Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PERCOBAAN 2
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
“Percobaan Uji Efek Obat Antipiretik”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

ARDITA PUSPITA
CHINDY FATIKA SARI
IKA ASTUTI
IRMA MEI ANDANI
NURIANA RODIA PUTRI

TANGGAL PARAF/TTD LABORAN/DOSEN NILAI


KOREKSI/ACC PRAKTIKUM

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia kesehatan, obat merupakan salah satu kebutuhan klien untuk

membantu dalam hal penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien. Obat ini

mempunyai pengaruh yang dapat menimbulkan efek pada organisme hidup, baik

efek psikologis, fisiologis, maupun biokimiawi. Ilmu yang mempelajari tentang

obat ini disebut farmakologi. Farmakologi membahas tentang sifat-sifat zat kimia

dan organisme hidup serta segala aspek interaksinya. Dalam arti luas,

farmakologia dalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat

proses kimia khususnya lewat reseptor. Farmakologi telah berkembang sejak

sebelum tahun 1700 (periode kuno) yang ditandai dengan observasi empirik

penggunaan obat yang dikenalkan pertama kali oleh Claudius Galen. Kemudian

pada abad 18-19 (periode modern) mulai dilakukan penelitian eksperimental

tentang nasib obat,tempat dan cara kerja obat, pada tingkat organ dan jaringan.

Sebagai seorang perawat harus mempunyai pengetahuan tentang manfaat dan

risiko akan penggunaan obat. Hal tersebut dibutuhkan perawat agar dapat

melindungi diri klien dan perawat itu sendiri.

Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon

adalah obat dan logos adalah ilmu. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat

mempengaruhi proses hidup pada tingkat molekular. Farmakologi sendiri dapat

didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi obat dengan

konstituen (unsur pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi (therapeutic).


Banyak definisi tentang farmakologi yang dirumuskan oleh para ahli, antara

lain: Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang

berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui

pengikatan molekul-molekul regulator yangmengaktifkan atau menghambat

proses-proses tubuh yang normal (Betran G. Katzung). Ilmu yang mempelajari

mengenai obat, mencakup sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komponen, efek

fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi,

ekskresi dan penggunaan obat (Farmakologidan dan Terapi UI). Dengan

demikian, farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas

cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari

farmakologi ini telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang

lingkup yang lebih sempit, tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi,

misalnya farmakologi klinik, farmasi, toksikologi, dan lain-lain.

Analgetik pada umumnya di artikan sebagai suatu obat yang efektif untuk

menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri

pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada

nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetika memiliki efek

antipiretik dan efek anti inflamasi (Katzung, 1998).

Obat golongan analgesik ini biasanya digunakan untuk pengobatan rasa nyeri.

Adapun rasa nyeri sendiri merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi

tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di

jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Proses
peradangan di sekitar jaringan akibat infeksi luka atau langsung dari kerusakan

jaringan adalah penyebab utama rasa sakit (nyeri). Rasa nyeri dapat dirasakan

seperti rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri

tersetrum yang dapat mengganggu kegitan sehari-hari (Guyton dan Hall, 2007).

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternak untuk dipelajari dan dikembang oleh berbagai macam

bidang ilmu dalam skala penelitian (pengamatan) laboratorik. Animal model

adalah objek imitasi (peniru) manusia atau spesies lainnya dalam menyelidiki

fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003).

Secara definitip hewan percobaan digunakan sebagai alat penilaian (modal) di

dalam kegiatan penelitian atau pemeriksaan laboratorium secara invivo. Hewan

sebagai sarana percobaan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu persyaratan

genetis keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya,

selaindi samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu

memberikan reaksi biologis yang mirip dengan kejadian pada manusia (Michael

Neal, 2005).

B. Tujuan

Untuk mengetahui efek obat antipiretik yang paling efektif diantara obat

Ibuprofen, Sanmol, Panadol, Bodrex, dan Bufect

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Demam

1. Pengertian Demam

Demam merupakan keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu

tubuh di atas 38º Celsius (Ismoedijanto, 2016). Demam adalah proses alami

tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu

meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C) (Hartini, 2015). Demam

sangat berbeda dengan hipertemia. Hipertermia adalah ketidak mampuan

tubuh untuk menghilangkan panas maupun mengurangi produksi panas

akibat dari peningkatan suhu (Ribek et al., 2018).

Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral,

rektal, dan aksila. Cara pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya suhu

tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan dengan mengambil suhu

pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah

kooperatif ), hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih

rendah bila frekuensi napas cepat. Pengukuran suhu melalui dubur (rektal)

dilakukan. pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur

sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama

3 menit. Suhu yang terukur adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang

sesungguhnya (core temperature). Dikatakan demam bila suhu di atas 38℃

(Ismoedijanto, 2016).
Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak

besar mempunyai daerah aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya

sempit sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung termometer

tepat pada tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil

pengukuran aksila akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan

hasilpengukuran melalui dubur. Pengukuran suhu dengan cara meraba kulit,

daerah yang diraba adalah daerah yang pembuluh darahnya banyak seperti di

daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini kurang akurat

(tergantungkondisi tangan ibu), namun perabaan ibu cukup bisa dipercaya

dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen

Terpadu Balita Sakit ) (Ismoedijanto, 2016).

2. Penyebab Demam

Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau

oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya.

Demam pada infeksi terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag

atau PMN membentuk PE (faktor pyrogen endogenik) seperti IL-1, IL-6,

TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada

hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk

prostaglandin. Prostaglandin-lah yangmeningkatkan set point hipotalamus.

Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan,

penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN

tapi dari tempat lain.Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan
timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada

umur. Semakin muda umur bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah

set-point danmemproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat

tanpa disertai dengan gejala demam (Ismoedijanto, 2016). Secara garis besar,

ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh anak balita (dan

manusia pada umumnya) yaitu demam noninfeksi dan demam infeksi

(Widjaja, 2016).

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh

anak balita (dan manusia pada umumnya) yaitu demam noninfeksi dan

demam infeksi (Widjaja, 2016).

a. Demam noninfeksi

Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh

masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi jarang

terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Demam

non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak

lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara

lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau

kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang

disebabkan oleh adanya penyakitpenyakit berat misalnya leukimia dan

kanker darah (Widjaja, 2016).


b. Demam infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan

patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil

lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam

tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara,

atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam

infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang

telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah

dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi

kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat

menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak

antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12 morbili atau

measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru

(Widjaja, 2016).

3. Klasifikasi Derajat Demam

Menurut Lusia (2019), dengan cara pengukuran melalui rektal (anus)

peningkatan suhu atau demam berdasarkan derajat peningkatan temperature

dibedakan sebagai berikut:

a. Subfebril : 37,5 – 38℃

b. Demam ringan : 38 – 39℃

c. Demam tinggi : 39 – 40℃

d. Demam yang sangat tinggi ( hiperpireksia) : ≥ 41,2℃


Pengukuran melalui ketiak peningkatan suhu atau demam berdasarkan

derajat peningkatan temperature dibedakan sebagai berikut:

a. Demam rendah : 37,2 – 38,3℃

b. Demam sedang : 38,3 – 39,5℃

c. Demam tinggi : >39,5℃

Suhu oral berdasarkan derajat peningkatan temperature dibedakan sebagai

berikut:

a. Demam rendah : 37,7 – 38,8℃

b. Demam sedang : 38,8 – 40℃

c. Demam tinggi  : >40℃

4. Klasifikasi Demam Untuk Menentukan Tindakan

Menurut Ismoedijanto (2016), demam dapat merupakan satusatunya

gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan

pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran

panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat

kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur

pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan

lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa

tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai

demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang

berat. Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria,

yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan


darah (leukosit dan hitung jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya

perawatan dan pemberian antibiotik empirik. Klasifikasi berdasarkan lama

demam pada anak, dibagi menjadi:

a. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,

diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan

fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.

b. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak

dapat ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat

ditelusuri dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.

c. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah

sindrom virus (Ismoedijanto, 2016).

B. Paracetamol

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan

cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat

(SSP). Parasetamol digunakan secara luas diberbagai Negara baik dalam bentuk

sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain

dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas

(LusianaDarsono 2002).

Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan

telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya

kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak

menyebabkan iritasi serta peradangan lambung.


Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat

peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat leukosit yang melepaskan

peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna

untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska

melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011).

Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan

asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal,

Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan

iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik

Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.

Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang

paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak dibawah umur dua

tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus

lainnya dari dokter.

Gambar. 1. Struktur Kimia Paracetamol

Indikasi Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan

demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi

nyeri yang ringan sampai sedang.


Kontra Indikasi Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita

hipersensitif terhadap obat ini.

C. Mencit (Mus musculus)

Mencit merupakan mamalia pengerat. Klasifikasi mencit menurut Lane-Petter

(1976) dan Ungerer dkk. (1985) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub- Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub-Ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub- Famili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


Gambar. 2. Mencit (Mus musculus)
Sumber: Dokumentasi pribadi

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternak untuk dipelajari dan dikembang oleh berbagai macam

bidang ilmu dalam skala penelitian (pengamatan) laboratoris. Animal model

adalah objek imitasi (peniru) manusiamanusia atau spesies lainnya dalam

menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003).

Secara definitif hewan percobaan digunakan sebagai alat penilaian (modal)

di dalam kegiatan penelitian atau pemeriksaan laboratorium secara invivo.

Hewan sebagai sarana percobaan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu

persyaratan genetis keturunan dan lingkungan yang memadai dalam

pengelolaannya, selain di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh,

serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip dengan kejadian pada

manusia (Michael Neal, 2005).


Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian mengalami penderitaan,

yaitu tidak nyamanan, Ketidak senangan, kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang

berakhir dengan kematian. Berdasarkan hal ini, hewan yang dikorbankan dalam

penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia patut dihormati,

mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan baik, dan diusahakan

agar disesuaikan pola hidupnya seperti di alam atau habitat asalnya.

Berdasarkan dari tujuan penggunaan hewan uji, maka hewan uji dapat

diklasifikasi menjadi beberapabagian, yaitu :

1. Exploratory (penyelidikan) hewan uji digunakan untuk memahami

mekanisme biologis, apakah termasuk mekanisme dasar yang normal atau

mekanisme yang berhubungan dengan fungsi biologis abnormal.

2. Explanatory (penjelasan) hewan uji untuk memahami lebih banyak

masalah biologis yang kompleks.

3. Predictive (perkiraan) hewan dapat menentukan dan mengukur akibat dari

perlakuan, sebagai cara pengobatan penyakit atau memperkirakan tingkat

toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan. Dosis obat adalah jumlah

atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberi efek tertentu terhadap

suatu penyakit. Dosis maksimum adalah takaran terbesar yang dapat

diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa

membahayakan. Adanya infinitum merupakan peringkat tertentu yang akan

tercapai di mana tidak ada lagi peningkatan dalam respon walau dosis obat
ditambah atau ditingkatkan. Respon ini dikenal respon maksimum.

Sebaliknya dosis minimum dapat memberikan respon yang nyata disebut

dosis ambang dan responnya disebut respon ambang. Banyak faktor yang

mempengaruh dosis obat tertentu mempengaruhi pasien. Karena tidak

semua pasien-pasien memiliki ukuran berat, usia, dan seks yang sama.

Rekomendasi yang sering digunakan untuk pengobatan dengan dosis

dewasa, seperti didasarkan pada asumsi bahwa pasien "normal" dewasa.

Namun, banyak orang tidak cocok dengan kategori ini, karena itu faktor

berikut harus dipertimbangkan ketika pasien menerima obat yaitu berat

badan, luas permukaan tubuh, usia, kelamin, faktor genetik, kondisi fisik,

kondisi psikologi, toleransi, waktu pemberian, interaksi obat, dan rute

pemberian obat (Heiserman, 2001).Beberapa obat hanya efektif jika diberi

dalam bentuk sediaan tertentu, sedangkan obat yang lainnnya untuk

meningkatkan atau menurunkan melokalisir efek obat dan dapat diberikan

dengan berbagai metode.

Mencit laboratorium merupakan turunan dari mencit liar yang telah

mengalami pembiakan secara selektif. Mencit dikelompokkan ke dalam

kingdom animalia, phylum chordata. Hewan ini termasuk hewan yang

bertulang belakang dan menyusui sehingga dimasukkan ke dalam subphylum

vertebrata dan kelas mamalia. Selain itu hewan ini juga memiliki kebiasaan
mengerat (ordo rodentia), dan merupakan famili muridae, dengan nama genus.

Mus serta memiliki nama spesies Mus musculus L (Priyambodo, 2003).

Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna

putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat. Mencit

merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada malam

hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor , di antaranya faktor

internal seperti seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan penyakit ;

faktor eksternal seperti makanan, minuman, dan lingkungan di sekitarnya

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1998). Mencit memiliki berat badan yang

bervariasi.

Berat badan ketika lahir berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit

dewasa berkisar antara 20-40 gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk

mencit betina dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang

kuat dan terbuka. Susunan gigi mencit adalah indicisivus ½, caninus 0/0,

premolar 0/0, dan molar 3/3 (Setijono,1985).Mencit dapat bertahan hidup

selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3 tahun. Lama bunting 19-21

hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu. Perkawinan mencit

terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus. Satu induk dapat

menghasilkan 6-15 ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).


D. Rute Pemberian Obat

Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis

anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh

karakteristik juga berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim dan

getah-getah fisiologis yang berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah

obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,

tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).

1. Pemberian peroral

Gambar. 3. Pemberian Obat Secara Oral Pada Mencit


Sumber: s3ilmukedokteranunud.org

Pemberian obat-obat baik dalam bentuk suspensi, larutan, emulsi

dilakukan dengan jarum suntik berujung bola (sonde). Tikus/mencit yang

sudah dipegang secara benar (leher dan perut dipegang tanpa menyakiti

hewan uji, dan ekor diselipkan di antara jari manis dan kelingking),

selanjutnya diposisikan lurus. Masukkan ujung sonde dengan pelan, dan

rasakan sampai posisi sonde sudah masuk ke dalam kerongkongan


(ditandai dengan tidak ditahannya sonde oleh lidah hewan uji). Setelah itu,

suntikkan larutan ujisegera.Jika cara pemberian Anda benar, maka hewan

uji akan tetap hidup.

2. Pemberian secara subkutan

Gambar. 4. Pemberian Obat Secara Subkutan


Sumber: Petunjuk%20Prak%20Farmakologi.pdf

Peganglah hewan uji secara benar dan usahakan tengkuk terlihat

jelas. Suntikkan larutan uji ke dalam lapisan tengkuk hewan uji. Jika

kesulitan, dapat dibantu orang lain. Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke

bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml &

jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang mencit.
3. Pemberian secara intra peritoneal

Gambar. 5. Pemberian obat secara IntraPeritonial


Sumber: Petunjuk%20Prak%20Farmakologi.pdf

Peganglah hewan uji secara benar. Telentangkan sehingga terlihat

area perut. Masukkan jarum ke bawah lapisan perut (hati hati agar tidak

terkena usus). Jika sudah 6berada di bawah area perut, maka praktikan

dapat merasakan pergerakan jarum dalam rongga perut, sehingga larutan

uji dapat segera disuntikkan.

E. Uraian Bahan

1. Paracetamol (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama Lain : Asetamiofen/Parasetamol

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidakberbau; rasa

pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7bagian etanol

(95%) P, dalam 13bagian aseton P, dalam 40

bagiangliserol P dan dalam 9 bagianpropilenglikol P;

larut dalam larutanalkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungdari cahaya

Kegunaan : Analgetikum; antipiretikum

2. Na CMC (FI V. Hal 620)

Nama resmi : KARBOKSIMETILSELULOSA NATRIUM

Nama lain : Carboxymethylcellulose Sodium

Pemerian : Serbuk atau granul; putih sampai krem; higroskopik

Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

: koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut

organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3. Asam Stearat (FI III ; 50, Handbook of Pharmaceurical Exipient 6th ; 494)

Pemerian : Keras, putih, kristal padat atau serbuk putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20

bagian etanol, 2 bagian kloroform, 3 bbagian eter

Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil

: Dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: ArRuzz.


Arif, M. (2010). Pengantar Metodogi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Arrington, L.., 1972. Introductory Laboratory Animal Science, The Breeding, Care
And Management Of Experimental Animal, Denville: The Interstate Printers
and Publisers, Inc (hal. 115- 117)

DeBoer, M.D., Scharf, R.J., Leite, A.M., Férrer, A., Havt, A., Pinkerton, R., Lima,
A.A., Guerrant, R.L., 2017. Systemic inflammation, growth factors, and linear
growth in the setting of infection and malnutrition. Nutrition 33, 248–253
Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed.
Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.

Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pasien post
Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES Kesuma Husada.
Surakarta.

Medicastore. (2011). Stroke Pembunuh No.3 di Indonesia., (p.


http://medicastore.com/stroke/Stroke_pembunuh_no_3_di_Indonesia.php).
Rospond. 2008. Pemeriksaan dan Penilaian Nyeri. Diakses: pada tanggal 1 Februari
2016, dari http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pemeriksandan-penilaian-
nyeri.

Setijono, Marcellino Mardanung. 1985. Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan


Percobaan. Skripsi. Institut Petanian Bogor.
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 8. Jakarta: EGC; 2016: 182-3.

Sherwood, L., 2012, Fisiologi Manusia, Edisi 6, EGC : Jakarta, Halaman 211-224

Tjay T.H. and Rahardja K., 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek -
Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 523–531

Anda mungkin juga menyukai