Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah
appendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam
peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang
diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat
lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Besarnya biaya yang
diperlukan untuk penanganan hernia dapat pula menimbulkan masalah
sosioekonomi.
Dari kasus semua jenis hernia abdomen, 75% merupakan hernia
inguinalis. Hernia ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan
hernia ingunalis medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10%
hernia abdomen yang lainnya.
Bank Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa
berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut
golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan
ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari
total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi
pada wanita.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis lateral?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan hernia inguinalis lateral.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari hernia inguinalis
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari hernia inguinalis
c. Untuk mengetahui etiologi dari hernia inguinalis
d. Untuk mengetahui manifestasi klinik hernia inguinalis
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hernia inguinalis
f. Untuk mengetahui patofisiologi hernia inguinalis
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hernia inguinalis
h. Untuk mengetahui komplikasi pada hernia inguinalis
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada hernia inguinalis

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui
defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia
inguinal adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah defek konginital (Dermawan
Deden dan Rahayuningsih Tutik. 2010).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam
biasanya menyebutnya “turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke
bawah melalui celah. Lebih sering terkena pada laki-laki daripada
perempuan. (NANDA, 2015).

B. Klasifikasi
Macam-macam hernia berdasarkan sifat klinisnya :
1. Hernia Reponibilis
2. Hernia Irreponibilis
3. Hernia Strangulasi
4. Hernia Incarserata
Macam-macam hernia berdasarkan arah hernia :
1. Hernia Eksterna yaitu hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari
luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya; hernia inguinalis
lateralis dan medialis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia
lumbalis dsb.

3
2. Hernia Interna yaitu apabila isi hernia masuk ke dalam rongga lain,
misalnya ke cavum thorax atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen. (Diyono dan Mulyanti Sri. 2013)

C. Etiologi
1. Kongenital
a. Hernia Kongenital Sempurna terjadi karena adanya defek pada
tempat-tempat tertentu yang langsung muncul pada saat dia
dilahirkan.
b. Hernia Kongenital Tak Sempurna, bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-
tempat tertentu (perdisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan
terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intra abdominal. (Dermawan Deden dan
Rahayuningsih Tutik 2010).
2. Akuisital
Faktor penyebab hernia :
a. Kelemahan abdomen
Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan
atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat
mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah
usia dinding abdomen semakin lemah).
b. Tekanan intra abdominal yang tinggi
Misalnya sering mengejan, batuk, menangis, pada peniup terompet,
ibu yang sering melahirkan, pekerja angkat berat dll.
c. Konstitusi tubuh, misalnya pada orang kurus dan orang gemuk.
d. Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut (Penyakit paru
obstruktif paru kronis, adanya cairan di dalam rongga perut).
(Haryono Rudi. 2012)

4
D. Manifestasi Klinik
Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010), manifestasi yang ditemui
yaitu :
1. Tanpa keluhan (asimtomatis)
2. Daerah hernia menonjol, bertambah besar terutama saat berdiri
3. Adanya nyeri dan demam
4. Nyeri mendadak pada tempat hernia
5. Nyeri abdomen generalisata
6. Terjadi pada bagian proksimal dan sering terletak di umbilicus
7. Mual mutah
8. Hernia tegang, nyeri tekan

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

5
F. Patofisiologi

6
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, (2007) penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis
adalah:
1. Secara konservatif
a. Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
b. Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
2. Secara operatif
a. Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya,
kantong dibuka dan diisi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernio plastic : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil
annulus inguinalis iterus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.
c. Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan
menjepit defek (bagian lemak di dinding rongga yang
bersangkutan) didalam fasia.

H. Komplikasi
Komplikasi hernia inguinalis menurut Mansjoer (2007):
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi (hernia inguinalis
ireponibilis)
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya
usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus

7
diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi) hernia inguinalis
strangulate.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
pernikahan, agama/keyakinan, pendidikan, pekerjaan, diagnose
medic, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adanya benjolan
3. Riwayat penyakit sekarang
Timbul keluhan benjolan di mana? Ketika ada benjolan apa yang
dirasakan? Benjolannya masuk atau tidak? Benjolan dapat hilang
ketika apa?
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh pasien
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan latihan
f. Pola kognitif perceptual
g. Pola persepsi lain dan konsep diri
h. Pola hubungan dan peran
i. Pola reproduksi seksual
j. Pola penanggulangan stress
k. Pola tata nilai dan kepercayaan

9
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Ops :
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
3. Ansietas b.d stesor

Post Ops :

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. Intoleran aktivitas b.d tirah baring
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Tujuan :
a. Tingkat Nyeri
b. Kontrol Nyeri
c. Tingkat Kenyamanan

Kriteria Hasil :

a. Pasien mampu mengontrol nyeri


b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC

a. Ajarkan teknik non farmakologi


b. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
dengan tepat
c. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgesic

10
Rasional

a. Mengurangi rasa nyeri jika datang tiba-tiba


b. Meminimalisir rasa nyeri yang datang
c. Untuk mengurangi rasa nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri


NOC :
a. Gerakan bersama
b. Tingkat mobilitas
c. Perawatan diri ADL

Kriteria Hasil :

a. Pasien meningkat dalam aktivitas fisik


b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

NIC :

a. Monitor vital sign sebelum atau sesudah latihan


b. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang macam ambulasi
d. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi

Rasional

a. Untuk mengetahui jika terjadi penurunan/peningkatan setelah


dilakukan latihan
b. Untuk mengetahui perkembangan mobilisasi
c. Untuk mengetahui teknik latihan yang tepat
d. Untuk mengurangi rasa nyeri

11
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Deden, Rahayuningsih Tutik. 2010. Keperawatan Medikal Bedah


(Sistem Percernaan). Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Diyono, Mulyanti Sri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Percernaan.Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Haryono Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan
SistemPercernaan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
John Wiley & Sons. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Kusuma Hardi, Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta :
Mediaction

12

Anda mungkin juga menyukai