PORTOFOLIO BEDAH
“Hernia Scrotalis Dextra Reponibel”
Disusun oleh:
dr. Easy Hartenti
Pendamping:
dr. Fitri Isneni
Pembimbing:
dr. Hazairin, Sp. B
Wahana:
RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau
Portofolio
Dengan Judul:
Oleh:
dr. Easy Hartenti
Pendamping:
dr. Fitri Isneni
Pembimbing:
dr. Hazairin, Sp. B
Wahana:
RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau
Pembimbing Pendamping
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh:
dr. Easy Hartenti
Telah diterima dan disetujui untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Program Internsip Dokter Indonesia RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
Periode 12 Mei 2022 – 11 November 2022.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan portofolio ini
dengan judul “Hernia Scrotalis Dextra Reponibel”. Pada kesempatan ini, penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hazairin, Sp. B
dan dr. Fitri Isneni, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan arahan dalam penyusunan portofolio ini.
Dalam penyusunan portofolio ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga
apabila ada kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan portofolio,
penulis ucapkan banyak terima kasih. Demikianlah penulisan portofolio ini,
semoga dapat berguna bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II STATUS PASIEN ............................................................................... 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi ............................................................................................ 14
3.2 Embriologi ....................................................................................... 14
3.3 Anatomi ........................................................................................... 15
3.4 Epidemiologi ................................................................................... 19
3.5 Etiologi ............................................................................................ 19
3.6 Klasifikasi Hernia ............................................................................ 20
3.7 Patofisiologi .................................................................................... 22
3.8 Manifestasi Klinis ........................................................................... 23
3.9 Diagnosis ......................................................................................... 23
3.10 Diagnosis Banding .......................................................................... 27
3.11 Tatalaksana ...................................................................................... 28
3.12 Komplikasi ...................................................................................... 32
3.13 Prognosis ......................................................................................... 33
3.14 Pencegahan ...................................................................................... 33
BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.1
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinalis
direk, indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3%.1
Secara umum hernia kerap terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena
pada usia lanjut dinding otot polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat
berpeluang terbentuknya hernia. Penyakit hernia diakibatkan karena
mengkonsumsi makanan kurang serat, yang menimbulkan konstipasi sehingga
mendorong mengejan dikala defekasi serta mengangkat beban berat.1
Berdasarkan data dari World Health Organization, pada tahun 2016
prevalensi pasien hernia adalah 350 per 1000 populasi penduduk. Penyebab hernia
yang paling banyak berada di negara berkembang seperti negara-negara di Afrika
dan Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan pada tahun 2017 terdapat sekitar 50
juta kasus degenerative salah satunya adalah hernia, dengan insiden di negara
maju sebanyak 17% dari 1000 populasi penduduk, sedangkan beberapa negara
Asia menderita penyakit hernia berkisar 59%.2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Daerah pada tahun 2017 di
Indonesia, hernia merupakan penyakit urutan kedua setelah batu saluran kemih
sebanyak 2.245 kasus hernia. Proporsi hernia di indonesia didominasi oleh pekerja
berat sebesar 70,9% (7.347), terbanyak terdapat di Banten 76,2% (5.065) dan
yang terendah di Papua yaitu 59,4% (2.563). Di Indonesia angka infeksi untuk
luka bedah mencapai 2,30% sampai dengan 8,30%.3
1
Hernia memiliki faktor-faktor yang dapat memperberat bagi pasien antara
lain yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, asites, angkat
beban berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua,
kehamilan, prematuritas, pembedahan insisi, overweight dan obesitas). Jika sudah
terjadi faktor-faktor di atas, maka akan terjadi ganguan mobilitas fisik pada
penderitanya.4
Tindakan yang biasanya dilakukan dalam penatalaksanaan hernia yaitu
dengan pembedahan. Jenis pembedahan yang mungkin dilakukan pada operasi
hernia yaitu herniotomi, hernioplasti dan herniorafi. Herniorafi merupakan
pembedahan kecil diatas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke
rongga peritoneum, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di
atas area tersebut. Herniorafi merupakan teknik terbaru yang angka
keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan
waktu pemulihan post operasi lebih pendek. Terdapat 20 juta kasus pembedahan
hernia inguinalis pada setiap tahunnya. Kejadian dan prevalensi di seluruh dunia
tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara berkisar
antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun.1
2
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 Agustus 2022
A. Keluhan Utama
Benjolan pada kantong buah zakar kanan sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit.
3
sebelah kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar dan
sampai ke kantong buah zakar sebelah kanan. Pada benjolan tidak
dirasakan nyeri.
Pasien tidak ada keluhan mual maupun muntah, tidak ada keluhan
sulit BAB dan BAK, tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan
batuk, tidak ada keluhan demam. Nafsu makan pasien baik. Tidak ada
penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. Pasien tidak pernah
mengalami trauma pada buah zakar dan lipat paha.
Pemeriksaan Spesifik
a. Kepala : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
b. Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)
4
c. Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
d. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Datar, scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+) di seluruh lapang abdomen
f. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’’, edema (-/-)
g. Genitalia : Skrotum kanan tampak membesar, nyeri tekan (+)
Status Lokalis
Regio Scrotalis dextra
a. Inspeksi : Terlihat benjolan di daerah skrotum dextra, berwarna
seperti warna kulit disekitarnya dan tidak terdapat tanda-
tanda radang.
b. Palpasi : Teraba benjolan di daerah skrotum dextra, konsistensi
kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (+). Finger test (+).
Tes transiluminasi (-)
5
Foto Klinis
6
Ureum 37 15-50 mg/dl
Creatinin 1.47 0.60-1.10 mg/dl
Gula Darah Sewaktu 202 60-140 mg/dl
HbsAg Non reaktif Non reaktif
SARS-CoV-2 Antigen Negatif Negatif
Test
HIV Non reaktif Non reaktif
7
- Kedua sinus kostofrenikus lancip.
- Jaringan lunak dinding dada terlihat baik.
3. Elektrokardiografi (19/08/2022)
Kesan :
- Irama Sinus
- Gelombang QRS kompleks
- HR 91 x/menit Reguler
8
Hernia Scrotalis Dextra Reponibel
2.7 Tatalaksana
Tatalaksana di Unit Gawat Darurat
- IVFD Asering gtt 20 tpm
- Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV
- Konsul Sp. PD
Saran: Herbesser CD 200 mg 1x1/ PO
Tatalaksana Lanjutan
- Rencana Operasi: Dilakukan tindakan herniotomi dengan hernioplasti
menggunakan mesh
Laporan operasi:
- Posisi supine dalam spinal anestesi
- Tindakan aseptik antiseptik, lapangan operasi dibatasi dengan doek steril
- Insisi skin create inguinal diperdalam sampai fascia MOE
- Fascia dibuka, funiculus spermatikus diluksir
- Identifikasi kantong hernia → herniotomi
- Dilanjutkan dengan hernioplasti dengan hernia mesh
- Perdarahan dirawat. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
2.8 Follow Up
Tanggal Follow Up
20/08/2022 S/ BAB cair (+), frekuensi 3 kali, nyeri pada benjolan di
skrotum (+)
O/
Keadaan umum
Tekanan Darah : 127/75 mmHg
Nadi : 81 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
9
Saturasi Oksigen : 99%
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
Pulmo: Simetris kanan = kiri, statis dan dinamis,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: Datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2’’, edema (-/-)
Genitalia: Skrotum kanan tampak membesar, nyeri
tekan (+)
A/ Hernia scrotalis dextra reponibel
P/ Pro herniotomi dengan hernioplasti menggunakan
mesh
10
P/
- IVFD RL gtt 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Pantoprazole 40 mg/ 24 jam
- Tirah baring sampai pukul 08.00 besok pagi
- Monitor vital sign → list control
- Jika TD sistolik < 100 mmHg → Inj. Efedrin 1 cc
11
O/
Keadaan umum
Tekanan Darah : 126/70 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
Respirasi : 22 x/ menit
Suhu : 36,6 oC
Saturasi Oksigen : 99%
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
Pulmo: Simetris kanan = kiri, statis dan dinamis,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: Datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2’’, edema (-/-)
A/ Post herniorafi H-2
P/
- Kateter aff
- Mobilisasi bertahap
- Terapi dilanjutkan
23/08/2022 S/ Nyeri pada luka operasi (+)
O/
Keadaan umum
Tekanan Darah : 138/88 mmHg
Nadi : 83 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5 oC
Saturasi Oksigen : 99%
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali, konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-)
12
Pulmo: Simetris kanan = kiri, statis dan dinamis,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: Datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2’’, edema (-/-)
A/ Post herniorafi H-3
P/
- Rawat jalan
- Cefixime 2x200 mg
- Dexketoprofen 3x50 mg
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan
isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.1
Pada hernia scrotalis, isi perut (usus) menonjol melalui defek pada
lapisan musculo-aponeurotik dinding perut melewati kanalis inguinalis dan
turun hingga ke rongga skrotum. Dengan kata lain, hernia skrotalis adalah
hernia inguinalis lateralis (indirek) yang mencapai rongga skrotum.1
3.2 Embriologi
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen
dari pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan
melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi
kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular
peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Testis
awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu
sehingga yang tersering adalah hernia inguinalis lateralis sebelah kanan,
angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki.5
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os
pubikum ke dalam tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian
dibungkus oleh suatu lipatan refleksi prosesus vaginalis. Lapisan
peritoneum yang membungkus testis dikenal sebagai tunika vaginalis testis
lamina viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika
14
vaginalis testis lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan
lumen prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum, menutup pada saat
lahir atau segera sesudahnya. Disamping dibungkus oleh lapisan-lapisan
peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga terbungkus di
dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior yang
dilewatinya.6
3.3 Anatomi
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik melalui bagian bawah
dinding anterior abdomen. Pada laki-laki, saluran ini merupakan tempat
lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen atau
sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres uteri
yang berjalan dari uterus ke labium majus. Kanalis inguinalis panjangnya
sekitar 1,5 inci (4 cm) pada orang dewasa dan terbentang dari anulus
15
inguinalis profundus, ke bawah dan medial sampai anulus inguinalis
superficialis. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum
inguinale.8
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot
cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus
genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis.8
Dinding anterior kanalis inguinalis dibentuk oleh aponeurosis
musculus obliquus abdominis externus, diperkuat di lateral oleh origo
musculus obliquus internus abdominis yang berasal dari ligamentum
inguinale. Dinding posterior dibentuk oleh sisi medial tendo conjunctivus;
dan sisi lateral fascia transversalis. Atap atau dinding superior dibentuk oleh
serabut-serabut melengkung musculus obliquus internus abdominis dan
musculus trarsversus abdominis. Lantai atau dinding inferior dibentuk oleh
pinggir bawah ligamentum inguinale dan ligamentum lacunare.8
16
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster,
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus
spermaticus. Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial,
menonjol langsung ke depan melalui trigonum hesselbach.1
Trigonum Hesselbach
Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di inferior, pembuluh darah
epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga hesselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh
aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak
melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya
cenderung longgar.1
17
Gambar 3.4 Anatomi Musculus Obliquus.
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi
yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada
teknik McVay.5
Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah
adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang
dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior
18
otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan
sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.6
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
dan kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang
genital dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui
cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah
lateral dari arteri. Ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal. Jaringan
lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi.6
3.4 Epidemiologi
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia
ingunalis medialis (direk) dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih
banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis.9
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita,
sedangkan pada wanita lebih sering terjadi hernia femoralis. Perbandingan
antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia
ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.9
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur
daripada bayi aterm di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang
lahir pada usia kandungan di bawah 32 minggu.9
3.5 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab
lain yang didapat (misal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin
karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita.
Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria
turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis
19
tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang
sudah terbuka cukup lebar itu.1
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan
fascia transversa yang menutup trigonum hesselbach yang umumnya hampir
tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya
hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen
keluar melalui celah tersebut. Tekanan intraabdomen yang tinggi secara
kronik seperti batuk kronik, mengedan saat miksi atau defekasi (misal
karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat
beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1
20
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun buang
air besar. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
d. Hernia Strangulata
Bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada keadaan
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan
sampai nekrosis.
Berdasarkan letaknya:1
a. Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi pada dinding abdomen di
regio inguinalis.
b. Hernia femoralis adalah Hernia yang terjadi di bagian paha.
c. Hernia umbilikalis adalah Hernia yang terjadi di bagian pusar.
Bagian-bagian hernia:1
1) Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis.
2) Isi hernia
21
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
4) Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
5) Locus minoris resistence (LMR)
3.7 Patofisiologis
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis.1
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia
dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut.1
22
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.1
3.9 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda
berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering
mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
23
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis.1
Inspeksi
Saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri
dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya
benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1
Palpasi
Untuk palpasi ada beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain:
24
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
25
Gambar 3.8 Pemeriksaan Thumb Test.
1) Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan.
2) Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3) Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Perkusi
Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi
timpani.
Auskultasi
Terutama pada kasus hernia inguinalis lateralis jika sudah sampai
skrotum untuk mendeteksi isi kantong apakah ada bising usus untuk
membedakan dengan hidrokel testis.
26
hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3%
mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.1
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,
secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
27
Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan pemeriksaan
transiluminasi yang hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain untuk
membedakan hidrokel dengan hernia adalah dengan mencoba meraba batas
atas benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada hernia batas atas
tidak teraba. Pada perabaan, varikokel memberikan sensasi “bag of worms”.
Pada kondisi inflamasi seperti epididimoorkitis, nyeri hebat yang menjalar
hingga skrotum disertai tenderness dan pembesaran testis serta epididimis.12
Pada torsio testis, benjolan teraba keras dan testis tidak teraba pada
palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan konsistensi yang padat pada
palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi otot dinding abdomen,
misalnya pada pasien dengan polio sebelumnya, sehingga terjadi penonjolan
otot dinding abdomen pada saat pasien mengedan. Aneurisma arteri
femoralis dapat dibedakan dengan dengan adanya denyut dan bising yang
kadang didapatkan.12
3.11 Tatalaksana
Konservatif
a. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit
tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1
b. Reposisi spontan pada anak
Menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian sedatif
parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam waktu enam jam.1
Operatif
Tata laksana definitif hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan.
Prinsip pembedahan pada hernia adalah herniorafi. Herniorafi terdiri atas
operasi herniotomi dan hernioplasti.1
28
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin
kemudian dipotong.1
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil
annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus
internus abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon)
ke ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia
transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper menurut McVay.1
29
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya
regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan
metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke
ligamentum inguinal.1
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioplasti karena
masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen
masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi
bilateral.1
Manajemen Operasi Hernia13
1) Anestesi
Anestesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anestesi
epidural atau lokal dengan sedasi lebih dianjurkan.
2) Insisi
Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm).
Setelah memotong fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam
hingga mencapai aponeurosis musculus obliquus eksternus.
3) Membuka canalis inguinalis
Identifikasi ring eksterna yang terletak pada aspek superior dan
lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari kanalis inguinalis
dibuka sejajar serat dari aponeursis musculus obliquus eksternus,
lakukan preservasi N. Iliohipastric dan N. ilioinguinal. Lakukan
identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian
tuberculum pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan
penrose drain atau kateter foley.
4) Identifikasi kantong hernia
Kantong hernia indirek ditemukan pada aspek anteromedial dari
spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong diotong ke arah
30
proksimal. Pada hernia direk, kantong hernia ditemukan di trigonum
Hesselbach.
5) Eksisi kantong hernia
Pada kantong hernia indirek, setelah kantong dibuka semua isi
kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan ke dalam
intra-abdomen. Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong
dieksisi dibagian distal dari ligasi. Sementara pada hernia direk kantong
dapat diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada kantong yang
besar diakukan eksisi pada kantong.
31
dari ring interna ke tuberculum pubicum. Jahitan kedua dilakukan
aproksimasi antara otot obliqus internus dengan ligamentum inguinal
dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan aproksimasi pada
teknik ini yang berlapis, kejadian rekurensi dari teknik ini jarang
dilaporkan.
3) McVay (Cooper Ligament) repair
Pada teknik ini terdapat dua komponen penting; repair dan
relaxing incision. Repair dilakukan dengan approksimasi fasia
tranversalis ke ligamentum Cooper. Repair menggunakan benang
nonabsorbable, 2.0 atau 0. Repair dimulai dari tuberculum pubicum dan
berjalan ke arah lateral. Jahitan pertama merupakan jahitan terpenting
karena pada bagian tersebut sering terjadi rekurensi. Langkah kedua
adalah relaxing incision secara vertikal pada fascia anterior musculus
rectus. Teknik ini dapat digunakan untuk hernia inguinalis dan
femoralis.
4) Tension-Free Herniorrhaphy/Lichtenstein
Teknik ini menggunakan mesh prostetik untuk untuk mencegah
terjadinya tension. Dapat dilakukan dengan anastesi lokal. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa teknik ini memberikan outcome yang
lebih baik; pasien lebih cepat untuk kembali berkerja, nyeri pasca
operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman dan rekurensi yang
lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk
maupun hernia indirek.
Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang
hingga menggunakan mesh plug, disamping mesh patch seperti tenik
diatas. Mesh plug digunakan untuk mengisi defek pada hernia. Mesh
patch ini dapat dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup
berkembang saat ini. Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus
hernia rekuren.
5) Repair Dengan Laparoskopi
Terdapat tiga teknik yang berkembang untuk repair hernia dengan
laparoskopi yaitu; transabdominal preperitoneal (TAPP),
32
intraperitoneal onlay mesh (IPOM), totally ekstraperitoneal (TEP).
3.12 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
irreponibel; ini dapat terjadi kalau herniaterlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau hernia akreta. Disini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi
total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia
obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan
satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti hurup W.1
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut.1
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal.1
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
33
peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hernia strangulata merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1
3.13 Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan sekitar 1% - 3%
dalam jarak waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan disebabkan oleh
tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang kurang,
hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan.10
3.14 Pencegahan
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami
kegemukan, menderita batuk menahun, sembelit menahun atau BPH yang
menyebabkan dia harus mengedan ketika berkemih. Pengobatan terhadap
berbagai keadaan diatas bisa mengurangi resiko terjadinya hernia.11
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien datang ke IGD RSUD Siti Aisyah dengan keluhan terdapat benjolan
pada kantong buah zakar kanan sejak 2 bulan. Awalnya benjolan terdapat di lipat
paha sebelah kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar dan sampai
ke kantong buah zakar sebelah kanan. Hal tersebut menandakan bahwa isi hernia
yaitu usus sudah menembus kanalis inguinalis sehingga menyebabkan terdapat
penonjolan pada paha pasien. Setelah dibiarkan benjolan tersebut berprogresifitas
sehingga benjolan tersebut turun ke sampai skrotum kanan pasien dan benjolan
pada skrotum pasien membesar. Dikarenakan onset waktu yang lama menjadikkan
isi hernia yaitu usus menembus kanalis inguinalis lebih dalam lagi sehingga
menimbulkan manifestasi terdapatnya benjolan pada skrotum kanan pasien. Hal
ini dapat menyimpulkan bahwa diagnosis kerja pada kasus adalah hernia scrotalis
dextra.
34
Dari anamnesis diketahui bahwa benjolan pada skrotum hilang timbul.
Benjolan timbul saat pasien mengejan saat BAB, batuk, mengangkat beban berat,
dan dalam posisi berdiri. Benjolan dapat didorong dengan tangan. Hal tersebut
dapat membantu dalam menentukkan diagnosis sifat hernia pada pasien. Pada
pasien ini memungkinkan bahwa pasien mengalami hernia dengan sifat reponibel
dikarenakan isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika berdiri atau
mengedan, dan masuk kembali ketika berbaring atau didorong masuk perut. Hal
tersebut dapat dibedakan dengan hernia irreponibel dikarenakan isi kantong tidak
dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Hal ini disebabkan oleh
perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan
nyeri dan tanda sumbatan usus.
Pasien juga mengeluh sedikit nyeri jika benjolan tersebut timbul. Pada
hernia jarang dijumpai nyeri, hal ini dapat disebabkan regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Hal tersebut
juga menggambarkan belum terjadi strangulasi pada hernia.
Pasien tidak ada keluhan mual maupun muntah, tidak ada keluhan sulit
BAB dan BAK. Hal ini menandakan tidak adanya tanda-tanda obstruksi saluran
cerna. Nyeri yang disertai tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti mual,
muntah, sulit flatus, sulit buang air besar, dan peningkatan bising usus timbul jika
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren,
sehingga hernia inkarserata dapat disingkirkan.
Pada pasien tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan batuk, tidak
ada keluhan demam. Hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan infeksi yaitu
orchitis dikarenakan pasien tidak ada gejala sistemik. Nafsu makan pasien baik.
Tidak ada penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. Hal ini dapat
menyingkirkan benjolan yang disebabkan oleh keganasan. Pasien tidak pernah
mengalami trauma pada buah zakar dan lipat paha. Varikokel dan hematokel
dapat disingkirkan karena pasien tidak memiliki riwayat trauma dan benjolan
tersebut dapat hilang timbul.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya tanda- tanda vital yang stabil
dan compos mentis dengan GCS 15. Pada status generalis didapatkan dalam batas
normal. Pada status lokalis (regio scrotalis dextra) terdapat benjolan di daerah
35
skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya, konsistensi kenyal,
permukaan rata, nyeri tekan (+), tidak terdapat tanda-tanda radang. Isi hernia yaitu
usus memiliki konsistensi yang lunak sehingga memudahkan usus dapat masuk
keluar pada kanalis inguinalis yang terbuka. Hidrokel dapat disingkirkan karena
pada pemeriksaan transiluminasi didapatkan hasil negatif. Cara lain untuk
membedakan hidrokel dengan hernia adalah dengan mencoba meraba batas atas
benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada hernia batas atas tidak
teraba. Pada tumor testis didapatkan konsistensi yang padat pada palpasi.
Serta pada pemeriksaan yang dilakukan massa dapat dimasukkan dan
digerakkan menandakan hal ini mendukung diagnosis kearah hernia reponibel
dikarenakan massa dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum. Pada pasien
didapatkan finger test positif, teraba pada ujung jari. Tes ini merupakan tes yang
dapat membedakan hernia inguinalis indirek atau direk. Pada hernia ingunalis
direk akan teraba benjolan pada bagian median jari. Pada hernia inguinalis indirek
akan teraba benjolan pada ujung jari. Pada pasien ini terdapat hernia inguinalis
indirek sehingga hal inilah yang membuat hernia pasien turun ke skrotum.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium, foto
thorax, dan EKG untuk persiapan operasi. Hasil pemeriksaan laboratorium, foto
thorax, dan EKG didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang seperti
USG, CT scan ataupun laparoskopi tidak dilakukan karena dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik sudah dapat mendiagnosa pasti hernia.
Penatalaksanaan pada pasien dilakukan tindakan operatif, yaitu herniotomi
dan hernioplasti menggunakan mesh. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kemudian dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan herniotomi. Pada hernioplasti menggunakan prosthesis mesh untuk
memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa
menjahit otot-otot ke ligamentum inguinal. Kedua tindakan herniotomi dan
hernioplasti disebut juga dengan herniorafi.
36
Operasi dilakukan dalam waktu 1 jam dengan anestesi spinal. Pembedahan
dilakukan secara terbuka dan dipasang mesh. Diagnosa pasca operasi adalah
Hernia scrotalis dextra reponibel.
37
DAFTAR PUSTAKA
38