk dengan dahak berwarna hijau, sakit telinga, sakit perut, diare,
sakit bila buang air kecil atau terlalu sering buang air kecil, bintik-bintik merah pada
kulit, kejang, pingsan
 Bila terjadi demam setelah melahirkan atau keguguran

2.3.4 Obat yang dapat digunakan


Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan demam yaitu:
1. ParasetamoI/Asetaminofen
 Kegunaan obat : menurunkan demam, mengurangi rasa sakit
 Hal yang harus diperhatikan
– Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati dan ginjal.
– Sebaiknya diminum setelah makan
– Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat menimbulkan
overdosis.
– Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko gangguan
fungsi hati.
– Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal ginjal.
 Kontra Indikasi. Obat demam tidak boleh digunakan pada :
– Penderita gangguan fungsi hati
– Penderita yang alergi terhadap obat ini
– Pecandu alkohol
 Bentuk sediaan
– Tablet 100 mg
– Tablet 500 mg
– Sirup 120 mg/5ml
 Aturan pemakaian
– Dewasa : 1 tablet (500 mg) 3 – 4 kali sehari, (setiap 4 6 jam)
– Anak :
0 – 1 tahun : ½ – 1 sendok teh sirup, 3-4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
1 – 5 tahun : 1 – 1½ sendok teh sirup, 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
6 – 12 tahun : ½ – 1 tablet (250-500 mg), 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
2. Asetosal (Aspirin)
 Kegunaan obat : Mengurangi rasa sakit, menurunkan demam, antiradang
 Hal yang harus diperhatikan
– Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama makanan untuk
mencegah nyeri dan perdarahan lambung.
– Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal atau
hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi
– Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung.
– Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan obat
hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin, antikoagulan, kortikosteroid,
fluprofen, penisilin dan vitamin C.
 Kontra Indikasi : Tidak boleh digunakan pada:
– Penderita alergi termasuk asma
– Tukak Iambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit
– Penderita hemofillia dan trombositopenia
 Efek samping :
– Nyeri lambung, mual, muntah
– Pemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan lambung
 Bentuk sediaan :
– Tablet 100 mg
– Tablet 500 mg
 Aturan pemakaian :
– Dewasa : 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari)
– Anak : 2 – 3 tahun : ½ – 1½ tablet 100 mg, setiap 4 jam
– 4 – 5 tahun : 1½ – 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam
– 6 – 8 tahun : ½ – ¾ tablet 500 mg, setiap 4 jam
– 9 – 11 tahun : ¾ – 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
– 11 tahun : 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat y
ang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif tanpa nasehat dari dokter(TjaydanRa
harja,1993).
Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang dap
at menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Kondisi ini sangat umum terjadi di musi
m pancaroba.
Swamedikasi untuk mengatasi demam merupakan tindakan yang lazim di kalangan
masyarakat Indonesia. Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah
merupakan gejala dari suatu penyakit Suhu tubuh normal adalah 37° C. Apabila suhu tubuh
lebih dari 37,2° C pada pagi hari dan lebih dari 37,7° C pada sore hari berarti demam.

3.2 Saran
Edukasi perlu diberika terkait dengan swamedikasi yang benar sehingga masyarakat dapat l
ebih optimal dalam mengetahui informasi pada obat yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alghadeer, S., Aljuaydi, K., Babelghaith, S., Alhammad, A., Alarifi, M.N., 2018. Self-
medication with antibiotics in Saudi Arabia. Saudi Pharmaceutical Journal.
https://doi.org/10.1016/j.jsps.2018.02.018
Ananda, D.A.E., Pristianty, L., Rachmawati, H., 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Perilaku Swamedikasi Obat Natrium Diklofenak Di Apotek. Pharmacy 9.
Anonim, 2019. Gema Cermat 2019 Provinsi Bali. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. URL
https://www.diskes.baliprov.go.id/2019/07/04/gema-cermat-2019-provinsi-bali/
(accessed 11.4.19).
Anonim, 2017. Cara Cerdas Gunakan Obat Buku Panduan Agent of Change (AoC) GeMa
CerMat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 2008.
Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Filipe,
V., Allen, P.B., Peyrin-Biroulet, L., 2016. Self-medication with steroids in
Hantoro, D.T., Pristianty, L., Athiyah, U., Yuda, A.2014. Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Perilaku Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (Ains) Oral Pada Etnis Arab
Di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas 4.
Harahap, N.A., Khairunnisa, Tanuwijaya, J., 2017. Tingkat Pengetahuan Pasien dan
Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan. Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis 3, 186. Kemenkes RI, 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015. SK Menteri Kesehatan RI
Nomor HK.02.02/MENKES/427/2015 tentang Gerakan Masyarakat Tentang Penggunaan
Obat Lalo, A., Daud, N.S., Nurhikmah, E., 2018. Pemberdayaan Masyarakat
Tentang Swamedikasi Melalui Edukasi Gema Cermat Dengan Metode Cbia. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat 2, 7.
Meriati, N.W.E., Goenawi, L.R., Wiyono, W., 2013. Dampak Penyuluhan Pada
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat Batuk
Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi 2, 4.
Pratiwi, H., Choironi, N.A., Warsinah, W., 2017. Pengaruh edukasi apoteker terhadap
pengetahuan dan sikap masyarakat terkait teknik penggunaan obat. Kartika : Jurnal
Ilmiah Farmasi 5, 44. https://doi.org/10.26874/kjif.v5i2.107

Anda mungkin juga menyukai