Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA

Diajukan Sebagai Bagian Persyaratan Menyelesaikan


Program Internship Dokter Indonesia

Oleh:

dr. Indah Dwi pontjan Br. Purba

Pembimbing:
dr. Erikson Judika Lumbantobing, Sp. B
dr. Ladingan V. Sianipar, M.Kes

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


RSUD TARUTUNG
TAPANULI UTARA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus : Hernia Inguinalis


Nama Dokter Internsip : Kevin Sichada Putra Dachi

Telah dipresentasikan pada tanggal 10 Februari 2022

PENDAMPING PEMBIMBING

dr. Hj. Elly Surmaita, MKT dr. Bornok Damanik, Sp.B

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini dalam
rangka memenuhi persyaratan dalam program Internsip di RSUD. TARUTUNG
mengenai “Hernia Inguinalis”.

Penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan
sebesar- besarnya kepada dr. Erikson Judika Lumbantobing, Sp. B sebagai
konsulen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberikan
masukan dan kritikan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semuanya. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Tarutung, 10 April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................2
1.3. Manfaat.........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3


2.1. Hernia...........................................................................................................3
2.1.1....................................................Definisi,Epidemiologi,Faktor Resiko
.............................................................................................................3
2.1.2..............................................................................................Klasifikasi
.............................................................................................................4
2.1.3...........................................................................................Patofisiologi
.............................................................................................................7
2.1.4..................................................................................Manifestasi klinis
.............................................................................................................8
2.1.5...............................................................................................Diagnosis
.............................................................................................................9
2.1.6.................................................................................Pemeriksaan Fisik
...........................................................................................................10
2.1.7.........................................................................Pemeriksaan Penunjang
...........................................................................................................12
2.1.8....................................................................................Penatalaksanaan
...........................................................................................................13
2.1.9............................................................................................Komplikasi
...........................................................................................................15
2.1.10............................................................................................Prognosis
15
2.1.11..........................................................................................Pencegahan
15

BAB 3 LAPORAN KASUS.............................................................................16


BAB 4 FOLLOW – UP....................................................................................22
BAB 5 KESIMPULAN....................................................................................24

iv
BAB I

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang

Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli
bedah umum. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50
persen dari ini merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis
direk (Sabiston). Pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan,
kecuali bila ada kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar
1,5 % populasi umum di Amerika Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan
pembedahan pada tahun 1980 .
Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan
kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu
aktifitas atau pekerjaan sehari- hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita
memerlukan waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasi
pun masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita
menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan inkarserata atau strangulate.
Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru menyadari resiko dan bahayanya, yang
dapat menyebabkan morbiditas meningkat serta biaya perawatan yang lebih tinggi.

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah :


1. Dapat mengerti dan memahami tentang Hernia Inguinalis
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan Hernia Inguinalis
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Program Internship
Dokter Indonesia di RSUD TARUTUNG
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis
dan pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Hernia Inguinalis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia Inguinalis


2.1.1 Definisi
Hernia adalah suatu protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

Epidemologi
Sekitar hampir 75% kasus hernia yang penah terjadi adalah hernia yang yang
muncul di daerah lipat paha.
Insidensi kasus hernia inguinalis belum di ketahui secara pasti, namun di
perkirakan kasus hernia terjadi pada anak – anak sekitar 10 – 20 per 100 kelahiran
hidup. Di belahan dunia barat kasus hernia inguinalis pada orang dewasa bervariasi
antara 10 % hingga 15%.
Pada hernia inguinalis kasusnya lebih banyak di temukan pada laki – laki daripada
perempuan dengan perbandingan 7 : 1 kasus. Pada laki – laki umur 25 – 45 tahun
insidensinya di temukan bervariasi antara 5 – 8 %. Sedangkan pada umur lebih dari
75 tahun kasusnya mencapai 45%

Faktor Resiko
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginetal atau di dapat,
hernia dapat di jumpai pada segala usia, dan lebih banyak di temukan pada laki –
laki dari pada perempuan. Berbagai factor penyebab hernia berperan penting dalam
pembentukan pintu masuk hernia di annulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat di lalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu di perlukan pula factor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut.

3
Factor yang di anggap penting dan berperan besar dalam timbulnya hernia antara
lain :
1. Peninggian intra abdomen yang berulang seperti
 Kebiasaan mengangkat beban yang berat
 Sering mengedan karena gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing
 Batuk yang kronis
2. Kelemahan pada otot – otot dinding perut yang di sebabkan karena factor usia
3. Prosesus vaginalis yang tebuka

2.1.2 Klasifikasi Hernia


1. Menurut waktu
a. Hernia konginital
Yaitu hernia yang terjadi karena prosesus vaniginalis tidak dapat menutup
sempurna hingga usia 2 bulan.
b. Hernia akuisita/didapat
Merupakan hernia yang didapatkan akibat dari peningkatan tekanan intra abdomen.
2. Menurut letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia Diafragmatika

4
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis
Apabila isi hernia dapat keluar masuk, yaitu keluar pada saat berdiri dan mengedan
dan masuk ketika di gunakan berbaring ataupun dengan cara di dorong masuk
kedalam perut.
b. Hernia ireponibilis
Apabila isi kantong hernia tidak dapat di reposisi kembali kedalam rongga perut,
hal ini di sebabkan karena adanya perlekatan isi kantong hernia kepada
peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi
Merupakan hernia ireponible yang di sertai dengan gangguan vaskularisasi
d. Hernia inkaserata
Merupakan hernia ireponible yang di sertai dengan gangguan pasase dan nyeri
yang hebat.

Hernia inguinalis di bagi menjadi :


1. Hernia inguinalis lateralis (HIL)

Hernia inguinalis lateralis dapat di sebut juga dengan hernia inguinalis indirek,
yaitu keluarnya isi (omentum dan usus) dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrica inferior. Hernia kemudian masuk
kedalam kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada pria dan
ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang dapat menonjol keluar
dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan ini akan sampai ke
scrotum sehingga di sebut dengan hernia skrotalis.
HIL dikenal dengan sebagai hernia indirek karenakeluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
berbentuk lonjing. Hernia inguinalis dapat terjadi scara konginetal atau akuisita.

5
a. Hernia inguinalis indirek konginital

Terjadi apabila prosesus vaginalis peritonei pada waktu bayi di lahirkan sama sekali tidak
menutup, sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan dengan rongga tunika
vaginalis propia testis. Sehingga isi perut dengan mudah masuk kedalam kantong
peritoneum tersebut.
b. Hernia inguinalis indirek akuisita

Terjadi apabila penutupan procesus vaginalis peritonei hanya pada satu bagian saja,
sehingga masih ada kantung peritoneum yang berasal dari procesus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi di lahirkan. Sewaktu – waktu kantung peritonei ini dapat terisi
dalaman perut ( misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat ).

2. Hernia inguinalis medialis

Henia inguinalis medialilis atau di sebut juga dengan hernia inguinalis direk, yaitu
menonjol langsung kedepan melalui segitiga hasselbach, daerah yang di batasi ligamentum
inguinal di bagian inferior, pembuluh epigastrica inferior di bagian lateral dan tepi otot
rektus di bagian medial. Dasar segitiga hassebach di bentuk oleh facia tranversal yang di
perkuat oleh serat apeneurosis muskulus transverses abdominins yang kadang – kadang
tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis ,
karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, pada umumnya tidak
di sertai dengan strangulasi karena cincin hernia longgar.
Hernia terdiri atas tiga bagian :
a. Cincin hernia
Merupakan bagian yang paling atas hernia dan merupakan pintu masuknya kantung
dan isi hernia.
b. Kantong hernia
Merupakan kantong (devikulum) peritonei dan mempunyai leher dan badan
(corpus).
c. Isi hernia
Dapat terdiri atas setiap structure yang di temukan di dalam cavitas abdominalis
dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum hingga organ besar seperti
usus.

6
2.1.3 Patofisiologi Hernia Ingunalis
Pada bulan ke 8 kehamilan terjadi desensus testikulorum melalui kanal, penurunan testis
ini akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
di sebut dengan procesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, di karenakan testis sebelah kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka procesus vaginalis yang kanan akan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal prosesus yang terbuka ini akan menutup pada usia
dua bulan. Apabila prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia lateralis
konginetal.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, hal ini di sebabkan karena
pada usia tua otot – otot pada dinding rongga perut telah melemah, seiring dengan
bertambahnya usia, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang
tua prosesus tersbut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat
seperti batuk, bersin yang kuat, mengangkat barang berat, atau mengejan, prosesus yang
telah menutup tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya suatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Pada hernia inguanalis dapat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia, sehingga menyebabkan isi hernia tidak dapat di masukkan kembali. Selanjutnya
dapat terjadi penekanan terhadap cincin hernia yang di sebabkan oleh semakin banyaknya
usus yang masuk, hal ini dapat menyebabkan cincin hernia menjadi sempit dan
meninmbulkan gangguan penyaluran isi usus. Edema dapat timbul apabila terjadi
obstruksi usus yang kemudian dapat menekan pembuluh darah dan kemudian dapat terjadi
nekrosis. Bila terjadi peyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan

7
konstipasi, keadaan ini dapat juga di sebut dengan hernia inkaserata. Bila inkaserata di
biarkan maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis.

Factor konginetal ( kegagalan Factor di dapat ( batuk kronis, mengejan saat


penutupan prosesus vaginalis pada miksi, mengejan saat BAK, pekerjaan
waktu kehamilan ) mengangkat benda berat ) usia

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Jika cukup panjang akan menonjol keluar melalui kanalais inguinalis eksterna

Hernia

Tidak dapat kembali secara spontan / Dapat kembali secara spontan

Tindakan pembedahan Evaluasi dan observasi post operasi

2.1.4 Manifestasi Klinis


a. Terdapat benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin,
berdiri, mengangkat beban berat dan hilang setelah berbaring.
b. Keluhan nyeri jarang di jumpai jarang di jumpai, kalau ada biasanya di daerah
epigastrium atau paraumbilikal yang berupa nyeri visceral karena renggangan pada
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
c. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau
terjadi inkarserasi karena ileus ataus trangulasi karena nekrosis atau gangren.

8
Tabel. Clinical grading hernia
Grade Reduction Pain Osbtruction Toxic
Reponible + - - -
Irreponible - - - -
Incarceration - Colic + ++
Strangulation - Steady + Leukositosis
increase

2.1.5 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis uraian lebih
lanjut tentang keluhan utama, misalnya sifat keluhan, dimana lokasinya, dan kemana
penjalaranya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadianya, adanya faktoryang
memperberat dan memperingan keluhan, selain itu adanya keluhan lain yang berhubungan
juga dalam diagnosis.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak di tentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponible keluhan satu – satunya adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengejan dan menghilang pada waktu berbaring. Keluhan nyeri
jarang di jumpai, kalaupun ada biasanya di rasakan di daerah epigastrium atau para
umbilical yaitu berupa nyeri viseral karena regangan pada mesentrium sewaktu suatu
segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang di sertai dengan mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkaserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene. Pasien sering mengeluh merasa tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat di hilangkan dengan cara reposisi
kedalam cavitas peritonialis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerakbadan
biasanya hernia dapat muncul lagi.

9
2.1.6 Pemeriksaan Fisik
Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu cincin, isi dan kantong hernia. Isi kantong
hernia dapat berupa omentum, jejunum atau sigmoid, apendiks ataupun bagaian – bagian
lain dari kolon dan lambung.
Pada pemeriksaan fisik biasanya omentum teraba relative dan bersifat plastis dan sedikit
noduler. Adanya usus dapat di curigai apabila kantong teraba halus dan tegang seperti
hydrokel, akan tetapi tidak tembus cahaya. Kadang – kadang pemeriksa dapat merasakan
gas bergerak di dalam lengkung usus atau dengan auskultasi bias menunjukan adanya
peristaltic usus. Lengkung usus yang berisi gas akan terdengar tympani pada waktu
perkusi.
Dalam keadaan penderita berdiri, gaya berat akan menyebabkan hernia lebih mudah di
lihat dan pemeriksaan pada penderita dapat di lakukan dengan lebih menyeluruh.
a. Inspeksi
 Hernia reponible : terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan dapat menghilang dengan
sendirinya pada waktu berbaring atau saat di reposisi.
 Hernia ireponible : terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan tidak hilang saat berbaring atau
saat di reposisi.
b. Hernia inguinalis
 Lateralis : muncul benjolan di region inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
 Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral dan berbentuk bulat
c. Palpasi
 Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

10
 Pemeriksaan Thumb Test :
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

 Pemeriksaan Finger Test :


1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
3. Penderita disuruh batuk :
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

11
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya pemeriksaan penunjang pada kasus hernia jarang di lakukan,
hal ini di karenakan pemeriksaan tersebut tidak terlalu mempunyai nilai. Ada
beberapa pemeriksaan yang dapat di lakukan untuk menentukan hernia di
antaranya :
a. Pencitraan
 Herniografi
Pada teknik ini medium kontras di injeksikan kedalam cavum peritoneal
dan kemudian di lakukan X-ray, namun cara ini sudah jarang di
gunakan.
 USG
Sering di gunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis.
 CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi misalnya hernia
obturator.
b. Laparoskopi
Hernia yang tidak di perkirakan terkadang di temukan pada saat melakukan
pemeriksaan laparaskopi untuk nyeri perut yang tidak dapat terdiagnosa.

12
2.1.8 Penatalaksaanaan
Hampir semua kasus hernia harus di terapi dengan operasi. Karena potensinya
menimbulkan komplikasi ikaserasi atau strangulasi, hal ini tentu saja lebih berat jika di
bandingkan dengan resiko minimal dari operasi hernia.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi.

Penanganan IGD
a. Mengurangi nyeri pada hernia dengan cara memberikan sedasi yang adekuat dan
analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal
tidak meningkat.
b. Menurunkan tegangan otot abdomen dengan cara posisikan pasien berbaring
terlentang dengan bantal di bawah lutut.Pasien pada posisi Trendelenburg dengan
sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis.
c. Konsul ke ahli bedah

Operasi
Pengobatan secara operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia inguinalis
yang paling rasional. Indikasi untuk dilakukanya operasi sudah ada begitu diagnosis di
tegakan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasty.
1. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :
13
a. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
b. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
c. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
d. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /


strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan
dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.
2. Hernioplasty

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahit kan pertemuan m. tranversus
internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yangdikenal dengan nama conjoint
tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
tranversa m. transversus abdominis,m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
pada metode Mc Vay. Biladefek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.
Selain operasi secara herniotomi dan hernioplasti dapat pula di lakukan tindakan yang
menggabungkan keduanya atau bias di sebut dengan herniorafi.
Pada anak – anak di lakukan herniotomi tanpa herniorafi karena masalah utamanya ada
pada kantong hernia, sedangkan keadaan otot – otot abdomen masih kuat ( tidak lemah ),
maka di lakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, di buka dan di
bebaskan isi hernia, jika ada perlekatan di lakukan reposisi, kemudian isi kantong hernia di
jahit setinggi – tingi mungkin lalu di potong.

2.1.9 Komplikasi
14
Bila hernia tidak di atasi dengan cepat maka dapat menyebabkan :
 Meningkatkan keparahan (clinical grading ) hernia
 Obstruksi saluran pencernaan
 Infeksi
 Perforasi
 Abses local

2.1.10 Prognosis
Prognosis hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari
isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera di tangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri post herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia
pada umumnya dapat di atasi.

2.1.11 Pencegahan
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan, menderita
batuk menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan
ketika berkemih. Pengobatan terhadapat berbagai keadaan di atas dapat mengurangi resiko
terjadinya hernia.

15
BAB III

LAPORAN

KASUS

ANAMNESA PRIBADI
Nama : Tn.Rasman Hasudungan Limbong
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam
Alamat : Jl. Damar Sari, Sumatera Utara.
No. RM : 13-36-68
Tanggal masuk : 10 Maret 2022

I. ANAMNESIS PENYAKIT : Autoanamnesis


Keluhan Utama : Nyeri di Selangkangan dan Membengkak

Telaah :

Os datang ke IGD RSUD TARUTUNG dengan keluhan adanya benjolan yang hilang
timbul sejak 3 bulan yang lalu, os mengatakan bahwa benjolan tersebut pertama kali
muncul ketika os selesai membantu anaknya bekerja di kebun belakang rumahnya,
benjolan yang muncul pada waktu itu di rasakan os tidak nyeri dan dan dapat hilang
dengan sendirinya ketika di gunakan untuk beristirahat. Selama ini os tidak pernah
menghiraukan adanya benjolan tersebut karena menurutnya tidak terlalu menggangu
karena dapat hilang dengan sendirinya. Namun kurang lebih 15 hari sebelum masuk rumah
sakit os merasakan jika benjolan yang muncul intensitasnya menjadi semakin lebih sering
dan sangat mengganggu. Os juga mengatakan jika selama ini sudah banyak melakukan
berbagai pengobatan tradisional sepeti pijat dan mengkonsumsi jamu namun benjolan
yang di rasakanya tidak kunjung hilang, oleh sebab itu os dan keluarganya berinisiatif
untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit. Nyeri (+) demam (–) mual (-) BAB (+) BAK
(+)

16
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
- Riwayat DM (-)
Riwayat Pengobatan :

- Tidak Jelas

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :


- Os mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang os alami saat ini.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadan Umum : Tampak Sakit Ringan (Menggangu)
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Nadi : 88 x/menit
e. Tekanan Darah : 110/70 mmhg
f. Suhu : 36,5 C

Status Generalis
a. Kulit
Warna : sawo matang, dan tidak ikterik
Lesi : Tidak ada
Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit
Turgor : baik
Suhu raba : normal.

b. Kepala
Ekspresi : ekspresif Simetris
Wajah : simetris
Rambut : distribusi merata, warna hitam
Deformitas : tidak terdapat deformitas

c. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
17
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan blefaritis,
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung positif
Eksoftalmus : tidak ditemukan
Endoftalmus : tidak ditemukan

d. Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

e. Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : tidak ada perdarahan

f. Mulut dan Tenggorok


Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

g. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah

18
h. Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal

i. Thorax
Paru – Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis
Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada
linea midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas
paru-lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada
kedua lapang paru

Jantung :
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra
Perkusi :Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextraBatas jantung kiri :
ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistraBatas atas jantung : ICS III linea sternalis
sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop

j. Abdomen
Inspeksi : di temukan benjolan di regio inguinal sinistra sebesar telur bebek
Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, ada nyeri tekan, benjolan pada
region inguinal teraba lunak dan dapat di masukkan kedalam.
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA,
Auskultasi : bising usus normal

19
k. Ekstrimitas

Tidak di temukan luka pada tangan dan kaki, kekuatan cukup di mana penderita mampu
menggerakkan tangan dan kakinya.
l. Kulit

Secara umum pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan maupun penyakit, dan
turgor kulit normal.
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi : Terdapat masa dengan bentuk sedikit lonjong dengan ukuran kurang lebih
sebesar telur bebek di daerah inguinal sinistra, tidak tegang dan tidak di temukan tanda-
tanda radang.
Palpasi : teraba masa dengan bentuk sedikit lonjong memanjang ke arah samping sebesar
telur bebek, nyeri tekan ( - ), teraba sedikit kenyal dan lunak.
Pemeriksaan laboratorium
1. Hemoglobin : 14,1 gr%
2. Leukosit : 13.620 gr%
3. Trombosit : 317.000 mm3
4. Natrium : 139.6 mmol/L
5. Kalium : 4.37 mmol/L
6. Clorida : 108.7 mmol/L
7. Waktu pendarahan : 3 menit 5 detik
8. Waktu pembekuan : 5 menit 10 detik
9. Glukosa darah : 120 mg/dL

20
Foto thoraks :
Pemeriksaan radiography thoraks proyeksi ap dengan Hasil
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinus superior tidak melebar
Trakea ditengah, kedua hilus tidak menebal
Corakan bronkovaskular kedua paru baik
Tidak tampak infiltrat maupun nodul di kedua lapang paru
Kedua sinus kostofrenicus lancip, kedua hemidiafragma licin
Tulang dan jaringan lunak baik
Kesan
Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo

Diagnosis
Hernia inguinalis Ireponible sinistra
Penatalaksanaan
a. IFVD Nacl 0,9% 20 gtt/i Makro
b. Inj.omeprazole
c. Inj.Ketorolak (ekstra)
d. Inj. Ceftriaxone 1 gr
e. Pasang Kateter
f. Pasang NGT

Planning
a. Ijin tindakan operasi
b. Puasa dan rencana persiapan operasi herniorafi besok

21
22
BAB V

KESIMPULAN

Pasien laki – laki a.n. Rasman Hasudungan Limbong 49 tahun didiagnosa


dengan Hernia inguinalis Lateralis ireponible sinistra berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dirawat inap di RSUD
TARUTUNG dan telah ditatalaksana dengan Tirah baring, Diet M-I-MII-MB,
IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i (macro) - IVFD RL 20 gtt/i (macro), Inj. Ceftriaxone 1
vial/12 jam, Inj. Ketorolac 1 amp/24 jam, Inj. Omeprazole.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi revisi,


706-710, EGC, Jakarta
2. Inguinal Hernia.( http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia ) di akses desember
2015
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Managemen
(http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 ) di akses agustus 2014
4. Mansjoer, Arif, dkk.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
5. Hernia : ( http://www.scribd.com/search-documents?query=hernia ) di akses
desember 2015

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai