Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal

melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik secara

congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain

yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena lubang

embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang

meninggi

Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah,

lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang

didapat setelah lahir. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila

ayah menderita hernia bawaan sering terjadi pula pada anaknya. Pada orang umur

lanjut jaringan penyangga melemah sehingga cenderung menderita hernia

inguinalis direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakuakan dalam jangka panjang

juga dapat melemahkan dinding perut.

Hernia femoralis lebih umum pada wanita dari pada pria . sedangkan

hernia embilikalis pada orang dwwasa lebih umum pada wanita dank arena

peningkatan tekanan abdominal dan ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan

wanita multipara.
BAB II

TINJAUAN PUTAKA

HERNIA

A. PENGERTIAN

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal

melalui suatu defek pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik secara

congenital atau didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain

yang bisa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapattimbul karena lubang

embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang

meninggi

Hernia adalah penonjolan isi suatu organ melalui defek pada bagian lemah

( locus minoris) dari dinding rongga tersebut. Hernia adalah penonjolan

peritonium parientale yang berisi viskus melalui bagian yang lemah pada dinding

abdomen.

Hernia mengandung unsure yaitu cincin ,kantong, isi hernia. Hernia

berdasarkan isinya dibagi menjadi hernia bawaan (congenital) dan hernia didapat

(akuista)

Hernia menurut sifatnya yaitu hernia reponibel yaitu isi bisa keluar masuk

dan hernia ireponibel yaitu isi tidak bisa keluar masuk. Hernia ingualis adalah

heria isi perut yang tampak didaerah sela paha ( region ingualis)
B. ETIOLOGI

1. Penyebab hernia dapat terjadi karena ada sebagian didigrongga lemah.

Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang

didapa sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia ompalokel yang

terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segara berobliteral

( menutup) dan masih terbuka

2. Hernia diafragma, hernia ini dapat diawasi pada anggota keluarga yang

menderita hernia bawaan

3. Pada manusia yan berumur lanjut jaringan penyangga makin melemah,

manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.

4. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga didapat

melemahkan dinding perut

5. Hernia ingualis adalah congenital dan akuista, pada setiap usia, pria atau

wanita, penyebabnya lemahnya daerah annulus inguinalis internus dan daerah

trigonum Hasselbach. Peninggian tekanan intra abdomen otot-otot dinding

perut.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Tampak benjolan dilipat paha

2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai

perasaan mual
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan berambah hebat

serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

4. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kadug kencig sehiggga

menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria disamping

benjolan dibawah sela paha

5. Hernia diafraga menimblkan persan ski didaerah perut disertai sesak nafas

6. Bila pasien mengejan dan batuk maa benjolan hernia aka bertaba esar

7. Hernia inuials lateralis (indirek) = tonjolan dilipat paha saat mengedan, batuk,

bersi, mengangkat berat. Bayi saat menangis, geliasah, perut kembung.

D. PATOFISIOLOGI

Defek pada dinding otot munkin kgenital karena melemahnya jarigan atau

ruang luas pada ugamen inguinal atau dapat disebabka oleh tarauma. Tekanan

intra abdominal paling umum meningkat sebagai akaiat dari kehamilan atau

kegemukan.Mengangkat berat juga mengakibatkan peningkatan tekanan, seperti

pada batuk dan cedera traumatic karena tekanan timbul. Bila dua faktor ini ada

bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia. Hernia ngualis

indirek terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melelui

kanalis inguinalis. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turu ke

skrotum. Hernia inguinalis direk ini melewati didigabdomen diarea kelemahan

otot, tidak melalui kanal seperti hernia ingualis dan femoralis indirek. Hernia ini

secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi congenital.
Hernia femoralis teraji melalui cincin femoral ini mulai sebagai penyumbatlemah

di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonim dan

hamir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantong. Hernia

embilikalis, hernia embilikalis pada orang dewasalebih umum pada wanita dan

peningkatan tekanan abdominal. Hernia umbilikalis terjadi karena kegagalan

orifisium umbikal untuk menutup. Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari

jaringan otot yang dilalui oleh ferfusi usus) memotong suplai darah kesegmen

hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah

karena kecuali usus terlepas, usus ini dapat menjadi gangrene karena kekurangan

suplai darah.

E. KOMPLIKASI

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Keadaan ini disebut hernia

ingualis ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponobilitasadalah omentum,

karena sudah meekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebi besar

karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan irenponibilis dari

pada usus halus.

Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus

yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan isi usus diikuti dengan

gangguan vascular (proses strangulasi) .Keadaan ini disebut hernia stranggulata.


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi

usus.

2. Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan hemokonstrasi

(peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan

ketidakseimbangan elektrolit

G. PENATALAKSANAAN

Pada hernia inguinalis repobilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah

efektif karena dilakukan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi

proses strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum

terjadinya nekrosis usus.

Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis

 Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor-faktor yang menimbulkan

terjadinya hernia harus dicari dan diperbaikai (batuk kronik, prostate, tumor.

Asites) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan

 Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritonium dan diligasii.

Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal repair

hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin

keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan hernia orang dewasa dasar

inguinal juga harus direkonstrusi. Cincin inguinal juga dikecilkan. Pada


wanita, cincin inguinal dapat ditutyp total untuk mencegah rekurenasi dari

tempat yang sama.

 Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya

menunjukkan adanya repair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang

terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderun g disebabkan oleh timbulnya

kelemahan yang progresif pada vasia pasien. Rekurensi berulang setelah

repair berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya

defek dalam sintesis kolagen.

Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah

elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan

basiniplasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis.

Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin

hernia langsung dicari dan dipitong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital

dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak, dilakukan reseksi dan

anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin

hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutyp kulit dan dirujuk

kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.


BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Riwayat kesehatan mencakup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap
diagnosa dan kemampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyaan yang
berhubungan dengan pengkajian mencakup:
1. Bagaimana pasien berespon terhadap diagnosa?
2. Mekanisme koping apa yang pasien temikan paling membantu?
3. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?
4. Apakah ada pasangan, anggota keluarga atau teman untuk membantu
pemilihan pengobatan?
5. Informasi penting yang pasien butuhkan?
6. Apakah pasien mengalami ketidaknyamanan?

B. Pemeriksaan fisik
Adanya:
 Benjolan disertai nyeri di daerah lipat paha kanan
 Pemerksaan penunjang

C. Pemeriksaan diagnostic
 Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obtrusi
usus.
 Hitung darah lengkap dan serum elektroloit dapat menunjukan
hemokonstrasi (peningkatan hematrokit), peningkatkan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit
D. Masalah Keperawatan
1. Nyeri

2. Resiko kekurangan volume cairan

3. Resiko infeksi

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Ansietas

6. Pola nafas tidak efektif

7. Intoleran aktifitas

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan

2. Resiko kekurangan volume cairan b/d hemoragi

3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan terhadap pertahanan primer

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan

mencerna makanan

5. Ansietas b/d status kesehatan

6. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru

7. Intoleran aktifitas b/d kelemahan umum


F. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan

 Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)

dan faktor pemberat atau penghilang

 Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat memulai

 Pantau TTV

 Kaji insisi bedah, perhatikan edema, perubahan konter luka

(pembentukan hematoma) atau inflamasi mengeringnya tepi luka.

 Berikan tindakan kenyamanan, missal gosokan punggung,

pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk atau

bernafas, ligkungan tenang.

 Berikan analgetik sesuai terapi

2. Dx 2 : Resiko kekurangan volume cairan b/d hemoragi

 Pantau TTV dengan sering perhatikan peningkatan nadi,

perubahan tekanan darah, ketakutan atau periksa balutan dan luka

dengan sering selama 24 jam terhadap tanda-tanda darah merah

terang atua bengkak insisi berlebihan

 Palpasi nadi perifer evaluasi turgor kulit, status membrane mukosa

 Perhatikan adanya edema

 Pantau masukan dan haluran (mencakup semua sumber : missal

selang, diare ), haluran urin.


 Pantau suhu

 Pantau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek

samping pada keseimbangan cairan

 Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.

3. Dx3 : Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan terhadap pertahanan primer

 Pantau TTV

 Perhatikan peningkatan sushu

 Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi,

 Observasi terhadap tanda dan gejala peritonotas misal : demam,

peningkatan nyeri

 Pertahannkan perawatan luka aseptic, pertahankan baklutan kering

 Berikan obat-obat sesuai indikasi

4. Dx4 : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan mencerna makanan

 Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan

untuk mencerna atau makan makaanan misal status puasa, mual

 Auskultasi bising usus, palpasi abdomen

 Identifikasi kesukaana atau ketidaksukaan diet dari pasien.

Anjurkan pilih makanan tingi protein dan vitamin c

 Berikan vcairan IU, misal albumin, lipid, elektrolit.


5. Dx5 : Ansietas b/d status kesehatan

 Awasi respon fisiologis, misal takipnea, palpitasi, pusing, sakit

kepala, sensasi kesemutan.

 Dorong pernyataan takut dan ansietas, beri umpan balik.

 Berikan informasi akurat nyata tentang apa yang dilakukan

 Doronhg orang terdekat tinggal dengan pasien berespon tanda

panggilan dangan cepat, gunakan sentuhan dan kontak mata

dengan cepat

 Tunjukan teknik relaksasi contoh latihan nafas dalam bimbingan

imajinasi

6. Dx6 : Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru

 Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada catat

upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot

 Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisiut

seperti krekels, mengi, gesekan plurtal

 Tingkatkan kepala dan Bantu mengubah posisi, bangunkan pasien

turun tempat tidur dan ambuasi sesegera mungkit

 Bantupasien mengatasi takut atau ansietas

 Berikan oksigenasi tambahan


7. Dx7 : Intoleran aktifitas b/d kelemahan umum

 Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan tenang

batasi pengunjung sesuai keperluan

 Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik

 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan

rentan, gerak sendi pasif atau aktif

 Dorong penggunaan tekni manajemen stress contoh bimbingan

imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton

TV, radio, membaca

 Berikan obat sesuai indikasi


BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah.
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 13 Agustus 2008, Pukul 10.00 WIB
1. Identitas/Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn “S”
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Alamat : Karangnongko, Klaten
Status : Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateral Dextra
Tanggal Operasi : 13 Agustus 2008
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny “S”
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Karangnongko, Klaten
Status : Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan di lipat paha sebelah kanan ada benjolan dan terasa
nyeri.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan terdapat benjolan di lipat paha kanan kurang lebih 5
bulan yang lalu dan teras nyeri kaki kanan 1 minggu yang lalu.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit yang
serius dan belum pernah menjalani operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular.
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan
pasien.
e. Genogram

3. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon


a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya merokok dalam
sehari kurang lebih 5 batang, pasien tidak alergi terhadap jenis obat-
obatan dan makanan ataupun minuman. Pasien memeriksakan ke
Puskesmas terdekat jika salah satu anggota keluarganya ada yang
sakit.
Selama sakit : Pasien tidak merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya ia mampu
melaksanakan perawatan diri sehari-hari (ADLs) seperti mandi,
berpakaian, makan dan minum, eliminasi, mobilisasi, pindah, dengan
mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Dalam melaksanakan aktivitas atau perawatan diri (ADLs)
pasien tidak ada masalah (mampu sendiri).
c. Pola istirahat – tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur setiap hari dengan frekuensi 8 jam setiap
harinya, tidak mengalami gangguan tidur seperti insomnia, terkadang
tidur siang.
Selama sakit : Pola tidur dan istirahat selama sakit tidak ada masalah.
d. Pola nutrisi – metabolik
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari dengan menu makanan nasi, lauk
pauk, sayur, dan buah. Minum 6-8 gelas per hari. Tidak alergi terhadap
jenis makanan atau minuman tertentu.
Selama sakit : Nafsu makan pasien tidak ada masalah
e. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak dan
warna kuning, BAK dengan frekuensi 4 – 5 x sehari warna jernih.
Selama sakit : BAB dan BAK lancer, tidak mengalami masalah.
f. Pola kognitif – perceptual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya pasien mudah
bergaul dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa jawa,
tidak mengalami gangguan pendengaran maupun penglihatan.
Selama sakit : Selama proses anamnesis pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dengan bahasa indonesia, konjungtiva tidak
anemis, mukosa bibir kering, tidak ikterik, , pasien dapat
mengidentifikasikan bau dengan baik.
g. Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik.
Selama sakit : Selama menjalani rawat inap pasien tidak dapat
menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal.
h. Pola koping
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa ia dapat menerima kenyataan
ini, pasien sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman karena harus
tinggal di Rumah Sakit.
i. Pola seksual – reproduksi
Sebelum sakit : Pasien berjenis kelamin laki-laki.
Selama sakit : Selama sakit frekuensi berhubungan seksual berkurang.
j. Pola peran berhubungan
Sebelum sakit : Pasien berperan dalam keluarganya sebagai kepala rumah
tangga yang baik.
Selama sakit : Pasien terpaksa tidak dapat menjalankan perannya
dikarenakan sedang sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama Kristen dan pergi ke gereja setiap hari
minggu.
Selama sakit : Pasien dan keluarganya menganut agama kristen dan
menganggap bahwa penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhan.
Intensitas ke gereja untuk beribadah berkurang

4. Pemeriksaan fisik (head to toe)


a. Data Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Sedang
Tanda-tanda Vital :
 Tekanan Darah : 140/80mmHg
 Tekanan Nadi 88 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
b. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Inspeksi : Mesocephal, rambut hitam, lurus, bersih
 Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik
 Telinga : Simetris, bersih, serumen tidak ada, pendengaran
baik.
 Hidung : Simetris, penciuman baik
 Mulut : Bibir kering, lidah agak kotor,
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah kepala
2) Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar tiroidtidak ada, keterbatasan gerak
tidak ada
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah leher.
3) Toraks/Dada
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dadatidak ada, penggunaan alat
bantu pernafasan tidak ada
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor.
4) Abdomen
Inspeksi : Pembesaran abdomen (-), tidak ada luka/bekas luka.
Auskultasi : -.
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada pembesaran organ-organ intra abdomen, tidak
ada nyeri tekan.
5) Ekstremitas atas/bawah
Atas : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada
keterbatasan gerak
Bawah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada
keterbatasan gerak
6) Genitalia
Genitala normal, tidak ada masalah.

5. Data fokus
Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah kanan dan
terdapat benjolan, pasien mengatakan sangat gugup dan
selalu menanyakan bagaimana rasanya dioperasi sakit atau
tidak?
Data Obyektif :
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Ekstremitas atas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang dan gelisah, sering bangun dan tidur lagi.
Tanda-tanda Vital : TD = 140/90 mmHg
S = 36 ˚C
N = 88 x/menit
R = 20 x/menit
Berat badan 65 kg
B. Analisa Data dan Prioritas Masalah
1. Pre Operasi
No Sign and Symptom Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan di lipat Agen cidera Nyeri akut
paha sebelah kanan terdapat biologi
benjolan dan terasa nyeri.
DO : Terdapat benjolan pada lipat
paha sebelah kanan.
2 DS : Pasien mengatakan sangat Perubahan status Cemas
gugup dan selalu menanyakan kesehatan
bagaimana rasanya dioperasi? (prosedur
DO : Kesadaran composmentis pembedahan)
KU = Baik
TD = 140/90 mmHg
S = ˚C
R = 20 x/menit
N = 88 x/menit
Ekstremitas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang, gelisah,
sering bangun dan tidur lagi

2. Intra Operasi
No Sign and Symptom Etiologi Problem
1 DS : - Prosedur invasif Resiko
DO : (prosedur infeksi
 Regional Anestesi pembedahan)
 Kesadaran : Komposmentis
 Area operasi on steril
 Panjang luka insisi ± 4 cm
 Kedalaman 4 lapis
2 DS : - Perdarahan Resiko
DO : kurang
 Terpasang infus volume
 Ada darah pada alat tenun cairan

3. Post Operasi
No Sign and Symptom Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan nyeri Agen cidera fisik Nyeri akut
pada area luka operasi dan (pembedahan)
kakinya terasa berat atau
kesemutan
DO : KU = lemah
 Kesadaran = composmentis
 Luka operasi terbalut
Pasien terlihat meringis
kesakitan

2 DS : Pasien mengatakan nyeri Prosedur Kerusakan


pada area luka operasi pembedahan integritas
DO : KU = lemah kulit
 Kesadaran = composmentis akibat
 Terdapat heacting area luka pembedah
operasi an
 Luka operasi terbalut
 Ekstremitas lembab
Prioritas Masalah
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur
pembedahan)
2. Intra Operasi
a. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(prosedur pembedahan)
3. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(pembedahan)
b. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan
berhubungan dengan prosedur pembedahan

C. Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan
pasien mengatakan di lipat paha bagian kanan terdapat benjolan dan terasa
nyeri.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur
pembedahan) ditandai dengan pasien mengatakan sangat gugup dan selalu
menanyakan bagaimana rasanya dioperasi. Dengan data obyektif:
 Kesadaran composmentis
 KU = Baik
 TD = 140/90 mmHg
 S = ˚C
 R = 20 x/menit
 N = 88 x/menit
 Ekstremitas teraba dingin
 Ekspresi wajah tegang, gelisah, sering bangun dan tidur lagi
2. Intra Operasi
a. Resiko kurang volume cairan
berhubungan dengan perdarahan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif (prosedur pembedahan)
3. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan berhubungan dengan
prosedur pembedahan

D. Intervensi
Pre Operasi
No. Dx NOC NIC Paraf
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Lakukan
menit diharapkan mampu pengkajian nyeri secara
mengurangi nyeri, dengan komprehensif termasuk
kriteria hasil : lokasi, karakter, durasi,
 Menggunakan skala frekuensi, kualitas dan
nyeri untuk faktor presipitasi
mengidentifikasi b. Observasi
tingkat nyeri reaksi nonverbal
 Melaporkan bahwa c. Gunakan tehnik
nyeri berkurang komunikasi terapeutik untuk
 Melaporkan kebutuhan mengetahui pengalaman
tidur dan istirahat nyeri pasien
cukup d. Evaluasi
 Mampu menggunakan pengalaman nyeri masa
metode non lampau
farmakologi untuk e. Beri informasi
mengurangi nyeri. yang akurat untuk
mengurangi rasa nyeri
f. Ajarkan tehnik
distraksi relaksasi
g. Cek riwayat
alergi
h. Evaluasi efek,
tanda dan gejala aktivitas
analgesic

2 Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Cemas:


keperawatan selama 1x30 a. Gunakan
menit diharapkan pasien pendekatan yang
mampu mengontrol tingkat menenangkan
kecemasan dengan kriteria b. Jelaskan semua
hasil: prosedur dan apa yang
 Menunjukkan tehnik dirasakan selama prosedur
untuk mengontrol c. Berikan
cemas informasi yang faktual
 TTV dalam batas tentang diagnosis dan
normal tindakan prognosis
 Ekspresi wajah tenang d. Dengarkan
dengan penuh perhatian
e. Identifikasi
tingkat kecemasan
f. Beri posisi yang
nyaman
g. Motivasi klien
h. Monitor TTV
i. Instruksikan
pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi
j. Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan

Intra Operasi
No. Dx NOC NIC Paraf
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan :
keperawatan selama 1x60 a. Pertahankan
menit diharapkan mampu catatan output dan intake
mengurangi/menghindari yang akurat
resiko terjadinya b. Pasang urin
perdarahan dan kekurangan kateter
volume cairan dengan c. Monitor status
kriteria hasil: hidrasi
 Tidak terjadi d. Monitor hasil
perdarahan laboratorium yang sesuai
 Tidak terjadi dengan retensi urin
hipoksia e. Monitor status
hemodinamik
f. Monitor vital
sign
g. Lakukan terapi
IV
h. Monitor status
nutrisi
i. Monitor respon
klien terhadap terapi
elektrolit
j. Kolaborasi
dengan dokter jika tanda
cairan memburuk

2 Setelah dilakukan tindakan Perlindungan terhadap infeksi:


keperawatan selama 1x60 a. Monitor tanda
menit diharapkan pasien dan gejala infeksi
mampu mencegah b. Monitor
terjadinya infeksi dengan kerentanan terhadap infeksi
kriteria hasil: c. Pertahankan
 Bebas dari tanda-tanda tehnik asepsis pada pasien
dan gejala infeksi yang beresiko
d. Cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan
e. Gunakan gaun
steril dan sarung tangan
steril
f. Siapkan alat
dan instrument:
 Set operasi herniotomi
 Mesin anestesi
 Elektrosurgikel
 Lampu dinding dan
operasi
 Bed side monitor
 Alat tenun
 Alat dari karet
 Alat habis pakai
g. Pindahkan
pasien ke meja operasi
h. Posisikan
supinasi dan desinfeksi area
operasi
i. Tutup sekitar
area operasi dengan linen
steril
j. Lakukan
pembedahan
k. Ekspose insisi
l. Hentikan
perdarahan
m. Monitor TTV
n. Desinfeksi area
pembedahan
o. Balut area
pembedahan
p. Pindahkan ke
RR

Post Operasi
No. Dx NOC NIC Paraf
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Monitor TTV
menit diharapkan pasien b. Monitor
mampu mengontrol nyeri kesadaran
dan meningkatkan c. Lakukan
kenyamanan dengan penilaian aldrate skor
kriteria hasil: d. Hitung tetesan
 Melaporkan infuse
frekuensi dan lamanya e. Lakukan
nyeri pengkajian nyeri secara
 Mengenal faktor komprehensif termasuk
penyebab lokasi, karakter, durasi,
 Nyeri terkontrol frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
f. Observasi
reaksi nonverbal
g. Evaluasi
pengalaman nyeri masa
lampau
h. Beri informasi
yang akurat untuk
mengurangi rasa nyeri
i. Ajarkan tehnik
distraksi relaksasi
j. Cek riwayat
alergi
k. Evaluasi efek,
tanda dan gejala aktivitas
analgesic

2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen daerah penekanan:


keperawatan selama 1x30 a. Anjurkan pasien
menit diharapkan integritas untuk menggunakan pakaian
kulit normal dengan longgar
kriteria hasil: b. Hindari kerutan
 Integritas yang baik pada tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan
 Me kulit agar tetap bersih dan
laporkan nyeri pada kering
area kulit yang sakit d. Mobilisasi
 Me pasien setiap 2 jam
ncegah terjadinya e. Monitor kulit
cidera akan adanya kemerahan
 Mempertahankan f. Oleskan lotion
kelembaban kulit pada daerah yang tertekan
g. Monitor
aktivitas dan mobilisasi
pasien
h. Monitor status
nutrisi.

E. Implementasi
Pre Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1 a. Melakukan S : Pasien mengatakan masih
pengkajian nyeri secara merasakan nyeri pada lipat
komprehensif termasuk paha sebelah kanan sifat
lokasi, karakter, durasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk
frekuensi, kualitas dan dan kualitas nyeri sedang
faktor presipitasi O : Terlihat adanya benjolan
b. Mengobserv Pasien terlihat meringis
asi reaksi nonverbal kesakitan
c. Menggunak A : Masalah belum teratasi
an tehnik komunikasi P : Lanjutkan intervensi di
terapeutik untuk ruang operasi
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d. Mengevalua
si pengalaman nyeri
masa lampau
e. Memerikan
informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa
nyeri
f. Mengajarka
n tehnik distraksi
relaksasi
g. Mengecek
riwayat alergi
h. Mengevalua
si efek, tanda dan gejala
aktivitas analgesic

2 a. Me S : Pasien mengatakan siap


nggunakan pendekatan menjalani operasi namun
yang menenangkan masih gelisah
b. Menjelaska O : Pasien tampak gelisah
n semua prosedur dan A : Masalah belum teratasi
apa yang dirasakan P : Lanjutkan intervensi di
selama prosedur ruang operasi untuk
c. Memberika pemberian anestesi
n informasi yang factual
tentang diagnosis dan
tindakan prognosis
d. Mendengark
an dengan penuh
perhatian
e. Mengidentif
ikasi tingkat kecemasan
f. Memberika
n posisi yang nyaman
g. Memotivasi
klien
h. Memonitor
TTV
i. Menginstru
ksikan pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
j. Memberika
n obat untuk mengurangi
kecemasan

Intra Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1 a. Mempertaha S:-
nkan catatan output dan O : Terlihat terpasang infuse,
intake yang akurat kateter
b. Memasang A : Masalah teratasi sebagian
urin kateter P : Lanjutkan intervensi di
c. Memonitor ruang pemulihan (Recovery
status hidrasi Room)
d. Memonitor
hasil laboratorium yang
sesuai dengan retensi
urin
e. Memonitor
status hemodinamik
f. Memonitor
vital sign
g. Melakukan
terapi IV
h. Memonitor
status nutrisi
i. Memonitor
respon klien terhadap
terapi elektrolit
j. Kolaborasi
dengan dokter jika tanda
cairan memburuk

2 a. Memonitor S:-
tanda dan gejala infeksi O : Terlihat insisi
b. Memonitor pembedahan.area luka on
kerentanan terhadap steril dengan panjang luka
infeksi ± 4 cm dan kedalaman 4
c. Mempertaha lapis (kutis, subkutis, fasia
nkan tehnik asepsis pada dan muskulus)
pasien yang beresiko A : Masalah teratasi sebagian
d. Mencuci P : Lanjutkan intervensi di
tangan sebelum dan ruang pemulihan (Recovery
sesudah tindakan Room)
e. Menggunak
an gaun steril dan sarung
tangan steril
f. Menyiapkan
alat dan instrument:
 Set operasi
mastektomi
 Mesin anestesi
 Elektrosurbikel
 Lampu dinding
damn operasi
 Bed side monitor
 Alat tenun
 Alat dari karet
 Alat habis pakai
 dll
g. Memindahk
an pasien ke meja
operasi
h. Memposisik
an supinasitoilet dan
desinfeksi area operasi
i. Menutup
sekitar area operasi
dengan linen steril
j. Melakukan
pembedahan
k. Mengekspos
e insisi
l. Menghentik
an perdarahan
m. Memonitor
TTV
n. Mendesinfe
ksi area pembedahan
o. Membalut
area pembedahan
p. Memindahk
an ke RR

Post Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1 a. Memonitor S : Pasien mengatakan luka
TTV operasinya masih terasa
b. Memonitor nyeri dan kakinya susah di
kesadaran angkat/kesemutan.
c. Melakukan O : General anestesi
penilaian aldrate skor Kesadaran = CM
d. Menghitung KU = lemah
tetesan infuse Tampak balutan diarea
e. Melakukan operasi
pengkajian nyeri secara A : Masalah teratasi sebagian
komprehensif termasuk P : Lanjutkan intervensi
lokasi, karakter, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
f. Mengobserv
asi reaksi nonverbal
g. Mengevalua
si pengalaman nyeri
masa lampau
h. Memberi
informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa
nyeri
i. Mengajarka
n tehnik distraksi
relaksasi
j. Mengecek
riwayat alergi
k. Mengevalua
si efek, tanda dan gejala
aktivitas analgesic

2
3 a. Menganjurk S : Pasien mengatakan luka
an pasien untuk operasinya masih terasa
menggunakan pakaian nyeri dan kakinya susah di
longgar angkat/kesemutan.
b. Menghindar O : - Adanya luka operasi
i kerutan pada tempat -Tampak balutan diarea
tidur operasi dan heacting pada
c. Menjaga area operasi
kebersihan kulir agar A : Masalah teratasi sebagian
tetap bersih dan kering P : Lanjutkan intervensi
d. Memonitor
kulit akan adanya
kemerahan
e. Memonitor
aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual, 2000. “Diagnosa Keperawatan”. EGC : Jakarta

Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC


Doenges, E. Marilynn et.al, 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. ”. Edisi 3, Katalog
Dalam Terbitan (KTD). EGC : Jakarta

Jhonsen Marrion, (2000). Nursing Outcomes Classification, Philadelpia.

Karlina, Ina, 2004. “Hand Out Medical Bedah”. SSG : Yogyakarta

Manjoer Arif, 2000. “Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi ketiga, jilid I. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.

Mc Closkey, Joanne C, (1996). Nursing Intervention Classification, Second Edition,


Philadelpia

Santoso, Budi, 2006. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda”. Prima Medika

Smeltzer C, Suzanne et.al, 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner
& Suddart” Vol 1, Edisi 8. EGC : Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn“S” DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERAL DEXTRA
PADA SISTEM GASTROINTESTINAL
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN, JAWA TENGAH
2008

Disusun Oleh :
1. ANIK DWI PRASETYAWATI : 04.03.0001
2. ANNA NUR HIKMAWATI : 04.03.0161

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008

Anda mungkin juga menyukai