Anda di halaman 1dari 83

1

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.X DENGAN FOKUS INTERVENSI


PENERAPAN INHALASI SEDERHANA TERHADAP BERSIHAN JALAN
NAFAS DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
DI PUSKESMAS TOROH I

Oleh :
SITI IS DWI RAHAYU
NIM : 2019012437

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI

1
2022HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Siti Is Dwi Rahayu, NIM 2019012437 dengan
judul Proposal “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. X DENGAN FOKUS
INTERVENSI PENERAPAN INHALASI SEDERHANA TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAFAS DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT DI PUSKESMAS TOROH 1”, telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan.

Purwodadi, 2 Agustus 2022

Mengetahui,
Pembimbing Utama Ka. Prodi D III Keperawatan

Ns. Mika Agustiana, M.Kep Ns. Wahyu Riniasih, M.Kep


NIDN. 0601089302 NIDN. 0607028301

ii

i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Siti Is Dwi Rahayu, NIM 2019012437 dengan
judul Proposal “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. X DENGAN FOKUS
INTERVENSI PENERAPAN INHALASI SEDERHANA TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAFAS DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT DI PUSKESMAS TOROH 1”, telah dipertahankan
didepan dewan penguji pada tangal 2 Agustus 2022.

Dewan Penguji
Penguji I Penguji II

Ns. Mika Agustiana, M.Kep


Ns. Meity Mulya S, M.Kes NIDN. 0601089302
NIDN. 0610057102

Mengetahui,
Dekan Falkultas Sain dan Kesehatan Ka. Prodi D III Keperawatan

Ns. Suryani, M.Kep Ns. Wahyu Riniasih, M.Kep


NIDN. 0629107901 NIDN. 0607028301
KATA PENGANTAR

iii
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan proposal KTI ini dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. X DENGAN FOKUS
INTERVENSI PENERAPAN INHALASI SEDERHANA TERHADAP
BERSIHAN JALAN NAFAS DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT DI PUSKESMAS TOROH 1”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal KTI ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan. Oleh karena adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Untuk ini perkenankan penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ns. Purhadi, M.Kep.Selaku Rektor Universitas An Nuur Purwodadi.
2. Ns. Suryani, M.Kep. Selaku Kepala Fakultas Sains dan Kesehatan
Universitas An Nuur Purwodadi.
3. Ns. Wahyu Riniasih, M.Kep. Selaku Kepala Program Studi DIII
Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi.
4. Ns. Mika Agustiana, M.Kep. Selaku pembimbing dalam penyusunan Tugas
Akhir yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dengan
sabar serta semangat dan dorongan untuk menyelesaikan proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Ibu dosen Universitas An Nuur Purwodadi yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
6. Kedua orang tua yang saya sayangi dan saya cintai yang selalu mendukung
dan mendoakan saya dalam meraih cita-cita.
7. Sahabat-sahabat saya Mentuls, Dubski, Geghi, Dan Petty yang saya
sayangi dan selalu memberi support, motivasi, semangat serta dukungan
kepada saya.
8. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang saling memberikan
semangat dan motivasi.
9. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believeing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, Iwanna thank me for

iv

iii
having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me
at all times.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi tercapainya proposal ini yang lebih sempurna di kemudian hari.
Akhir kata penlis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berperan serta dalam pembuatan proposal ini dari awal sampai
akhir. Semoga allah SWT meridhai segala usaha kita. Amin.

Purwodadi, 2 Agustus 2022

Siti Is Dwi Rahayu


NIM. 2019012437

DAFTAR ISI

iv
COVER.............................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL....................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI.............................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................6
E. Sistematika Penulisan..................................................................7

BAB II KONSEP TEORI................................................................................8


A. Konsep Teori Kasus......................................................................8
B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang.................................................22
C. Konsep Dasar Inhalasi Sederhana................................................37
D. Konsep Pengkajian.......................................................................39
E. Metodologi Penelitian...................................................................60

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................65
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

vi

v
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan......................................................8

DAFTAR LAMPIRAN

vii

vi
Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Kampus
Lampiran 2 Surat Pengambilan Data Dinkes
Lampiran 3 Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 6 Hasil Plagiarisme
Lampiran 7 Jadwal Penelitian
Lampiran 8 Lembar Konsul
Lampiran 9 Lembar Oponen
Lampiran 10 SOP Inhalasi Sederhana
Lampiran 11 Jurnal Terapi Inhalasi Sederhana

viii
vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akibat

saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad

renik atau bakteri, virus maupun reteksia tanpa tau disertai dengan radang

parenkim paru. Infeksi saluran pernapasan secara klinis sering ditemukan

sebagai influensa. Kondisi ini ditandai oleh inflamasi akut yang

menyerang hidung sinus parsial, tenggorokan atau luring. Infeksi saluran

pernapasan atas mempunyai kecenderungan meluas hingga trachea dan

bronchi, kondisi ini dapat diperburuk dengan dengan pneumonia. Infeksi

saluran pernapasan atas secara khas timbul dengan hidung tersumbat dan

terus mengeluarkan sekret dari hidung, sakit tenggorokan dan rasa tidak

nyaman saat menelan, bersin, dan batuk nyaring dan kering adalah gejala

yang umum (Handayani,S.,Immawati,Dewi, 2021).

ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali

dengan panas disertai salah satu lebih gejala : tenggorokan sakit atau nyeri

telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period prevalani ISPA dihitung

dalam kurun waktu 1 bulan terakhir (Kunci et al., 2022).

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. World

Healt Organization (WHO) memperkirakan insiden dinegara berkembang

0,29% (151 juta jiwa) dan negara indutri 0,05% (5 juta jiwa). ISPA

1
2

merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak dinegara

berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan empat dari

15 juta perkiraan kematian pada anak setiap tahunnya, sebanyak dua

pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2018).

Insiden kejadian ISPA pada anak diperkirakan 0,29 kasus per

anak/tahun di negara berkembang 0,05 kasus per anak/tahun di negara

maju. Terdapat 156 juta kasus ISPA dan paling banyak terjadi di India (43

juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta) serta Bangladesh, Indonesia

dan Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Dari semua kasus ISPA yang

terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan

kasus berat dan memerlukan perawatan dirumah sakit (Wahyuningsih,

2021).

ISPA diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala,

tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan, pilek, batuk kering atau

berdahak. Di Indonesia, periode Prevalensi ISPA dihitung dalam kurun

waktu 1 bulan terakhir terdapat lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah

Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa

Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%), sedangkan, prevalensi

ISPA di Jawa Tengah adalah (15,7%) (Wahyuningsih, 2021).

Menurut jurnal Erniawati Pujiningsih, di judul pengaruh steam

inhalation dengan tetesan minyak kayu putih terhadap pengeluaran sekret

pada anak yang menderita ispa di Puskesmas menyebutkan bahwa di Jawa

Tengah penemuan dan penanganan penderita ISPA tahun 2018 sebanyak


3

65,21 kasus (100,65%) meningkat dibanding tahun 2017 (106,17%)..

Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM)

tahun 2010 (100%) (Dinkes Jateng, 2018). Sedangkan di wilayah

dapatkan data total 17.436 orang menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan akut dan 3.793 terjadi pada anak usia 0-14 tahun (Pujiningsih,

2018).

Jumlah penduduk usia balita dikabupaten Grobogan pada tahun

2021 adalah sebanyak 147.644 serta perkiraan kasus balita yang terkena

ISPA sebanyak 5.733 kasus. Menurut data laporan kasus pada Pukesmas

Toroh I, data tahun tahun 2021 memiliki angka kejadian ISPA selalu

menduduki peringkat 1 besar penyakit yang sering diderita masyarakat

setempat. Jumlah penderita ISPA mencapai 283 kasus pada balita usia 1-5

tahun (Dinkes Grobogan, 2022).

NO PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH USIA JUMLAH ISPA


PENDUDUK BALITA BALITA

1 TOROH 1 78.298 7.830 283


2 KARANGRAYUNG 57.151 5.715 206
1
3 PULOKULON 1 51.942 5.194 188
4 GEYER 1 47.893 4.789 173
5 KARANGRAYUNG 43.833 4.383 158
2
4

Masalah utama yang muncul yaitu masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas, masalah ini diangkat karena ketidakmampuan pasien

untuk mengatasi sumbatan pada jalan napas yang dialami. Bersihan jalan

napas itu merupakan hal yang penting karena jalan napas merupakan jalan

utama untuk melakukan proses sirkulasi udara dalam tubuh sehingga

dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel diperlukan fungsi

respirasi yang adekuat. Bersihan jalan napas tidak dipertahankan maka

pasien akan mengalami sumbatan pada jalan napas sehingga terjadi

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Penanganan tindak lanjut secara

farmakologi maupun non farmakologis. Secara farmakologis diberikan

obat antibiotic, terapi O2, terapi nebulizer dan secara non farmakologis

biasanya dilakukan pemberian inhalasi sederhana, latihan batuk efektif,

serta fisioterapi dada (clapping) (Nelson, 2021).

Menurut jurnal Susi dengan judul efektifitas terapi uap air dan

minyak kayu putih terhadap bersihan jalan nafas anak usia balita 3-5 tahun

pada penderita infeksi saluran pernafasan akut di Kelurahan Garegeh

Bukittinggi, Salah satu upaya untuk mengatasi hidung tersumbat dapat

dilakukan dengan pemberian obat secara dihirup, obat dapat dihirup untuk

menghasilkan efek lokal atau sistemik melalui saluran pernapasan dengan

menghirup menggunakan uap, nebulizer, atau aerosol semprot. Terapi

inhalasi uap adalah pengobatan efektif untuk mengatasi hidung tersumbat,

metode alami yang baik dengan uap dan panas (Susi, Dewi, 2020).
5

Salah satu metode inhalasi sederhana dapat dilakukan

menggunakan minyak kayu putih. Minyak kayu putih dapat bermanfaat

meredakan masalah pernapasan. Menghirup minyak kayu putih dapat

meringankan gangguan pernapasan karena uap minyak kayu putih

berfungsi sebagai dekongestan yang jika dihirup dapat membantu

mengurangi hidung tersumbat dan gejala bronchitis

(Handayani,S.,Immawati,Dewi, 2021).

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan keperawatan pada An.X dengan fokus

intervensi penerapan inhalasi sederhana untuk meningkatkan bersihan

jalan napas pada anak dengan ISPA di Puskemas Toroh I ?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Proposal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana “Asuhan

keperawatan pada An.X dengan fokus intervensi penerapan inhalasi

sederhana untuk meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan

ISPA di Puskemas Toroh I”.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada pasien ISPA

b. Mampu mengidentifikasi diagnosis keperawatan dan analisa yang

muncul pada pasien ISPA

c. Mengidentifikasi rencana tindakan untuk menjelaskan masalah

keperawatan pada pasien ISPA


6

d. Mampu mendiskripsikan implementasi pada pasien ISPA

e. Mampu mendiskripsikan evaluasi pada pasien ISPA

f. Menganalisis antara teori asuhan keperawatan pasien dengan

masalah utama ISPA.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi penulis

a. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang pengaplikasian

inhalasi sederhana pada anak dengan ISPA menggunakan asuhan

keperawatan.

b. Dapat memperoleh pengalaman nyata tentang metode inhalasi

sederhana pada anak dengan ISPA.

c. Dapat membandingkan teori dan praktik tentang metode inhalasi

sederhana pada anak dengan ISPA.

2. Manfaat bagi keluarga

Dapat menerapkan metode inhalasi sederhana saat klien terjadi

sesak napas.

3. Manfaat bagi masyarakat

Sebagai dasar dalam evaluasi dan pengembangan asuhan

keperawatan pada pasien ISPA.

4. Manfaat bagi dinas / instansi terkait

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada umumnya dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada klien ISPA

menggunakan metode inhalasi sederhana.


7

5. Manfaat bagi institusi (Universitas An Nuur)

Sebagai lahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan sebagai

tambahan bahan pustaka tentang asuhan keperawatan anak khususnya

dengan masalah ISPA menggunakan metode penerapan inhalasi

sederhana.

E. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan, penulisan, manfaat, dan sistematika penulisan

proposal KTI.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi tentang penjelasan teori,

konsep pengkajian dan metodologi yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian.


8

BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Teori Kasus

1. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran

pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru

yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur

saluran diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian

saluran atas dan bawah secara stimulant dan berurutan (Windasari,

2018).

ISPA adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan

bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan

oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan

tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan

pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah

kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan

terhadap berbagai penyakit (Suriani, 2018).

2. Anatomi Sistem Pernapasan

Gambar 2.1 Anatomi Sistem

Pernafasan
8
9

a. Organ Pernafasan

1. Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang

pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh

sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu

yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang

masuk ke dalam lubang hidung. Di bagian depan berhubungan

keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang

berhubungan dengan bagian atas farings (nasofaring). Masing-

masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu

bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian

respirasi (Ester, 2020).

Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang

atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa

rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris

pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang

dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus

etmodialis pada rongga tulang tapis (Ester, 2020).

Fungsi hidung, terdiri dari :

a. Bekerja sebagai udara pernafasan

b. Sebagai penyaring udara pernafasan yang di lakukan oleh

bulu – bulu hidung.

c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.


10

d. Membunuh kuman – kuman yang masuk bersama –

sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam

selaput lender.

2. Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan

antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah

dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah

depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan orang-orang

lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang yang bernama koana. Kedepan berhubungan

dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus

fausium. Kebawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring,

kebelakang lubang esofagus (Ester, 2020).

Menurut Graaff (2018) Faring dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu:

1) Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak,

belakang dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat

dua struktur penting yaitu adanya saluran yang

menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory.

Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan berfungsi

menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane

timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk

membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory


11

yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian

tengah.

2) Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum

lunak dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory

dan traktus digestif menyilang dimana orofaring merupakan

bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang

rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau

pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring, bagian

orofaring ini memiliki fungsi pada system pernapasan dan

system pencernaan. refleks menelan berawal dari orofaring

menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke

saluran cerna (oesophagus) dan secara stimulant, katup

menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam

saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh

fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam

tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila

lingual.

3) Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring

merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah

laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem

digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan

makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui

epiglottis yang fleksibel.


12

3. Laring

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara

dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan

bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat

ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu

kita menelan makanan menutupi laring (Adib, 2018). Laring

terdiri dari 4 tulang rawan antara lain:

a. Kartilago tyroid ( 1 buah ) bawah jakun.

b. Kartilago aritenoid ( 2 buah ) yang berbentuk beker.

c. Kartilago krikoid ( 1 buah ) yang berbentuk cincin.

d. Kartilago epiglottis ( 1 buah ).

4. Trakea

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari

laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea

9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi

oleh otot polos. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang

berbulu getar yang disebut sel bersilia hanya bergerak kearah

luar (Ester, 2020).

Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami

percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang


13

memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut

karina. Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia

yang menghasilkan lendir. Lendir ini berfungsi untuk

penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat partikel-

partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia

berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke faring yang

dapat ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini

bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan (Ester,

2020).

5. Bronkus

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri,

bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2

bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus

segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus

segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi

menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan

ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Ester, 2020).

a) Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.

Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus

untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.


14

b) Bronkiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).

c) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran

transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara

pertukaran gas.

d) Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.

6. Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian

besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli).

Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika

dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada

lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah

dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-

paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan

kanan) (Ester, 2020).

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3

lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media,

dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru


15

kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen.

Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada

lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru

kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada

lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah

segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih

terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus

(Ester, 2020).

Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah

yang miskin oksigen dari ventrikel kanan masuk ke paru melalui

arteri pulmonalis. Selain system arteri dan vena pulmonalis,

terdapat pula arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta,

untuk memperdarahi jaringan bronki dan jaringan ikat paru

dengan darah kaya oksigen. Ventilasi paru (bernapas)

melibatkan otot-otot pernapasan, yaitu diafragma dan otot-otot

interkostal. Selain ini ada otot-otot pernapasan tambahan eperti

otot-otot perut (Ester, 2020).

3. Klasifikasi

Halimah (2019) mengelompokkan klasifikasi ISPA berdasarkan

golongannya dan golongan umur yaitu :

a. ISPA berdasarkan golongannya :


16

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan

paru-paru (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold),

radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi

telinga (otomatis media).

b. ISPA dikelompokkan berdasaran golongan umur yaitu :

1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernapasan kurang dari

50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40

kali permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada

tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi

pernafasan sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk

usia 2- 11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau lebih

dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak

ada tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast

breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah

dalam (servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari

60 kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau


17

lebih dari 60 kali permenit (fast breathing) atau adanya

tarikan dinding dada tanpa nafas cepat (Halimah, 2019).

4. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah

rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental,

nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7

hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah

dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya

menunjukkan adanya penyulit (Windasari, 2018).

5. Patofisiologi ISPA

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan

dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem

pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan

tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat

tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang

sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag

alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas

yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang

terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan

lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2

(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,

pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag

banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila


18

terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag

membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas

sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.

Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini

akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas seperti yang terjadi

pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena

infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi

sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui

jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas (Suriani,

2018).

6. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan

Korinebakterium dan virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus (Fatmawati, 2018).


19

7. ISPA yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur

saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk

rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek,

faringitis (radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa komplikasi

(Fatmawati, 2018).Patway

Virus, bakteri, jamur, benda asing


(penyebab)

ISPA

Kuman berlebih Penyempitan saluran Infeksi saluran napas


Dibronkus udara bawah

Proses Ekspansi paru menurun


peradangan Dilatasi pembuluh Peradangan
darah
Akumulasi secret Suplai O2 tidak adekuat Peningkatan suhu
Dibronkus keseluruh tubuh Eksudat masuk tubuh
alveoli

Sesak napas Gangguan difusi gas Hipertermia

Mukus dibronkus
Bersihan jalan
meningkat Gangguan
napas tidak
pertukaran gas
efektif

Bau mulut tidak


sedap
Pola nafas tidak
efektif
20

Anoreksia

Intake menurun

Defisit Nutrisi

8. Sumber : Modifikasi antara Muttaqin Arif, Price, Ngastiyah


Komplikasi

Penyakit ini sebenarnya merupakan selflimiteddisease, yang

sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan

tubaeusthacii dan penyebaran infeksi. (Windasari,2018).

a. Sinusitis paranasal

Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada

bayidan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum

tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri

tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis

ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi

pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan

gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak

besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala

hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen

dapat unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut

yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang

jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis

paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.


21

b. Penutupan tubaeusthachii

Tubaeusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi

dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan

menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak

kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia)

kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat

nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya nyeri

(pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan

biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya

ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare.

Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi

pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan

sering menyebabkan kejang demam, maka bayiperlu dikonsul

kebagian THT. Faktor-faktor OMA yang sering dijumpai pada bayi

dan anak adalah:

1) Tubaeustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi

penyaluran sekret.

2) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudah

perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.

3) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga

tengahwalau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau

ke syarafpusat (meningitis).

c. Penyebaran infeksi
22

Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah

seperti laryngitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Selain

itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi

meningitispurulenta.

9. Penatalaksanaan ISPA

Penatalaksanaan ISPA dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Non Farmakologis

Yaitu dengan mengistirahatkan pasien secara total lalu pemberian

fisioterapi dada, mengajari cara batuk efektif serta menjaga

kebersihan diri dan lingkungan, penerapan terapi inhalasi

sederhana (Syarifudin, 2020).

b. Farmakologis

Yaitu menggunakan obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila

penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan

pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat

dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau

penisilin prokain. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu

parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada

pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap

sebagai radang tenggorokan oleh kuman Streptococcus dan harus

diberi antibiotik (Penisilin) selama 10hari (Syarifudin, 2020).

B. Konsep Tumbuh Kembang


23

1. Definisi

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa

diukur (Suriani, 2018).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel dan juga karena bertambah

besarnya sel (Suriani, 2018).

Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran (Suriani,

2018).

b. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

sebagai hasil dari proses pematangan (Suriani, 2018).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur /

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi

(Suriani, 2018).

Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi

secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang

paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan


24

pembelajaran terhadap perkembangan emosi, social dan intelektual

anak (Suriani, 2018).

2. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

1. Faktor Genetik

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan

berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara

lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis

kelamin dan suku bangsa.

2. Faktor Lingkungan

a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan

(faktor prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin

atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan

anoksia embrio.

b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )

Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi,

Perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi

metabolisme dan hormon.

3. Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.

4. Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran /

hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.


25

5. Faktor keluarga dan adat istiadat (Suriani, 2018).

3. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik

a. Dibedakan menjadi 2 kelompok :

1) Tergantung umur (age dependent)

2) Tidak tergantung umur

b. Berat Badan (BB) :

1) Parameter paling sederhan, paling mudah di ukur dan di ulang.

2) Indikator terbaik untuk gizi

c. Tinggi Badan (TB) :

Tinggi badan akan selalu meningkat masa pertumbuhan. Tinggi

badan meningkat pesat kemudian melambat dan menjadi pesat

kembali lalu melambat lagi, berhenti umur 18-20 tahun. Anggota

42 gerak berlanjutan tumbuh sampai umur 30 tahun, tinggi badan

meningkat 3-5 cm, pada umur 35-45 tahun tinggi badan labil

kemudian menyusut.

d. Lingkar Kepala (LK) :

1) Mencerminkan volume intrakarnial.

2) Dipakai untuk menaksirkan pertumbuhan.

3) Pertumbuhan lingkar kepala yang paling berat bulan pertama

kehidupan (Lahir 34 cm, 6 bulan 44 cm, 1 tahun 47 cm).

e. Lingkar Lengan Atas (LiLa) :

1) Mencerminkan keadaan pertumbuhan jaringan lemak dan otot.

2) Menilau keadaan gizi pada kelompok pra sekolah.


26

3) Laju pertumbuhan lambat (Lahir 1 cm, 1 tahun 16 cm) dengan

penilaian :

a) <12,5% : Gizi buruk (merah)

b) 12,5% : Gizi kurang (kuning)

c) >12,5% : Gizi baik (hijau)

f. Lipatan Kulit: Tebalnya lipatan kulit trisep dengan subs kepala

merupakan refleksi tumbuh jaringan lunak di bawah kulit untuk

kecukupan energy dan untuk menilai keadaan gizi lebih untuk

obesitas.

1) Jaringan otot Pertumbuhan otot di periksa pada lengan atas,

pantat dan paha dengan cara cubitan tebal.

2) Jaringan lemak Jaringan lemak di periksa pada kulit di bawah

trisep dan sub kapilar dengan cara cubitan tipis.

3) Rambut Pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya,

warna diameter (tebal atau tipis), sifat (kriting atau lurus) dan

akar rambut (mudah dicabut atau tidak).

g. Gigi

Saat erupsi gigi susu, saat tinggal dan erupsi gigi permanen

(Pamungkas, 2019).

4. Pertumbuhan dan Perkembangan DDST (Denver Developmental Sc

reening Test)

a. Pengertian

Denver Development Screening Test (DDST) Merupakan sebuah


27

metode pengkajian yang dapat digunakan untuk menilai perkemba

ngan pada anak dengan umur 0 – 6 tahun

b. Manfaat

1) Menilai tingkat perkembangan anak yang sangat singkat

2) Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya

3) Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan g

ejala adanya kelainan pada perkembangan

4) Memastikan dan membantu anak yang diduga mengalami kelai

nan pada perkembangannya

c. Isi DDST

Isi DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 sektor, di

antaranya :

1) Kepribadian atau tingkah laku sosial (personal social)

Aspek yang berhubungan dengan kekmampuan mandiri, bersosi

alisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

2) Gerakan motorik halus (fine motor adaptive)

Aspek yang berhubungan dengan anak untuk mengamati sesuatu

serta melakukan kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerluka

n koordinasi yang baik dan cermat.

Contohnya adalah kemampuan untuk mencoret, menggambar, m

enulis, melempar, menangkap bola dan lain-lain.

3) Bahasa (Language)
28

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap s

uara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Bahasa mencak

up beberapa bentuk komunikasi apakah itu lisan, tulisan dan bah

asa isyarat, bahasa tubuh, pantomin, atau ekspresi wajah.

4) Perkembangan motorik dasar (gross motor)

Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan

sikap tubuh. Aktivitas pada motorik yang dapat mencakup pada

ketrampilan otot-otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari,

berenang dan melompat.

d. Prosedur DDST II

Denver II dilakukan mulai 2 tahap yaitu :

1) Tahap I : Secara periodik dilakukan pada anak yang berumur

3-4 bulan, 9-12 bulan, 5 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.

2) Tahap II : Dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami suat

u hambatan perkembangan pada tahap I, kemudian diakukan e

valuasi diagnostik yang lengkap.

e. Perkembangan Anak Balita Menurut DDST

Tumbuh kembang pada anak usia 3 tahun :

1) Motorik kasar

a) Mengendarai sepeda roda tiga

b) Berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik

c) Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian

d) Melompat jauh
29

e) Mecoba berdansa apabila mungkin belum seimbang

2) Kognitif

a) Berpakaian sendiri, dapat dibantu bila kancing beraa di bela

kang

b) Mencocokan sepatu kiri atau kanan

c) Mengalami peningkatan rentang perhatian

d) Dapat menyiapkan makanan sederhana seperti susu

e) Makan sendiri

f) Dapat membantu mengatur meja

g) Mengeringkan piring tanpa pecah

h) Mengetahui jenis kelamin sendiri dan orang lain

i) Egosentrik dalam berpikir dan tingkah laku

j) Takut pada kegelapan

k) Mulai memahami waktu

l) Permainan paralel dan asosiatif : Mulai dari mempelajari pe

rmainan sederhana, tetapi sering mengikuti aturannya sendi

ri seraa mulai untuk berabagi

3) Motorik Halus

a) Membangun menara dari 9 – 10 kotak

b) Membangn jembatan dengan tiga kotak

c) Secara benar menempatkan biji-bijian ke dalam botol berle

her sempit

d) Menggambar meniru lingkaran, silang


30

4) Bahasa

a) Mempunyai perbendaharaan sekitar 900 kata

b) Menggunakan kalimat lengkap dari 3-4 kata

c) Bicara tanpa henti

d) Mengulang kalimat dari enam suku kata

e) Mengajukan banyak pertayaan

Tumbuh kembang pada anak usia 4 tahun :

1) Motorik kasar

a) Melompat dengan satu kaki

b) Menangkap bola dengan tepat

c) Melempar bola bergantian tangan

2) Kognitif

a) Sangat mandiri

b) Cenderung keras kepala dan tidak sabar

c) Agresif secara fisik dan verbal

d) Mendapat kebanggan dalam pencapaian

e) Memamerkan secara dramatis, menikmati pertunjukan o

rang lain

f) Masih mempunyai banyak rasa takut

5) Motorik halus

a) Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gamb

ar

b) Dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talin


31

ya

c) Dapat menggambar menyalin bentuk kotak, garis silang, ata

u segitiga

6) Bahasa

a) Perbendaharaan sekitar 1.500 kata

b) Menggunakan kalimat lengkap 4-5 kata

c) Menceritakan cerita dengan dilebih-lebihkan

d) Mengetahui lagu sederhana

e) Menyebutkan satu atau lebih warna

f) Memahami analogi seperti ‘Bila es dingin, api ..’

Tumbuh kembang anak usia 5 tahun :

1) Motorik kasar

a) Melompat dengan kaki bergantian

b) Melempar dan menangkap bola dengan baik

c) Melompat ke atas

d) Bermain skate dengan keseimbangan yang baik

e) Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki

f) Keseimbangan pada kaki bergantian dengan mata tertutup

2) Kognitif

a) Kurang memberontak dibanding sewaktu usia 4 tahun

b) Lebih tenang dan berhasrat untuk menyalesaikan urusan

c) Mandiri tapi dapat dipercaya, tidak kasar, lebih bertanggung


32

jawab

d) Mengalami sedikit rasa takut, mengendalikan otoritas luar u

ntuk mengendalikan dunianya

e) Menunjukkan sikap lebih baik

3) Motorik halus

a) Mengikat tali sepatu

b) Menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan b

aik

c) Menggambar meniru gambar permata dan segitiga, menam

bahkan 7-9 bagian dari gambar garis, mencetak beberapa h

uruf, angka atau kata, seperti nama panggilan

4) Bahasa

a) Mempunyai perbendaharaan sampai 2.100 kata

b) Menggunakan kalimat dengan 6-8 kata

c) Menyebutkan empat atau lebih warna

d) Menggambar atau melukis dengan banyak komentar dan m

enyebutkannya satu per satu

e) Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu, bulan, dan k

ata yang berhubungan dengan waktu lainnya (Padila, P.,

Andari, F.N., & Andri, 2019).

C. KONSEP INHALASI SEDERHANA

1. Definisi
33

Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup

dalam bentuk uap kedalam saluran pernapasan yang dilakukan dengan

bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam

lingkungan keluarga. Terapi ini lebih efektif dibanding karena obat

bekerja lebih cepat dan langsung dan tidak memiliki efek samping

pada bagian tubuh lainnya. Keuntungan terapi inhalasi sederhana

antara lain lebih mudah untuk dilakukan dan biaya lebih terjangkau

(Handayani,S.,Immawati,Dewi, 2021).

Inhalasi sederhana adalah menghirup uap hangat dari air

mendidih yang telah ditetesi minyak penghangat, misalnya minyak

kayu putih. Inhalasi aman untuk segala usia, para ahli paru anak

sangat menganjurkan inhalasi sebagai pengobatan yang berhubungan

dengan paru. Inhalasi sederhana mampu mengurangi gejala dari flu

ringan yang baru saja terjadi batuk berdahak, paru-paru basah, batuk

berdahak berat dan lama, batuk kronis atau batuk yang berulang-

ulang. Inhalasi juga tidak memiliki efek negatifnya serta boleh

dilkukan sekalipun orang tersebut mempunyai alergi terhadap sesuatu,

karena bekerja langsung pada sumber pernafasan yaitu paru-paru (RI,

2021).

2. Tujuan

Tujuan umum penerapan ini adalah membuat pernapasan yang

terganggu akibat adanya lendir atau tengah mengalami sesak napa

menjadi kembali normal dan menggambarkan penerapan terapi


34

inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih untuk meningkatkan

bersihan jalan napas pada anak usia prasekolah dengan ISPA

(Handayani,S.,Immawati,Dewi, 2021).

3. Indikasi

Indikasi penggunaan terapi inhalasi sederhana : sesak akibat

bersihan jalan napas tidak efektif, batuk-pilek ringan (tidak disertai

demam dan lamanya belum lebih dari 3 hari).

4. Kontra indikasi

Kontra indikasi penggunaan terapi inhalasi sederhana : tidak

dilakukan setelah balita makan atau minum susu untuk menghindari

efek muntah dan makanan masuk kedalam saluran pernapasan, balita

tidak sedang tidur, karena ketika tidur nafas balita menjadi teratur dan

pelan sekali, sehingga obat yang terhirup tidak akan maksimal.

5. Prosedur

a. Alat : Handuk, bengkok, alas/perlak, minyak kayu putih 2-3 tetes,

air hangat 1 gelas, kom, tisu

b. Langkah-langkah :

1) Tahap Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Memperkenalkan diri

c) Kontrak waktu

d) Menjelaskan tujuan umum

e) Menjelaskan prosedur pelaksanaan


35

2) Tahap kerja

a) Mencuci tangan sebelum tindakan

b) Mempersiapkan alat

c) Menanyakan kesiapan klien

d) Jaga privasi klien

e) Beri posisi duduk yang nyaman untuk klien

f) Tempatkan meja atau troli didepan klien

g) Tempatkan kom berisi air hangat diatas meja klien yang

diberi pengalas

h) Campurkan minyak kayu putih dengan air hangat dalam

kom dengan perbandingan 2-3 tetes kayu putih untuk 250ml

(1 gelas) air hangat

i) Sebelum menghirup anjurkan klien menarik napas, mata

tertutup sambil menghirup uap air hangat

j) Bentuk handuk menyerupai corong, kemudian arahkan

corong tersebut pada hidung klien

k) Hirup uap dari campuran tersebut selama 5-10 menit atau

hingga klien merasa lega dengan pernapasannya. Jarak

wajah klien dengan air hangat 30 cm.

l) Setelah selesai bersihkan mulut dan hidung dengan lap atau

tisu

m)Rapikan klien kembali

3) Tahap terminasi
36

a) Observasi keadaan klien dan lakukan evaluasi tindakan

b) Rapikan alat

c) Cuci tangan

d) Catat kegiatan dalam catatan keperawatan.

6. Hasil

Prosedur inhalasi sederhana dilakukan selama 5-15 menit salah

satu metode inhalasi sederhana dapat dilakukan menggunakan minyak

kayu putih. Minyak kayu putih dapat bermanfaat meredakan masalah

pernapasan. Menghirup minyak kayu putih dapat meringankan

gangguan pernapasan karena uap minyak kayu putih berfungsi sebagai

dekongestan yang jika dihirup dapat membantu mengurangi hidung

tersumbat dan gejala bronchitis. (Handayani,S.,Immawati,Dewi, 2021).

D. Konsep Pengkajian

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan untuk mengumpulkan data dan

menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan klien

tersebut. Berikut merupakan pengkajian menurut erikson dan DDST

sebagai berikut :

a. Data Umum

1) Biodata : Meliputi, nama umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, pekerjaan, register, agama, tanggal masuk, dll.

2) Keluhan utama : Adanya batuk produktif, sesak napas, tidak

mau makan, dan gelisah.


37

3) Riwayat penyakit sekarang : Anak tampak lemah, sesak nafas,

batuk produktif, demam.

4) Riwayat penyakit dahulu : Apakah ada riwayat infeksi saluran

pernapasan, pneumonia.

5) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada keluarga yang

menderita riwayat infeksi, TBC, pneumonia, dan infeksi

saluran nafas lainnya.

6) Riwayat Imunisasi : Bila anak mempunyai kekebalan yang

baik, kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan dapat

dihindari.

7) Genogram, gambaran dari hubungan keluarga dan riwayat

kesehatan anak sekarang.

8) Riwayat sosial : kondisi pembawaan anak secara umum, dan

keadaan lingkungan rumah biasanya berdebu.

b. Pola Fungsional Menurut Virginia Henderson

1. Pola Oksigenasi

Menggambarkan pola bernapas dengan normal atau tidak.

2. Pola Nutrisi

Menggambarkan pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan

kulit, rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi

dan berat badan. Pada anak menderita infeksi saluran

pernapasan mengalami penurunan daya tahan tubuh,


38

menurunnya nafsu makan. Pengkajian ABCD yang meliputi A

(Antropometri), B (Biochemical/biokimia), C (Clinical

assesment/pemeriksaan klinis), D (Diit).

3. Pola Eliminasi

Mengambarkan kesulitan BAB, kebiasaan, ada darah/tidak. Pola

eliminasi urin dari segi warna, bau, serta frekuensi.

4. Pola Aktivitas/Bekerja

Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari, pengisian waktu

senggang, faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas

(seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi).

5. Pola istirahat dan Tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi dan setiap

perubahan pola tersebut.

6. Pola mempertahankan suhu

Menggambarkan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran

normal, dengan menyesuaikan pakaian dan memodifikasi

lingkungan.

7. Pola Berpakaian

Menggambarkan kebutuhan berpakaian.

8. Pola Gerak dan Keseimbangan

Menggambarkan kebutuhan bergerak dan dapat

mempertahankan postur tubuh dengan baik.

9. Pola Personal Higine


39

Menggambarkan kebersihan tubuh.

10. Pola Komunikasi

Menggambarkan berkomunikasi dengan orang lain untuk

mengungkapkan perasaan emosi, kebutuhan, ketakutan, dan

pendapat.

11. Pola Aman dan Nyaman

Menggambarkan menghindari bahaya lingkungan dan

menghindari cidera orang lain.

12. Pola Spiritual

Menggambarkan mempercayai keimanan atau ketuhanan.

13. Pola Rekreasi

Menggambarkan kebutuhan akan hiburan atau rekreasi..

14. Pola Belajar

Menggambarkan belajar, menemukan atau memuaskan rasa

ingin tahu dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe atau dari kepala ke kak

i. Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Kaji keadaan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, dan postur

tubuh.

b. Kaji tanda-tanda vital

Meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respiratory rate.


40

c. Kaji tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, lingkar kepala,

lingkar dada.

d. Kaji kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, kesimetrisan, adanya lesi, keadaan rambut,

adakah pembesaran leher.

e. Kaji telinga klien

Kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan fungsi pendengaran.

f. Kaji mata klien

Konjungtiva, sklera, pupil normal dapat menangkap cahaya.

g. Kaji bibir klien

Bibir kering, mukosa kering, pucat

h. Kaji sistem integument

Biasanya balita mempunyai tugor kulit menurun, kulit tampak

kering dan kasar, kelembaban dan suhu kulit meningkat, tekstur

rambut dan kuku juga kasar.

i. Kaji sistem respirasi

Pernafasan balita mengalami sesak napas, terdapat retraksi dada,

nyeri dada, adanya bunyi napas tambahan yaitu ronchi atau

wheezing.

j. Kaji sistem kardiovaskuler

Pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi kemudian tekanan

vena jugularis dan baru pemeriksaan jantung.

k. Kaji sistem gastrointestinal


41

Kaji bising usus anak, adakah nyeri perut.

l. Kaji urinaria klien

Sistem perkemihan pada klien dengan infeksi saluran pernapasan

tidak mengalami gangguan.

m. Kaji musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,

cepat lelah, lemah dan nyeri.

n. Kaji neurologis

Adakah terjadi penurunan sensori, penurunan kesadaran, reflek

lambat, kacay mental, dan disorientas.

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1

(2017) diagnosa yang muncul pada klien dengan ISPA , yaitu:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0149)

Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi

jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (-)

Objektif : (batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, spuntum

berlebih, mengi, wheezing dan ronkhi kering, mekonium dijalan

napas).

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (dispenia, sulit bicara, ortopnea)


42

Objektif : (gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas

berubah, pola napas berubah).

b. Pola nafas tidak efektif ( D. 0005)

Definisi : inspirasi dan/atau sekresi yang memberikan ventilasi

adekuat.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : (dispnea)

Objektif : (penggunaan otot bantu pernapasan. fase ekspirasi

memanjang, pola napas abnormal).

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (ortopnea)

Objektif : (pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping

hidunh,diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi

semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah).

c. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi

karbondioksa pada membrane alveolus-kapiler.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : (dispnea)

Objektif : (PCO2 meningkatkan/menurun, PO2 menurun,

takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi panas tambahan).

Gejala dan Tanda Minor


43

Subjektif : (pusing, penglihatan kabur)

Objektif : (sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola

napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun).

d. Defisit Nutrisi (D.0019)

Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolism.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (-)

Objektif : (berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang

ideal).

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif : (cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,

nafsu makan menurun)

Objektif : (bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot

menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum

albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare).

e. Hipertermi (D.0130)

Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (-)

Objektif : (suhu tubuh diatas nilai normal)

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (-)
44

Objektif : (kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa

hangat).

4. Fokus Intervensi

Menurut SLKI dan SIKI fokus intervensi ISPA meliputi :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0149)

a. SLKI : Bersihan jalan napas (L.01001)

Definisi : kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan

napas unruk mempertahankan jalan napas tetap paten.

1) Ekspektasi

Meningkat.

2) Kriteria hasil

a) Batuk efektif meningkat

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Mekonium (pada neonatus) menurun

f) Dispnea membaik

g) Ortopnea membaik

h) Sulit bicara membaik

i) Sianosis membaik

j) Gelisah membaik

k) Frekuensi napas membaik

l) Pola napas membaik


45

b. SIKI : Inhalasi Sederhana (I.01006)

Definisi : Memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk

uap kedalam saluran pernapasan yand dilakukan dengan bahan

dan cara yang sederhana.

Tindakan

1) Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan

karakteristik).

2) Terapeutik

a) Atur posisi semi-fowler atau fowler

b) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

c) Hirup uap dari campuran air hangat dan minyak kayu

putih tersebut

d) Buang sekret pada tempat sputum

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur inhalasi sederhana

b) Anjurkan tarik napas dalam sebelum menghirup uap air

hangat dan dicampurkan minyak kayu putih selama 5-10

menit.

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali


46

d) Anjurkan menghirup dengan jarak wajah klien dan air

hangat antara 30cm

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika

perlu

2. Pola napas tidak efektif (D.0005)

a. SLKI pola napas (L.01004)

Definisi : inspirasi dan/atau sekresi yang memberikan ventilasi

adekuat

1) Ekspektasi

Membaik

2) Kriteria hasil

a) Ventilasi semenit meningkat

b) Kapasitas meningkat

c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

d) Tekanan ekspirasi meningkat

e) Tekanan inspirasi meningkat

f) Dipnea menurun

g) Penggunaan otot bantu pernapasan menurun

h) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

i) Ortopnea menurun

j) Pernapasan pursed-lip menurun

k) Pernapasan cuping hidung menurun


47

l) Frekuensi napas membaik

m)Kedalaman napas membaik

n) Ekskursi dada membaik

b. SIKI Pemantauan respirasi ( I.01014)

Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data untuk

memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran

gas.

Tindakan

1) Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas.

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmeul, cheyne-etokes, biot,ataksik

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya produksi sputum

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Auskultasi ibunyi napas

h) Monitor saturasi oksiegn

i) Minitor nilai (AGD)

j) Monitor hasil X-RAY thoraks

2) Terapeutik

a) Atur intervensi pemantauan respirasi sesuai komdidi

pasien
48

b) Dokumentasi penentuan thorak

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Informasikan hasil pemantauan. Jika perluka

3. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)

a. SLKI : Pertukaran Gas (L.01003)

Definisi : Oksigenasi dan atau eliminsi karbondioksida pada

membrane alveolus-kapiller dalam batas normal

1) Ekspektasi

Meningkat

2) Kriteria hasil

a) Tingkat kesadaran meningkat

b) Dispenia menurun

c) Bunyi napas tambahan menurun

d) Pusing menurun

e) Penglihatan kabur menurun

f) Diaforesis menurun

g) Gelisah menurun

h) Napas cuping hidung menurun

i) PCO2 membaik

j) PO2 membaik

k) Takikardia membaik

l) pH arteri membaik
49

m)Sianosis membaik

n) Pola napas membaik

o) Warna kulit membaik

b. SIKI : Pemantauan Respirasi (I.01014)

Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data untuk

mematikan kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran

gas

Tindakan

1) Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,

hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-strokes, biot, ataksik)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya produksi spuntum

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Auskultasi bunyi napas

h) Monitor saturasi oksigen

i) Monitor nilai AGD

j) Monitor hasil x-ray toraks

2) Terapeutik

a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

b) Dokumentasikan hasil pemantauan


50

3) Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

4. Defisit Nutrisi (D.0019)

a. SLKI Status Nutrisi (L.03030)

Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme.

1) Ekspektasi

Membaik

2) Kriteria hasil

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Kekuatan otot pengunyah meningkat

c) Kekuatan otot menelan serum albumin meningkat

d) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi

meningkat

e) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat

meningkat

f) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat

meningkat

g) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman

meningkat
51

h) Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman

meningkat

i) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan

kesehatan meningkat

j) Perasaan cepat kenyang menurun

k) Nyeri abdomen menurun

l) Sariawan menurun

m) Rambut rontok menurun

n) Diare menurun

o) Frekuensi makan membaik

p) Nafsu makan membaik

q) Bising usus membaik

r) Tebal lipatan kulit trisep membaik

s) Membran mukosa membaik

b. SIKI Manajemen Nutrisi ( I.03119)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang

seimbang.

Tindakan

1) Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient


52

e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

2) Terapeutik

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida

makanan)

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu

g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik

jika asupan oral dapat ditoleranasi

3) Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika perlu

b) Anjurkan diet yang diprogramkan

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.

pereda nyeri, antiernetik), jika perlu

b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

5. Hipertermia (D.0130)
53

a. SLKI : Termoregulasi (L.14134)

Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang

normal.

1) Ekspektasi

Membaik

2) Kriteria hasil

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun

d) Konsumsi oksigen menurun

e) Pucat menurun

f) Takikardi menurun

g) Takipnea menurun

h) Hipoksia menurun

i) Suhu tubuh membaik

j) Suhu kulit membaik

k) Kadar glukosa darah membaik

l) Pengisian kapiler membaik

m)Ventilasi membaik

n) Tekanan darah membaik

b. SIKI : Manajemen Hipertermia (I.15506)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu

tubuh akibat disfungsi termoregulasi.


54

Tindakan

1) Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor kadar elektrolit

d) Monitor komplikasi akibat hipertermia

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Lakukan pendinginan eksternal

e) Hindari pemberian antipirotik

f) Hindari pemberian aspirin

3) Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

4) Kolaborasi pemberian cairan dan eklektrolit intravena, jika

perlu

5. Implementasi

Tindakan yang dilakukan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif

adalah mengkaji keluhan klien, memonitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, dan usaha), mengkaji TTV klien, melakukan pemeriksaan

DDST, Memberikan inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih

(menjelaskan tujuan dan prosedur inhalasi sederhana, memberi posisi


55

duduk yang nyaman untuk klien, beri perlak pengalas, tempatkan kom

berisi air hangat diatas meja, sebelum menghirup anjurkan klien

menarik napas mata tertutup sambal menghirup uap air hangat).

6. Evaluasi

Diharapkan klien setuju untuk dikaji keluhannya, dikaji pola

napasnya, dikaji TTVnya, dan setuju untuk diberikan tindakan inhalasi

sederhana. Masalah keperawatan bersihan jalan napas teratasi.

Planning : Pertahankan intervensi, anjurkan keluarga memberikan

terapi inhalasi sederhana dengan minyak kayu putih dengan

perbandingan 2-3 tetes kayu putih untuk 1 gelas air hangat 2 kali

sehari pagi hari setelah bangun tidur dan sebelum tidur pada malam

hari.

E. Metodologi

1. Jenis, Rancangan Penelitian dan Pendekatan

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Jenis

penelitian kuantitatif research. Penelitian dengan pendekatan

kuantitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan

deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan

antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah

(hidayat, 2019).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Studi

kasus merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok,

organisasi maupun individu) peristiwa, latar secara mendalam, tujuan


56

dari penelitian ini mendapatkan gambaran yang mendalam tentang

suatu kasus yang sedang diteliti. Pengumpulan datanya diperoleh dari

wawancara, observasi dan juga dokumentasi (Hidayat, 2019).

Pada Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode pendekatan

penelitian Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional adalah

Penelitian yang dilakukan dengan mengambil waktu tertentu yang

relatif pendek dan tempat tertentu. Dilakukan pada beberapa obyek

yang berbeda taraf. Cara pengambilan data variabel bebas dan variabel

tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan.

Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria

variabel bebas dan variabel tergantung maupun tidak (Harys, 2020).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien anak dengan usia balita 3-5

tahun yang menderita ISPA.

3. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat akan dilaksanakan pada September 2022 di

Puskesmas Toroh 1 dengan berfokus pada satu pasien anak yang

mengalami ISPA.

4. Fokus Studi

Penelitian ini berfokus pada pengelolaan asuhan keperawatan pada

pasien anak yang mengalami ISPA dengan batasan usia 3-5 tahun

dengan melakukan tindakan Inhalasi sederhana.

5. Instrumen Pengumpulan Data


57

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain : TTV set

untuk menunjang data pada aspek fisik, pemeriksaan antropometri,

pemeriksaan perkembangan DDST, dan lembar observasi, SOP terapi

inhalasi.

6. Metode Pengambilan Data

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini akan didapatkan dengan cara

wawancara pada klien dan keluarga secara langsung dengan cara

tanya jawab secara tatap muka antara peneliti dengan pasien

melalui wawancara, mengobservasi dengan melakukan pengamatan

menyeluruh paa sebuah kondisi tertentu dan dengan studi dokumen

tertulis berupa asuhan keperawatan. Menurut (mahesa, 2022) Data

primer yang dalam bahasa inggris disebut primary datajuga dikenal

sebagai data mentah yaitu dengan pengumpulan data dilakukan

melalui berbagai metode seperti survei, observasi, pengujian fisik,

kuesioner yang dikirim melalui pos, kuesioner yang diisi dan

dikirim oleh enumerator, wawancara pribadi, wawancara telepon,

kelompok fokus, studi kasus, dan lain sebagainya.

b. Data sekunder

Data sekunder dari penelitian ini akan didapatkan dari data

Puskesmas, keluarga dan Rekam Medik Puskesmas Karangrayung

1. Data sekunder adalah data yang didapat dari catatan, buku,

jurnal, web, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data
58

sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung

memberikan data pada pengumpulan data.

7. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang wajib dilakukan oleh peneliti

untuk melindungi hak-hak responden yang menjadi bagian dari

penelitian. Ada 3 jenis penelitian yang haruus diperhatikan antara lain :

a. Informed Consent

Merupakan sebuah persetujuan responden untuk ikut serta sebagai

bagian dalam penelitian. Lembar persetujuan ini bertujuan agar

responden mengetahui maksud tujuan dari penelitian. Apabila

responden menolak untuk menjadi bagian dari penelitian, maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya sebagai

responden.

b. Anonymity

Merupakan bentuk menjaga kerahasiaaan responden dengan cara

tidak mencantumkan identitas responden secara lengkap mulai dari

nama responden, nomor CM, alamat responden, dan lain

sebagainya tetapi peneliti akan memberikan inisial responden.

c. Confidentiality

Yaitu sebuah usaha untuk menjaga kerahasiaan informasi

responden yang telah diberikan. Cara ini dilakukan dengan cara

menyimpan dalam bentuk file dan diberikan password. Selain itu,

data yang berbentuk hardcopy (laporan askep) akan disimpan di


59

ruang rekam medis rumah sakit/disimpa dalam bentuk dokumen

peneliti (Hidayat, 2019).

DAFTAR PUSTAKA

Ester. (2020). Rpl angkatan iii jurusan keperawaatan poltekes kemenkes kendari
2020.

Fatmawati, T. Y. (2018). Analisis Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Kebiasaan


Merokok dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kenali Asam
Bawah. vol 18, no.

Halimah. (2019). Kondisi lingkungan rumah pada balita penderita infeksi saluran
pernapasan (ispa) didesa teke kecamatan palibelo kabupaten Bima.
60

Handayani,S.,Immawati,Dewi, N. R. (2021). Penerapan Terapi Inhalasi Sederhana


dengan Minyak Kayu Putih Untuk Meningkatkan Bersihan Jalan Napas pada
Anak Dengan ISPA. Jurnal Cendikia Muda, 2(4), 545–550.

Harys. (2020). cross sectional.

Hidayat, T. (2019). Pembahasan studi kasus sebagai bagian metodologi


penelitian. UM purwokerto.

Krismawati, Y. (2018). Teori Psikologi Perkembangan Erik H.Ericson dan


manfaatnya. Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 2.

Kunci, K., Nafas, B. J., Sederhana, I., & Putih, M. K. (2022). Jurnal Cendikia
Muda Volume 2 , Nomor 1 , Maret 2022 ISSN 2807-3649 APPLICATION OF
SIMPLE INHALATION USING WHITE WOOD OIL TO IMPROVE
Yustiawan , Penerapan Inhalasi … PENDAHULUAN ISPA merupakan
61

singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang berarti ma. 2, 147–
155.

Nelson. (2021). Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke 6. Elsevier.

Padila, P., Andari, F.N., & Andri, J. (2019). Hasil Skrining Perkembangan Anak
Usia Toddler antara DDST dengan SDIDTK. Jurnal Keperawatan Silampari,
3 (1), 244-256.

Pamungkas, A. Y. (2019). Asuhan keperawatan anak pada An.I dengan diagnosa


medis Dengue Haemoragic fever di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD
Soedjati soemodiardjo purwodadi. Universitas An Nuur Purwodadi.

Pujiningsih, E. (2018). Pengaruh Steam Inhalation Dengan Tetesan Minyak Kayu


Putih Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Anak Yang Menderita Ispa Di
Puskesmas.
62

RI, K. K. (2021). Jurnal inhalasi sederhana terhadap anak usia balita.

Suriani, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Gangguan ISPA


(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
http://repo.stikesperintis.ac.id/186/

Susi, Dewi, P. (2020). Efektifitas Terapi Uap Air Dan Minyak Kayu Putih
Terhadap Bersihan Jalan Nafas Anak Usia Balita 3-5 Tahun Pada Penderita
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Kelurahan Garageh Bukittinggi.

Syarifudin, A. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak


Dengan Bronkopneumonia oleh Intan Widya Pamamitha. 2507 (February),
Masyarakat Pada Balita Menderita ISPA Menggunakan Terapi
Komplementer Fisioterapi Dada. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (Pk.
63

Wahyuningsih. (2021). Penerapan Terapi Uap Dengan Minyak Kayu Putih


Terhadap Bersihan Jalan Nafas tidak efeltif pada pasien ispaNo Title.
Penerapan Terapi Uap Dengan Minyak Kayu Putih Terhadap Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efeltif Pada Pasien Ispa.

WHO. (2018). Epedemic-prone and pandemic-prone acute respiratory diseases :


Infection prevention and controlin’healt-carefacilities.

Windasari. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.I Khususnya An.N Dengan


Kasus Ispa Di Desa Lipu Masagena Kec. Basala Kab. Konawe Selatan.
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien ISPA, 1–158.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang sedang


dilaksanakan oleh peneliti, dengan ini saya menyatakan diri untuk (BERSEDIA /
TIDAK BERSEDIA)* sebagai responden dalam penelitian.
Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Pada An. X Dengan Fokus Intervensi
Penerapan Inhalasi Sederhana Terhadap Bersihan Jalan
Nafas Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Di
Puskesmas Toroh 1
Nama : Siti Is Dwi Rahayu
NIM : 2019012406
Institusi : Prodi DIII Keperawatan Universitas An Nuur
Saya mengerti bahwa resiko yang ditimbulkan dari penelitian ini adalah kecil.
Namun demikian saya berhak mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa ada
sanksi atau kehilangan hak. Saya mengerti bahwa catatan penelitian ini
dirahasiakan dan dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencamtumkan
identitas saya akan dihilangkan dan semua jawaban dari saya hanya akan
digunakan untuk keperluan secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak
manapun, saya bersedia berperan dalam penelitian ini.

Purwodadi, 2 Agustus 2022

(Responden)

Keterangan:
*coret yang tidak perlu
Lampiran 5
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi DIII
Keperawatan Universitas An Nuur :
Nama : Siti Is Dwi Rahayu
NIM : 2019012437
Prodi : Program Studi DIII Keperawatan
Alamat : Sale Klopoduwur Rt 01/Rw 04, Banjarejo-Blora
Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada An. X Dengan Fokus Intervensi Penerapan Inhalasi Sederhana Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Di Puskesmas
Toroh 1”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/ Ibu
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Jika Bapak/ Ibu tidak bersedia
untuk menjadi responden, maka diperbolehkan untuk tidak ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini. Apabila selama pengambilan data terdapat hal-hal yang tidak
diinginkan maka Bapak/ Ibu berhak untuk mengundurkan diri. Apabila Bapak/ Ibu
menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan untuk menjadi responden penelitian ini.
Purwodadi, 2 Agustus 2022
Hormat Saya,

Siti Is Dwi Rahayu


NIM. 201901243
Lampiran 6
80

Lampiran 7
JADWAL PENELITIAN
Bulan
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Pengajuan Tema
3 Studi pendahuluan
4 Penyusunan proposal
5 Ujian Proposal
6 Revisi ujian proposal
7 Perijinan penelitian
8 Pengambilan data
9 Penyusunan laporan hasil
10 Sidang KTI
11 Pengumpulan dokumen
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

TERAPI INHALASI SEDERHANA


1. Pengertian Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup
dalam bentuk uap ke dalam saluran pernapasan yang dilakukan
dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan
dalam lingkungan keluarga.
2. Tujuan 1. Mengencerkan secret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan nafas
3. Merangsang kerja pernapasan
4. Perkenalan dan peningkatan pengaturan pernapasan bangian
atas.
3. Prosedur 1. Persiapan
a. Persiapan klien
 Klien diberitahu tindakan yang dilakukan
 Klien dengan posisi duduk
b. Lingkungan Persiapan
 Ruangan yang tenang
 Ruangan bersih, cukup ventilasi dan pencahayaan
c. Persiapan alat
 Kom berisi air panas 1 gelas
 Minyak kayu putih
 Tisu
 Handuk
 Bengkok
 Alas/perlak
2. Pelaksanaan
a. Langkah 1 : Kom berisi air panas yang telah dicampurkan
minyak kayu putih 2-3 tetes diletakkan diatas meja, kepala
klien ditutup dengan handuk agar uap tidak keluar
b. Langkah 2 : Anjurkan klien menarik nafas, mata tertutup
sambil menikmati uap air panas tersebut selama dua menit
c. Langkah 3 : Jika tidak ada handuk, gunakan kertas yang
telah dibentuk seperti corong, kemudian arahkan corong
tersebut hanya pada mulut dan hidung klien saat menginhalasi
uap
d. Langkah 4 : Lakukan tindakan tersebut 10-15 menit, dua
kali sehari
e. Langkah 5 : Setelah selesai alat-alat dibereskan
3. Evaluasi
a. Respon verbal : Klien mengatakan pernafasannya lancer
b. Respon non verbal : Klien tidak terlihat bernafas dalam
batas normal, ekspresi wajah segar.
Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai