Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HERNIA

A. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan jerat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang abnormal.
(kamus kedokteran Dorland,edisi 26, 1990)
Hernia adalah penonjolan ulkus atau bagian ulkus melalui suatu kantong yang abnormal.
(catatan ilmu bedah,edisi 5,1996)
Hernia adalh penonjolan dari jaringan melalui suatu jalan yang abnormal.
(perawatan pasien V.A,hal.131).
adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah
defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari,
2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal/tertutup.
B. ETIOLOGI
1. Strain:
a. Kerja otot yang sangat kuat
b. Mengangkat benda berat
c. Batuk berkepanjangan
d. Batuk kronik
e. Mengejan sewaktu miksi(seperti pada pembesaran prostate yang jinak)
f. Mengedan sewaktu defekasi
2. Peregangan otot abdomen karena meningkatnya tekanan intra abdomen:
3. Obesitas; lemak dapat menjadi pendorong timbulnya hernia inguinalis direk
paraumbilikalis dan hiatus hernia.
4. Kehamilan.

C. TANDA DAN GEJALA


Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya
benjolan di selakanganya/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang, dan bila
menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat
pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi

D. KLASIFIKASI
Menurut letaknya,hernia dibagi menjadi:
1. Hernia inguinalis:
Hernia inguinalis indirect:terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus,melalui
canalis inguinalis sampai scrotum (terlebih pada laki-laki).
Hernia inguinalis direct:hernia inguinalis direct ini hamper selalu disebabkan oleh factor
peningkatan tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di perineum.oleh karena
itu,hernia ini umumnya terjadi bilateral,khususnya pada laki-laki tua.
2. Hernia femoralis:
Hernia femorali umumnya dijumpai pada perempuan tua keluahan biasanya muncul berupa
benjolan dilipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan
tekanan intraabdomen.
3. Hernia umbilikalis:
Hernia umbilikalis merupakan hernia konginetal pada umbilikalis yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit.Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% pada bayi dan lebih tinggi pada bayi
premature.
4. Hernia insisional:
Hernia insisional:batang usus/organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
Menurut sifatnya,hernia dibagi menjadi:
1. Hernia reducible/reponibilis:jika struktur yang menonjol dari organ tersebut dapat
dikembalikan ketempat semula dengan dinipulasi.
2. Hernia irreponibilis:hernia yang tidak dapat dimasukkan kembali ,tetapi belum tentu
inkarserota(aliran usus masuk kembali)
3. Hernia inkarserata:hernia dimana isi perut/usus yang masuk dalam kantung hernia tidak bias
kembali disertai gangguan aliran usus.
4. Hernia strangulate:hernia dimana pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk
kantung hernia terjepit,sehingga usus kehilangan system perdarahannya yang berakibat
kematian/nekrosa dari usus tersebut.
Menurut terjadinya,hernia dibagi menjadi:
1. Hernia konginetal:kelainan lahir
2. Hernia akuisita: didapat
Menurut isinya, hernia dibagi menjadi:
1. Hernia omentum:lipatan peritoneum
2. Hernia usus

E. PATHWAY
F. PATOFISIOLOGI
Pada mulanya hanya terganggu kembalinya darah vena(venus return) diman dinding usus
menjadi kongesti dan cairan merah dan serous masuk kedalam kantong hernia,hal ini
menyebabkan ukuran loop usus menjadi dua kli lipa karena distensi dengan kongesti sehingga
berpengaruh terganggunya suplai arteri yang menimbulkan ekimosis dilapisan dibawah serosa
terjadi efusi darah ke dalam lumen ,isinya mengandung darah yang terdapat dibawah lapisan
serosa,lapisan serosa yang tadinya mengkilap berubah menjadi redup dan tertutup oleh eksudat
fibrosa yang melekat. Hal ini berakibat tonus otot menghilang,lembek dan rapu.

G. KOMPLIKASI
1. Hernia berulang,
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
3. Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,
4. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
5. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
6. Fostes urin dan feses,
7. Residip,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

H. PENATALAKSANAAN
1. Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
2. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi
pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian
dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
3. Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada
hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada
bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin
plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka
prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah
vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois “end to end”.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KLIEN
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita: Hernia?
Kebiasaan buruk: Mengedan, mengangkat beban terlalu berat?
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: nyeri?
E. PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
3. Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4. Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak, palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5. Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6. Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7. Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8. Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9. Reproduksi dan seksualitas
Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien (mestruasi teratur? Impotensi?)?
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11. Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda-tanda vital :
4. Status gizi :
5. Pemeriksaan Head to toe
a. Kulit, rambut, dan kuku
1) Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2) Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3) Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b. Kepala:
1) Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2) Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis
kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c. Mata
1) Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2) Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital.
3) Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan
warna, edema, dan lesi.
4) Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien
dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan,
ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan
pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
10) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa
secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d. Hidung
1) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau
lesi, dan cairan yang keluar.
2) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri,
massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien
bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan
pasien membau (nervus olfaktorius).
4) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang.
Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e. Telinga
1) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan
tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun
telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan,
dan peradangan.
6) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes
Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f. Mulut dan faring
1) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah.
Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
3) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi,
gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus
glosofaringeal).
7) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g. Leher
1) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan
parut atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid
pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5) Palpasi kelenjar tiroid
h. Thorak dan tulang belakang
1) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3) Palpasi adanya krepitus pada kosta
4) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i. Paru posterior, lateral, anterior
1) Inspeksi kesimetrisan paru
2) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus
xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai
dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler,
bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j. Jantung dan pembuluh darah
1) Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan
pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta
5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi
jantung tambahan.
5) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k. Abdomen
1) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung,
kebersihan umbilikus)
2) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6) Mengukur lingkar perut
l. Genitourinari
1) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche
(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan,
ciran, bau.
3) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan
rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
m. Ekstremitas
1) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4) Kaji kemampuan pergerakan sendi
5) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah
G. TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan
kriteria hasil:
§ Pasien tidak mengeluh nyeri
§ Pasein tidak mengeluh sesak
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2) Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3) Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4) Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5) Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7) Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8) Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan, tidak familiar dengan
sumber informasi.
Tujuan: Pengetahuan pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45
menit dengan kriteria hasil:
§ Pasien bisa menjelaskan pengertian
§ Bisa menyebutkan penyebab
§ Bisa menyebutkan tanda dan gejala
§ Bisa menyebutkan perawatan
§ Bisa menyebutkan pencegahan
Intervensi:
1) Kontrak waktu dengan pasien
R/menetapkan waktu untuk pendidikan kesehatan
2) Berikan pendidikan kesehatan
R/meningkatkan pengetahuan pasien
3) Evaluasi pengetahuan pasien
R/mengetahui keberhasilan pendidikan kesehatan
4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan
kesehatan
R/mengingatkan kembali pada pasien

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif,
pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama
2x24jam dengan kriteria hasil:
§ Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan
§ Hasil laboratorium darah normal (Leukosit, Hb)
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2) Monitor tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan
3) Monitor pemeriksaan Laboratorium darah
R/untuk melihat kandungan darah
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/untuk menghindari inos
5) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6) Batasi pengunjung
R/untuk mencegah inos
7) Rawat luka setiap hari dengan teknik steril
R/mencegah infeksi
8) Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C
R/untuk membantu proses penyembuhan luka
9) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara
R/mempercepat penyembuhan

4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.


Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
dengan kriteria hasil:
§ Suhu: 36-37°C/axila
§ Pernapasan 12-21x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2) Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
3) Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
4) Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis
R/ mengurangi rasa panas
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien
6) Beri kompres hangat
R/vasodilatasi pembuluh darah
7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan

5. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute
abnormal (perdarahan).
Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
BB dalam batas normal
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
§ Suhu: 36-37°C/axila
§ Finger print <3 detik
§ BAK 3-5x/hari
§ Urin 0,5-1 cc/KgBB/24 jam
§ Tidak ada perdarahan
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2) Anjurkan untuk banyak minum (40-50 mL/Kg BB/24 jam)
R/memenuhi kebutuhan cairan
3) Hitung balance cairan
R/mengetahui kelebihan dan kekurang cairan
4) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien
5) Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi
6) Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
7) Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien

6. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif.
Tujuan: defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
§ BAK 3-5x/hari
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
§ Suhu: 36-37°C/axila
§ Finger print <3 detik
§ Tidak ada perdarahan
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2) Kaji finger print
Mengetahui tanda kekurangan cairan pasien
3) Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari
R/memenuhi kebutuhan cairan
4) Hitung balance cairan
R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan
5) Anjurkan untuk bed rest
R/mempercepat pemulihan kondisi
6) Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi cairan; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan
7) Kolaborasi/lanjutkan program terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien

7. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan: cemas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan
kriteria hasil:
§ Pasien tidak tampak gelisah
§ Pasien tidak takut
§ Pasien tidak gugup
§ Pasien tidak cemas
§ BAK 3-5x/hari
§ Nadi 60-100x/mnt
§ Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
§ Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2) Monitor/kaji tingkat kecemas pasien
R/mengetahui kecemasan pasien
3) Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan
R/mengetahui maslah yang dialami pasien
4) Berikan suport sistem
R/mengurangi kecemasan pasien
5) Libatkan keluarga dalam memberikan suport system pada pasien
R/mengurangi kecemasan pasien
6) Kolaborasi/lanjutkan terapi obat penenang: nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice. 2000. Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
UPF Ilmu Bedah. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta: Prima Medika
Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Jakarta:
Hand out. 2007. hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang.
Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany.
John L. Cameron. 1997. Current Surgical Therapy. Jakarta: Binarupa Aksara.
LeMone, and Burke, M.K. 2000. Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in ClientCare.
Second Edition. New Jersey: Prentie-Hall,Inc.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.
Long C, Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: EGC
Oswari E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Seymour I. Schwartz, et.All 2000. Principles of Surgery. Companion handbook. Jakarta: EGC.
Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Tambayong, dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai