Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HERNIA SCROTALIS


DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA

OLEH :
FIRMAN SYAMSUDI
NIM : S20129016

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2022
A. Definisi
Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut Hernia inguinalis
adalah Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan
atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga
usus menerobos kebawah melalui celah.Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan(Huda dan Kusuma, 2015).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan bagian organ dalam melalui pembukaan
yang abnormal pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya Hernia inguinalis
lateralis (HIL) adalah muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong
B. Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia inguinalis lateral
yaitu :
1. Defek dinding otot abdomen Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau
didapat seperti usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.
2. Peningkatan tekanan intra abdominal
3. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas. Adanya
Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan
berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal.
C. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta kongenital dengan
adanya penojolan dari prossus vaginalis peritonel. Semua keadaan yang menyebabkan
kenaikan tekanan intra-abdomen seperti kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat beban berat, mengejan saat defekasi, dan mengejan saat defekasi, dan
mengejan saat miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dan menjadi pencetus terjadinya
Hernia. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum, sehingga terjadi penonjolan peritoneum ke
daerah skrotum disebut dengan prosesus vaginalis peritonei(Diyono & Mulyani, 2013).
Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal sering kali kanali
sini tidak tertutup, karena testis turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis lebih
sering terbuka , maka yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
dapat mengalami obliterapi) akan timbul Hernia inguinalis lateralis abuisita. Keadaan
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat miksi, misalnya akibat
hipertropi prostat (Diyono & Mulyani, 2013)

D. Manifestasi Klinik
Menurut Suratan dan Lusianah (2010) manifestasi klinis yaitu :
1. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh
keluarnya suatu organ.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut disertai
perasaan mual.
3. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidak hanya
didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah pnggul, belakang perut, dan
daerah genital yang disebut reffered pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi
dan insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri akan mereda atau
menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi strangurasi
karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga menjadi merah dan panas.
4. Kandung kemihberisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih (dysuria)
disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
5. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan bertambah besar.
E. Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) komplikasi yang mungkin terjadi pada Hernia
inguinalis lateral yaitu :
1. Hernia berulang Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga
muncul hernia baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut kiri dan sudah
dioperasi sekarang muncul hernia baru di perut kanan.
2. Obstruksi usus parsial atau total Karena terjadinya perlengketan usus akibat hernia
obstruksi usus parsia maupun total bisa terjadi di dalam usus halus atau. Pada kasus
obstruksi usus parsial, sedikit makanan atau cairan masih bisa melewati usus.
Sedangkan pada kasus obstruksi usus total, tidak ada apa pun yang bisa melewati
usus.
3. Luka pada usus Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat
memicu robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi usus ke rongga
perut dan menyebabkan infeksi (peritonitis).
4. Gangguan suplai darah ke testis jika pasien laki-laki Terjadi penekanan pada cincin
hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif
sempit, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah.
5. Perdarahan yang berlebih Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan diobati dapat
mengakibatkan perdarahan yang diakibatkan semakin membesarnya usus yang
keluar semakin besar.
6. Infeksi luka bedah Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi
luka operasi akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka operasiyang
terbuka kembali.
7. Fistel urin dan feses Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh
isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitissehingga
peristaltik usus menurun mengakibatkan sembelit. Pada pasien kadang-kadang
ditemukan keluhan kencing berupa disuria karena buli-buli ikut membentuk dinding
medial hernia.
F. Penatalaksanaan
1. Reposisi Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara
hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan
yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi
hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini kadang dilakukan padahernia
irreponibilis apabila Pasien takut operasi, yaitu dengan cara bagian hernia
dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien
diposisikan trendelenberg. Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan
operasi.
2. Suntikan
3. Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil
pintu hernia.
4. Sabuk hernia
5. Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif
kecil.Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya yang rasional
6. Pengobatan konservatif Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang mengalami
strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Tangan kiri memegang isi Hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorong kea rah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai
terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan
untuk operasi besok harinya. Jika resisi hernia tidak berhasil, dalan waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera.
7. Pengobatan operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan
hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan hernioraphy.
8. Herniotomy Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibukadan isi hernia dibebaskan kalau adaperlengketan, kemudian
reposisi.Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
9. Hernioraphy Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
a) Diet dan activity Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum
atau sesudah pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah operasi
diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi Kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk
mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh,
coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau
bumbu yang memperburuk gejala.
b) Medikasi Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
ranitidine,asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk membasmi
infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam klavulanat, serta obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti dulcolax 10 mg suppositoria
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, ruangan,
no.register, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
DS ( Data Subjektif ) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah keluhan adanya benjolan akibat masuknya material melalui kanalis
inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga tidak.Keluhan nyeri hebat bersifat
akut berupa nyeri terbakar Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang
rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
padamalam hari atau siang hari.
DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan , pasien tampak
memegangi perut kanan bawah , pasien tampak menangis , pasien tampak lemas,
dan lain-lain.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan tidak
ditemukan Penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes dengan luka di
perut sangat beresiko terjadinya penghambatan proses penyembuhan luka.
3) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, yang cenderung diturunkan secara
genetic
c. Dasar Data Pengkajian Klien

1) Aktivitas Istirahat
Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah baring,
penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi.
2) Sirkulasi
Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah (hipotensi,
hipertensi).
3) Integritas Ego
Gejala : Stres ; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urine.
5) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan Tanda :
Deformitas lokal : agulasi abnormal,pemendekan,rotasi krepitasi
6) Nyeri / Kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan, distensi kandung
kemih.
7) Keamanan
Tanda : Laserasi , avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera) pengetahuan
terbatas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial.
Setelah mengumpulkan data-data klien yang relevan, informasi tersebut
dibandingkan dengan ukuran normal sesuai umur klien, jenis kelamin, tingkat
perkembangan, latar belakang sosial dan psikologis.
Diagnosa keperawatan dengan menggunakan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) :
a. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasai
b. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
c. Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur Infasif
3. Intervensi Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi
INTERVENSI
SLKI SIKI
L.09093 tingkat ansietas Setelah I.09314 Reduksi ansietas
dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi :
1×24 jam diharapkan tingkat ansietas - Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil Perilaku berubah
gelisah menurun Perilaku tegang menurun - Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan - Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
- Pahami situasi yang memicu kecemasan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk bersama pasien
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

INTERVENSI
SLKI SIKI
L. 08063 kontrol nyeri setelah dilakukan I. 08238 manajemen nyeri
tindakan keperawatan selama 3x24 jam observasi
diharapkan kontrol nyeri meningkat - Identifikasi lokasi, durasi, kualitas nyeri
dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. melaporkan nyeri kontrol - Identifikasi respon nyeri non-verbal
2. kemampuan mengenali nyeri Terapeutik
meningkat - Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
3.kemampuan tehnik non farmakologi mengurangi nyeri
meningkat - Fasilitasi istirahat dan tidur
edukasi
- Anjurkan menggunakan analgetik yang
tepat
- Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

Resiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur Infasif


INTERVENSI
SLKI SIKI
L. 14128 kontrol resiko setelah dilakukan I. 12406 edukasi pencegahan infeksi
tindakan keperawatan selama 3x24 jam observasi
diharapkan kontrol resiko meningkat - Periksa kesiapam dan kemampuan
dengan kriteria hasil : menerima informasi terapeutik
mampu mengidentifikasi faktor resiko - Siapkan materi cara mencegah resiko
meningkat infeksi edukasi
mampu mengontrol resiko meningkat - Jelaskan tanda dangejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
- Anjurkan penggunaan antibiotik
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
DAFTAR PUSTAKA

Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.

Huda dan Kusuma ,2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.Mediaction Publishing,


Jogjakarta.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1sted.). Jakarta:


DPP PPNI.

Suratan dan Lusinah (2010) pemeriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis lateral.

Tim pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Idikator Diagnostik (Cetakan II). Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: DPP
PPNI.
Smeltzer, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui CI Pontianak, 13 Juni 2022

(…………………………….) (……………………………)

Anda mungkin juga menyukai