Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An.Y DENGAN DIAGNOSA FEBRIS


DI DESA KLOPODUWUR

Oleh :
SITI IS DWI RAHAYU
2019012437

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESHATAN
UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI
TA 2020/2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Febris
Febris (Demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat
dipertahankank, ada perubahan suhu lingkungan , karena adanya
kemampuan pada pusat temoregulasi untuk mengatur keseimbangan
anatara panas yang diproduksi oleh jaringan, Khususnya oleh otot dan hati,
dengan panas yang hilang. Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut
bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh (Ngastiyah, 2008)
Demam (Febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 38 C (100,4 F).
Suhu normal dapat berflukuasi sepanjang hari, berkisar anatra (36,1 C – 38 C
(97 F – 100 F ). Umumnya suhu tubuh pada anak-anak lebih tinggi, kemudian
menurun hingga pada tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada anak
perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki. (Robert,2007)
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 38 C.
Demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan
suatu penyakir dan tidak terjadi dengan sendirinya. Data Klinis terkait
menemukan tanda yang menunjukan keseriusan demam (misal:anak yang
aktif dan sadar memiliki suhu 40 C. Secara umum kurang mengkhawatirkan
dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik dengan suhu 39 C. (Muscari,
2013)

B. Etiologi Febris
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral ( misalnya : perdarahan otak,
koma).Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
antar lain : Ketelitianpengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus harus diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain
yang menyertai demam.
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus,
atau sebaliknya dapa disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernafasan
atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan
enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering
menjadi penyebab demam pada anak.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih,
pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker,
gangguan imunologik, keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi
(Muscari, 2013)
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya :
a. Suhu Lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisas

C. Patofisiologi Febris
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinterasi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung
bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag,
serta lomfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh
sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat
interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen)
Pada saat Interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam
waktu 8-9 menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi
pembentukan prostagladin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat
ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk mengakibatkan reaksi
demam. Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam,
karna cairan dan elektrolit ini memperngaruhi keseimbangan termoregulasi
di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan
dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
menglami gangguan (Sodikin, 2012).
D. Pathways dan Masalah Keperawatan

Infeksi zat asing masuk Merangsang sistem Melapasakn


ke dalam tubuh pertahanan pirogen

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen) (pirogen eksogen)

Dirangsang pelepasan asam


Reaksi menaikkan Membawa pesan
arakidonat & produksi
suhu tubuh ke hipotalamus
prostaglandin meningkat

Pembuluh di arteri sempit


Nausea
& sekresi kelenjar keringat Febris
terhambat

Nausea Termoregulasi tidak Nyeri


efektif
E. Manifestasi Klinis
Menurut Nurafif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

F. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) Komplikasi dari Demam adalah
1. Dehidrasi : demam meningkat penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam :jarang sekali terjadi ( 1 dari 30 anak demam ).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Sserangan dalam 24
jam pertama dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam inijg
tidak membahayakan otak.

G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biospi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemogelobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditunjukan untuk mendektesi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
d. Urinalis
Protein : bervariasi dare negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkatkan kemungkinan terjadi
penyulit.
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk.
Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyak DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan dapa mendekteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta ke khasan
(spesifitas) yang tinggi pula. Speciemen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biospi (Suedarto,2007)
H. Penataklaksanaan
Menurut kania dalam Wardiyah (2016) penanganan demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan non farmakologis. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan unruk menangani demam pada anak :
1) Tindakan Farmakologis
Tindakan Farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antiseptik berupa:
a. Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan
suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 ng/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2
jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu
3-4 jam
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
arti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap Paracetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang
dengan jarak antara 6-9 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun
panas dapat dicapa dengan dosis 5mg/Kg BB.
2) Tindakan non farmakologis
Menurut Nurarif (2015). Tindakan non farmakologis terhadap penurun
panas yang dapat dilakukan:
a. Memberikan minum yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A . Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, suku/kebangsaan, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, pendidikan, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor register
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, suku/bangsa, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : (Vonitus) Muntah, Vebris 3 hari, Pusing, Gregesi
b. Riwayat Kesehatan yang lalu : (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
c. Riwayat Kesehatan yang lalu (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita pasien)
d. Riwayat kesehatan keluarga (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak).
3. Pola Fungsi Kesehatan (Virgina Henderson)
a. Pola respirasi
Bernapas secara normal
b. Pola nutrisi
1.) Berapa kali makan sehari
2.) Makanan kesukaan
3.) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4.) Frekuensi dan kauntitas makan dan minum sehari
c. Pola eliminasi
1.) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2.) Nyeri
d. Pola aktivitas
Kebutuhan bergerak dan dapat mempertahankan postur tubuh
dengan baik
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
1.) Jam biasa mulai tidur dan bangun tidur
2.) Kulitas dan kuantitas jam tidur
f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari cedera yang
lain
g. Kebutuhan personal hygiene
Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi kulit
h. Mempertahankan temperatur tubuh
Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan
i. Berkomunikasi dengan orang lain
Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan
emosi, kebutuhan, ketakutan atau pendapat
j. Kebutuhan bekerja
Kebutuhan akan pekerjaan dan penghargaan
k. Kebutuhan bermain/rekreasi
Kebutuhan akan hiburan atau rekreasi
l. Kebutuhan berpakaian
Memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan menanggalkan pakaian
m. Kebutuhan belajar
Menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu mengenai penyakitnya
dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
n. Kebutuhan spiritual
Beribadah sesuai dengan keyakinan
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
 Anak dapat melihat keatas atau tidak
 Pembesaran kepala
 Dahi menonjol dan mengkilat, serta pembulu darah terlihat jelas.
b. Palpasi
 Ukuran lingkar kepala : Kepala semakin membesar
 Fontanela : Keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengorak.
c. Pemeriksaa Mata
 Akomodasi
 Gerakan bola mata
 Luas lapang dada
 Konvergensi
 Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas.
 Stabismus, nytaqmus, atropi optic.

5. Observasi Tanda-tanda Vital


Didapatkan data-data sebagai berikut :
 Peningkatan sistole tekanan darah.
 Penurunan nadi / Bradicardia.
 Peningkatan frekwensi pernapasan.

6. Diagnosis Keperawatan
1) Nausea b.d rasa makanan dan minuman/minuman yang tidak enak
(D.0076)
2) Termoregulasi tidak efektif b.d Proses Infeksi (D.0149)
3) Nyeri b.d Agen pecederaan fisiologis (D.0077)
7. Intervensi Keperawatan
 Nausea b.d rasa makanan dan minuman yang tidak enak (D.0076)
Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 3x24 jam, masalah
keperawatan Nausea dapat menurun dengan kriteria hasil :
Tingkat Nausea (L.08065)
- Nafsu makan meningkat dengan skala 5
- Keluhan mual menurun dengan skala 5
- Perasaan ingin muntah menurun dengan skala 5
Intervensi :
Manajemen Muntah (I.03118)
Observasi
- Identifikasi karakteristik muntah (mis.warna, konsistensi, adanya
darah, waktu, frekuensi, dan durasi)
- Periksa volume muntah
- Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukai,
dan budaya)
- Identifikasi faktor penyebab muntah (mis,pengobatan dan
prosedur)
- Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
- Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
- Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap,
suara, an stimulasi visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis.
kecemasan, ketakutan)
Edukasi
- Anjurkan membawa kantong plastik untuk mempung muntah
- Anjurkan memperbanyak istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola
muntah (mis.biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
 Termoregulasi tidak efektif b.d Proses Infeksi (D.0149)
Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 3x24 jam,
masalah keperawatan Termoregulasi tidak efektif dapat membaik
dengan kriteria hasil :
Termoregulasi (L.14132)
- Menggigil membaik dengan skala 5
Intervensi
Edukasi Termoregulasi (I.12457)
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Anjurkan kompres hangat jika deman
- Ajarkan cara mengukur suhu
- Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memunginkan
- Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
- Anjurkan memperbanyak minum
- Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam 3 hari

 Nyeri b.d Agen pecederaan fisiologis (D.0077)


Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 3x24 jam,
masalah keperawatan Nyeri dapat menurun dengan kriteria hasil :
Tingkat Nyeri (L.08066)
- Keluhan Nyeri menurun dengan skala 5
-
Intervensi
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intentitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri
Terapeutik
- Berikan teknk nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akuprestur, terapi musik, biofeeedback, terapi pijat,
Kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirihat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
8. Implementasi Keperawatan
Implementasi dalam hal ini adalah penerapan dari rencana
keperawatan yang sudah dibuat berdasarkan konsidi pasien. Tindakan
yang dilakukan pada pasien dengan hipertensi ditujukan untuk
membantu tercapainya tujuan dan strategi utama adalah konsulasi dan
penyuluhan.

9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatab,
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Untuk evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksaan tindakan
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Intervensi
KeperawatanIndonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan PerawatNasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai