Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.

A DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN: ( POST OPERASI HERNIA INGUALIS LATERAL )
DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN BUTON SELATAN
TAHUN 2022

Nama : HADI LA TAHE


NIM : 14901021013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IST BUTON
(STIKES) IST BUTON
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN: ( POST OPERASI HERNIA INGUALIS LATERAL )
DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN BUTON SELATAN
TAHUN 2022

Telah Disyahkan
Pada tanggal:

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(………………………..) (………………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IST BUTON
(STIKES) IST BUTON
2022

A. Definisi

Hernia adalah suatu benjolan/penojolan isi perut dari rongga

normal mulai lubang congenital atau didapat (Wijayaningsih, 2013).

Hernia inguinalis paling umum, visera menonjol ke dalam kanalis inguinal

pada titik dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament

wanita. Hernia inguinal indirek lengkuk usus keluar melalui kanalis

inguinal dan mengikuti kordo spermatikus pada pria dan ligament sekitar

pada wanita, ini akibat dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup

sebelah testis turun ke dalam skrotum, atau fiksasi ovarium. Hernia

inguinalis direk lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalposterior

(Diyono & Mulyani, 2013).

Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini

merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012:153). Hernia inguinalis adalah Hernia

yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan

atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen

berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.Hernia tipe

ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan(Huda dan

Kusuma,2015).Hernia inguinalis merupakan penonjolan bagian organ

dalam melalui pembukaan yang abnormal pada dinding rongga tubuh yang

mengelilinginya (Bilotta, 2012).Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah

muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,

tonjolan berbentuk lonjong (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012)


B. Anatomi dan fisiologi

Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot

multilaminar, yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan .

Pada bagian lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang

berhubungan satu sama lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut

dengan aponeurosis(Muttaqin, 2011).

Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-otot dinding

perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah Hernia

inguinalis.Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik

tranvesus abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan diatas

dasar medial kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan

antara tuberkulum dan SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior).Kanalis

inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurosis

muskulus tranversus abdominis .Pada bagian medial bawah, di atas

tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,

bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus eksternus.Bagian atas

terdapat aponeurosismuskulus oblikus ekternus, dan pada bagian bawah

terdapat ligamen inguinalis (Muttaqin, 2011).

Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya Hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup

anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia tranversa

yang kuat menutupi trigonum Hasselbabach yang umumnya hampir tidak


berotot. Pada kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat

menyebabkan terjadinya Hernia inguinalis (Muttaqin, 2011).

C. Penyebab

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia inguinalis

lateral yaitu :

a) Defek dinding otot abdomen

Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti usia, keturunan, akibat

dari pembedahan sebelumnya.

b) Peningkatan tekanan intra abdominal

c) Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas.

Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih,

mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.

D. Manifestasi klinik.
Menurut Suratan dan Lusianah (2010) manifestasi klinis Hernia inguinalis

lateral yaitu :

a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan

bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh

keluarnya suatu organ.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut

disertai perasaan mual.

c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidak

hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah pnggul,


belakang perut, dan daerah genital yang disebut reffered pain. Nyeri biasanya

meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri

akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi

strangurasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga menjadi merah dan

panas.

d. Kandung kemihberisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih (dysuria)

disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan bertambah besar.

E. Patofisiologi

Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta kongenital dengan

adanya penojolan dari prossus vaginalis peritonel. Semua keadaan yang menyebabkan

kenaikan tekanan intra-abdomen seperti kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat

beban berat, mengejan saat defekasi, dan mengejan saat defekasi, dan mengejan saat

miksi, misalnya akibat hipertrofi prostat dan menjadi pencetus terjadinya Hernia.

Kanalis

inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi

desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum

ke daerah skrotum, sehingga terjadi penonjolan peritoneum ke daerah skrotum disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei(Diyono & Mulyani, 2013).


Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal sering kali

kanali sini tidak tertutup, karena testis turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis lebih

sering terbuka , maka yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak

dapat mengalami obliterapi) akan timbul Hernia inguinalis lateralis abuisita. Keadaan

yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk

kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat miksi, misalnya akibat

hipertropi prostat (iyono & Mulyani, 2013).


F. Pathway
bagan pathway Hernia Inguinalis lateral
G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik pada pasien Hernia
inguinalis lateral yaitu:

a. Pemeriksaan darah lengkap

Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.

Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis

intraoperasi atau post operasi.

b. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra Membedakan masa di paha

atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan membedakan jenis-jenis hernia.

c. Urinalisis

Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa sakit di daerah

inguinal dan eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini merupakan akibat dari hipertrofi

prostat jinak.

d. Sinar X abdomen

Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus


H. Penatalaksanaan medic Hernia inguinalis lateral

antara lain :

1. Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara

hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya

dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua

tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan

yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini

kadang dilakukan padahernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi,

yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi

penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg.

Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

2. Suntikan

3. Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk

memperkecil pintu hernia.

4. Sabuk hernia

5. Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif

kecil.Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya yang

rasional.

6. Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga

atau penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang mengalami

strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara

bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia membentuk corong

sedangkan tangan kanan mendorong kea rah cincin hernia dengan

tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan

dengan menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di

atas hernia. Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi besok

harinya. Jika resisi hernia tidak berhasil, dalan waktu enam jam harus

dilakukan operasi segera.


7. Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan

hernioraphy.

8. Herniotomy

Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong

dibukadan isi hernia dibebaskan kalau adaperlengketan, kemudian

reposisi.Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

9. Hernioraphy

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
a) Diet dan activity
Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau

sesudah pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah

operasi diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi.

Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat

dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama

buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi,

minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang

memperburuk gejala.

b.) Medikasi

Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

ranitidine,asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk

membasmi infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam

klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit

seperti dulcolax 10 mg suppositoria (Jitowiyono& Kristiyanasari

2012).
I. Fokus Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-

masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini

terbagi atas:

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

DS ( Data Subjektif ) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim

didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masuknya material

melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga

tidak.Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klie digunakan:

1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi

faktor presipitasi nyeri.

2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan

klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien,bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

padamalam hari atau siang hari.

DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan , pasien

tampak memegangi perut kanan bawah , pasien tampak menangis ,

pasien tampak lemas, dan lain-lain.


a. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada respon biasanya

keluhan yanga ada berupa adanya benjolan setelah mengalami aktivitas

peningkatan tekanan intraabdominal, seperti batuk, bersin, atau mengejan.Bila

sudah terjadi stranggulasi akandidapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal

bawah, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan

kelelahan pasca nyeri sering didapatkan.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan tidak ditemukan

Penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes dengan luka di perut sangat

beresiko terjadinya penghambatan proses penyembuhan luka.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia merupakan salah satu

faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti diabetes, osteoporosis yang sering

terjadi pada beberapa keturunan, yang cenderung diturunkan secara genetic

d. Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien

dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan

sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

e. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik:

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pengkajian data keperawatan pada pasien

dan post operasi dengan Hernia inguinalis lateral dalam buku Asuhan

Keperawatan Pasien Gangguan Gastrointestinal antara lain:

f. Aktivitas istirahat

Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah baring,

penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi

g. Sirkulasi

Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah (hipotensi, hipertensi

h. Eliminasi

Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau retensi urine.


i. Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan

Tanda : Deformitas lokal : agulasi abnormal,pemendekan,rotasi krepitasi.

2. Nyeri / kenyamanan

Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan, distensi kandung kemih.
3. Keamanan

Tanda : Laserasi , avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal

(dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

4. Penyuluhan

Gejala : Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera) pengetahuan terbatas.

J. Fokus Intervensi

Diagnosa1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (misalnya abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan
Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama:


selama 3x 24 jam 1. Manajemen nyeri
diharapkan: 2. Pemberian analgesik
Utama: Pendukung:
- Tingkat nyeri 3. Aromaterapi
Tambahan: 4. Dukungan hipnotis diri
- Fungsi gastrointestinal 5. Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Kontrol nyeri 6. Edukasi efek samping obat
- Mobilitas fisik 7. Edukasi manajemen nyeri
- Penyembuhan luka 8. Kompres dingin
- Perfusi miokard 9. Edukasi proses penyakit
- Perfusi perifer 10. Edukasi teknik nafas
- Pola tidur 11. Kompres dingin
- Status kenyamanan 12. Kompres panas

Tingkat 13. konsultasi


cedera 14. latihan pernafasan
15. Manajemen efek samping obat
16. Manajemen kenyamanan lingkungan
17. Manajemen medikasi
18. Manajemen sedasi
19. Manajemen terapi radiasi
20. Pemantauan nyeri
21. Pemberian obat
22. Pemberian obat intravena
23. Pemberian obat oral
24. Pemberian obat topikal
25. Pengaturan posisi
26. Perawatan amputasi
27. Perawatan kenyamanan
28. Teknik distraksi
29. Tekhnik imajinasi terbimbing
30. Terapi akupuntur
31. Terapi bantuan hewan
32. Terapi humor
33. Terapi murattal
34. Terapi musik
35. Terapi pemijatan
36. Terapi relaksasi
37. Terapi sentuhan
Transcutaneous Electrical Nerve Simulation

(TENS)
1. Diagnosa 2 :Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan struktur

Hernia, gangguan muskuloskeletal, nyeri.

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama:


selama 3x 24 jam Diharapkan: - Dukungan Ambulasi
Utama: - Dukungan Mobilisasi
- Mobilitas Fisik Pendukung:
- Dukungan Kepatuhan Program
Tambahan:
Pengobatan
1. Berat Badan
- Dukungan Perawatan Diri
2. Fungsi Sensori
- Dukungan Perawatan Diri :
3. Keseimbangan
BAB/BAK
4. Konservasi Energi
- Dukungan Perawatan Diri :
5. Koordinasi Pergerakan
Berpakaian
6. Motivasi
- Dukungan Perawatan Diri :
7. Pergerakan Sendi
Makan/Minum
8. Status Neurologis
- Dukungan Perawatan Diri :
9. Status Nutrisi
Mandi
10. Toleransi Aktivitas
- Edukasi Latihan Fisik
- Edukasi Teknik Ambulasi
- Edukasi Teknik Transfer
- Konsultasi Via Telepon
- Latihan Ortogenik
- Manajemen Energi
- Manajemen Lingkungan
- Manajemen Mood
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Medikasi
- Manajemen Program Latihan
- Manajemen Sensasi Perifer
- Pemantauan Neurologis
- Pemberian Obat
- Pemberian Obat Intravena
- Pembidaian
- Pencegahan jatuh
- Pencegahan luka tekan
- Pengaturan posisi
- Pengekangan fisik
- Perawatan perut
- Perawatan sirkulasi
- Perawatan tirah baring
- Perawatan traksi
- Promosi berat badan
- Promosi kepatuhan program
latihan
- Promosi latihan fisik
- Tekhnik latihan penguatan otot
- Tekhnik latuhan penguatan sendi
- Terapi aktivitas
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi otot progresif
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efekprosedurinvasif :

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama:


selama 3 x 24 jam Diharapkan: - Manajemen imunisasi/vaksinasi
Utama: - Pencegahan infeksi
- Tingkat infeksi Pendukung:
Tambahan: - Dukungan pemeliharaan rumah
- dan jaringan - Dukungan perawatn diri :
- Kontrol risiko mandi
- Status imun - Edukasi pencegahan luka tekan

- Status nutrisi - Edukasi seksualitas


- Induksi persalinan
- Latihan batuk efektif
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen imunisasi/
Vaksinasi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen nutrisi
- Manajemen medikasi
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan luka tekan
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan area insisi
- Perawatan kehamilan resiko
tinggi
- Perawatan luka
- Perawatan luka bakar
- Perawatan luka tekan
- Perawatan pasca persalinan
- Perawatan perineum
- Perawatan persalinan
- Perawatan persalinan resiko
tinggi
- Perawatan selang
- Perawatan selang dada
- Perawatan selang
gastrointestinal
- Perawatan selang umbilical
- Perawatan sirkumsisi
- Perawatan skin graft
- Perawatan terminasi kehamilan

3. Konstipasi D.0049 ) berhubungan dengan Kelemahan otot abdomen

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama


selama 3 x 24 jam Diharapkan - Manajemen Eliminasi
Utama : - Mannajemen konstipasi
- Eliminasi fekal
Pendukung
Tambahan : - Dukungan perawatan diri
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi diet
- Keseimbangan cairan - Edukasi toilet training
- Keseimbangan elektrolit - Insersi selang nasogastric
- Kontinensia fekal - Latihan eliminasi fekal
- Mobilitasi fisik - Manjemen cairan
- Nafsu makan - Manajemen elektrolit
- Status cairan - Manajemen nutrisi
- Tingkat keletihan - Manajemen nyeri
- Tingkat nyeri - Manajemen prolapses rectum
- Pemantauan cairan
- Pemberian enema
- Pemberian obat
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat rektal
- Penurunan flatus
- Perawatan kehamilan trimester
kedua dan ketiga
- Perawatan pascapersalinan
- Perawatan gastrointestinal
- Perawatan strauma
- Promosi latihan fisik
- Promosi eliminasi fekal
- Reduksi ansietas
- Terapi aktivitas
- Terapi relaksasi

(Sumber Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)


DAFTAR PUSTAKA

Huda dan Kusuma ,2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.Mediaction


Publishing, Jogjakarta.

Nuari 2015 inguinalis yang rnelebar.

Purnomo,. 2011). Penatalaksanaan nyeri non farmakologi

Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Jitowiyonno & Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post
Operasi pendekatan

Muttaqin A & 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.


Jakarta : Salamba Medika.
Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SuratandanLusinah(2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia


Inguinalis lateral.

Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley


Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical


surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz,


M., & Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An
Evidence-Based Guide to Planning Care. Mosby.

Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott


Williams & Wilkins.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN: ( POST OPERASI HERNIA INGUALIS LATERAL )
DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN BUTON SELATAN
TAHUN 2022

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Alamat : Desa Tongali, Kec. Siompu, Kab. Buton Selatan
Status : Menikah.
Agama : Islam
Suku : Buton
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : TANI
Tanggal masuk RS : 04 Januari 2022
Tanggal pengkajian : 05 Januari 2022
DX Medis : Hernia Inguinalis lateral
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. N
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Tongali, Kec. Siompu, kab. Buton Selatan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
a. Klien mengeluh nyeri pada luka operasinya di perut kanan bawah

b. Riwayat keluhan :Klien menjalani operasi di rumah sakit rumah sakit umum daerah

kabupaten buton selatan pada tanggal 04 Januari 2022, pada saat pengkajian

dilakukan pada hari pertama jam 07.00


c. Penyebab/faktor pencetus : Adanya luka operasi

2. Sifat keluhan : Hilang timbul

3. Lokasi dan penyebarannya : Daerah perut kanan bawah

4. Skala keluhan : Skala 6 ( 0 – 10 )

5. Mulai dan lamanya keluhan : Sejak setelah operasi dan lamanya + 30- 60 menit

6. Hal-hal yang meringankan/memperberat : Nyeri berkurang ketika klien beristirahat dan

bertambah ketika klien banyak bergerak.

5. Riwayat Kesehatan Sekarang

…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

6. Riwayat Kesehatan Dahulu

1. Apakahmenderitapenyakit yang sama : Tidak pernah

2. Bilapernahdirawat di RS, sakitapa : Tidak pernah

3. Pernah mengalami pembedahan : Tidak pernah

4. Riwayatalergi : Tidak ada


5. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:

a) Merokok (berapa batang sehari) :Tidak pernah

b) Minum alkohol : Tidak pernah

c) Minum kopi : Tidak

d) Minum obat-obatan : Tidak

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa:

Tidak ada

2) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau

menurun : Tidak ada

8. Genogram

43

Keterangan :

GI : Generasi I tidak pernah mengalami penyakit yang sama.


G II : Klien dengan diagnosa post operasi Hernia inguinalis
lateral G III : Generasi II tidak pernah mengalami penyakit yang
sama.

7. Pemeriksaan Fisik (Per Sistim)


a. Sistem Pernapasan
1. Tanda-tanda vital

b. Tekanan darah : 170/90 mmHg

c. Pernapasan : 22 kali / menit, Irama : regular\

d. Nadi : 88 kali / menit, regular

e. Suhu badan : 36,50C


2. Berat badan dan tinggi badan

a. Berat badan : 55 Kg

b. Tinggi badan : 160 Cm

c. IMT : 21,48 (Normal)

3. Kepala :

a. Bentuk kepala : Simetris

b. Keadaan kepala :Bersih

c. Nyerikepala / pusing :Tidak

d. Distribusirambut :Baik

e. Rambut mudah tercabut : Tidak

4. Mata

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Edema kelopak mata : Tidak

c. Sklera : Jernih
d. Konjungtiva : Merah muda

e. Ukuran pupil : Isokor

f. Ketajaman penglihatan : Baik

g. Pergerakan bola mata : Normal

h. Lapang pandang : Baik

i. Nyeri : Tidak

5. Telinga

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Sekret : Tidak ada

c. Serumen : Tidak ada

d. Ketajaman pendengaran : Baik

e. Tinnitus : Tidak

f. Nyeri : Tidak

6. Hidung

a. Kesimetrisan : Tidak

b. Perdarahan : Tidak

c. Sekresi : Tidak ada

d. Fungsi penciuman : Baik

e. Nyeri : Tidak ada

7. Mulut

a. Fungsi berbicara : Baik

b. Kelembaban bibir : Sedang

c. Posisi uvula : Normal

d. Mukosa : Kering

e. Keadaan tonsil : Tidak membesar


f. Stomatitis : Tidak ada

g. Warna lidah : Agak merah

h. Kebersihan lidah : Bersih

i. Bau mulut : Tidak

j. Kelengkapan gigi : Lengkap

k. Kebersihan gigi : Bersih

l. Karies : Tidak ada

m. Suara parau : Tidak

n. Kesulitan menelan : Tidak

o. Kemampuan mengunyah : Kurang

p. Fungsi mengecap : Baik

8. Leher

a. Mobilitas leher : Baik

b. Pembesaran kel. Tiroid : Tidak ada

c. Pembesaran kel. limfe : Tidak ada

d. Pelebaran vena jugularis : Tidak ada

e. Trakhea : Normal

9. Thoraks

Paru – paru

a. Bentuk dada : Simetris

b. Pengembangan dada : Baik

c. Retraksi dinding dada : Baik

d. Tanda jejas : Tidak ada

e. Taktil fremitus : Normal

f. Massa : Tidak ada


g. Dispnea : Tidak ada

h. Ortopnea : Tidak ada

i. Perkusi thoraks : Suara sonor

j. Suara nafas : Vesikular

k. Bunyi nafas tambahan : Tidak ada

l. Nyeri dada : Tidak ada Jantung

m. Iktus kordis : Teraba

n. Ukuran jantung : Normal

o. Nyeri dada : Tidak ada

p. Palpitasi : Tidak ada

q. Bunyi jantung : lub dan dup

10. Abdomen

a. Warna : Sawo matang

b. Distensi abdomen : Tidak

c. Tanda jejas : Tidak ada

d. Peristaltik : 20x /menit

e. Perkusi abdomen: Bunyi timpany

f. Massa : Tidak ada

g. Nyeritekan : Tidak ada

11. Payudara

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Massa : Tidak ada

c. Nyeri : Tidak ada

d. Lesi : Tidak ada


12. Genitalia
a. Terpasang kateter

13. Pengkajian sistem saraf

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Koordinasi :Baik

c. Memori : Baik

d. Orientasi : Baik

e. Konfusi : Tidak

f. Keseimbangan : Baik

g. Kelumpuhan : Tidak

h. Gangguan sensasi : Tidak

i. Kejang-kejang : Tidak

j. Reflex : Tidak dilakukan uji reflex

14. Anus dan perianal

a. Hemorrhoid : Tidak

b. Lesi perianal : Tidak

c. Nyeri : Tidak

15. Ekstremitas

a. Warna : Sawo matang

b. Purpura / ekimosis : Tidak

c. Atropi : Tidak ada

d. Hipertropi : Tidak ada

e. Lesi : Tidak ada

f. Pigmentasi : Tidak ada

g. Luka : Ada

h. Deformitas sendi : Tidak


i. Deformitas Hernia : Ya

j. Tremor : Tidak ada

k. Varises : Tidak ada

l. Edema : Tidak ada

m. Turgor : Sedang

n. Kelembaban : Baik

o. Capillary Refilling Time (CRT) :< 3 detik

p. Pergerakan : Kurang

q. Kekakuan sendi : Ada

r. Kekuatan otot : 5,5,5,5

s. Tonus otot : Sedang

t. Kekuatan sendi :Sedang

u. Nyeri : Ada

16. Lain-lain:

a. Klien mengatakan nyeri pada bekas luka operasinya seperti Teriris – iris

b. Klien mengatakan nyeri bagian operasinya ketika bergerak

c. Klien mengatakan luka bekas operasinya kadang terasa panas

d. Klien mengatakan semua aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat

e. Ekspresi wajah meringis

f. Klien nampak gelisah

g. Kekuatan otot menurun

h. Nampak luka operasi pada perut kanan panjang 7 cm

i. Luka nampak agak kemerahan

b. Sistem Kardiovaskuler
a. Nyeri dada : Tidak ada Jantung

b. Iktus kordis : Teraba


c. Ukuran jantung : Normal

d. Nyeri dada : Tidak ada

e. Palpitasi : Tidak ada

f. Bunyi jantung : lub dan dup

C.Sistem Persyarafan

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Koordinasi :Baik

c. Memori : Baik

d. Orientasi : Baik

e. Konfusi : Tidak

f. Keseimbangan : Baik

g. Kelumpuhan : Tidak

h. Gangguan sensasi : Tidak

i. Kejang-kejang : Tidak

j. Reflex : Tidak dilakukan uji reflex

D.Sistem Perkemihan

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
E. Sistem Pencernaan
A. Buang Air Kecil (BAK)

1. Frekuensi BAK sebelum sakit 5 – 6 kali sehari dan setelah sakit

menggunakan kateter urine

2. Pancaran normal, jumlah urine sebelum sakit Normal dan setelah

sakit + 100 cc

3. Warna urine sebelum sakit dan setelah sakit warnanya

kekuningan.

4. Disuria, Nokturia, Perasaan penuh pada kandung kemih sebelum sakit

dan setelah sakit tidak ada.

5. Perasaan setelah BAK sebelum sakit dan setelah sakit : baik

6. Kesulitan memulai berkemih, Dorongan berkemih,

Inkontinensia urine sebelum dan sesudah sakit : tidak ada


b. Buang Air Besar (BAB)

1. Frekwensi sebelum sakit : 1 – 2 kali sehari dan setelah sakit hanya 1

klai sehari.

2. Konsistensi sebelum dan setelah sakit : Lunak / padat, Bau normal,

warna kekuningan

3. Nyeri saat defekasi, Flatulans, Sensasi penuh pada rektal Dorongan

kuat untuk defekasi, Kemampuan menahan defekasi, Mengejan yang

kuat saat defekasi sebelum dan sesudah sakit tidak ada

F. Sistem Muskoluskeletal
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
G. Sistem Endokrin
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
H. Sistem Sensori Persepsi/Penginderaan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
I. Sistem Integumen
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
j. Sistem Imun dan Hematologi
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
k. Sistem Reproduksi
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

7.Pola Fungsional Kesehatan


a. Oksigenisasi
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
b. Cairan dan Elektrolit
a. Frekuensi minum sehari sebelum sakit 7 – 8 dan setelah sakit 5-6

kali.

b. Jumlah minum yang dikonsumsi setiap hari sebelum dan setelah

sakit + 1,5 liter/hari

c. Jenis minuman yang tidak disukai sebelum dan setelah sakit :

minuman yang bersoda dan Jenis minuman yang disukai sebelum

dan setelah sakit : Hampir semua jenis minuman

d. Perasaan haus sebelum sakit dan setelah sakit : kadang – kadang

dan tidak ada program pembatasan cairan.

c. Nutrisi
Pola Nutrisi  Frekuensi makan 3x  Frekuensi makanan lunak
sehari, makanan habis 1 3 x sehari,
porsi  Intake cairan 4 aqua
 Intake cairan ± 5 gelas gelas/hari
perhari  Diit : Makanan lunak
 Diit, makanan biasa
 Makanan pantangan
tidak ada
d. Aman dan Nyaman
1. Aman
a. Riwayat paparan terhadap kontaminan : Tidak ada

b. Riwayat perdarahan : Tidak

c. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : Tidak ada

d. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : Tidak

e. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : Tidak ada


f. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : Ada

g. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : Tidak

h. Imobilisasi : Ya

i. Luka pada / jaringan : Ya

j. Benda asing pada luka : Tidak ada

k. Riwayat jatuh : Tidak

l. Penyebab jatuh : Tidak

m. Kelemahan umum : Tidak

2. Nyaman

a. Keluhan nyeri : Nyeri pada perut kanan bawah

b. Pencetus nyeri : Adanya tindakan operasi

c. Upaya yang meringankan nyeri : Dengan mengatur posisi nyaman

d. Karakteristik nyeri : Hilang timbul

e. Intensitas nyeri : Bertahap

f. Durasi nyeri : 30-60 menit

g. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Nyeri bertambah ketika banyak

bergerak

h. Kebutuhan Seksualitas : Tidak dikaji

.
a. Eliminasi
1. Pola BAB : BAB :
Eliminasi  Frekuensi 1 x sehari  Frekuensi : selama
 Tidak menggunakan dirumah sakit klien BAB
pencahar 1 kali sesudah operasi
 Waktu : pagi hari (pada hari ke 2)
 Warna : kuning  Warna : kuning
 Konsistensi : lembek  Konsistensi : Lembek
BAK : BAK :
 Frekuensi : 3 x sehari  Frekuensi : tidak terhitung
 Warna : Kekuningan klien tidak menggunakan
 Bau : khas urin DC
 Warna : kekuningan
 Bau : khas urin
f. Aktifitas dan Istirahat

1. Pola Klien selama ini bekerja Klien selama dirumah sakit


aktivitas dan sebagai petani dan kegiatan aktivitas dan latihan cara
latihan sehari hari selama sakit merobah posisi miring kiri
tidak bisa dilakukan . dan miring kanan,dari tidur
kegiatan dilakukan waktu ke duduk,dan berjalan
luang digunakan untuk luang digunakan untuk
menonton tv dan berkumpul menonton tv dan berkumpul
dengan teman sambil dengan teman sambil bermain
bermain futsal, kesulitan / futsal, kesulitan / keluhan
keluhan dalam hal yang lain dalam hal yang lain adalah
adalah klien merasa nyeri di klien merasa nyeri di
selangkangan setelah selangkangan setelah
beraktivitas. beraktivitas.
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
g. Psikososial
h. Persepsi terhadap penyakit: Klien sudah mengetahui penyebab penyakitnya

i. Harapa klien terhadap kesehatannya :Ingin cepat sembuh

j. Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan : Klien mengatakan selama sakit, klien tidak

pernah bekerja

k. Pola interaksi dengan orang terdekat:Harmonis dan baik


l. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bil klien menghadapi masalah:ketika

ada masalah dibicakan secara bersama

m. Pola pemecahan klien yang: secara musyawarah digunakan bila mempunyai

masalah

n. Hubungan dengan orang lain : Baik

o. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama dirawat: Baik

p. Organisasi kemasyarakatan yang diikuti: Tidak ada

q. Komunikasi
Bicara

Klien bicara menggunakan bahasa daerah (dusun), orientasi klien terhadap

orang, tempat dan waktu baik, klien mengenali setiap orang yang datang

mengunjunginya.dan klien bisa menyebutkan dimana dia berada sekarang

dank lien bisa menyubutkan tamggal dan hari ap sekarang.

Tempat tinggal : klien selama ini tinggal serumah dengan orang tuanya beserta

istriya.dan bertempat tinggaldirumah orang tua.

Adat istiadat yang dapat dianut klien adalah adat dusun dalam membuat keputusan

dan mengambil keputusan klien selalu bermusyawarah dengan keluarganya

khususnya ibu dan ayahnya dan hubungan dengan keluarga baik.

Kesulitan dalam keluarga tidak ada mesalah selama ini hubungan dengan

keluarga terjalin dengan baik dibuktikan dengan adanya keluarga menjenguk

selam dirawat dirumah sakit.

r. Seksual
Kebiasaan seksual tidak dikaji karena pasien tidak bersedia.

s. Nilai dan Keyakinan


t. Kemampuan menjalankan ibadah :Selama sakit klien tidak melakukan ibadah

u. Hambatan mengikuti ritual keagamaan: Klien jarang ibadah


v. Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan : Klien merasa tenang jika

ibadah

8. Pemeriksaan penunjang

Pengecekan laboratorium supaya dapat diketahui kerusakan pada organ

yaitu jantung dan ginjal.

a. Untuk mengetahui hasil hipertropi ventrikel kiri dengan cara EKG

b. Pemeriksaan Urinalisa untuk mendapatkan hasil urine,glukosa,urine,darah,

protein Pemeriksaan : pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan

kadar urin. pielogram intravena arteriogram renal,renogram,

c. Rontgen dan CT scan


l 04 Januari 2022 Pasien dengan Post Op Hernia Ingunalis
a. Hasil lateral
b. Pemeriksaan
diagnostik
P
9. Program terapi
a
d
a

t
a
n
g
g
a
D. Analisa Data

Hari/ Data Etiologi Masalah


Tanggal
Selasa Post Op Terputusnya Nyeri akut
04-01- Data subjektif : kontuinitas berhubung
2022 - Klien mengatakan nyeri pada ↓ an dengan
12.30 wita daerah lipatan paha setelah jaringan kulit diskontuin
operasi, seperti di tusuk – pada post op itas
tusuk, Skala nyeri 6 (nyeri ↓ jaringan
sedang), nyeri terasa lamanya Menstimulasi akibat
(± 2 menit) saraf nyeri tindakan
Data objektif : ↓ operasi
- Wajah klien tampak meringis Menimbulkan
bila ada nyeri rasa nyeri.
- Klien mengatakan nyeri pada
saat bergerak.
- Terlihat bekas luka post op
sepanjang + 8 cm sebanyak di
- abdomen kanan bawah klien
Selasa Data Subjektif nyeri luka kerusakan
04-01- - Klien tampak lemah. operasi mobilisasi
2022 - klien mengatakan selalu ↓ fisik
15.30 wita dibantu dalam beraktifitas. Memicu terjadinya berhubung
- Klien mengatakan kurang dapat intoleransi aktifitas an dengan
beraktifiasdan mobilisasi ↓ nyeri
- Klien merasa takut dan cemas Terhadap respon
untuk beraktifitas dikarenakan tubuh
luka operasi.
Data Objektif :
- Klien selalu dibantu dalam
melakukan suatu aktifitas,
- Klien mengeluh tidak dapat
mobilisasi dan beraktifitas
- Klien tampak masih takut dan
cemas dalam mobilisasi dan
beraktifitas seperti merobah
posisi.
Selasa Data subjektif : Luka operasi Kerusakan
04-01- - Klien mengatakan terdapat luka intekritas
2022 bekas operasi di daerah lipatan kulit
16.30 wita paha. berhubung
Data Objektif an dengan
- Terdapat luka jahitan post op luka
sepanjang ± 8cm sebanyak 7 operasi
jahitan di sebelah kanan dekat
lipatan paha.
- Tampak disekitar kulit kemerah
– merahan di daerah luka bekas
operasi (jahitan).
- Disekitar jahitan luka tampak
kemerahan

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi
2. kerusakan mobilisasi fisik berhubung an dengan nyeri
3. Kerusakan intekritas kulit berhubung an dengan luka operasi pada perut bawah

F. Intervensi Keperawatan

Hari/ Diagnosa Keperawatan (SDKI) Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan Nama/
Tgl/jam (SIKI) TTD
D.0077 L.08066 Manajemen nyeri
Selasa Nyeri Akut berhubungan dengan a. Observasi
Setelah dilakukan intervensi
04- 01- pencedera fisik ditandai dengan:
Keperawatan 3 X 24 jam maka - Identifikasi lokas,
2022
DS :
tingkat nyeri menurun dengan karakteristik, durasi, kualitas
Klien mengatakan Kriteria Hasil : dan intensitas nyeri
nyeri pada luka operasinya di - Identifikasi skala nyeri
perut kanan bawah
- Dari keluhan nyeri meningkat :
1 menjadi menurun :5 - Identifikasi respon nyeri non
Klien mengatakan nyeri seperti di Verbal
dirirs-iris - Dari Meringis meningkat 1
Klien mengatakan nyeridibagian menjadi menurun 5 b. Terapeutik Kontrol
lingkungan yang dapat
operasinya kalau bergerak - - Dari TTV memburuk: 1
memperberat nyeri
menjadi membaik 5 - Kontrol
DO :
lingkungan yang
Ekspresi wajah meringis
Bersikap protektif Pain dapat
Asessmen memperberat
P :Nyeri bertambah saat bergerak
nyeri
Q : Seperti diiris-iris
- Fasilitasi istirahat
R : Bagian perut bawah
dan tidur
Skala : 6 ( 1 – 10 )
c.Edukasi
T : Interminten
- Jelaskan penyebab, periode
- Klaien tampak gelisa
dan pemicu nyeri
- TTV : TD: 170/90 mmHg
N : 88 x/menit - Jelaskan strategi meredakan
S : 36,50C
nyeri
P: 22 x/menit

- Ajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi nyeri

d.Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik,sesuai
indikasi
e.Pantau TTV

Selasa D.0054 L.05042 1.05173


04-01- Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
2022 keperawatan selama 3 x 24 a. Observasi
dengan Keengganan melakukan
jam maka Mobilitasi fisik - Identifikasi adanya nyeri
pergerakan,
meningkat atau keluhan fisik lainnya
ditandai dengan;
( L.05042 ) dengan kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik
DS : - Dari Nyeri meningkat : 1
- Klien mengatakan takut Bergerak melakukan Mobilisasi
menjadi menurun : 5
- Monitor frekuensi jantung
- Klien mengatakan - Dari keelemahan fisik
semua aktivitasnya dibantu dan tekanan darah sebelum
oleh keluarganya dan perawat meningkat : 1
memulai Mobilisasi
DO : menjadi menurun : 5
- Monitor
Dari gerakan terbatas meningkat : 1
- Ku: Lemah
menjadi menurun 5
- Tampak berbaring ditempat tidur

Nampak klien susah bergerak b. Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas
Mobilisasi dengan alat
bantu (mis. tongkat,
kruk)

- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien
dalam meningkatkan Mobilisasi
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
Mobilisasi

- Anjurkan melakukan
Mobilisasi dini

- Ajarkan Mobilisasi
Rabu sederhana yang harus
D.0142 L.14137
05-01- dilakukan (mis. berjalan dari
Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan intervensi tempat tidur ke kursi roda,
2022
Efek prosedur Infasif (terdapat luka keperawatan selama 3 x 24 jam berjalan dari tempat tidur ke

operasi pada perut bawah) maka Mobilitasi fisik meningkat kamar mandi, berjalan sesuai

Ds : dengan kriteria hasil : toleransi


Do : -Dari Nyeri meningkat :
- Nampak luka operasi pada perut i.14539
bawah 1 menjadi menurun : 5 Pencegahan infeksi

- Luka nampak agak kemerahan (


-Dari kemerahan meningkat 1. Observasi
pada hari kedua ) - Monitor tanda dan
: 1 menjadi menurun5
- Luka agak basah ( pada hari gejala infeksi lokan dan
kedua )
patagenik
- Nampak luka operasi pada perut - Dari nafsu makan
bawah panjang 7 cm 2.Terapeutik
menurun : 1 menjadi Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan sesudah
meningkat :5
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien

-
3. Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
am No DP Implementasi Respon pasien Nam

1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Klien mengatakan masih nyeri


2022 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada luka bekas operasinya
- Nyeri seperti di iris-iris perut kanan diperut kanan
bawah - Klien mengatakan nyerinya
bertambah ketika banyak
- Skala nyeri 6
bergerak
- Nyeri hilang timbul
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Keluhan nyeri
nyeri (mis: suhu ruangan , pencahayaan,
kebisingan) - Meringis
3. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
TD : 170/90 mmhg

N : 80 x/menit S
: 37,20C
P : 20 x/menit

4. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

5. Mengajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri yaitu

melakukan pengaturan posisi dan

relaksasi

6. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik


napas

7. Menjelaskan prosedur teknik napas

8. Kolaborasi pemberian analgetik

1. Mengidentifikasi toleraabsi fisik - Klien mengatakan masih Nyeri bila


melakukan mobilisasi bergerak
2. Mengindentifikasi adanya nyeri atau - Klien mengeluh masih takut untuk
keluhan fisik lainnya bergerak

1. Mengindentifikasi adanya nyeri atau Klien mengatakan masih Nyeri bila


keluhan fisik lainnya bergerak

Klien mengatakan masih Nyeri bila


2. Mengidentifikasi toleransi fisik
bergerak
melakukan Mobilisasi
3. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
Mobilisas
J. Evaluasi

Hari/tgl/jam No DP S
Selasa, 04- S:
01-2022 - Klien mengatakan mas
09.30 diperut kanan
- Klien mengatakan ny
bergerak
09.40 O:
- Ekspresi wajah mering
P:Nyeri bertambah saa
R : bagian perut bawah
T : Intermiten

- TTV : TD: 170/90 mm


09.50
N : 88 x/menit S :
P: 22 x/menit
A:
10.00 - Keluhan nyeri : 2
10.15 - Meringis 2

10.20 - Tekanan darah : 2


10.30 P:
11.00 - Intervensi 1,2,3,5 da

11.30 S:
- Klien mengatakan mas
- Klien mengatakan sem
keluarganya dan peraw

O:
11.40
- Ku: lemah
11.50 - Tampak berbaring dite
- Nampak klien susah be

Anda mungkin juga menyukai