Disusun Oleh :
RIZKATUL HIKMAH
NPM : 016.01.3319
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah
rahang)
4. Sublingualis (bawah
lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
21. Sekum
22. Appendiks/Umbai cacing
2. Parotis : mensekresi saliva yang dialirkan ke dalam rongga mulut lewat saluran Stensen
(ductus paroticus).
3. Submandibularis (bawah rahang) : menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
4. Sublingualis (bawah lidah) : menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
Kelenjar ludah terstimulasi untuk mengeluarkan ludah ketika sesorang melihat, mencium bau
atau terlintas di dalam fikirannya akan suatu makanan menurut perintah otak.
5. Rongga mulut :
1.Pemilihan Makanan
2. Penghalusan Makanan
3. Pelumasan
4. Pencernaan (merupakan bagian keselauruhan)
6. Amandel : sebagai penangkal utama bila ada serangan yang memasuki tubuh melalui saluran
pernapasan dan mulut.
7. Lidah :
a. Sebagai indra perasa
Manis : di ujung lidah
Asin : di ujung dan di tepi depan lidah
Asam : dikedua tepi lidah
Pahit : di dekat pangkal lidah
b. Berbicara
c. Membantu proses mengunyah dan menelan
d. Sebagai organ indra sentuhan
8. Esofagus :
10. Lambung :
Sebagai organ penampung yang menyimpan getah empedu yang dihasilkan oleh hati.
Memekatkan empedu.
14. Duodenum :
menghubungkan lambung ke usus kosong (jejunum)
untuk menyalurkan makanan ke usus halus.
Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir.
15. Saluran empedu :
untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah
dan kelebihan kolesterol).
membantu penyerapan lemak.
16. Kolon :
Membran mukosa yang melapisi dinding dalam kolon menghasilkan cairan lendir yang
melicinkan saluran itu dan memungkinkan feses bergerak dengan mudah.
Di dalam usus besar terjadi penyerapan air. Air yang belum diserap oleh tubuh diserap
ketika sampai di usus besar. Usus besar juga menyerap garam dan glukosa ke dalam
dindingnya.
Berbagai kuman yang biasanya terdapat di dalm usus besar beraksi terhadap bahan
makanan yang tidak dicerna, lalu melepaskan beberapa vitamin yang diserap ke dalam
kolon.
Di bagian akhir usus besar terjadi defekasi. Bahan makanan yang tidak dicerna
dikeluarkan dari rectum sebagai feses.
17. Kolon transversum : untuk menyerap air selama proses pencernaan.
18. Kolon ascenden : berperan dalam proses penyerapan air dan juga nutrisi yang belum
sepenuhnya terserap di bagian usus halus.
19. Kolon descenden : menampung sementara feses sebelum menuju ke bagian rektum.
20. Ileum : untuk menyerap nutrisi dari chyme, atau makanan dicerna.
21. Sekum : untuk menyerap cairan dan garam yang masih tersisa setelah selesai pencernaan usus
dan penyerapan dan untuk mencampur isinya dengan zat pelumas, lendir.
22. Appendiks/Umbai cacing : membantu sistem kekebalan tubuh dalam melawan mikroba dan
agen penyebab penyakit lainnya dengan membunuh atau menetralkan mereka. Selain usus
buntu juga bertindak sebagai organ transplantasi untuk pembangunan kandung kemih
fungsional dan membangun kembali otot sfingter ke saluran kemih.
2. Proses pencernaan
Renin, berfungsi mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI).
Hanya dimiliki oleh bayi.
Pepsin, berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton.
1. Amilase. Yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih
sederhana (maltosa).
2. Lipase. Yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
3. Tripsinogen. Jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim
yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap diserap oleh
usus halus.
Selain itu, terdapat juga empedu. Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam
kantung empedu. Selanjutnya, empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus dua belas jari.
Empedu mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu (bilirubin). Garam empedu
berfungsi mengemulsikan lemak. Zat warna empedu berwarna kecoklatan, dan dihasilkan
dengan cara merombak sel darah merah yang telah tua di hati. Empedu merupakan
hasil ekskresi di dalam hati. Zat warna empedu memberikan ciri warna cokelat pada feses.
Selanjutnya makanan dibawa menuju usus halus. Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan
kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa.
Lemak dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino.
Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein
diselesaikan. Selanjutnya, proses penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan
sebagian besar di usus penyerap. Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap
dalam bentuk asam lemak dan gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin
dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus.
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, bersama dengan lendir akan
menuju ke usus besar menjadi feses. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli.
Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain
membusukkan sisa makanan, bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan
penting dalam proses pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar masuk banyak
mengandung air. Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap kembali ke
usus besar. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.
Selanjutnya sisa-sisa makanan akan dibuang melalui anus berupa feses. Proses ini dinamakan
defekasi dan dilakukan dengan sadar.
Kemungkinan penyebab :
Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi,
luka bakar,atau kanker
Disfagia karena adanya kelainan persarafan
Penurunan absorbsi nutrisi akibat crohn atau intoleransi laktosa
Nafsu makan menurun
Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun prneuaran lainnya
Ketidakcukupan absorbs akibat efek samping obat atau lainnya
Kesulitan mengunyah
Intervensi Rasional
Menjaga kebersihan mulut pasien; Mulut yang bersih meningkatkan napsu makan
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu
memberikan makanan nutrisi melalui oral. Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum
pemberian makan dan minum pasien adalah :
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien.
b. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan
daftar makanan/diet pasien.
c. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi.
d. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit.
e. Peralatan makanan dan minuman harus bersih
f. Untuk pasien anak – anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatiannya.
g. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan
habis atau tidak.
h. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah
makan.
Indikasi :
Diberikan kepada pasien yang memiliki ganguan mobilitas tetapi masih sadar.
Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan pada pasien koma , CA nasofaring, CA mandibularis
Alat dan Bahan :
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pengalas
8. Jenis diet
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang dilakukan
3. Mengatur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi daripada badan
4. Membentangkan serbet dibawah dagu pasien
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan
6. Pasien ditawari minum, jika perlu gunakan sedotan
7. Beritahu pasien jika makanan panas atau dingin, anjurkan untuk mencicipi
makanan terlebih dahulu.
8. Suapkan makanan sedikit demi sedikit untuk menghindari tersedak
9. Setelah selesai makan pasien diberi minum, bersihkan mulut pasien, dan
dianjurkan dengan pemberian obat.
10. Catat hasil atau respon pemenuhan terhadap makanan.
11. Bereskan alat dan cuci tangan.
Jeli
Senter
Plester
Stetoskop
Handuk kecil / serbet / pengalas
Tisu / selstop
Bengkok
Makanan cair pasien
Gelas berisi air minum
Gunting
Air bersih di dalam baskom kecil
Peniti
Spuit 20 cc
d. Prosedur :
1. Beri salam/sapa pasien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
3. Perawat cuci tangan.
4. Pasang sampiran.
5. Dekatkan alat kepasien.
6. Bentu pasien pada posisi nyaman (bila memungkinkan pada posisi semi
fowler/fowler)
7. Pasang handuk di atas dada pasien sampai ke pinggir tempat tidur dan letakkan
tisu di dekat bantal pasien.
8. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernafas normal.
Kemudian cek udara yang melalui lubang hidung, caranya: pijit salah satu kuping
hidung dan rasakan aliran udara pada lubang hidung yang bebas dan begitu pula
sebaliknya.
9. Pasang sarung tangan
10. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan:
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga bawah dan ke prosesus
xyfoideus di sternum.
Ukur selang dari puncak dahi ke epigastrium.
Ukur selang dari daun telinga bawah kepuncak lubang hidung dan ke prosesus
xyfoideus di sternum.
Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada
perut di kuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara
bersamaan dengan auskultasi abdomen.
Dengan menggunakan spuit, mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung.
Memasukkan ujung bagian luar slang NGT ke dalam waskom yang berisi air.
Jika terdapat gelembung udara, slang masuk ke paru-paru, jika tidak slang
masuk ke dalam lambung
20. Oleskan alkohol pada ujung hidung pasien dan biarkan sampai kering.
21. Yakinkan slang tidak tersumbat dengan cara:
22. Klem dan tutup ujung slang dengan kassa dan plester / karet gelang.
23. Penitikan slang kebaju pasien. Biarkan pasien pada posisi semifowler / fowler
selama 15-30 menit.
24. Evaluasi klien setelah terpasang NGT.
25. Rapikan alat.
26. Perawat cuci tangan.
5. Pengkajian nutrisi
Pengkajian terhadap msalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan
pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.
1. Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makan, tipe makanan yang
dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
2. Kemampuan makanan
Meliputi kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat pengetahuan
pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
4. Nafsu makan, jumlah asupan.
5. Tingkat aktifitas.
6. Pengonsumsian obat.
7. Penampilan fisik
Dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut :
rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan
bukan karena factor usia;
daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap, mata cerah dan
tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah;
daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun mengalami pembengkakan;
lidah berwarna merah gelap tidak berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada
permukaannya;
gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat
serta erat tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi;
gigi tidak berlubang dan tidak berwarna, kulit tubuh halus,tidak bersisik,tidak timbul
bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan, kuku jari kuat dan
berwarna merah muda.
8. Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan. Tinggi badan
anak dapat digambarkan pada suatu kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.
Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan dengan bermcam-macam peta untuk
dirinya. Pada umumnya, berat untuk peria lebih dari mempunyai persentase jaringan dan struktur
tulang yang berbeda.
Seseorang dengan persentase bagian tubuh yang besar dan jarigan otot yang banyak akan terlihat
gemuk (over weight). Metode khusus yang sering berada diatas otot trisep. Pada umumnya,
wanita mempunya lipatan kulit yang lebih tebal di daerah ini. Ini disebabkan banyaknya jaringan
subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita terlihat lebih gemuk.
9. Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
adalah pemeriksaan serum, Hb glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2008. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat, A.Aziz Alimul.2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Syarifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wartonah,Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Mashudi, Sugeng. 2011. Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia A dan Anne G. Perry. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika