Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERAL (HIL)

NOVRINDA SARAS LESTARI


23101083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2024
1.1 PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan organ, seperti usus dan jaringan yang ada di

dalam perut ke area inguinal atau selangkangan (Wijayaningsih, 2013).

Hernia inguinalisis paling umum, yaitu visera menonjol ke dalam kanalis

inguinalis pada titik dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar

ligament wanita. Hernia inguinalis indirek yaitu lengkuk usus keluar melalui

kanalis inguinalis dan mengikuti kordo spermatikus pada pria dan ligament

sekitar pada wanita, ini akibat dari gagalnya prosesus vaginalis untuk

menutup sebelah testis turun ke dalam skrotum, atau fiksasi ovarium,

sedangkan Hernia inguinalisis direk yaitu lengkung usus keluar melalui

kanalis inguinalis posterior (Diyono & Mulyani, 2013). Hernia inguinalisis

adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan yang tersering

dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut (Jitowiyono &

Kristiyanasari, 2012:153). Hernia inguinalisis adalah Hernia yang paling

umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum.

Hernia inguinalisis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus

menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki

dari pada perempuan (Huda dan Kusuma, 2015). Hernia inguinalisis

merupakan penonjolan bagian organ dalam melalui pembukaan yang

abnormal pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya (Bilotta, 2012).

Hernia inguinalisis lateralis (HIL) adalah muncul benjolan di regio

inguinalisis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).


1.2 ETIOLOGI
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia inguinalisis

Lateral yaitu :

a. Defek dinding otot abdomen

Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti usia,

keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

c. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas.

Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat

defekasi dan berkemih serta mengangkat beban terlalu berat dapat

meningkatkan tekanan intraabdominal.

1.3 KLASIFIKASI
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) klasifikasi Hernia Inguinalis Lateral

terbagimenjadi :

1) Herniaindirek atau lateral

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalisis, dapat menjadi sangat besar dan

sering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut

bias mengecil, menghilangkan pada waktu tidur dan bila menangis,

mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapattumbuh kembali.

2) Herniadirek atau medialis

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak

melalui kanal seperti pada hernia inguinalisis dan femoralis indirek.


Lebih umum terjadi pada lansia. hernia ini disebut direkta karena

langsung menuju anulus inguinalisis eksterna sehingga meskipun arteri

inguinalisis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena

besarnya defek pada dinding posterior maka Hernia ini jarang menjadi

irreponible.

1.4 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Suratan dan Lusianah (2010) manifestasi klinis Hernia inguinalisis

lateral yaitu :

a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan

benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang

disebabkan oleh keluarnya suatu organ.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut

disertai perasaan mual.

c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri

tidak hanya didapatkan di daerah inguinalis tapi menyebar ke daerah

panggul, belakang perut, dan daerah genital yang disebut reffered pain.

Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau

kerja yang berat. Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri

akan bertambah hebat jika terjadi strangurasi karena suplai darah ke

daerahhernia terhenti sehingga menjadi merah dan panas.

d. Kandung kemih berisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih

(dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah

sela paha.
e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan bertambah

besar.

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik pada pasien

Hernia inguinalisis lateral yaitu:

1) Pemeriksaan darah lengkap

Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat

menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit),

ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin

memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi.

2) USG

Abdomen pada regio inguinalisis dextra dan sinistra.Membedakan masa

di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan membedakan

jenis-jenis hernia.

3) Urinalisis

Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa

sakit di daerah inguinalis dan eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini

merupakan akibat dari hipertrofi prostat jinak.

4) Sinar X abdomen

Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.


1.6 PENATALAKSANAAN

1) Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara

hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya

dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua

tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan

yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini

kadang dilakukan padahernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi,

yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi

penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg.

Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

2) Suntikan

Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk

memperkecil pintu hernia.

3) Sabuk hernia

Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif

kecil. Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya

yang rasional.

4) Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga

atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah

direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalisis yang


mengalami strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi

dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia

membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorong kearah cincin

hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif

dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan

untuk operasi besok harinya. Jika resisi hernia tidak berhasil, dalam

waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

5) Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalisis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan

hernioraphy.

6) Herniotomy

Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong

dibukadan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian

reposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

7) Hernioraphy

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalisis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalisis.

8) Diet dan activity

Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah

pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah operasi diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Kemudian makan

dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan

untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar.

Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol,

dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk gejala.

9) Medikasi. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

ranitidine, asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk

membasmi infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam

klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti

dulcolax 10 mg suppositoria(Jitowiyono& Kristiyanasari 2012).

1.7 KOMPLIKASI

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) komplikasi yang mungkin terjadi pada

Herniainguinalisis lateral yaitu :

1) Hernia berulang

Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga muncul hernia

baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut kiri dan sudah dioperasi

sekarang muncul hernia baru di perut kanan.

2) Obstruksi usus parsial atau total

Karena terjadinya perlengketan usus akibat hernia obstruksi usus parsia maupun

total bisa terjadi di dalam usus halus atau pada kasus obstruksi usus parsial,

sedikit makanan atau cairan masih bisa melewati usus. Sedangkan pada kasus

obstruksi usus total, tidak ada apa pun yang bisa melewati usus.
3) Luka pada usus

Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat memicu

robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi usus ke rongga perut

dan menyebabkan infeksi (peritonitis).

4) Gangguan suplai darah ke testis jika pasien laki-laki

Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.

Cincin hernia menjadi relatif sempit, maka timbul edema sehingga terjadi

penekanan pembuluh darah.

5) Perdarahan yang berlebih Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan

diobati dapat mengakibatkan perdarahan yang diakibatkan semakin membesarnya

usus yang keluar semakin besar.

6) Infeksi luka bedah

Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka operasi

akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka operasi yang terbuka

kembali.

7) Fistel urin dan feses

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara

lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis sehingga peristaltik usus

menurun mengakibatkan sembelit. Pada pasien kadang-kadang ditemukan

keluhan kencing berupa dysuria karena buli-buli ikut membentuk dinding medial

hernia.
1.8 PATOFISIOLOGI
1.9 PATHWAY
PROSES KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan

kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah

terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

ini. Tahap ini terbagi atas:

1. Identitas :

a. Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal

masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

b. Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.

2. Keluhan utama:

DS (Data Subjektif) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah

keluhan adanya benjolan akibat masuknya material melalui kanalis inguinalis bisa

bersifat hilang timbul atau juga tidak. Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri

terbakar.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau


menusuk.

c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk padamalam hari atau siang hari.

DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi

perut kanan bawah, pasien tampak menangis, pasien tampak lemas, dan lain-lain.

3. Riwayat penyakit sekarang

keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada respon biasanya keluhan

yang ada berupa adanya benjolan setelah mengalami aktivitas peningkatan tekanan

intraabdominal, seperti batuk, bersin, atau mengejan. Bila sudah terjadi stranggulasi

akan didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan gastrointestinal

seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan kelelahan pasca nyeri sering

didapatkan.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan tidak ditemukan

Penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes dengan luka di perut sangat

beresiko terjadinya penghambatan proses penyembuhan luka.


5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia merupakan salah satu

faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi

pada beberapa keturunan, yang cenderung diturunkan secara genetic.

6. Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien

dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan

sehari-harinya baik dalam keluargaataupun dalam masyarakat

7. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pengkajian data keperawatan pada pasien dan

post operasi dengan Hernia inguinalisis lateral dalam buku Asuhan Keperawatan

Pasien Gangguan Gastrointestinal antara lain:

a. Aktivitas istirahat

Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah baring,

penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi

b. Sirkulasi

Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah (hipotensi,

hipertensi).

c. Eliminasi

Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urine.


2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah

kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :

1. Nyeri Akut (D.0077)

2. Ansietas (D.0080)

3. Risiko Infeksi (D.0142)

4. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

5. Defisit Pengetahuan (D.0111)


2.3 INTERVENSI

NO DIAGNNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (I. 08238)
pencedera fisiologi keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
dan fisik d.d pasien diharapkan masalah kesehatan pasien 1. Identifikasi lokasi,
tampak meringis, teratasi dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,frekuensi,
gelisah, sulit tidur Tingkat Nyeri (L. 08066) kualitas, intensitas nyeri
dan mengeluh nyeri Indikator SA ST 2. Identifikasi skala nyeri
(D. 0007) Keluhan Nyeri 2 4 3. Identifikasi respons nyeri non
Gelisah 2 4 verbal
Perasaan Depresi 2 4 4. identifikasi pengetahuan dan
Keterangan : keyakinan tentang nyeri
Cukup meningkat = 2 Terapeutik
Cukup Menurun = 4 1. berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
Indikator SA ST mengurangi rasa nyeri (mis.
Frekuensi nadi 2 4 TENS, hypnosis, akupresur,
Proses berpikir 2 4 terapi musik, biofeedback,

Keterangan : terapi pijat, aromaterapi, dll)

Cukup memburuk = 2 2. kontrol lingkungan yang

Cukup Membaik = 4 mempercepat rasa nyeri (mis.


Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan tindakan asuhan Reduksi Ansietas (I. 09314)
terpapar informasi keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
d.d pasien merasa diharapkan masalah kesehatan pasien 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
khawatir dengan teratasi dengan kriteria hasil : berubah (mis, kondisi,waktu,
akibat kondisi yang Tingkat Ansietas (L. 09093) stresor)
dihadapi dan tampak Indikator SA ST 2. Monitor tanda-tanda ansietas
gelisah Verbalisasi 2 4 (verbal dan nonverbal)
(D. 0080) kebingungan Terapeutik
Perilaku gelisah 2 4 1. Temani pasien untuk
Perilaku tegang 2 4 mengurangi kecemasan, jika
Tremor 2 4 perlu
Keterangan : 2. Pahami situasi yang membuat
Cukup meningkat = 2 pasien ansietas
Cukup Menurun = 4 3. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Indikator SA ST
4. Motivasi mengidentifikasi
Frekuensi pernapasan 2 4
situasi yang memicu kekerasan
Frekuensi nadi 2 4
Edukasi

Keterangan : 1. Anjurkan keluarga untuk tetap

Cukup memburuk = 2 Bersama pasien, jika perlu

Cukup Membaik = 4 2. Anjurkan menggunakan


perasaan dan persepsi
3. Latih kegiatan pengalihan
untuk megurangi ketegangan
4. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
2.6 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
3. Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)
prosedur invasif keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
(Part de Entry) d.d diharapkan masalah kesehatan pasien 1. Monitor tanda dan gejla infeksi
luka insisi teratasi dengan kriteria hasil : local dan sistemik
(D. 0142) Tingkat Infeksi (L. 14137) Terapeutik
Indikator SA ST 1. Batasi jumlah pengunjung
Nyeri 2 4 2. Cuci tangan sebelum dan
Bengkak 2 4 sesudah kontak dengan pasien
Keterangan : dan lingkungan pasien
Cukup meningkat = 2 Edukasi
Cukup Menurun = 4 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Indikator SA ST
2. Ajarkan cara cuci tangan yang
Nafsu makan 2 4
benar

Keterangan : 3. Ajarkan cara memeriksa

Cukup memburuk = 2 kondisi luka atau luka operasi

Cukup Membaik = 4 4. Anjurkan meningkatkan asupan


nutrisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi
4. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan asuhan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Fisik b.d Nyeri pada keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
bagian benjolan d.d diharapkan masalah kesehatan pasien 1. Identifikasi adanya nyeri atau
mengeluh sulit meningkat dengan kriteria hasil : kelugan fisik lainnya
menggerakkan Mobilotas Fisik (L. 05042) 2. Identifikasi toleransi fisik
ektremitas, ROM melakukan pergerakan
menurun 3. Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu

Indikator SA ST 2. Fasilotasi
Rentang gerak sendi 2 4 melakukan
ROM pergerakan, jik perlu
3. Libatkan keluarga untuk
Keterangan : Cukup menurun = 2
membantu pasien dalam
Cukup Meningkat = 4
meningkkatkan pergerakan
Edukasi
Indikator SA ST
Nyeri 2 4 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Cemas 2 4 mobilisasi
Gerakan terbatas 2 4
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
Kelemahan fisik 2 4
dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
Keterangan : yang harus dilakukan
Cukup meningkat= 2 Cukup
Menurun = 4
5. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan asuhan Edukasi Kesehatan (I. 12383)
b.d kurang terpapar keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
informasi d.d diharapkan masalah kesehatan pasien 1. Identifikasi kesiapan
menanyakan meningkat dengan kriteria hasil : dan kemampuan
masalah yang Tingkat Pengetahuan (L. 12111) menerima informasi
dihadapi, Indikator SA ST 2. Identifikasi faktor-faktor yang
menunjukkan Kemampuan 2 4 dapat meningkatkan dan
perilaku berlebihan menjelaskan menurunkan motivasi perilaku
(D.0111) penetahuan tentang PHBS

suatu topik Terapeutik

Perilaku sesuai 2 4 1. Sediakan materi dan media


dengan pengetahuan Pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Keterangan : Cukup menurun
Indikator SA= 2ST Edukasi
Cukup Meningkat
Pertanyaan tentang= 4 2 4
1. Jelaskan faktor risiko yang
masalah yang dihadapi
adapat mempengaruhi
Menjalani pemeriksaan 2 4
kesehatan
yang tidak tepat
2. Ajarkan perilaku PHBS
3. Aajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
PHBS

Keterangan :
Cukup meningkat = 2 Cukup
Menurun = 4
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M., & Zanotti, M.

(2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence- Based Guide to Planning Care.

Mosby

Aisyah. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Hernia Inguinalisis Pada

Laki-laki Di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak. Medic, 31, 1–7.

Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jitowiyonno &

Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi pendekatan

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.

Mosby: ELSIVER

Nurbadriyah. (2020). Jurnal Terapi Non Farmakologi Hernia. Kesehatan, 14, 21–40. Nursing

Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell

Suratan dan Lusinah (2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalisislateral

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan II.

Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2022) Srandar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan

III. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Srandar Intervensi Keperawatan Indonesia.Cetakan II.

Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai