Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN.

AN
DENGAN DIAGNOSA HERNIA INGUINALIS DI RUANG BEDAH
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
Makarius Benny
Ayu Rismawati
Sitti Rosdiyana Napu

PELATIHAN SCRUB NURSE ANGKATAN 17


PUSDIKLAT PKU MUHAMMADIYAH & PP HIPKABI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelasaikan laporan tentang
“Asuhan Keperawatan Perioperatif pada TN. AN dengan Diagnosa Medis Hernia
Inguinalis di Ruang Bedah Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan ini. Kami berharap semoga laporan yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 22 Februari 2023

2
DAFTAR ISI
1. Sampul Laporan
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................................. 7
5. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .................................................................................................... 8
B. Anatomi dan Fisiologi ............................................................................. 9
C. Etiologi .................................................................................................... 14
D. Manifestasi Klinik ................................................................................... 14
E. Patofisiologi ............................................................................................ 15
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 16
G. Penatalaksanaan Medis dan Terapi ......................................................... 17
H. Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif Hernia ................................. 19
6. BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................... 33
B. Analisa Data ............................................................................................ 45
C. Diagnose Keperawatan............................................................................ 47
D. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 47
E. Implementasi dan Evaluasi ..................................................................... 49
7. BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................................... 52
B. Analisa Data ............................................................................................ 52
C. Intervensi ................................................................................................. 53
D. Implementasi dan Evaluasi ..................................................................... 53

3
8. BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 54
B. Saran ........................................................................................................ 54
9. DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi penonjolan dibawah
inguinalis, didaerah selangkangan atau skrotum.Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah
melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
(Huda & Kusuma, 2016).
Pembedahan merupakan opsi utama yang dipilih karena pemberian obat
– obatan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melihat
keberhasilannya, namun tindakan pembedahan tersebut seringkali mempunyai
efek samping yang tidak bisa dihindari oleh setiap pasien yang menjalani
operasi, sepertinyeri dan infeksi.Penanganan nyeri paska operasi adalah
pengelolaan menyeluruh untuk mengatasi nyeri paska operasi. Selain
penanganan secarafarmakologi, cara lain adalah dengan manajemen nyeri non
farmakologi dengan melakukan teknik relaksasi, yang merupakan tindakan
eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri.
Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas
dalam, masase, meditasi dan perilaku (Purnomo, 2017).
Data World Health Organization WHO penderita Hernia tiap tahunnya
meningkat. Di dapatkan data pada tahun 2008 sampai tahun 2011 penderita
hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita atau sekitar (12,7%)
dengan penyebaran yang paling banyak adalah negara- berkembang seperti
negaranegara Afrika, Asia Tenggara termaksuk Indonesia, selain itu Negara
Uni Emirat Arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di
dunia sekitar 3.90 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
periode Januari 2010 sampai Februari 2011 berjumlah 1.243 untuk Penderita
Hernia inguinalis lateral di Rumah sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka,
pada tahun 2017 dengan jumlah 35 kasus,pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dengan jumlah 80 kasus sedangkan 2019 menglami pengingkatan

5
dengan jumlah 84 kasus (sub.Bag.Rekam Medik &PKMRS Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka, 2019.) Pada umumnya keluhan pada
orang dewasa berupa benjolan dilipatan paha. Benjolan tersebut bisa mengecil
dan menghilang pada saat istirahat dan bila mengejan, mengangkat beban
berat atau dalamn posisi berdiri dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi
dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inpeksi ditemukan
asimetri pada kedua sisi lipatan paha, skrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam
keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya dan coba didorong apakah benjolan dapat direposisi dengan
jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak. Kadang cincin hernia dapat
diraba berupa annulus inguinalis yang melebar (Nuari, 2015)
Hernia ada beberapa macam diantaranya adalah inguinali sindirect,
inguinalis direct, femoral, umbilical dan insicional. Hernia skrotalis dapat
terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat (akuistik).
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan jenis kelamin, prosentase lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada annulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia.
Disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut ( Nuari, 2016 )

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penyakit hernia inguinalis adalah
1. Apa definisi hernia inguinalis?
2. Apa penyebab terjadinya hernia inguinalis?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari hernia inguinalis?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari hernia inguinalis?
5. Bagaimana patofisiologi dari terjadinya hernia inguinalis?
6. Bagaimana komplikasi dari hernia inguinalis?

6
7. Bagaimana penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostic dari hernia
inguinalis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
secara komprehensif baik biologi, psikologi, social dan spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan pada klien perioperative dengan kasus
hernia inguinalis
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah penulis dapat melakukan
asuhan keperawatan yang meliputi
a. Melakukan asuhan keperawatan periopratif pada kasus hernia
inguinalis
b. Mengetahui definisi hernia inguinalis
c. Mengetahui penyabab terjadinya hernia inguinalis
d. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari hernia
inguinalis
e. Mengetahui manifestasi klinis dari hernia inguinalis
f. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari terjadinya hernia
inguinalis
g. Mengetahui komplikasi dari hernia inguinalis
h. Mengetahui penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostic dari hernia
inguinalis

D. Manfaat Penulisan
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh selama masa mengikuti pelatihan scrub nurse dan sebagai tambahan
pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
perioperative dengan operasi hernia infuinalis. Selain itu, diharapkan

7
penulisan ini dapat menjadi acuan dalam ilmu keperawatan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis.

E. Sistematika Penulisan
1. BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
d. Manfaat penulisan
e. Sistematika penulisan
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Hernia inguinalis
b. Anatomi dan fisiologi Hernia inguinalis
c. Manifestasi klinik Hernia inguinalis
d. Patofisiologi Hernia inguinalis
e. Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan Hernia inguinalis
f. Asuhan keperawatan perioperative pada pasien Hernia inguinalis
3. BAB III : TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
b. Analisa data
c. Diagnose keperawatan
d. Rencana keperawatan
e. Implementasi keperawatan
f. Evaluasi
4. BAB IV : PEMBAHASAN KASUS
5. BAB V : PENUTUP
6. DAFTAR PUSTAKA

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia adalah suatu benjolan/penojolan isi perut dari rongga normal
mulai lubang congenital atau didapat (Wijayaningsih, 2016). Hernia inguinalis
paling umum, visera menonjol ke dalam kanalis inguinal pada titik dimana tali
spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament wanita. Hernia inguinal
indirek lengkuk usus keluar melalui kanalis inguinal dan mengikuti kordo
spermatikus pada pria dan ligament sekitar pada wanita, ini akibat dari
gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup sebelah testis turun ke dalam
skrotum, atau fiksasi ovarium. Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar
melalui kanalis inguinalposterior (Diyono & Mulyani, 2016).
Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2016).Hernia inguinalis adalah Hernia yang
paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau
skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.Hernia tipe ini sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan(Huda dan Kusuma, 2016).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan bagian organ dalam melalui
pembukaan yang abnormal pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya
(Bilotta, 2017). Hernia merupakan produksi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian
lemah dari lapisan muscular aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari
cincin, kantong dan isi hernia (Wim Dejong, 2016).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut
(Nurarif,2015)

9
B. Anatomi dan Fisiologi
Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar,
yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan . Pada bagian lateral,
terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang berhubungan satu sama lain.
Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan aponeurosis(Muttaqin,
2016).
Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-otot
dinding perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah Hernia
inguinalis. Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik tranvesus
abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan diatas dasar medial
kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberkulum
dan SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior).
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan
aponeurosis muskulus tranversus abdominis .Pada bagian medial bawah, di
atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,
bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.Bagian atas
terdapat aponeurosismuskulus oblikus ekternus, dan pada bagian bawah
terdapat ligamen inguinalis (Muttaqin, 2016)
Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya Hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,
adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup
anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia tranversa yang
kuat menutupi trigonum Hasselbabach yang umumnya hampir tidak berotot.
Pada kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya Hernia inguinalis (Muttaqin, 2016)

10
Anatomi yang berhubungan dengan hernia inguinalis.
Secara letak anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot
multilaminar yang terdiri dari aponeurosis, facia, lemak, dan kulit.
Aponeurosis merupakan otot-otot yang memiliki tendon. Terdapat tiga lapisan
otot pada bagian lateral dengan fosa oblik yang saling berhubungan.
Untuk mencegah terjadinya hernia inguinalis terdapat otot transversus
abdominalis merupakan otot internal lateral yang terdiri dari otot-otot dinding
perut dan lapisan dinding perut. Pada bagian kauda otot yang membentuk
lengkungan aponeurotik transversus abdominalis yang merupakan bagian tepi
atas cincin inguinal internal dan diatas dasar medial kanalis inguinalis. Yang
menghubungkan tuberkulum pubikum dan spina iliaka anterior superior
adalah ligamentum inguinal. Pada bagian medial bawah, diatas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus kanalis ingunalis eksternus, bagian
terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus. Pada bagian atas
terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan bagian bawah terdapat
ligamentum inguinalis
Segitiga Hasselbach bagian medial dibatasi oleh lateral rektus
abdominis, bagian lateral dibatasi oleh pembuluh darah vena dan arteri
epigastrika inferior, pada bagian basis dibatasi oleh ligamentum inguinal
Kanalis inguinalis adalah saluran yang melalui dinding perut bagian
bawah berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya testis ke dalam
skrotum. Kanalis inguinalis dibatasi oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominalis.13 Pada laki-laki, funikulus spermatikus (s.c)

11
melewati kanal inguinalis yang merupakan tempat testis di dalam kantong
skrotum. Funikulus spermatikus memiliki banyak pembuluh darah arteri,
saraf, dan duktus deferen yang menghubungkan testis dengan vesikula
seminalis.
1. Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya:
a. Hernia Femoralis Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis
yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis.
b. Hernia Umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet
dan tidak adanya fasia umbilikalis.
c. Hernia Paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan
tindakan operasi untuk dikoreksi.
d. Hernia Epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar
melalui defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.
e. Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding
perut bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan
hernia sikatriks.
f. Hernia Lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada
dua trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis berbentuk segitiga.
g. Hernia Littre yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia berisi
divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle, hernia
littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
h. Hernia Spiegheli adalah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di
linea semilunaris dengan atau tanpa isinya melalui fasia spieghel.
i. Hernia Obturatoria adalah hernia melalui foramen obturatorium.

12
j. Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui
otot dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara
primer pada perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada
perineum, seperti prostatektomi, reseksi rektum secara
abdominoperineal, dan eksenterasi pelvis. Hernia keluar melalui dasar
panggul yang terdiri atas otot levator anus dan otot sakrokoksigeus
beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah dasar panggul.
k. Hernia Pantalon merupakan kombinasi herniainguinalis lateralis dan
medialis pada satu sisi.
l. Hernia Inguinalis sebagian usus keluar dari rongga perut melalui
dinding bawah perut ke arah sekitar kelamin. Hal ini membuat
munculnya benjolan pada kantung buah zakar (skrotum) yang dapat
terasa sakit atau panas

Hernia Inguinalis adalah merupakan sesuatu usus masuk melalui


sebuah lubang melalalui dinding perut yang suatu kondisi dimana sebagian
yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Saluran ini
berbentuk tabung yaitu Kanalis inguinalis, yang menyebakan tempat
turunnya buah testis (buah zakar) dari perut menuju skrotum (kantung
zakar) hal ini sering terjadi sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis
didapat kan sejak dari bawah sebelum melahirkan atau masih dalam
kandungan. (kongenital) dan bisa (akuisita). Klien laki-laki lebih banyak
dari pada klien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan yaitu
terjadi dibagian korda spermatika keluar diantara perut dan masuk ke
dalam skrotum (Subarkah, 2016)
2. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia bawaan atau kongenital.
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) adalah hernia yang
timbul karena berbagai faktor pemicu.

13
3. Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar
ketika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila
didorong masuk ke dalam perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate apabila isi hernia terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase
atau vaskularisasi. Hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel yang di sertai gangguan pasase, sedangkan hernia
strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai
gangguan vaskularisasi.
d. Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding
usus. Komplikasi dari hernia richter adalah strangulasi sampai terjadi
perforasi usus 12
e. Hernia Interparietalis yang kantongnya menjorok ke dalam celah
antara lapisan dinding perut.
f. Hernia Eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
g. Hernia Interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui
suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus
retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium setelah operasi
anastomosis usus.

14
C. Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2016) etiologi terjadinya Hernia inguinalis
lateral yaitu :
1. Defek dinding otot abdomen Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital)
atau didapat seperti usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
2. Peningkatan tekanan intra abdominal
3. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas.
Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat
defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal.
4. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor
resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra
abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan.
5. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen
karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
6. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat
terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
7. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.
8. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat

D. Manifestasi Klinik
Menurut Suratan dan Lusianah (2017) manifestasi klinis Hernia inguinalis
lateral yaitu :
1. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan
benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang
disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut
disertai perasaan mual.

15
3. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri
tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah
pinggul, belakang perut, dan daerah genital yang disebut reffered pain.
Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau
kerja yang berat. Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri
akan bertambah hebat jika terjadi strangurasi karena suplai darah ke
daerah hernia terhenti sehingga menjadi merah dan panas.
4. Kandung kemih berisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih
(dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah
sela paha. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan
bertambah besar

E. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta kongenital
dengan adanya penojolan dari prossus vaginalis peritonel. Semua keadaan
yang menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen seperti kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan saat defekasi, dan
mengejan saat defekasi, dan mengejan saat miksi, misalnya akibat hipertrofi
prostat dan menjadi pencetus terjadinya Hernia. Kanalis 10 inguinalis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum, sehingga terjadi penonjolan peritoneum ke
daerah skrotum disebut dengan prosesus vaginalis peritonei (Diyono &
Mulyani, 2016).
Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal sering kali kanali sini tidak tertutup, karena testis turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis lebih sering terbuka , maka yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak dapat mengalami
obliterapi) akan timbul Hernia inguinalis lateralis abuisita. Keadaan yang

16
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat miksi,
misalnya akibat hipertropi prostat (Diyono & Mulyani, 2016).

Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Potensial komplikasi
terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan perut kembung , muntah, konstipasi. Bila inkarserata
dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi
usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratun dan Lusianah (2015) pemeriksaan diagnostik pada pasien
Hernia inguinalis lateral yaitu:
1. Pemeriksaan darah lengkap Menunjukan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi
darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi
atau post operasi.
2. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra Membedakan
masa di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan
membedakan jenis-jenis hernia.
3. Urinalisis Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang
menyebabkan rasa sakit di daerah inguinal dan eritrosit (0-4/LPB) pada
urin pasien ini merupakan akibat dari hipertrofi prostat jinak. 12 d. Sinar
X abdomen Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.

17
G. Penatalaksanaan Medic Hernia Inguinalis Latera Lantara Lain :
1. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara
hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya
dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua
tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan
yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini
kadang dilakukan padahernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi,
yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg.
Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
2. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk
memperkecil pintu hernia.
3. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative
kecil.Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya yang
rasional.
4. Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang
mengalami strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorong kea rah cincin hernia dengan
tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di
atas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi besok
harinya. Jika resisi hernia tidak berhasil, dalan waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera.

18
5. Pengobatan operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan
hernioraphy.
6. Herniotomy
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibukadan isi hernia dibebaskan kalau adaperlengketan, kemudian
reposisi.Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
7. Hernioraphy
Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
8. Diet dan activity
Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah
pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah operasi diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk
mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi,
teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap
makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.
9. Medikasi
Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
ranitidine,asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk
membasmi infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam
klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti
dulcolax 10 mg suppositoria (Jitowiyono& Kristiyanasari 2015)

19
H. Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif
1. Pengkajian
a. Pre operatif
Hal yang perlu di kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki
riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama,
terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, pasien merasa
tidak nyaman karena nyeri pada abdomen (Dermawan &
Rahayuningsih, 2010 dalam Aristia, 2020)
1) Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu maupun pemeriksaan head to toe.
2) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adalah
penyakitkulit di area badan.
3) Sistem kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sistem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung atau tidak,
kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi, kebiasaan
merokok, minum alkohol, oedema, irama dan frekuensi jantung.
4) Sistem pernafasan, apakah pasien bernafas teratur dan berubah
secara tiba-tiba di kamar operasi.
5) Sistem gastrointestinal
a) Inspeksi: perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri, berubah bentuk).
b) Auskultasi: Bising usus jumlahnya melebihi batas normal
>12karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan
c) Perkusi: Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen.
d) Palpasi: Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya
terdapat nyeri.
6) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami
menstruasiatau tidak.
7) Sistem saraf, bagaimana kesadaran pasien.

20
8) Premedikasi
Merupakan pemberian obat-obatan sebelum anastesi, kondisi
yang diharapkan oleh anastesiologis adalah pasien dalam kondisi
tenang, hempdinamik stabil, post anastesi baik, anastesi
lancar. Diberikan pada malam sebelum operasi dan beberapa
jam sebelum anastesi 1-2jam.
9) Tindakan Umum
a) Memeriksa catatan pasien dan program pre operasi
b) Pasien dijadwalkan untuk berpuasa kurang lebih selama 8
jamsebelum dilakukan pembedahan
c) Memastikan pasien sudah menandatangani surat persetujuan
bedah
d) Memeriksa riwayat medis untuk mengetahui obat-obatan,
pernapasan dan jantung
e) Memeriksa hasil catatan medis pasien seperti hasil
laboratorium, EKG, dan rontgen dada
f) Memastikan pasien tidak memiliki alergi obat
10) Sesaat Sebelum Operasi
a) Memeriksa pasien apakah sudah menggunakan identitasnya
b) Memeriksa tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernapasan,
tekanan darah
c) Mengkaji kondisi psikologis, meliputi perasaan takut atau
cemasdan keadaan emosi pasien
d) Melakukan pemeriksaan fisik
e) Menyediakan stok darah pasien pada saat persiapan untuk
pembedahan
f) Pasien melepaskan semua pakaian sebelum menjalani
pembedahandan pasien menggunakan baju operasi
g) Semua perhiasan, benda-benda berharga harus dilepas
h) Membantu pasien berkemih sebelum pergi ke ruang operasi
i) Membantu pasien untuk menggunakan topi operasi

21
j) Memastikan semua catatan pre operasi sudah lengkap dan
sesuaidengan keadaan pasien
b. Intra operatif
1) Pengkajian status psikologis, apabila pasien di anastesi lokal dan
pasien dalam keadaan sadar maka sebaiknya perawat menjelaskan
prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi
dukungan agar pasientidak cemas atau takut menghadapi operasi
2) Mengkaji tanda-tanda vital bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut pada
ahli bedah
3) Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis atau belum
c. Post operatif
Pengkajian pasca bedah herniotomi dilakukan sejak pasien mulai
dipindahkan dari kamar operasi ke ruang pemulihan. pengkajian
dilakukan saat memindahkan pasien yang berada di atas brankar,
perawat mengkaji dan melakukan intervensi tentang kondisi jalan
nafas, tingkat kesadaran, status vaskuler,sirkulasi, perdarahan, suhu
tubuh dan saturasi oksigen. Posisi kepala pada saat pemindahan sangat
penting dilakukanuntuk menjaga kepatenan jalan nafas.
Pengkajian di ruang pemulihan berfokus pada keselamatan jiwa pasien
fokus pengkajian meliputi : pengkajian respirasi, sirkulasi, status
neurologis, suhu tubuh, kondisi luka dan drainase,
nyeri,gastrointestinal, genitourinari, cairan dan elektrolit, psikologi
dan keamanan peralatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pre operasi, intra operasi, dan post operasi
berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017):
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

22
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.

a) Gejala dan tanda mayor


Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (misalnya
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
b) Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
a) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi, dan sulit berkonsentrasi.
Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur.
b) Gejala dan tanda minor
Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya.
Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor,
muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering
berkemih, berorientasi pada masa lalu.

23
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
a) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : menanyakan masalah yang dihadapi.
Objektif : menunjukkan perilaku yang tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.

b) Gejala dan tanda minor


Subjektif : -
Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan (misalnya apatis,
bermusuhan, agitasi, hysteria)
b. Intra operasi
1) Risiko cedera dibuktikan dengan pengaturan posisi bedah dan
traumaprosedur pembedahan.
Risiko cedera adalah berisiko mengalami bahaya atau kerusakan
fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau
dalamkondisi fisik.
Faktor risiko
Eksternal : terpapar pathogen, terpapar zat kimia toksik, terpapar
agen nosocomial, ketidakamanan transportasi.
Internal : ketidaknormalan profil darah, perubahan orientasi afektif,
perubahan sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi biokimia, hipoksia
jaringan, kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, melnutrisi,
perubahan fungsi psikomotor, perubahan fungsikognitif.
2) Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan.
Risiko perdarahan adalah berisiko mengalami kehilangan darah baik
internal (terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi hingga
keluar tubuh).

24
Faktor risiko
Aneurisma, gangguan gastrointestinal (misalnya ulkus lambung,
polip, varises), gangguan fungsi hati (misalnya sirosis hepatis),
komplikasi kehamilan (misalnya ketuban pecah sebelum waktunya,
plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar), komplikasi pasca
partum (misalnya atoni uterus, retensi plasenta), gangguan koagulasi
(misalnya trombositopenia), efek agen farmakologis, tindakan
pembedahan, trauma, kurang terpapar informasi tentang pencegahan
perdarahan, proses keganasan.
c. Post operasi
1) Risiko hipotermia perioperatif dibuktikan dengan terpapar suhu
ruangan rendah.
Risiko hipotermia perioperatif adalah berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh di bawah 360C secara tiba-tiba yang terjadi
satu jam sebelum pembedahan hingga 24 jam setelah pembedahan.
Faktor risiko
Prosedur pembedahan, kombinasi anastesi regional dan umum, skor
American Society of Anestesiologist (ASA) >1, suhu pra operasi
rendah (<360C), berat badan rendah, neuropati diabetik, komplikasi
kardiovaskuler, suhu lingkungan rendah, transfer panas (misalnya
volume tinggi infus yang tidak dihangatkan, irigasi >2 liter yang
tidak dihangatkan).
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
a) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif :tampak meringis, bersikap protektif (misalnya
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi

25
meningkat, sulit tidur
b) Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaphoresis

3. Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Pre Operatif Setelah dilakukan Managemen Nyeri
asuhan keperawatan
Nyeri akut b.d agen diharapkan nyeri akut Observasi
pencidera fisiologis berkurang atau hilang a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
Data subjektif : a. Keluhan intensita nyeri
“Mengeluh nyeri” nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
Data objektif : b. Frekuensi c. Identifikasi respons nyeri non
Tampak meringis, nadi membaik verbal
bersikap protektif c. Meringis d. Identifikasi faktor yang
(misalnya waspada, menurun memperberat dan memperingan
posisi menghindari d. Gelisah menurun nyeri
nyeri), gelisah, frekuensi e. Melaporkan
nadi meningkat, sulit nyeri terkontrol Terapeutik
tidur, tekanan darah meningkat a. Berikan teknik nonfarmakologis
meningkat, pola napas (misal: terapi musik, terapi
berubah, nafsu makan pijat)Edukasi
berubah, proses berpikir b. Jelaskan penyebab, periode, dan
terganggu, menarik diri, pemicu nyeri
berfokus pada diri c. Jelaskan strategi meredakan nyeri
sendiri, diaphoresis. d. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri

26
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
situasional asuhan keperawatan
diharapkan ansietas Observasi
Data Subjektif : berkurang atau hilang a. Identifikasi saat tingkat ansietas
- Merasa bingung, dengan kriteria hasil : berubah ( kondisi, waktu, stresor )
merasa khawatir a. Verbalisasi b.Identifikasi kemampuan
dengan akibat dari kebingungan mengambil keputusan
kondisi yang menurun c. Monitor tanda-tanda ansietas
dihadapi, dan sulit b. Verbalisasi (verbal dan non verbal )
berkonsentrasi. khawatir akibat
- Mengeluh pusing, kondisi yang Terapeutik
anoreksia, palpitasi, dihadapi menurun a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
merasa tidak c. Perilaku gelisah menumbuhkan kepercayaan
berdaya. menurun b.Temani pasien untuk mengurangi
d. Perilaku tegang kecemasan
Data Objektif : menurun c. Pahami situasi yang membuat
Tampak gelisah, ansietas
tampak tegang, dan d.Dengarkan dengan penuh perhatian
sulit tidur. frekuensi e. Gunakan pendekatan yang tenang
napas meningkat, dan meyakinkan
frekuensi nadi f. Motivasi mengidentifikasi situasi
meningkat, tekanan yang memicu kecemasan
darah meningkat, g.Diskusikan perencanaan realistis
diaphoresis, tremor, tentang peristiwa yang akan datang
muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak Edukasi
mata buruk, sering a. Jelaskan prosedur serta sensasi

27
berkemih, berorientasi yang mungkin dialami
pada masa lalu. b. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
d. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif
e. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
f. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
g. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
3 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar intervensi
informasi keperawatan maka Observasi :
tingkat pengetauan a. Identifikasi kesiapan dan
Data Subjektif : membaik dengan kemampuan menerima informasi
Menanyakan masalah kriteria hasil: b.Identifikasi faktor-faktor yang
yang dihadapi. a. kemampuan dapat meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan motivasi perilaku
Data Objektif : pengetahuan hidup bersih dan sehat.
- Menunjukkan tentang suatu
perilaku yang tidak topik meningkat Teraupetik :
sesuai anjuran, b. Pertanyaan tentang a. Sediakan materi dan media
- menunjukkan masalah yang pendidikan kesehatan
persepsi yang keliru dihadapi menurun b.Jadwalkan pendidikan kesehatan

28
terhadap c. Perilaku membaik sesuai kesepakatan
masalah. c. Berikan kesempatan untuk bertanya
- menjalani
pemeriksaan yang Edukasi :
tidak tepat, a. Jelaskan faktor resiko yang dapat
menunjukkan mempengaruhi kesehatan
perilaku berlebihan b.Ajarkan perilaku hidup dan sehat
(misalnya apatis, c. Ajarkan strategi yang dapat
bermusuhan, agitasi, digunakan untuk meningkatkan
histeria). perilaku hidup bersih dan sehat
4 Intra Operatif Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
Risiko perdarahan asuhan keperawatan
ditandai dengan diharapkan risiko Observasi
tindakan pembedahan perdarahan tidak a. Monitor tanda dan gejala
terjadi dengan perdarahan
Factor risiko : kriteria hasil : b.Monitor nilai
Aneurisma, gangguan a. Tidak ada tanda- hematokrit/hemoglobin sebelum
gastrointestinal, tanda perdarahan dan sesudah kehilangan darah
gangguan fungsi hati, c. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
komplikasi kehamilan, d.Monitor koagulasi
komplikasi pasca
partum, gangguan Terapeutik
koagulasi, efek agen a. Pertahankan bedrest selama
farmakologis, tindakan perdarahan
pembedahan, trauma. b.Batasi tindakan invasif, jika perlu
c. Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
b. Anjurkan menggunakan kaus kaki

29
saat ambulasi
c. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah konstipasi
d. Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
e. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
f. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
5 Risiko cedera ditandai Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Lingkungan
dengan perubahan asuhan keperawatan
sensasi (tindakan diharapkan cedera Obervasi
pembedahan) tidak terjadi dengan a. Identifikasi kebutuhan keselamatan
kriteria hasil : b.Monitor perubahan status
Factor risiko : a. Kejadian cedera keselamatan pasien
Terpapar pathogen, zat menurun
kimia toksik, agen b. Luka/lecet Terapeutik
nosocomial, disfungisi menurun a. Hilangkan bahaya keselamatan, jika
auto imun,kejang, memungkinkan
gangguan oenglihatan, b.Modifikasi lingkingan dengan
gangguan pendengaran, meminimalkan resiko
c. Sediakan alat bantu keamanan
lingkingan (mis. Pegangan tangann

30
d.Gunakan perangkat pelindung
(mis. Rel samping, pengunci bed)
6 Post Operatif Setelah dilakukan Managemen Nyeri
asuhan keperawatan
Nyeri akut diharapkan nyeri akut Observasi
berhubungan dengan berkurang atau hilang a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera fisik dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensita
(prosedur pembedahan) a. Keluhan nyeri nyeri
menurun b.Identifikasi skala nyeri
Data Subjektif : b. Melaporkan nyeri c. Identifikasi respons nyeri non verbal
“Mengeluh nyeri” terkontrol d.Identifikasi faktor yang memperberat
Data Objekif : meningkat dan memperingan nyeri
Tampak meringis,
bersikap protektif Terapeutik
(misalnya waspada, a. Berikan teknik nonfarmakologis
posisi menghindari (misal: terapi musik, terapi pijat)
nyeri), gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit Edukasi
tidur, tekanan darah a. Jelaskan penyebab, periode, dan
meningkat, pola napas pemicu nyeri
berubah, nafsu makan b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
berubah, proses berpikir c. Ajarkan teknik non farmakologis
terganggu, menarik diri, untuk mengurangi nyeri
berfokus pada diri
sendiri, diaphoresis. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
7 Resiko hipotermia Setelah dilakukan Manajemen hipotermi Observasi
perioperatif ditandai asuhan keperawatan a. Monitor suhu tubuh
dengan tindakan diharapkan risiko b. Identifikasi penyebab hipotermia

31
pembedahan . hipotermia tidak c. Monitor tanda dan gejala akibat
Prosedur pembedahan, terjadi dan hipotermia Terapeutik
kombinasi anastesi termoregulasi a. Lakukan penghangatan pasif
regional dan umum, membaik dengan (selimut, baju hangat, topi atau
skor American Society of criteria hasil: penutup kepala)
Anestesiologist (ASA) a. Tidak ada tanda- b. Lakukan penghangatan aktif
>1, suhu pra operasi tanda hipotermia eksternal (kompres hangat,
rendah (<360C), berat b. Menggigil botol hangat, metode kangguru)
badan rendah, neuropati menurun c. Lakukan penghangatan aktif
diabetik, komplikasi c. Pucat membaik internal (infuse cairan hangat,

kardiovaskuler, suhu d. Suhu tubuh oksigen hangat, lavase peritoneal

lingkungan rendah, membaik dengan cairan hangat)

transfer panas (misalnya


volume tinggi infus
yang tidak dihangatkan,
irigasi >2 liter yang tidak
dihangatkan).
8 Resiko jatuh ditandai Selah dillakukan Pencegahan jatuh Observasi :
dengan kondisi pasca asuhan keperawatan a. Identifikasi faktor resiko jatuh
operasi diharapkan resiko b.Identifikasi faktor lingkungan yang
jatuh tidak terjadi meningkatkan resiko jatuh
Factor risiko : dengan criteria hasil : c. Hitung resiko jatuh dengan
Usia >65 atau <2 tahun, a. Tidak ada menggunakan skala
Riwayat jatuh , efek kejadian jatuh d.Monitor kemampuan berpindah
agen farmakologis, dari tempat tidur ke kursi roda
penuruunan kesadaran, atau sebaliknya
lingkungan tidak aman,
kondisi pasca operasi. Terapeutik :
a. Orientasikan ruangan pada pasien
dan keluarga
b. Pastikan roda tempat tidur dan

32
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
c. Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
d. Tempatkan pasien beresiko tinggi
jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station

Edukasi :
a. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan

33
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. AN
Tanggal lahir : 09 – 03 - 1953
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 15 – 02 - 2023
Tanggal pengkajian : 15 – 02 - 2023
Rencana operasi : Herniorafi + Mesh
Dokter operator : dr. AR
Diagnose : Hernia Inguinalis Dextra
Tindakan : Herniorafi + Mesh
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk : pasien mengatakan terdapat benjolan di
lipatan paha kanan. Pasien mengatakan benjolan tersebut semakin
membesar dan keluar saat pasien beraktvitas dan kembali masuk saat
pasien sedang beristirahat atau berbaring. Namun sekitar satu bulan
lalu benjolan tersebut tidak dapat masuk dan pasien mengeluh nyeri
VAS 4-5, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri akan memberat
saat pasien beraktivitas
b. Keluhan utama : pembengkakan di inguinal dextra dan nyeri
VAS 4-5
c. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak memiliki penyakit
d. Riwayat penyakit keluarga: pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti dirinya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : composmentis
b. Keadaan Umum : Baik

34
c. Tanda-tanda vital : TD : 131/85 mmHg suhu : 36oC
Nadi : 86 x/menit pernapasan :
20x/mnt
d. Head to toe
1) Kepala
Bentuk : Mesosephal
Simetris Wajah : Simetris
Nyeri Tekan : Tidak Terdapat Nyeri Tekan
Rambut : Distribusi Warna Rambut Merata, Tampak
Uban
Deformitas : tidak terdapat deformitas
2) Mata
Bentuk : Normal, kedudukan bola mata simetris
Gerakan : normal
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, refleks terdahadap cahaya
3) Telinga
Bentuk : normotia
Serumen : tidak terdapat penumpukan serumen
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada area telinga
4) Hidung
Bentuk : normal, tidak ada penggunaan alat bantu napas
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan di area hidung
Sekret : tidak tampak sekret, tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorokan
Bibir : normal, tampak sedikit pecah-pecah, tidak ada
stomatitis
Gigi : terdapat gigi yang berlubang
Mukosa mulut : normal

35
6) Leher
Bentuk : terdapat benjolan kurang lebih 2 cm di sisi kiri
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Distensi vena jugular : tidak terdapat distensi vena
7) Paru-paru
Inspeksi :Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada
saat statis dan dinamis
Palpasi :Gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada
kedua hemithorax
Perkusi :Sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar
pada sela iga VI pada linea midklavikularis dextra,
dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-
lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis
anterior sinistra.
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi
maupun wheezing
8) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS
V, di lineamidklavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung kiri ICS V, 2-3 cm dari linea
midklavikularis sinistra, batas jantung kanan ICS
III, linea sternalis dextra, batang jantung atas ICS III
linea sternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II reguler
9) Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan
parut dan kelainan kulit, warna kulit sawo matang,
terdapat pembengkakan pada area abdomen bagian
inguinal dextra
Auskultasi : bising usus normal

36
Palpasi : terdapat nyeri tekan vas 4-5 pada area inguinal
dextra
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
10) Esktremitas
Atas : Simetris, tangan masih lengkap, tidak
cacat,capillary refill time (CRT) kurang dari 2
detik, tidak ada oedema, pada tangan kanan
terpasang infus RL 20tpm dengan kondisi tidak ada
kemerahan tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak
ada lesi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah : Tidak ada cacat, CRT 4 detik, kaki kanan tidak
ada masalah. dan kaki kiri tidak ada oedema
11) Genetalia
Tidak terdapat masalah, tidak ada penggunaan kateter

4. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 14.7 g/dL
Leukosit : 7.70 ribu/uL
Hematocrit : 43 %
Trombosit : 163 ribu/uL
Eritrosit : 4.95 106//uL
MCV/VER : 86 fL
MCH/HER : 30 pg
MCHC/KHER : 35 g/dL
Glukosa darah sewaktu : 142 mg/dL
SGOT : 32 U/L
SGPT : 28 U/L
Ureum darah : 15 mg/dL
Kreatinin darah : 1.1 mg/dL
Natrium : 129 mEq/L
Kalium : 3.8 mEq/L

37
Klorida : 99 mEq/L
5. Asuhan Keperawatan Perioperatif
a. Sign in
1) Mengganti baju
2) Membaringkan pasien di tempat tidur dan menggunakan penutup
kepala
3) Hari/tgl/bulan/tahun : Rabu, 15 februari 2023
4) Pukul : 17.30
b. Konfirmasi/verifikasi
1) Nama : Tn. AN
2) Tanggal lahir : 09 – 03 - 1953
3) No.RM : 00692812
4) Rencana operasi : herniorafi + mess
5) Dokter anestesi : dr. M
6) Diagnose pre-operasi : hernia inguinalis
7) Tindakan : herniorafi + mes
8) Jenis pembiusan : regional
9) Lokasi operasi : perut kanan bawah/inguinal
10) Puasa : 10.00
11) Riwayat alergi : tidak ada
12) Riwayat asma : tidak ada
13) Rencana pemasangan implant : tidak ada
14) Status psikososial : pasien tampak tenang
15) Tingkat kesadaran : composmentis
16) Tanda-tanda vital : TD : 131/85 mmHg Suhu : 36.6oC
Nadi : 86x/mnt Pernapasan :
20x/mnt
c. Menyiapkan catatan permintaan obat dan alkes
Alkes:
1. Hand gloves 6 :1
2. Hand gloves 7 :2

38
3. Hand gloves 7.5 :1
4. Iodin 75 :1
5. Framycetin :1
6. Blade no 15 :1
7. Safil 2-0 Tepper :1
8. Surgipro 2-0 Cutting : 1
9. Hertamesh :1
10. Kasa biasa :2
11. T-scrub :3
12. Wrapping paper :1
d. Menyiapkan ruang operasi dan instrument
1) Jas umum
2) Laken umum
3) Set hernia dewasa
4) ESU
5) Suction

Ruang operasi dipersiapkan dalam keadaan siap pakai, semua


alat yang akan digunakan diwaktu operasi di cek terlebih dahulu sperti
ESU, lampu operasi, suction, dll. Alkes dan instrument di buka dan
dipersiapkan oleh perawat sirkuker. Pasien dipindahkan ke meja
operasi dengan posisi supine, perawat instrument mencuci tangan
bedah :
1. Gulung lengan baju hingga 10 cm dari atas siku
2. Lepaskan semua perhiasan yang dipakai ditangan dan lengan
seperti cincin, jam tangan, gelang kemudian memakai APD
lengkap
3. Buka sikat spon dan bersihan kuku
4. Buka kran air dengan tangan atau siku atau menggunakan lutut
atau kaki

39
5. Basahi lengan tangan hingga 5 cm diatas siku dibawah air
mengalir
6. Membersihkan kuku dan menggunakan pembersih kuku dibawah
air mengalir
7. Ambil sikat spon yang mengandung Clorhexidin Gluchonat 4%
8. Remas spon dan sikat sampai keluar busa
9. Lumuri dan gosok hingga seluruh permukaan tangan dan lengan
kanan dan kiri dari ujung jari hingga diatas 5 cm siku
10. Menyikat kuku jari selama satu menit ( 6ox hitungan) ki-ka
11. Lalu membuang sikat dan membilas dengan air mengalir
12. Remas kembali spon dan lumuri kembali hingga ¾ lengan dengan
menggunakan Clorhexidin Gluchonat 4% pada tangan kiri dan
tangan kanan
13. Mulai menggosok telapak tangan dan punggung tangan selama 15
kali tiap masing-masingnya, kemudian menggosok 4 sisi jari-jari
dan 2 kali putaran, lalu bersihkan dan bilas dibawah air mengalir,
dan buang spon ketempat sampah
14. Lumuri kembali dengan cairan Clorhexidin Gluchonat 4% pada
tangan sampai pergelangan tangan kemudian lakukan cuci tangan
procedural
15. Pertahankan posisi telapak tanngan lebih tinggi dari siku untuk
menjaga kesterilan dan membiarkan airnya mengalir ke babawah
16. Membuka pintu kamar operasi dengan punggung ataupun sensor

Memakai Jas Steril :


1. Perawat sirkuler membuka set jas steril
2. Waktu memasuki kamar operasi 2 tangan selalu lebih tinggi dari
siku
3. Menjauh dari kemasan buka handuk seluruhnya, dan bentuk
handuk menjadi segitiga setelah itu keringkan kedua telapak dan
punggung tangan

40
4. Angkat jas yang terlipat dari kemasan yang steril tanpa menyentuh
bungkus sarung tangan atau pembungkus yang steril
5. Pegang tepi lipatan jas yang ada, buka jas didepan anda tetapi
hanya menyentuh bagian dalam jas
6. Temukan lubang dengan lengan jas dan masukkan kedua lengan
kedalamnya, jangan biarkan tangan melewati manset jas ketika
melakukan teknik sarung tangan tertutup

Memakai Sarung Tangan Tertutup :


1. Membuka bungkus sarung tangan yang akan digunakan sesuai
ukuran
2. Gunakan tangan kiri, dan tangan kanan tetap dalam manset lengan
jas, telapak sarung tangan diletakkan terbalik dengan telapak
kanan sambil memegang
3. Punggung manset dipegang dengan tangan kiri dan balikin lengan
jas dengan tangan kanan
4. Ujung sarung tangan dan lengan jas dibawahnya dipegang dengan
tangan kiri, dengan menarik lengan jas ke atas sarung tangan
tertarik ke atas kedalam sarung
5. Lakukan untuk sebaliknya
Perawat instrumen mulai menyiapkan instrument dimeja
mayo, meja mayo di alasi terlebih dahulu dengan urutan, alas meja
mayo, perlak/underpad/wp, dan duk sedang, kemudian baru disusun
instrument yang akan digunakan diantaranya :

Set Hernia Dewasa


1. Sponge Holding Forcep :1
2. Towel Klem :6
3. Anatomische Pinzetten :2
4. Chirurgische Pinzetten :2
5. Hemostatic Forceps (Klem Bengkok): 6

41
6. Hemostatic Forceps (Klem Lurus) :4
7. Kocher :6
8. Mayo Distering :1
9. Mayo Lexer :1
10. Lexer :1
11. Needle Holder :2
12. Surgipen :1
13. Kom Kecil :2
14. Kidney Bowel :1
Perawat instrument harus menghitung kassa, instrument dan
jarum dengan tegas dan diketahui oleh minimal 1 orang saksi
Persiapan pasien di meja operasi
1. Aseptik dan antiseptik daerah operasi dengan iodine
menggunakan yoderm dan kassa dengan cara dari tengah kea rah
luar
2. Drapping (pemberian batas tegas pada daerah yang akan diinsisi)
diataranya
- Duk besar atas 1
- Duk besar bawah 1
- Duk sedang samping kiri kanan 2
3. Cek alat ESU dan tempelkan patient plat (oleh perawat sirkuler)
ke daerah yang berlemak seperti paha, dan tidak ada pemakaian
implant di daerah yang akan dipasang
4. Cek alat suction
5. Cek lampu yang berfungsi
e. Time out
Bismillahirrohmaanirrohiim…
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
1. Konfirmasi anggota tim bedah
a) Hari/bulan/tahun : Rabu, 15 februari 2023
b) Nama pasien : Tn.AN

42
c) Tanggal lahir : 09 – 03 - 1953
d) Diagnose : hernia inguinalis
e) Rencana tindakan : herniorafi + mesh
f) Dr. operator : dr. AR
g) Asisten operator : TL
h) Perawat instrument :F
i) Dr. anastesi : dr. M
j) Perawat anastesi :S
k) Perawat sirkuler : SF
2. Membaca doa dipimpin oleh operator
3. Antibiotik yang sudah diberikan : ceftriaxone Antisipasi
kejadian kritis

Dokter bedah :
- Adakah kemungkinan tindakan kritis : tidak
- Perkiraan lama operasi sudah diketahui : kurang lebih
30 menit
- Adakah persiapan darah : tidak
Dokter anestesi :
- Adakah hal khusus diperhatikan pada pasien : tidak
Tim bedah :
- Cek sterilisasi alat : ya
- Cek kesiapan kondisi peralatan yang akan digunakan :
lengkap
4. Ada persiapan darah atau tidak : tidak
5. Posisi selama operasi : supine
6. Operasi dimulai pukul : 17.40 WIB
7. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 147/73 mmHg Nadi : 95 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit suhu : 36.6oC
SpO2 : 98%

43
8. Prosedur operasi
Asisten diberikan yoderen dan kasa steril
a. Lakukan tindakan aseptik yang berisi cairan Povidone Iodine
pada daerah yang akan dilakukan insisi
b. Daerah yang sudah dicuci dengan cairan povidone Iodin
kemudian dibilas kembali dengan alkohol dan kassa steril
c. Asisten dan instrumen melakukan drapping pada daerah yang
sudah di lakukan aseptic untuk memberikan batas tegas pada
daerah yang akan dilakuan insisi
d. Pasang surgipen diatas drapping lalu kuat kan dengan towel
klem.
e. Berikan piset cirugis pada operator untuk memastikan pasien
tidak kesakitan saat di lakukan insisi dan sudah terbius
sempurna.
f. Berikan Scapel+Blade kepada operator dengan menggunakan
Kidney Dish
g. Operator : diberikan operating scr dan hemostataic forceps
untuk membantu melebarkan lokasi yang di insisi
h. Asisten melakukan pengedeppan darah pada daerah yang di
insisi bila terjadi perdarahan dengan kassa steril
i. Operator membuka lapisan kulit, fasia dan dibantu oleh asisten
menggunakan abdominal rectractor pendek untuk melebarkan
jaringan yang di insisi.
j. Operator membuka kantong hernia menggunakan kocher 4
pasang dan hemostatic forceps 2 buah.
k. Operator merapihkan kantong hernia menggunakan surgipen
dan pinset cirurgis dibantu asisten menghentikan perdarahan
dengan kassa steril.
l. Bila kantong hernia sudah rapih, operator memasang hertamesh
di kantong hernia. Bila hertamesh sudah terpasang rapih dan

44
tidak ada perdarahan, berikan benang Surgipro 2.0 (Cutting)
dan Needle Holder untuk menjahit peritoneum.
m. Selanjutnya, jahit kantong hernia yang sudah terpasang
hertamesh dengan Surgipro 2.0 (Cutting)
n. Kemudian jahit bagian fascia dengan safil 2.0 (Tepper), bila
tidak ada perdarahan jahit bagian kulit dengan benang Prolen
2.0 (Cutting)
o. Bersihkan luka yang sudah dijahit dengan kassa lembab steril.
p. Tutup jahitan menggunakan daryatule dan kassa steril,
kemudian tutup dengan hypafix.
q. Operasi selesai.
r. Hitung kembali alat-alat yang digunakan.
s. Pisahkan benda tajam dan tumpul, masukkan alat-alat yang
kotor ke dalam box kotor.
t. Pindahkan pasien ke Recovery Room.

f. Sign out
Konfirmasi secara verbal
1. Selesai Pukul : 18.40 WIB
2. Nama Tindakan Yang Dilakukan : Herniorafi + Mesh
3. Kelengkapan Instrument : Lengkap
4. Kassa : Lengkap (20)
5. Penanganan Specimen : Diberi Label
6. Apakah Ada Masalah Yang Perlu Disampaikan : Tidak
7. Jaringan Atau Cairan Tubuh : Tidak Dilakukan PA
8. Apakah implant sudah dipasang dan berfungsi dengan baik : tidak
ada implant
9. TTV : TD : 136/65 mmHg Nadi : 89 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt suhu : 36oC
10. Turgor kulit : elastis
11. Intake-output

45
- Cairan infus : 300 cc
- Perdarahan : 10 cc

B. ANALISA DATA
1. Pre operasi
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Data Subjektif : Nyeri Akut Benjolan di
pasien mengeluh nyeri VAS inguinal
4-5 di daerah inguinalis
kanan, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri
akan memberat saat pasien
beraktivitas

Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik
abdomen terdapat nyeri
tekan di area perut
kanan bawah/ inguinal

2. Intra operasi
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Data subjektif : - Risiko infeksi Prosedur invasive

Data Objektif :
- Pasien dilakukan
pembedahan di area
inguinalis kanan
- TTV

46
Tekanan darah : 147/73
mmHg
Nadi : 95 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt
Suhu badan : 36.6oC
SpO2 : 98%
- Teknik aseptic dan
antiseptic dipertahan
selama proses
pembedahan
- Instrument dan tim
dalam keadaan steril

3. Post operasi
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Data Subjektif Risiko Jatuh Kondisi pasca
- operasi

Data Objektif
- Keadaan umum sedang
- Keadaan luka tertutup
- Pasien tampak lemah
akibat anastesi regional
- Tekanan darah : 136/65
mmHg
- Nadi : 89 x/menit
- Pernapasan : 20 x/Menit
- Suhu badan : 36°C

47
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi : Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di inguinal
dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri
2. Intra operasi : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan
invasive
3. Post operasi : Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi

D. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Pre-operasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
Nyeri akut intervensi selama karakteristik, durasi,
berhubungan dengan 30 menit control frekuensi, kualitas,
adanya benjolan di nyeri akibat kondisi intensitas nyeri
inguinal dibuktikan menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan pasien 3. Monitor efek samping
mengeluh nyeri penggunaan analgetik
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2 Intra-operasi Setelah dilakukan 1. Kaji factor-faktor yang
Risiko infeksi tindakan operasi berisiko menyebabkan
berhubungan dengan selama 3x 24 Jam, infeksi
prosedur tindakan risiko infeksi tidak 2. Pertahankan teknik
invasive terjadi aseptic dan antiseptic
3. Pastikan kadaluarsa alat
dan bahan sebelum
digunakan
4. Pastikan operator,
asisten dan perawat
instrument melakukan

48
scrubbing, gowning dan
gloving sesuai prosedur
5. Pastikan pemberian
profilaksis maksimal 30-
60 menit sebelum
operasi
6. Siapkan lokasi operasi
menurut prosedur
khusus
7. Tutup luka operasi
dengan pembalut yang
steril
3 Post-operasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi factor risiko
Risiko jatuh tindakan operasi jatuh
berhubungan dengan selama 60 menit, 2. Identifikasi factor
kondisi pasca operasi risiko jatuh tidak lingkungan yang
terjadi meningkatkan risiko
jatuh
3. Hitung risiko jatuh
dengan menggunakan
skala
4. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur

49
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Pre-operasi 1. Mengidentifikasi S : pasien mengatakan
Nyeri akut lokasi, karakteristik, nyeri terasa di area
berhubungan dengan durasi, frekuensi, inguinal
adanya benjolan di kualitas, intensitas
inguinal dibuktikan nyeri O:
dengan pasien 2. Mengidentifikasi - Keadaan umum baik
mengeluh nyeri skala nyeri - Kesadaran
3. Memonitor efek composmentis
samping penggunaan - Prosedur tindakan
analgetik telah dijelaskan
4. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi A : masalah nyeri
untuk mengurangi berkurang
rasa nyeri
P : intervensi dihentikan
2 Intra-operasi 1. Mengkaji factor- S : -
Risiko infeksi faktor yang berisiko
berhubungan dengan menyebabkan O:
prosedur tindakan infeksi - Teknik aseptic dan
invasive 2. Mempertahankan antiseptic
teknik aseptic dan dipertahankan
antiseptic - Operator dan tim
3. Memastikan bedah dalam keadaan
kadaluarsa alat dan steril
bahan sebelum - Luka dibalut dengan
digunakan balutan steril
4. Memastikan
operator, asisten dan A : risiko infeksi tidak

50
perawat instrument terjadi
melakukan
scrubbing, gowning P : pertahankan
dan gloving sesuai intervensi selama proses
prosedur pembedahan
5. Memastikan
pemberian
profilaksis maksimal
30-60 menit
sebelum operasi
6. Menyiapkan lokasi
operasi menurut
prosedur khusus
7. Menutup luka
operasi dengan
pembalut yang steril
3 Post-operasi 1. Mengidentifikasi S:-
Risiko jatuh factor risiko jatuh
berhubungan dengan 2. Mengidentifikasi O:
kondisi pasca operasi factor lingkungan - Keadaan umum
yang meningkatkan sedang
risiko jatuh - Pasien tampak lemah
3. Menghitung risiko akibat anestesi
jatuh dengan regional
menggunakan skala - Side rails terpasang
4. Memonitor - Tekanan darah
kemampuan - Nadi
berpindah dari - Pernapasan
tempat tidur
A : risiko jatuh tidak
terjadi

51
P : pertahankan
intervensi

52
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan
post operasi sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien
hernia inguinalis. Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data,
intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang
didapat dari pasien untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang
akan dilakukan. Apabila proses pengkajian yang dilakukan tidak sesuai
dengan SPO maka akan berakibat buruk bagi pasien. Proses pengkajian di
awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan dilakukan operasi.
Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian tersebut
dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan hernia ingunalis didapatkan
bahwa pasien mengeluh nyeri di area perut kanan bawah/inguinal. Sebelum
dilakukan pembedahan pasien sudah di puasakan selama 6-8 jam dan sudah
diberikan obat-obat pre medikasi salah satunya adalah antibiotic profilaksis.
Selama pre medikasi pasien dipantau tanda-tanda vital nya hal tersebut untuk
mengurangi terjadinya komplikasi pada proses pembedahan.

B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa
yang muncul selamaproses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di inguinal
dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri (Pre Op)

53
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur
invasif (Intra Op)

3. Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi (Post Op)

C. Intervensi

Intervensi yang diberikan kepada pasien untuk memecahkan suatu


masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban yang di alami
oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang induksi
sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan
akan berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat,
dokter, keluarga pasien dan pasien. Pada saat pre op pasien diajarkan teknik
nonfarmakologi latihan nafas dalam dan berdzikir agar dapat mengontrol rasa
nyeri. Pendidikan mengenai prosedur tindakan juga telah dijelaskan selama
nanti proses intra operasi dilakukan.

Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan


perawat sirkuler memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan
untuk mengurangi terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan.
Selama proses operasi pasien juga dipantau atau di monitor tekanan darah,
nadi, dan saturasi oksigen. Selain itu cairan yang diberikan juga perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko perdarahan yang berlebih.
Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi yang ditimbulkan. Pada
saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien
tetap dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi
oksigen.

D. Implementasi dan evaluasi


Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dibuat sehingga dapat tercapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hasil evaluasi pada post operasi dapat memindahkan pasien ke
ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.

54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia adalah suatu benjolan/penojolan isi perut dari rongga
normal mulai lubang congenital atau didapat (Wijayaningsih, 2016). Hernia
inguinalis paling umum, visera menonjol ke dalam kanalis inguinal pada titik
dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament wanita. Hernia
inguinal indirek lengkuk usus keluar melalui kanalis inguinal dan mengikuti
kordo spermatikus pada pria dan ligament sekitar pada wanita, ini akibat dari
gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup sebelah testis turun ke dalam
skrotum, atau fiksasi ovarium. Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar
melalui kanalis inguinalposterior (Diyono & Mulyani, 2016).
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas
dapat disimpulkan bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif
perlu memperhatikan komunikasi, persiapan alat dan persiapan mental yang
baik sehingga proses pembedahan dapat berjalan dengan baik. Proses asuhan
tersebut didapatkan tiga diagnosa keperawatanperioperatif yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya benjolan di inguinal dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri (Pre Op)
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif
(Intra Op)
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi (Post Op)

B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya
semua persiapan operasi dilakukan secara maksimal, guna mencegah
terjadinya komplikasi pembedahan.
2. Perlunya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien terkait perawatan post operasi.
3. Meningkatkan kerja sma tim bedah untuk tercapainya praktik keperawatan
profesional di ruang bedah.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo,. 2017). Penatalaksanaan nyeri non farmakologi


2. Biloota,2017. Asuhan Keperawatan Post Operasi pendekatan
3. Diyono & Mulyanti, S. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Jitowiyonno &
4. Huda dan Kusuma ,2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.Mediaction
Publishing, Jogjakarta.
5. Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun
2018 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia:
6. Nurarif, (2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis
lateral.
7. Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
8. Subarkah (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
9. Wim Dejong,2016. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.
Jakarta : Salamba Medika.

56

Anda mungkin juga menyukai