Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN GERONTIK

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG OSTEOATRITIS PADA LANSIA DI DUSUN TANAK SONG LAUK


WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA

OLEH KELOMPOK 3 :

RIZKATUL HIKMAH (016.01.3319)


HENY NURUL AHDAYANI (016.01.3308)
HARIANTI (016.01.3299)
SUCI NIRMALA (016.01.3322)
ENI WAHYUNI (016.01.3288)
MUH. RIZAL (016.01.3306)
SINTA PERMATA SARI (016.01.3320)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PRODI S-1 KEPERAWATAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Osteoathritis / rematik


Sasaran : Lansia dan keluarga

Hari/Tanggal : Jum’at, 10 Januari 2020

Waktu :30 menit

Tempat : Polindes Dusun Tanaq Song Lauk , Kabupaten Lombok Utara

A. LATAR BELAKANG
Osteoartritis lutut adalah gangguan muskuloskeletal yang paling umum terjadi di
masyarakat yang mempengaruhi 30-40% dari populasi pada usia 65 tahun. Satu dari
empat pasien berusia lebih dari 55 tahun telah mengeluh nyeri lutut, dan pada usia 65
tahun, 30% laki-laki dan 40% wanita memiliki kelainan radiograpi lutut. Sekitar 56,75
pasien di klinik rawat jalan Reumatologi Departemen, di RSCM telah didiagnosa
dengan salah satu varian OA. Pada pasien OA lutut, ada beberapa perubahan, tidak
hanya dalam jaringan intracapsular tetapi juga dalam periarticular jaringan seperti
ligamen, kapsul sendi, tendon, dan otot. Individu dengan OA lutut juga dikenal
dengan gangguan proprioseptif dibandingkan dengan individu normal pada usia yang
sama, dan berdasarkan histologi fitur jaringan ligamen ada penurunan yang
signifikandari mechanoreceptor. OA lutut juga berhubungan dengan 50-60%
pengurangan dalam kekuatan quadriceps yang mungkin disebabkan oleh tidak
digunakan atrofi dan inhibition artrogenic. (Tri Juli Edi Tarigan,dkk,2009. The
Degree of Radiographic Abnormalities and Postural Instability in Patients with Knee
Osteoarthritis, Acta Med Indones-Indones J Intern Med. Vol 41 , Number 1,January
2009)
Osteoartritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis
merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang
berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada
wanita. Di seluruh dunia, osteoartritis (OA) diperkirakan menjadi penyebab utama
keempat kecacatan. Osteoartritis terjadi pada lebih dari 27 juta penduduk amerika
(Helmick et al, 2008). Di Inggris dan Wales sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang
menderita simptom osteoartritis. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita
osteoartritis. Dimana, Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami
Osteoartritis tercatat 8,1% dari penduduk total. Pravelansi mencapai 5% pada usia
<40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia 61 tahun.
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini ditandai oleh
adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukantulang baru yang irreguler pada
permukaan persendian. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang
mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan
penggunaan sendi dan rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan
obesitas dapat meningkatkan resiko osteoarthritis. Namun penyeban maupun
pengobatannya belum sepenuhnya diketahui. (Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh
Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya Osteoarthritis Pada Orang
Diatas 45 Tahun. Jurnal e-Biomedik,Vol 1, No 1, Maret 2013)

B. TUJUAN
1. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah mendapatkan Pendidikan kesehatan peserta diharapkan mampu
:memahami tentang Osteoarthritis.

2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penyakit rematik di Polindes
Tanak Song Lauk selama 30 menit, diharapkan para lansia dapat mengetahui dan
memahami tentang:
a. Pengertian dan penyebab osteoartritis
b. Tanda dan gejala osteoartritis
c. Pencegahan, pengobatan dan penanggulangan osteoartritis

C. MATERI
- Terlampir

D. METODE
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Demonstrasi

E. MEDIA
1) Spanduk
2) Leaflet

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan
No Waktu Tahapan
Penyuluhan Peserta
1. 3 menit Pembukaan - Memberi salam Menjawab salam,
- Memperkenalkan diri mendengarkan,
- Menjelaskan maksud dan
dan tujuan memperhatikan
- Menyebut
materi/pokok bahasan
yang ingin disampaikan
- Membagikan leaflet
2. 20 menit Pelaksanaan Menjelaskan tentang : Menyimak,
- Pengertian mendengarkan,
Osteoartritis dan
- Penyebab memperhatikan
Osteoartritis
materi yang
- Manifistasi klinis
Osteoartritis disampaikan
- Pencegahan
Osteoartritis
- Memberi
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
- Menjelaskan dan
mendemonstrasik
an latihan fisik
pada osteoartritis
- Memberi
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
dan
mempraktekan
perawatan
osteoarthritis

3. 5 menit Evaluasi - Memberi kesempatan Merespon dan


kepada peserta untuk bertanya
bertanya
- Memberikan pujian
atas keberhasilan
peserta menjawab
pertanyaan dan
memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan
4. 2 menit Penutup - Menyimpulkan materi Menyimak dan
- Menutup kegiatan menjawab salam
dengan menyampaikan
terima kasih atas
perhatian dan waktunya
- Mengucap salam

G. PENGORGANISASIAN
Moderator ; Muh.Rizal
Pemateri ; Heny Nurul Ahdayani
Observer ; Suci Nirmala
Notulen ; Rizkatul Hikmah
Dokumentasi ; Harianti
Konsumsi ; Eni Wahyuni
Fasilitator ; Sinta Permata Sari
H. EVALUASI
1) Standar Evaluasi
o Peserta dapat mengetahui penanganan osteoathritis
2) Pertanyaan Evaluasi
o Peserta mengetahui cara pencegahan dan penanganan osteoathritis

I. SUMBER KEPUSTAKAAN

Americans geriatrics society.2001. Exercise prescipition for older adults with


osteoartritis pain: consensusu practice recommendation. JAGS;49:808-23

Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan


Timbulnya Osteoarthritis Pada Orang Diatas 45 Tahun. Jurnal e-Biomedik,Vol
1, No 1, Maret 2013

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes

Dita Arundhati, Dkk. 2013. Pengaruh Senam Tai Chi Dan Senam Biasa Terhadap
Reduksi Nyeri Osteoartritis Lutut Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
“Gau Mabaji” Gowa Tahun 2013. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia,
Volume 2, Nomor 2, Januari- Juni 2014

Fitzgerald, G.K.2004. Role of physical therapy in management of knee osteoarthritis.


Cur Opin Rhematol; 16:143-7

Lee, A., Wong, W., & Wong, S.2005. Clinical guidelines for managing lower-limb
osteoarthritis in Hongkong primary care setting, Guidlines:1-30

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan),


Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease


Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-
Proses Penyakit, Jakarta, EGC

Rachmah L,Peran Latihan Fisik Dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis. FIK


UNY. Yogyakarta, diakses pada 25 desember 2013, filetype:pdf

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
Tri Juli Edi Tarigan,dkk,2009. The Degree of Radiographic Abnormalities and
Postural Instability in Patients with Knee Osteoarthritis, Acta Med Indones-
Indones J Intern Med. Vol 41 , Number 1,January 2009

Van baar.1999. Effectiveness of exercise therapy in patiens with osteoarthritis of the


hip or knee: a systematic review of randomized controlled study. Accupunct Med;
22:14-22

Yohanita P.2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Streching) Terhadap Penururnan


Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera GBI
SETIA BAKTI KEDIRI. Jurnal STIKES RS. Baptis Volume 3, Edisi 1, Juli 2010
“OSTEOATHRITIS”

A. Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002
hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas
60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
(Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis


merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan,
terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan
tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo &
Martono Hadi ,1999)

B. Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.

4. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang


menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-
sel radang.

7. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

8. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang


berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.

Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat


mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
C. Tanda dan Gejala

1. Rasa nyeri pada sendi


Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya
pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi

D. Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif

- Penurunan berat badan

- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha

- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

- Menghindari setiap faktor resiko osteoartritis, seperti mencegah obesitas /


kegemukan

- Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar

- Berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang dapat mengakibatkan


sendi rusak

- Berolah raga harus dengan cara yang benar, sesuai petunjuk

- Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) sebetulnya dapat
membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak
sendi, dan kekuatan otot-otot di sekitarnya, sehingga otot dapat menyerap
benturan dengan lebih baik.

- Dianjurkan pula untuk menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang
tidak terlalu lembek, dan tempat tidur yang dialas dengan papan.

- Menjaga nutrisi agar selalu baik dan seimbang, agar pertumbuhan sendi dan
tulang rawan sempurna dan normal

- Menjaga berat badan agar ideal

c. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,


e. Pembedahan; artroplasti
f. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, latihan gerak
sendi

LATIHAN FISIK OSTEOARTRITIS

Hal yang harus diperhatikan dalam mendesain program latihan fisik untuk osteoartritis
adalah memahami masalah fungsional yang paling menggangu pasien. Pada tahap awal
program diarahkan pada latihan untuk mengatasi keluhan yang menimbulkan masalah
fungsional seperti nyeri, keterbatasan ruang gerak sendi, atau kelemahan otot. Latihan
fisik disesauikan dengan kondisi pasien. Apabila ada gejala-gejala seperti nyeri sendi
selama aktivitas, nyeri masih terasa 1-2 jam sesudah latihan, bengkak dan rasa lelah yang
berlebihan, program latihan harus dievaluasi lagi (American geriatric society,2001:810).
Tujuan latihan fisik yaitu memperbaiki fungsi sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan
mengurangi stres pada sendi, meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas,
mengurangi nyeri dan meningkatkan kebugaran jasmani.

JENIS LATIHAN FISIK

A. Terapi Manual

Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan
meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Teknik yang dipakai
adalah melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif,
meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage (Fitzgerald,2004:143)

Gb.1 Latihan ROM lutut pasif

B. Latihan Fleksibilitas (ROM)

Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang gerak sendi,


meningkatkan kinerja otot, mengurangi cidera dan memperbaii nutrisi kartilago. Latihan
fleksibilitas yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama dapat bmeningkatkan
panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi. Untuk pasien osteoartritis, latihan
fleksibiitas ditujuakan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan
mencegah kontraktur jaringan lunak latihan fleksibilitas sering dilakukan selama periode
pemanasan atau tergabung dalam latihan ketahanan atau aktivitas aerobik (Lee
dkk2005:11).

Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi. Latihan


peregangan ini dilakukan dengan menggunakan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan
sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak sendi yang tidak
menimbulkan rasa nyeri aplikasi terapi panas sebelum peregangan dapat mengurangi rasa
nyeri dan meningkatkan gerakan.

Latihan fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot,
setidaknya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya
per kelompok otot secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon
utama pada ekstremitas atas dan bawah (American society geriatrics, 2001:815).

Gb.2 Latihan ROM lutut aktif

C. Latihan Kekuatan

Latihan kekuatan mempunyai efek yang sama dengan latihan aerobik dalam
memperbaiki disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada tiga macam, yaitu:
latihan isometrik, latihan isotonik, dan isokinetik yang ketiganya dapat mengurangi nyeri
dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoartritis.

Latihan isotonik memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri.


Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien OA dengan nyeri lutut
saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar
dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini
disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan (Lee
dkk,2005:12).
Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi
tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada sendi dan
ditoleransikan baik oleh penderita osteoartritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi
latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot da ketahanan ststis (static endurance) dengan
cara menyiapkan sendi untuk gerakan yang lebih dinamis dan merupakan titik awal
program penguatan. Peningkatan kekuatan terjadi saat kontraksi isometrik dikenakan
pada otot saat panjang otot sama dengan kondisi istirahat. Perbaikan kekuatan terutama
pada sudut otot yang dilatih apabila instabilitas sendi dan nyeri berkurang program latihan
secara bertahap diubah kelatihan yang dinamis (isotonik).

Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan,intensitas, volume,dan


frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama. Kontraksi isometrik
dimulai pada intensitas rendah. Untuk menetapkan intensitas latihan,diberitahukan pada
pasien untuk memaksimalkan kontraksi otot yang menjadi target penguatan. Intensitas
latihan dimulai sekitar 30% usaha maksimal(maximal effort). Jika bisa ditoleransi oleh
pasien intensitas ditingkatkan secara bertahap sampai 75% kontraksi maksimal.

Kontraksi dipertahankan tidak lebih dari enam detik. Pada awalnya satu kontraksi
untuk tiap kelompok otot, kemudian jumlah pengulangan ditingkatkan 8-10, sesuai
toleransi pasien.

Pasien diinstuksikan untuk bernapas selama masing-masing kontraksi. Jarak antar


kontraksi dianjurkan 20 detik.latihan dilakukan dua kali sehari pada periode
peradanagan akut. Selanjutnya jumlah latihan secara bertahap ditingkatkan menjadi 5-10
kali per hari, disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal yang harus diperhatikan adalah
adanya resiko peningkatan tekanan darah bial kontraksi dilakukan lebih dari 10 detik.

Kontraksi isotonik digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekutan isotonik


memperlihatkan efek positif pada metabolisme energi kerja insulin, kepadatan tulang dan
status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat peradangan akut maupun
instabilitas sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh pasien osteoartritis (American
geriatics society,2001:817)

Anda mungkin juga menyukai