Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FARMASI PRAKTIS II

Dosen Pembimbing:
apt. Melviani M. Pharm. Sci.

Disusun oleh:
Kelompok 6
Dea Nurhidayah 11194762210816
Jasmine Angela 11194762210823
M. Rafi'i Agustian 11194762210832
Nispuwati 11194762210836
Nur Amelia Aziza 11194762210837
Vadya Febriana 111947622108

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2023
1.1 DEFINISI EPIDEMIOLOGI DAN EPIOLOGI
A. Epidemiologi
Epidemiologi merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan
kesehatan, lingkungan dan data. Epidemiologi sangat berguna dalam
menentukan penyebarluasan penyakit. Ilmu epidemiologi sangat diperlukan
oleh dunia kesehatan. Epidemiologi memiliki asal kata dari bahasa Yunani yaitu
kata" epi" yang artinya pada," demos" artinya penduduk dan “logy” atau
“logos” yang artinya ilmu atau studi. Sehingga epidemiologi yaitu studi pada
penduduk.
Epidemiologi dapat disebut juga dengan cabang ilmu medis yang
berkaitan dengan epidemik. Epidemiologi merupakan ilmu studi tentang
distribusi dan determinan dari keadaan atau peristiwa kesehatan pada populasi
tertentu dan diaplikasikan studi tersebut untuk pengendalian (kontrol) masalah-
masalah kesehatan. Epidemiologi sangat berkaitan dengan frekuensi dan pola
peristiwa kesehatan dalam suatu populasi. Kemudian, epidemiologi mengacu
kepada peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan berdasarkan waktu, tempat
dan orang.
B. Etiologi
Etiologi merujuk pada penyebab atau faktor-faktor yang menyebabkan suatu
penyakit terjadi. Dalam konteks ini, etiologi penyakit dapat melibatkan
berbagai faktor, termasuk:
1. Faktor Infeksius: Penyakit ini dapat disebabkan oleh agen infeksius seperti
virus, bakeri, atau parasit.
2. Faktor Lingkungan: Paparan terhadap bahan kimia berbahaya, polutan
udara, atau radiasi dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit
ini.
3. Faktor Genetik: Beberapa kasus penyakit ini dapat memiliki dasar genetik
yang kuat, di mana faktor genetik tertentu dapat meningkatkan kerentanan
individu terhadap penyakit tersebut.
Memahami etiologi penyakit merupakan langkah penting dalam merancang
pendekatan pengobatan yang tepat dan dalam mengembangkan strategi
pencegahan yang efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.
1.2 TANDA DAN GEJALA, SERTA ALARM SIMPTOM
Demam adalah respons normal tubuh terhadap infeksi atau penyakit lain. Tanda
dan gejala demam meliputi kenaikan suhu tubuh di atas normal, biasanya diukur
dengan termometer. Suhu tubuh normal berkisar antara 36-37 derajat Celsius.
Beberapa tanda dan gejala umum demam meliputi:
1. Kenaikan suhu tubuh di atas normal.
2. Menggigil atau gemetar.
3. Rasa dingin atau menggigil.
4. Keringat berlebih.
5. Kepala terasa pusing atau nyeri.
6. Sakit otot atau sendi.
7. Merasa lelah atau lemah.
8. Nyeri tenggorokan.
9. Sakit perut atau mual.
10. Berkeringat lebih dari biasanya.

Jika demam disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan atau


berlangsung dalam waktu lama, segera konsultasikan dengan dokter. Alarm
simptom yang memerlukan perhatian medis segera termasuk:

1. Demam tinggi yang tidak kunjung turun setelah pengobatan pertama.


2. Kesulitan bernapas atau napas pendek.
3. Nyeri dada yang parah.
4. Kejang atau kehilangan kesadaran.
5. Kulit pucat atau kebiruan.
6. Kebingungan atau kesulitan untuk bangun atau tetap sadar.
Jika Anda atau seseorang mengalami alarm simptom seperti di atas, segera cari
pertolongan medis segera.
1.3 ALUR SWAMEDIKASI
Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik
obat tradisional maupun obat modern oleh seseorang untuk mengobati penyakit
atau gejala yang dapat dikenali sendiri bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang
telah didiagnosis tegak sebelumnya oleh dokter (WHO1998) Menurut APhA
(American Pharmacist Association) klasifikasi swamedikasi:
a. Perilaku gaya hidup sehat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit.
b. Perilaku swamedikasi medis berhubungan dengan gejala dan pengobatan.
c. Perilaku yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
sehari-hari individu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan
swamedikasi (Djunarkodan Hendrawati2011) yaitu: kondisi ekonomi dan
mahalnya biaya kesehatan berkembangnya kesadaran pentingnya kesehatan
bagi masyarakatpromosi obat bebas dan obat bebas terbatassemakin meluasnya
distribusi obat melalui Puskesmas dan warung di desasemakin banyak obat
yang awalnya termasuk obat keras diubah menjadi OTR (OWA, obat bebas
terbatas, dan obat bebas) dan kampanye swamedikasi yang rasional di
masyarakat.
Alur swamedikasi adalah proses di mana seseorang menggunakan obat-
obatan atau tindakan medis ringan untuk mengatasi gejala atau masalah
kesehatan yang sederhana tanpa memerlukan bantuan dari tenaga medis
profesional. Ini bisa mencakup penggunaan obat bebas atau resep, serta
tindakan seperti kompres atau pijat ringan.
1.4 PENGOBATAN NON FARMAKOLOGI DAN FARMAKOLOGI
A. NON-FARMAKOLOGI
1) Kompres Dingin: Menggunakan kompres dingin pada dahi, leher, dan
ketiak dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
2) Minum Banyak Cairan: Penting untuk memastikan tubuh terhidrasi dengan
baik. Air putih, jus buah, atau minuman elektrolit dapat membantu.
3) Istirahat Cukup: Tubuh memerlukan istirahat untuk memulihkan diri dari
infeksi atau penyebab demam lainnya.
4) Mandi Hangat: Mandi dengan air hangat dapat membantu menurunkan suhu
tubuh.
5) Ruangan yang Sejuk: Mempertahankan suhu ruangan yang nyaman dapat
membantu dalam proses penyembuhan.
6) Pakaian yang Tepat: Menggunakan pakaian tipis dan ringan untuk
memfasilitasi proses pengaturan suhu tubuh.
B. FARMAKOLOGI
1) Parasetamol (asam asetilsalisilat): Merupakan salah satu obat demam yang
umum digunakan. Parasetamol membantu menurunkan suhu tubuh dan
meredakan nyeri ringan hingga sedang.
2) Ibuprofen: Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang juga dapat
digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri.
3) Aspirin: Sama seperti ibuprofen, aspirin adalah OAINS yang dapat
digunakan untuk menurunkan suhu tubuh dan meredakan nyeri. Namun,
sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak atau remaja dengan risiko
sindrom Reye.
4) Acetaminophen: Obat yang sering digunakan untuk mengatasi demam dan
nyeri. Dapat digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa.
1.5 PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen
adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2007). Proses terjadinya demam dimulai dari
stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen
baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih
tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-
1, IL- 6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang
endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand,
2007).
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat
di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang
lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit
dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya
akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood,
2010).
1.6 KRITERIA DEMAM
A. Kriteria Demam yang Harus Dirujuk
Demam yang memerlukan rujukan medis biasanya melibatkan beberapa faktor
seperti:
1) Suhu Tinggi dan Persisten: Demam yang tidak merespons pengobatan atau
terus meningkat.
2) Gejala Serius: Keberadaan gejala yang mengkhawatirkan seperti kesulitan
bernapas, nyeri dada, kejang, atau kehilangan kesadaran.
3) Infeksi yang Parah: Demam yang terkait dengan infeksi yang serius atau
kondisi medis yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
4) Imunosupresi: Pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah, demam
bahkan dengan suhu rendah dapat memerlukan perhatian khusus.
5) Demam pada Bayi atau Balita: Bayi dengan demam mungkin memerlukan
perhatian medis lebih intensif karena risiko infeksi yang lebih tinggi.
B. Kriteria Demam yang Tidak Harus Dirujuk
Demam yang tidak perlu di rujuk biasanya melibatkan situasi di mana:
1) Suhu Rendah hingga Sedang: Demam dengan suhu yang moderat dan
merespons baik terhadap pengobatan di rumah.
2) Gejala Ringan: Demam tanpa gejala tambahan yang serius, seperti batuk atau
pilek biasa.
3) Kondisi Medis yang Dikenali: Jika demam terkait dengan kondisi medis yang
sudah dikenali dan dapat diatasi dengan manajemen sendiri atau dengan
bantuan dokter keluarga.
4) Respon Positif terhadap Perawatan Mandiri: Jika seseorang mampu mengelola
demam dengan istirahat dan hidrasi, tanpa tanda-tanda komplikasi.
1.7 OBAT PATEN DAN GENERIK
Obat paten dan generik untuk demam biasanya memiliki zat aktif yang sama,
yaitu parasetamol atau ibuprofen. Contoh obat paten termasuk Panadol atau Tylenol
(mengandung parasetamol), sedangkan obat generiknya dapat disebut dengan nama
zat aktifnya, misalnya parasetamol atau ibuprofen. Pemilihan antara obat paten dan
generik seringkali tergantung pada preferensi, ketersediaan, dan faktor biaya.
Namun, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum
mengonsumsi obat, terutama jika ada kondisi kesehatan tertentu atau obat lain yang
sedang dikonsumsi.
1.8 TUJUAN DEMAM
Tujuan utama dari demam adalah untuk menciptakan lingkungan yang kurang
menguntungkan bagi mikroorganisme penyebab infeksi, seperti bakteri atau virus.
Suhu tubuh yang meningkat dapat membantu mempercepat proses metabolisme
dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Namun, demam juga dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu kesejahteraan. Oleh karena itu,
penting untuk mengendalikan demam jika mencapai tingkat yang dapat
membahayakan atau menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan pada individu.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Inke Nadia Diniyanti, and Chairuddin Panusunan Lubis. "Penanganan demam
pada anak." Sari Pediatri 12.6 (2016): 409-18.

Marjan, L. U. (2018). Hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan


orangtua dalam swamedikasi demam pada anak menggunakan obat
parasetamol: Studi di Kalangan Masyarakat kecamatan Talango Kabupaten
Sumenep jawa Timur (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim).

Asyhari, M. R. A. (2017). Studi Deskriptif Praktik Pengukuran Suhu Tubuh


Berdasarkan SOP Di Rumah Sakit Roemani Semarang (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).

Anda mungkin juga menyukai