DENGAN HERNIA
A. Definisi
1. Hernia adalah : kelemahan pada dinding otot abdomen dimana
segmen dari isi perut atau struktur abdomen lain yang menonjol
atau turun (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problems, hal 1368).
2. Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding
pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis, Sharon Mantik,
2000), Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc).
B. Klasifikasi
Beberapa tipe hernia adalah:
1. Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk.
Hernia inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis
lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan
mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan
hernia inguinalis direk yang disebut juga hernia inguinalis medialis
yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di
area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach.
2. Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin
femoral dalam kanalis femoral.
3. Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin
umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran
umbilikal gagal menutup setelah lahir.
4. Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari
sebuah insisi operasi sebelumnya.
1
D. Anatomi Fisiologi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam
tubuh. Terdiri dari 2 bagian utama, yaitu: peritoneum parietal dan
peritoneum viceral. Peritoneum parietal yang melapisi abdominal.
Sedangkan peritoneum viceral menyelimuti semua organ yang ada di
rongga tersebut. Secara keseluruhan fungsi peritoneum yaitu menutupi
sebagian besar organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan.
E. Etiologi
Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat berupa:
1. Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
2. Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intra-
abdominal yang dapat terjadi karena:
3. Kehamilan
4. Obesitas
5. Mengangkat beban berat
6. Batuk
7. Konstipasi
8. BPH
F. Patofisiologi
Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis
inguinalis belum menutup, sehingga bila anak batuk atau menangis
maka tekanan intra abdomen meningkat. Hernia juga dapat terjadi
karena kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan tekanan
intra abdomen. Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen
2
Dikutip dari: James E. Anderson:
Grant’s Atlas Of Anatomy
atau adanya rongga pada inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh
karena proses menua. Peningkatan tekanan intra abdomen
berhubungan dengan kondisi kehamilan dan obesitas, atau dapat juga
terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi
tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan
secara manual atau tidak dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada
perlengketan. Sehingga akan terjadi obstruksi yang dinamakan hernia
inkeserata. Dengan adanya obstruksi ini maka akan terjadi gangguan
penyerapan cairan dan elektrolit dan aliran darah pun akan terganggu.
Dengan aliran darah terganggu maka akan timbul edema sehingga
akan terjadi iskemik dan perforasi yang pada akhirnya nekrosis
jaringan pun terjadi. Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri, demam,
takikardi, adalah tanda dari strangulata.
H. Test Diagnostik
1. Serum elektrolit meningkat.
2. Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3
3. Foto sinar X di daerah hernia.
I. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran usus halus.
3. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah dan obstipasi.
5. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit, melainkan ususnya
terputar.
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis
metabolik, abses.
J. Penatalaksanaan Medik
1. Istirahat tirah baring dan beri diit lunak / diit saring
2. Pemakaian celana suspensoar.
3. Operatif
4. Hernioplasty: memperkecil angulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
5. Herniotomy: pembesaran hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan, jika ada perlengketan kemudian
3
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
6. Herniorraphy: mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan muskulus transversus internus dan muskulus oblikus
internus abdominalis ke ligamen inguinale.
2. Diagnosa Penyakit
a) Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
b) Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan
dilakukan seperti operasi.
c) Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.
d) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi yang jelas dan tepat.
3. Perencanaan Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
HYD: nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medic ditandai
dengan :
4
Klien tampak rileks
TTV dalam batas normal
Rencana tindakan:
1) Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.
R/ mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan
pengurasan nyeri.
2) Observasi TTV (TD, N, S).
R/ mengkaji tanda-tanda syok.
3) Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.
R/ mengurangi ketegangan abdomen.
4) Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya.
R/ aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri.
5) Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: nafas
dalam.
R/ teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.
6) Anjurkan untuk tidak mengejan.
R/ mencegah terjadinya peningkatan tekanan
intraabdomen.
7) Kolaborasi dengan medik.
R/ menentukan pemberian terapi selanjutnya.
5
Klien tidak muntah
BB dalam batas normal
Rencana tindakan:
1) Kaji intake output.
R/ Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan
keperawatan.
2) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan
muntah.
3) Sajikan makanan yang hangat.
R/ Merangsang nafsu makan dan mencegah mual muntah.
4) Timbang berat badan tiap hari.
R/ Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.
5) K/P kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
B. Post Operasi
1) Pengkajian
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluhan nyeri pada insisi luka.
Keadaan balutan: ada rembesan
b) Pola nutrisi metabolik.
Keadaan bising usus.
6
Mual, muntah.
Pemberian diit lunak/saring.
Demam.
c) Pola eliminasi
Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
Konstipasi, retensi.
d) Pola aktivitas dan latihan
Tirah baring
Penggunaan suspensoar (celana penyokong)
e) Pola persepsi dan kognitif
Nyeri pada luka operasi.
Pusing.
2) Diagnosa Penyakit
a) Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
b) Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih
lemahnya area operasi.
c) Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow
up.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
3) Perencanaan Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang ditandai dengan :
Klien mengatakan luka operasi tidak sakit
Ekspresi wajah tampak rileks
Rencana tindakan:
1) Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital.
R/ Peningkatan tanda vital merupakan indikator adanya
nyeri.
3) Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman <semi
fowler>
R/ Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
karena posisi terlentang.
4) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Mengurangi rasa nyeri.
5) Dorong klien untuk ambulasi dini.
R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
6) Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti tidak
mengangkat beban berat, tidak mengejan.
R/ Mencegah komplikasi selama proses penyembuhan.
7) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.
R/ Mengurangi nyeri.
7
1) Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.
R/ Batuk dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal
dan stressing pada insisi.
2) Observasi tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3) Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang
cukup serat.
R/ Supaya tidak terjadi konstipasi.
4) Periksa scrotum, catat tanda edema dan hematoma.
R/ Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post
operasi.
5) Gunakan celana penyokong (suspensoar).
R/ Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema
serta memperkuat dinding abdomen.
8
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan
bakteri.
4) Perencanaan Pulang
a) Tidak boleh mengangkat beban berat selama kurang lebih 6 – 8
minggu setelah operasi agar tidak kambuh lagi dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b) Diit tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan serta banyak
minum air putih 2 – 3 liter / hari untuk menghindari konstipasi
atau mengejan dan hiperperistaltik usus.
c) Anjurkan menggunakan celana penyokong (suspensoar) untuk
menyokong daerah skrotum dan memperkuat dinding otot
abdomen.
d) Melakukan aktivitas secara bertahap seperti dari bed rest,
miring kiri dan kanan, duduk di tempat tidur, berdiri di
samping tempat tidur atau berpegangan, dan jalan.
e) Anjurkan untuk menjaga balutan tetap bersih dan kering untuk
mencegah terjadinya infeksi.
f) Kontrol sesuai jadwal dan minum obat secara teratur sesuai
dosis supaya dapat mengetahui perkembangan status kesehatan
klien dan mempercepat proses penyembuhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2002). Text book of Medical Surgical Nursing , Alih
Bahasa: dr. H. Y. Kuncara (2002). Keperawatan Medical Bedah. Edisi
8. Edisi 8, Vol. 2. Jakarta EGC.
Guyton & Hall (1996). Textbook Of Medical Physiology . Alih Bahasa: dr.
Irawati Setiawan. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Hardja Saputra (1997). Data Obat Indonesia . Edisi 10. Jakarta. Grafidian
Medipres.
Panitia S.A.K. Komisi Keperawatan PKSC (2000). Hernia . Seri III5. PKSC
Syamsuhidayat (1997). Ilmu Bedah . EGC
10