3. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang
kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat disertai
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan
dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal
7. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi
dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua
tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali
pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah
sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR hilang /
tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty
pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam manurut kebutuhannya
(ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan
hernia femoralis dikerjakan dengan cara MC. Vay).
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
3. INTERVENSI
No No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf
dx
1 Dx Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda-tanda vital
1 keperawatan selama …x 24 jam - Lakukan manajemen nyeri
di harapkan intervensi nyeri keperawatan, Istirahatkan
teratasi Kriteria Hasil : pasien pada saat nyeri muncul.
- Ajarkan teknik distraksi pada
- Klien mengatakan nyeri
saat nyeri
hilang atau berkurang
- Tingkatkan pengetahuan
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
tentang : sebab-sebab nyeri,dan
- Dapat mengidentifikasi
aktivitas yang menghubungkan berapa lama
meningkatkan atau nyeri akan berlangsung.
menurunkan nyeri. - Kolaborasi dengan tim medis
- Pasien tidak gelisah pemberian analgetik
4. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan sebelum ke
pasien.
5. EVALUASI
1. Nyeri akut
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
2. Resiko deficit nutrisi b.d mual muntah.
- Adanya peningkatan berat badan sesuai degan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuahn nutrisi
- Tidak mual dan muntah
3. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area luka pembedahan.
- TTV dalam batas normal.
- Luka kering, tidak ada pus
- Tidak ada bengkak
- Kerapatan luka tampak bagus
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
& NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta: Mediaction
Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC
Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC