STUDI KASUS
Oleh
AYU FADIRA (201914401006)
EPRILLIA ALYA (201914401013)
FERUM IKE P (201914401017)
LUSI EKA CAHYANTI (201914401026)
RISKI LIARAWATI (201914401037)
ROSALIA (201914401039)
STUDI KASUS
Oleh
AYU FADIRA (201914401006)
EPRILLIA ALYA (201914401013)
FERUM IKE P (201914401017)
LUSI EKA CAHYANTI (201914401026)
RISKI LIARAWATI (201914401037)
ROSALIA (201914401039)
ii
PERNYATAAN
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN DIABETES MELITUS DI
RUANG DAHLIA RSUD NGANJUK
Disusun oleh :
AYU FADIRA
EPRILLIA ALYA
FERUM IKE P
LUSI EKA CAHYANTI
RISKI LIARAWATI
ROSALIA
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK
iv
PENETAPAN PENGUJI
Disusun oleh :
AYU FADIRA
EPRILLIA ALYA
FERUM IKE P
LUSI EKA CAHYANTI
RISKI LIARAWATI
ROSALIA
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Ns. Erni Tri Indarti, M.Kep
Anggota Penguji : 1. Heru Wahyudi,S.Kep.Ns.,M.Kes
2. Fitra Handika Hutama, S.Kep.Ns.,M.Kes
Mengetahui
Ketua Program
Puji Astutik, S.Kep.Ns.,M.Kes.
Studi D III
NIDN. 0724117301
Keperawatan
Ketua STIKes
dr. Achdyat Premedi, M.A.R.S
Satria Bhakti
NPK. 073.138.14.106
Nganjuk
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan karunia
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Dewasa dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Miokard Akut di Ruang Intensive Care Unit RSUD Nganjuk”.
Adapun tujuan proposal studi kasus ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKES SATRIA BHAKTI
NGANJUK. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya proposal studi
kasus ini tidak terlepas dari berbagai pihak oleh sebab itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan Terima Kasih terhadap pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya ini, yang terhormat kepada:
1. dr. Achdyat Premedi, M.A.R.S selaku Ketua STIKES Satria Bhakti Nganjuk
yang telah memberi izin, kesempatan dan pengarahan kepada penulis,
sehingga proposal Studi Kasus ini terselesaikan.
2. dr. Fx. Teguh Prartono H.U, Sp.PD, FINASIM selaku direktur RSUD
Nganjuk yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan
data awal di RSUD Nganjuk.
3. Trisnanto, S.Kep.Ns.,M.Kes. selaku Ketua Program Diploma III Keperawatan
STIKES Satria Bhakti Nganjuk dalam penyusunan proposal Studi Kasus
pada Program Studi Diploma III Keperawatan, yang memberikan bimbingan
serta saran-saran dalam pembentukan proposal Studi Kasus ini.
4. Heru Wahyudi, S.Kep.Ns.,M.Kes. sebagai pembimbing I dalam penyusunan
proposal Studi Kasus pada program studi Diploma III Keperawatan STIKES
Satria Bhakti Nganjuk yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan
bimbingan serta saran-saran dalam pembentukan proposal Studi Kasus ini.
5. Hendri Palupi, S.Kep.Ns. sebagai Pembimbing II dalam penyusunan proposal
Studi Kasus pada program studi Diploma III Keperawatan STIKES Satria
Bhakti Nganjuk yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan
bimbingan serta saran-saran dalam pembentukan proposal Studi Kasus ini.
6. Bapak dan ibu tercinta yang penuh keikhlasan selalu memohin doa kepada
ALLAH SWT demi terselesaikannya studi kasus ini.
vi
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa proposal Studi kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang
sifatya membangun sebagai masukan dalam perbaikan proposal Studi Kasus ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
4. Pengkajian Status Nutrisi.........................................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Diabetes Melitus
1. Pengkajian................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................26
3. Perencanaan..............................................................................26
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian....................................................................................29
1. Identitas Pasien.........................................................................29
2. Riwayat Kesehatan Pasien.......................................................29
3. Pola Fungsional........................................................................31
4. Pemeriksaan Fisik....................................................................32
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................35
6. Terapi Medis............................................................................36
7. Analisa Data.............................................................................36
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................38
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................39
LAMPIRAN................................................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................50
B. Saran.............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................51
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
BBR : Berat Badan Normal
DM : Diabetes Melitus
DMTI : Diabetes Melitus Tergantung Insulin
DMTTI : Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
GDM : Gestasional Diabetes Mellitus
HLA : Human Leucocyte Antigen
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
LL : Lingkar Lengan
LOT : Lingkar Otot Trisep
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
OAD : Oral Anti Diabetes
PKMRS : Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberculosis
WHO :World Health Organizati
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan pada seseorang yang
ditandai naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan
karena kekurangan insulin (Padila, 2012). Menurut Wijaya dan Putri (2012)
gejala diabetes melitus sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, pandangan yang
kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Pada Diabetes melitus dapat
terjadi penurunan nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan,
dari tanda dan gejala tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh (Wijaya & Putri, 2012). Berdasarkan wawancara
pada tanggal 4 Februari 2017 dengan Kepala Ruang Dahlia di RSUD
Nganjuk ada tujuh pasien yang mengalami penyakit Diabetes melitus. Dua
pasien mengalami masalah keperawatan kerusakan integritas kulit, tiga pasien
mengalami masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan dua pasien mengalami masalah keperawatan gangguan
istirahat tidur. Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Menurut International of Diabetic Federation (IDF, 2015) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk didunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi 387 juta kasus. Diperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus akan
meningkat pada tahun 2030 yaitu India 79,4 juta, China 42,3 juta, Indonesia
21,3 juta. Jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2010 didunia,
Indonesia tercatat 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
tahun 2030 menjadi 366 juta orang (Depkes RI, 2010). Di Indonesia
berdasarkan penelitian epidemologi didapatkan prevalensi Diabetes Melitus
sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan didaerah
urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
1
7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara
maju, dan di provinsi Jawa Timur penderita diabetes mencapai 2,1%,
sehingga Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
serius dan dapat terjadi pada lansia (Soewondo, 2011). Berdasarkan data di
RSUD Nganjuk tahun 2014 penderita Diabetes melitus sebanyak 346
penderita, tahun 2015 sebanyak 280 penderita, tahun 2016 sebanyak 482
penderita (Rekam Medik RSUD Nganjuk, 2017).
Kekurangan nutrisi berbahaya untuk kesehatan. Ketika tubuh tidak
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, maka tubuh tidak mampu
menjalankan fungsinya dengan baik. Ada beragam faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami kekurangan nutrisi.
Melansir Medical News Today, ada beberapa kondisi yang memicu
seseorang alami kekurangan nutrisi atau yang dikenal dengan malnutrisi,
salah satunya adalah faktor sosial. Kondisi darurat yang menyebabkan
seseorang tidak dapat mendapatkan asupan makanan yang bergizi, tinggal
sendiri sehingga menyebabkan rasa malas untuk memasak atau makan, tidak
memiliki keahlian memasak, atau tidak memiliki cukup uang untuk
mendapatkan makanan bergizi menjadi penyebab malnutrisi yang disebabkan
oleh faktor sosial.
Tidak hanya itu, kesulitan mengonsumsi makanan yang diakibatkan
penyakit kronis atau penyakit mental juga menjadi salah satu penyebab
seseorang alami malnutrisi. Hal ini dapat memicu gangguan kesehatan,
seperti gangguan jantung, risiko infeksi yang semakin tinggi, sulit
berkonsentrasi, hingga kesulitan pemulihan dari penyakit tertentu.
Ada beberapa gejala yang dirasakan saat kamu mengalami malnutrisi.
Dilansir Live Strong, salah satu tanda kekurangan nutrisi adalah kulit yang
kering. Hal ini disebabkan karena kamu mengalami dehidrasi dan kekurangan
asam lemak omega 3. Kulit kering umumnya disertai dengan gatal-gatal.
Gejala kekurangan nutrisi yang paling umum adalah penurunan berat
badan, mudah lelah, gusi, dan mulut yang sering mengalami luka, pipi dan
mata terlihat cekung, serta mudah merasa kedinginan. Kekurangan nutrisi
juga menyebabkan kamu mengalami gangguan pada otot. Hal ini
2
menyebabkan kamu sering mengalami kram otot. Gangguan pada otot terjadi
akibat kekurangan magnesium. Kondisi ini disertai kesulitan tidur atau rasa
nyeri yang cukup mengganggu.
Penatalaksananaan farmakologi pada Diabetes melitus tidak bisa
maksimal jika nutrisi yang dikonsumsi tidak adekuat. Manajemen nutrisi
merupakan dasar terapi untuk semua Diabetes melitus makanan karbohidrat
harus didistribusikan secara konsisten agar glukosa darah dari makanan bisa
sesuai dengan kadar insulin. Pasien ini harus secepat mungkin dirujuk keahli
diet. Agar diet yang direncanakan bersama pasien bisa berhasil, ada beberapa
syarat yang perlu diperhatikan seperti : memperbaiki kesehatan umum
penderita, mengarahkan berat badan normal, mempertahankan kadar gula
darah normal, menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic,
memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. Selain itu
dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaknya diikuti pedoman 3 J
yaitu : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambahi, jadwal diit harus sesuai intervalnya, jenis makanan yang manis
harus dihindari.
B. Batasan Masalah
Pada studi kasus ini penulis hanya membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada Tn. S (57 Tahun) Pada Diabetes melitus di Ruang Dahlia
RSUD Nganjuk.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
a. Melakukan pengkajian pada Tn. S (57 Tahun) Pada Diabetes melitus di
Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. S (57 Tahun) Pada
Diabetes melitus di Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. S (57 Tahun) Pada
Diabetes melitus di Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.
d. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pada Tn. S (57 Tahun) Pada
Diabetes melitus di Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. S (57 Tahun) Pada
Diabetes melitus di Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (physical examination) dalam pengkajian keperawatan
dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari klien. Tujuan dari
pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna
menyusun rencana asuhan keperawatan (Debora, 2012).
4
4. Studi kepustakaan
Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat
membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Membaca
literature sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang benar dan tepat (Debora, 2012).
5. Studi dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dan responden adalah menggunakan
teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti memperoleh informasi (data)
dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau
tempat di mana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan
sehari - harinya (Debora, 2012).
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun secara sistematis menjadi lima bab dengan
susunan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahulan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
pengumpulan data, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka konsep berisi tentang konsep dasar penyakit
berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, penatalaksanaan medis.
Manajemen dasar asuhan keperawatan berisi tentang
konsep dasar nutrisi, dan konsep asuhan keperawatan
berisi tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus berisi tentang pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
5
Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus.
BAB V : PENUTUP
Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi klinis:
7
a. Tipe II dengan obesitas
3. Etiologi
1. Faktor genetik
8
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya (Rendy & TH, 2012).
2. Faktor-faktor imunologi
3. Faktor lingkungan
9
cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat
keluarga, kelompok etnik (Rendy & TH, 2012).
4. Patofisiologi
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan disekresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa
10
haus (Polidipsi ). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibatnya
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan (Tarwoto, Wartonah, Taufiq, & Mulyati, 2012).
Pada Diabetes melitus tipe II insulin yang ada tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan meningkat
tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang.
Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin ini pada Diabetes
melitus tipe II disertai dengan penurunan intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat (Tarwoto,
Wartonah, Taufiq, & Mulyati, 2012).
11
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Gejala klinis
12
2) Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air seni
banyak.
3) Banyak minum ( polidipsi)
4) Banyak makan (polifagia)
b. Gejala kronis meliputi:
1) Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur dan
menyebabkan sering ganti kacamata.
2) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pada
malam hari sering terasa sakit dan rasa kesemutan di kaki.
3) Gatal-gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah
lipatan kulit di ketiak, payudara dan alat kelamin.
4) Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau jarum yang lama
sembuh.
5) Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa
memakai sandal dan sepatunya.
6) Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi,
impoten yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena
kekurangan hormon seks (testosteron).
7) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering
dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita
menurun.
7. Komplikasi
a. Akut
13
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati.
1) Neuropati diabetic
2) Retinopati diabetic
3) Nefropati diabetic
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
8. Penatalaksanaan Medis
a. Diet
14
Prinsip diet DM adalah :
b. Latihan
c. Penyuluhan
d. Obat
15
2. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat paraseptor : ekstra pankreatik
- Menghambat absorbsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan reseptor
insulin.
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler.
e. Insulin
a) DM tipe 1.
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat oleh
OAD.
c) DM kehamilan.
d) DM dengan gangguan faal hati yang berat.
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren).
f) DM dan TBC paru akut.
g) DM dan koma lain pada DM.
h) DM operasi.
i) DM patah tulang.
j) DM dan underweight.
k) DM dan penyakit Graves.
a. Pengertian
16
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan
zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2006).
1) Mulut
Merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara
gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Di
dalam mulut makanan mengalami proses mekanis melalui
pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amylase yang akan memecah amilium
yang terkandung dalam makanan menjadi maltose.
2) Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut dan laring. Faring berbentuk kerucut
dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal
keenam. Faring langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah
tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm
dan terletak di belakang trakea, di depan tulang punggung,
kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung
dengan lambung.
3) Lambung
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas
bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah
berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan
17
langsung dengan esophagus melalui orifisium atau kardia dan
dengan duodenum melalui prifisium pilorik. Lambung terletak di
bawah diafragma dan di depan pancreas, sedangkan limpa
menempel pada sebelah kiri fundus.
4) Usus halus
Merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang lebih 2,5m
dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi
kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal, akibat adanya
relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak
di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar yang
memanjang dari lambung hingga katup ileo ilaka.
5) Usus besar atau kolon
Merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari
katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 m. Kolon
terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid dan berakhir
di rektum.
1) Hati
Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di
sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang
lebih 1500 gram.
2) Kantong empedu
Merupakan sebuah organ yang berebentuk seperti kantong
yang terletak di bawah kanan hati. Kantong empedu memiliki
bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus yaitu sebelah luar
pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak
bergaris, dan sebelah dalam membran mukosa.
3) Pankreas
Merupakan kelenjar yang memiliki tiga bagian yaitu bagian
kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya
di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta
18
bagian ekor pankreas merupakan bagian runcing di sebalah kiri dan
menyentuh limpa.
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme (Hidayat, 2006).
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara belebih (Hidayat, 2006).
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya
adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan
kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori (Hidayat, 2006).
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
mukosa, konjungtiva, dan lain-lain (Hidayat, 2006).
e. Diabetes melitus
19
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
(Hidayat, 2006).
f. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan
oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti
penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natroum, dan
gaya hidup yang berlebihan (Hidayat, 2006).
g. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang
sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku ataugay hidup yag tidak sehat, obesitas, dan lain-lain
(Hidayat, 2006).
h. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan (Hidayat, 2006).
i. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi (Hidayat, 2006).
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
20
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan tertentu
juga dapat mempengaruhi status gizi.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhakan secara cukup.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.
21
4) Albumin
5) Transperin
c. Clinical Sign
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
d. Dietary History
1) Riwayat Diet, meliputi:
a) Pola dan kebiasaan makan
b) Intake cairan
c) Penggunaan vitamin
d) Masalah yang berhubungan dengan diet
e) Diet yang tidak adekuat
f) Gangguan perubahan citra rasa, pembauan
g) Makanan yang intoleran
h) Makanan yang menimbulkan alergi
i) Ketidakmampuan fisik yang berhubungan dengan nutrisi
2) Faktor yg mempengaruhi pola diet :
Menganalisa diet klien ada 2 cara, yaitu :
a) Menggunakan petunjuk kelompok makanan sehari: 4 sehat 5
sempurna
b) Menggunakan tabel komposisi makanan, misalnya: 1 gelas susu
terdiri dari protein, lemak, dll.
3) Faktor yang mempengaruhi pola diet :
a) Kultur, religius, status ekonomi.
b) Kelompok umur, rasa lapar.
c) Psikologis, kesukaan, gaya hidup.
d) Kepercayaan, periklanan.
e) Alkohol dan obat-obatan.
22
1. Pengkajian
Merupakan proses dinamis yang terorganisasi dan meliputi tiga
aktifitas dasar yaitu : mengumpulkan data secara sistematis, memilah data
yang di kumpulkan, mendokumentasikan dalam format yang dapat
dibuka kembali (Tarwoto & Wartonah, 2011).
1) Identitas pasien
Penyakit Diabetes melitus di tandai oleh awitan mendadak
yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun keatas (Rendy & TH,
2012).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang sering terjadi pada Diabetes melitus yaitu
poliuri, polidipsi, polifagia, adanya penurunan berat badan dan
rasa lemah, serta gangguan saraf tepi dan gangguan
penglihatan (Rendy & TH, 2012).
b) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang biasanya di tandai dengan adanya
rasa gatal pada kulit yang tidak kunjung sembuh-sembuh,
kesemutan, berat badan menurun, meningkatnya nafsu makan,
sering haus, banyak kencing, dan disertai dengan menurunnya
ketajaman penglihatan (Wijaya & Putri, 2013).
c) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang dapat memicu timbulnya penyakit diabetes
melitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya: riwayat
penyakit pankreas, hipertensi dan ISK berulang (Padila, 2012).
d) Riwayat penyakit keluarga
Diabetes melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga
yang mengidap diabetes (Wijaya & Putri, 2013).
3) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Aktivitas dan Latihan
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun (Padila, 2012).
23
b) Pola Istirahat dan Tidur
Terganggu mata merah, kurang konsentrasi, mengantuk
(Padila, 2012).
c) Pola Nutrisi dan Metabolik
Peningkatan nafsu makan, mual, muntah, peningkatan
pemasukan glukosa/karbohidarat, banyak minum dan haus,
berat badan kurang, diet yang tidak adekuat, gangguan
perubahan cita rasa dan pembauan, diet TKTP (Tinggi Kalori
Tinggi Protein) (Padila, 2012).
d) Pola Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia (Padila, 2012).
e) Pola Seksual Reproduksi
DM pada wanita: gejala berupa rabas vagina
(perdarahan/keluar lendir)
DM pada pria: kesulitan orgasme dan masalah impoten
(Padila, 2012).
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Lemah, turgor menurun, haus, ada kaki diabetik, kaki
kesemutan, gatal, mata kabur, apatis, kelihatan lelah, mudah
letih, tidak semangat, IMT< 18,5, penurunan BB dengan
asupan makanan adekuat (Suiraoka, 2012).
b) Tanda-tanda vital
(1) Nadi
Takikardi (terjadi kekurangan energi sel jantung
melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman)
(Padila, 2012).
(2) Suhu
Demam (pada penderita komplikasi infeksi pada luka atau
jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak
mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat
turunnya masukan nutrisi secara drastis) (Padila, 2012).
24
(3) Tekanan darah
Hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh
glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan dinding
pembuluh darah) (Padila, 2012).
(4) Respiratory Rate
Takipnea pada kondisi ketoasidosis (Padila, 2012).
a. Head to toe
1) Kepala : Kepala biasanya terasa pusing, ada nyeri pada
kepala (Padila, 2012).
2) Mata : Mata akan mengalami gangguan penglihatan
seperti penglihatan kabur, kornea berawan, konjungtiva pucat
(Tarwoto, Wartonah, Taufiq, & Mulyati, 2012).
3) Mulut : Pada penderita diabetes lidah sering merasa tebal,
bengkak, tampak kotor, bibir pecah berwarna merah dipinggir
mulut, mukosa bibir kering, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah (Padila, 2012).
4) Paru - paru : Ada perubahan pola nafas seperti takipnea (Padila,
2012).
5) Jantung : Pada penderita Diabetes melitus ditemukan
takikardi, palpitasi, hipotensi atau hipertensi (Tarwoto,
Wartonah, Taufiq, & Mulyati, 2012).
6) Abdomen : Abdomen terasa tegang, hiperaktif pada bising
usus (Padila, 2012).
7) Genetalia : Pada penderita Diabetes melitus akan terasa gatal
pada sekitar penis maupun vagina (Padila, 2012).
8) Ekstremitas : Pada penderita Diabetes melitus kaki akan terasa
kesemutan dan biasanya terdapat luka gangren, LL <28,5 cm
pada wanita <28,3 cm pada pria, LOT <16,5 cm pada wanita
<12,5 cm pada pria (Padila, 2012).
9) Kulit : Kulit kering dan gatal, turgor kulit menurun,
pucat/berpigmen, ptekie/memar, kurang lemak subkutan (Padila,
2012).
25
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2012):
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/ dl (11,1 mmol/L).
2) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3) Glukosa plasma dari sempel yang di ambil 2 jam kemudian
setelah mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post
prandial (pp) > 200 mg/ dl).
4) Hemoglobin
Normal dewasa pria: 13,5-18 g/dl, dewasa wanita: 12-16 g/dl.
5) Hematokrit
Normal dewasa pria: 40%-50%, dewasa wanita: 36%-46%
6) Leukosit, nilai normal pada dewasa 4.500-10.000.
7) Albumin, nilai normal pada dewasa 3,5-5,0 g/dl.
3. Perencanaan keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan adanya penurunan nafsu makan, mual dan muntah,
serta pembatasan diet.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam
pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Berat badan membaik (skala 5)
b. Frekuensi makan membaik (skala 5)
c. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat (skala 5)
d. Perasaan cepat kenyang menurun (skala 5)
e. Nyeri abdomen menurun (skala 5)
(SLKI hal 121, kode L.03030)
26
Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan pada pasien dewasa dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
diabetes melitus
Intervensi Rasional
Manajemen nutrisi :
1) Observasi status nutrisi pasien 1) Mengetahui kebutuhan nutrisi
pasien
2) Timbang berat badan pasien 2) Menentukan Basal Massa
dan lakukan secara berkala 3 Indeks dan merencanakan
hari sekali atau sesuai indikasi terapi nutrisi
3) Monitoring gula darah pasien 3) Perubahan kadar gula terjadi
secara priodik sesuai indikasi setiap saat serta dapat
menentukan perencanaan
4) Monitor nilai laboratorium yang kebutuhan kalori
terkait dengan status nutrisi 4) Penurunan albumin indikasi
seperti Hb penurunan protein, penurunan
Hb indikasi penurunan eritrosit
5) Kerja sama dengan ahli gizi darah
dalam menentukan jumlah 5) Mengetahui makanan apa saja
kalori, protein dan lemak secara dan kandungan yang seperti
apa yang dibutuhkan oleh
27
tentang diet DM percaya diri pasien untuk tetap
melaksanakan program diet
9) Kolaborasi dalan pemberian 9) Pengobatan merupakan bagian
obat antidiabetik atau insulin yang tidak terpisahkan dari
(SIKI hal 200, kode I.03119) peningkatan status nutrisi
pasien
Lampiran 1
Kepada Yth
Calon Responden
Dengan Hormat,
28
Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir Diploma III Keperawatan, saya
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Satria Bhakti Nganjuk, bermaksud
akan melaksanakan usulan studi kasus dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN DEWASA DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA DIABETES MELITUS DI
RUANG DAHLIA RSUD NGANJUK”.
Hormat Saya
Penulis
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
29
Ruang : Dahlia
Responden
( )
Saksi 1 Saksi 2
( ) ( )
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN
Nama :
NIP :
30
LUSI EKA CAHYANTI
RISKI LIARAWATI
ROSALIA
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA "TN. S" (57
TAHUN) DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA
DIABETES MELITUS TYPE II DIRUANG DAHLIA
RSUD NGANJUK.
Hormat kami
Lampiran 4
(f) (%)
Umur
30-39 Tahun 8 16
40-49 Tahun 11 22
50-59 Tahun 20 40
31
>60 Tahun 11 22
Jumlah 50 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 26 52
Perempuan 24 48
Jumlah 50 100
Pendidikan
SD 23 46
SMP 7 14
SMA 13 26
PT 7 14
Jumlah 50 100
Pekerjaan
IRT 15 30
Tani 11 22
Swasta 7 14
Wiraswasta 9 18
PNS 8 16
Jumlah 50 100
Lama Menderita
DM 7 14
<1 Tahun 15 30
1-3 Tahun 22 44
4-6 Tahun 4 8
7-9 Tahun 2 4
32
Jumlah
Lampiran 5
Lembar Konsultasi
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
34
hiperglikemi yang disebabkan menurunnya sekresi atau aktivitas dari insulin
sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam darah
dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
35
Rendy, & TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Desember 2020
36