Anda di halaman 1dari 13

Tugas : Keperawatan anak

Dosen : Ns. Jusriana sutriandi.S.kep

DISENTRI BASILER

Disusun oleh :

Karlina arsyad
Insani soleha
Ima rahmawati
Ernawati
Mey santi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA
KENDARI
2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari setelah
kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntah-muntah,
diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari kemudian keluar
darah, lendir atau nanah dalam feses penderita. Pada disentri basiler, penderita
mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali
sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh
(dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi
dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan
mengejang.

Penyakit ini umumnya lebih cepat menyerang anak-anak. Kuman – kuman masuk ke
dalam organ pencernaan yang mengakibatkan pembengkakan dan pemborokan sehingga
timbul peradangan pada usus besar. Penderita disentri harus segera mendapat perawatan
dan yang perlu dihindari adalah mencegah terjadinya dehidrasi karena dapat berakibat
fatal. Dalam keadaan darurat, dehidrasi yang ringan dapat diatasi dengan pemberian
cairan elektrolit (oralit) untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare dan muntah-
muntah. Oralit dilarutkan dalam 200 cc air matang, diaduk dan diberikan sedikit demi
sedikit dengan sendok kepada penderita. Apabila oralit tidak tersedia, dapat membuat
larutan campuran gula dan garam (1 sendok teh gula + ¼ sendok teh garam, dilarutkan
dengan 200 cc air hangat) atau bisa juga dengan meminum air kelapa. Apabila dehidrasi
cukup berat, setelah diberi oralit atau larutan campuran gula dan garam sebagai
pertolongan pertama, sebaiknya penderita di bawa ke rumah sakit untuk diberikan
perawatan.

Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri


yaitu dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih, seperti selalu menjaga
kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa
kuman, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan tangan secara baik sesudah
buang air besar atau menjelang makan atau ketika memegang makanan yang akan
dimakan.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan disentri basiler
C. Rumusan masalah
 Adapun rumusan masalah makalah ini adalah :

 Pengertian disentri basiler

 Etiologi disentri basiler

 Patogenesis

 manifestasi klinis

 komplikasi

 pemeriksaan penunjang

 penatalaksanaan madik dan keperwatan

 epidemologi

 cara pencegahan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Disentri basiler adalah infeksi usus besar oleh bakteri pathogen genus Shigella.
Infeksi hanya menimbulkan kelainan setempat yaitu di dalam usus dan tidak menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Penyakit ditandai dengan colitis dengan demam dan diare berdarah
yang berat. Penyakit yang berjalan akut ini, bila diikuti dengan terserapnya toksin akan
menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan angka kematian

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh kuman shigella dyseteriae yang trdiri dari beberapa
golongan yaitu :

 Shigella shiga yang banyak terdapat didaerah tropis termasuk Indonesia.


 Shigella ambigua dan shigella boydii.

 Shigella flexneri yang sering disebut pula shigella paradisentri, terutama


terdapat didaerah garis lintang utara.

 Shigella sonnei (Basillus sonne-duve). Sifat organisme ini tidak bergerak,


gram negative, tidak bersimpai dan tidak tahan panas.

C. Patogenesis

Sesudah masuk melalui mulut dan mencapai usus, di dalam usus besar mereka
memperbanyak diri dengan cepat.asil membentuk endotoksikn dan eksotoksin,
menyebabkan infeksi local pada dinding usus terutama didaerah kolon sebagian ileum.
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut, terbentuklah tukak dengan
tanda peradangan disekitarnya. Toksin yang dikeluarkannya akan menimbulkan
peradangan mukosa usus dan pada spesies yang ganas bahkan menimbulkan nekrosis dan
ulserasi. Jarang terjadi prforasi usus.
Penyerapan toksin dari usus akan menimbulkan berbagai peradangan di tempat-
tempat lainnya, misalnya di mata, sendi-sendi dan saraf perifer. Konjungtifits, irido-
siklitas, poliartritis dan neuritis perifer yang terjadi secara bakteriologik adalah steril dan
tidak pernah membentuk nanah.

D. Manifestasi klinis

 Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam
6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan
darah dan lendir dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 - 400 C), appear toxic.
 Muntah-muntah.
 Anoreksia.
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

E. Komplikasi

 Dehidrasi
 Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
 Kejang
 Protein loosing enteropathy
 Sepsis dan DIC
 Sindoma Hemolitik Uremik
 Malnutrisi/malabsorpsi
 Hipoglikemia
 Prolapsus rektum
 Reactive arthritis
 Sindroma Guillain-Barre
 Ameboma
 Toxic megacolon
 Perforasi local
 Peritonitis
 Bronkopnemonia
 Otitis media
 Pielonefrotis
 Arthritis

F. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan tinja
o Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan
bentuk trofozoit dalam tinja
o Benzidin test
o Mikroskopis : fecal leukosit (petanda adanya kolitis), fecal blood.

 Biakan tinja :
o Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
 Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), terkadang dapat
ditemukan leucopenia.

G. Penatalaksanaan

Medik

Bila pasiendalam keadaan dehidrasi, diberikan cairan intravena dan selanjutnya


diberikan diet yang sesuai dengan toleransi pasien. Kemoterapi dengan preparat sulfa
dari golongan sulfonamide misalnya sulfadiazine, gantrisin dengan dosis 100-200
mg/kgBB/hari. Jika trdapat kesulitan pemberian peroral karena pasien muntah-
muntah dapat dipertimbamgkan pemberian lotrimoksazol secara intravena. Antibiotic
yang diberikan kloramfenikol dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari per oral dibagi
dalam 3 dosis. Neomisin dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis. Jika
tetrasiklin, dosis 30-50 mg/kgBB/hari peroral dalam 4 dosis.prognosis biasanya baik.

Keperawatan

 Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang,
lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah)
untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi
sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
 Komponen terapi disentri 

a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit

Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan
dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi
terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet

Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet


lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin
A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama
pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit,
dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak
diberikan karena adanya resiko untuk memperpanjang masa sakit.

c. Antibiotika

• Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi
yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan
menurunkan resiko komplikasi dan kematian.

• Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim


10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5
hari.

• Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol


dibandingkan placebo10.

• Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o


Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis
tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

• Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam
tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan,
antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.

• Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba


hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah
terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang
biasanya efektif untuk disentri basiler.

• Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-
50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan
oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.

d. Sanitasi

Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan. dengan bersih
sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

H. Epidemologi
Disenteri basiler terutama didapatkan di daerah di mana keadaan kesehatan
lingkungan adalah buruk, sehingga terjadi pencemaran makanan dan air minum dengan
tinja penderita. Carrier tidak jarang juga dijumpai, terutama di daerah di mana banyak
terdapat penderita. Penyebaran dan penularan penyakit terutama terjadi akibat pencemran
makanan oleh pembuat makanan, penularan kuman oleh lalat rumah dan pencemaran air
minum dengan tinja penderita.

Organisme penyebab disenteri basiler ini mudah terbunuh oleh bahan kimia dan sinar
matahari langsung. Meskipun demikian ia dapat tetap bertahan hidup untuk beberapa
waktu lamanya bila berada di dalam air, es dan cairan lendir tinja penderita

I. Cara pencegahan

Dalam usaha mencegah penyakit ini, isolasi penderita penting sekali. Selain itu
sterilisasi alat tidur, pakaian dan benda-benda lain yang telah dipergunakan oleh
penderita harus dilakukan. Juga desinfeksi tionja penderita tidak boleh dilupakan.

Pengawasan terhadap pembuat makanan terutama dalam hal pembuatan es yang


menggunakan air yang tidak dimasak atau diobati lebih dahulu harus dilakukan dengan
ketat.

Di daerah-daerah di mana air minum atau sumber air diragukan keamanannya, maka
air minum dimasak lebih dahulu.

Sulfadiazin dan antibiotika untuk pencegahan dapat diberikan jika berada di daerah
endemik tinggi atau jika terjadi epidemi. Pemberian obat-obatan untuk pencegahan ini
tidak boleh terlalu lama, dengan memperhatikan kemungkinan terdapatnya kekenalan
terhadap obat-obata pencegahan yang digunakan. Untuk pencegahan biasanya dipakai
sulfadiazin atau sulfaguanidin 0,5 gm setiap 12 jam sekali.
BAB III
KESIMPULAN

A.Pengertian

Disentri basiler adalah infeksi usus besar oleh bakteri pathogen genus Shigella.
Infeksi hanya menimbulkan kelainan setempat yaitu di dalam usus dan tidak menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Penyakit ditandai dengan colitis dengan demam dan diare berdarah
yang berat. Penyakit yang berjalan akut ini, bila diikuti dengan terserapnya toksin akan
menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan angka kematian

B.Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh kuman shigella dyseteriae yang trdiri dari beberapa
golongan yaitu :

 Shigella shiga yang banyak terdapat didaerah tropis termasuk Indonesia.


 Shigella ambigua dan shigella boydii.

 Shigella flexneri yang sering disebut pula shigella paradisentri, terutama


terdapat didaerah garis lintang utara.

 Shigella sonnei (Basillus sonne-duve). Sifat organisme ini tidak bergerak,


gram negative, tidak bersimpai dan tidak tahan panas.

C.Patogenesis

Sesudah masuk melalui mulut dan mencapai usus, di dalam usus besar mereka
memperbanyak diri dengan cepat.asil membentuk endotoksikn dan eksotoksin,
menyebabkan infeksi local pada dinding usus terutama didaerah kolon sebagian ileum.
Setelah mengadakan kerusakan pada mukosa usus tersebut, terbentuklah tukak dengan
tanda peradangan disekitarnya. Toksin yang dikeluarkannya akan menimbulkan
peradangan mukosa usus dan pada spesies yang ganas bahkan menimbulkan nekrosis dan
ulserasi. Jarang terjadi prforasi usus.

D.Manifestasi klinis

 Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam
6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan
darah dan lendir dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 - 400 C), appear toxic.
 Muntah-muntah.
 Anoreksia.
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

E.Komplikasi

 Dehidrasi
 Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
 Kejang
 Protein loosing enteropathy
 Sepsis dan DIC
 Sindoma Hemolitik Uremik
 Malnutrisi/malabsorpsi
 Hipoglikemia
 Prolapsus rektum
 Reactive arthritis
 Sindroma Guillain-Barre
 Ameboma
 Toxic megacolon
 Perforasi local
 Peritonitis
 Bronkopnemonia
 Otitis media
 Pielonefrotis
 Arthritis

F.Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan tinja
o Makroskopis
o Benzidin test
o Mikroskopis
 Biakan tinja
 Pemeriksaan darah rutin 

G.Penatalaksanaan
Medik

Bila pasiendalam keadaan dehidrasi, diberikan cairan intravena dan selanjutnya


diberikan diet yang sesuai dengan toleransi pasien. Kemoterapi dengan preparat sulfa
dari golongan sulfonamide misalnya sulfadiazine, gantrisin dengan dosis 100-200
mg/kgBB/hari. Jika trdapat kesulitan pemberian peroral karena pasien muntah-
muntah dapat dipertimbamgkan pemberian lotrimoksazol secara intravena. Antibiotic
yang diberikan kloramfenikol dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari per oral dibagi
dalam 3 dosis. Neomisin dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis. Jika
tetrasiklin, dosis 30-50 mg/kgBB/hari peroral dalam 4 dosis.prognosis biasanya baik.

Keperawatan

 Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang,
lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah)
untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi
sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
 Komponen terapi disentri 

a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit

b. Diet

c. Antibiotika

d. Sanitasi

Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan. dengan bersih
sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

H.Epidemologi

Disenteri basiler terutama didapatkan di daerah di mana keadaan kesehatan


lingkungan adalah buruk, sehingga terjadi pencemaran makanan dan air minum dengan
tinja penderita. Carrier tidak jarang juga dijumpai, terutama di daerah di mana banyak
terdapat penderita. Penyebaran dan penularan penyakit terutama terjadi akibat pencemran
makanan oleh pembuat makanan, penularan kuman oleh lalat rumah dan pencemaran air
minum dengan tinja penderita.

Organisme penyebab disenteri basiler ini mudah terbunuh oleh bahan kimia dan sinar
matahari langsung. Meskipun demikian ia dapat tetap bertahan hidup untuk beberapa
waktu lamanya bila berada di dalam air, es dan cairan lendir tinja penderita

I.Cara pencegahan
Dalam usaha mencegah penyakit ini, isolasi penderita penting sekali. Selain itu
sterilisasi alat tidur, pakaian dan benda-benda lain yang telah dipergunakan oleh
penderita harus dilakukan. Juga desinfeksi tionja penderita tidak boleh dilupakan.

Pengawasan terhadap pembuat makanan terutama dalam hal pembuatan es yang


menggunakan air yang tidak dimasak atau diobati lebih dahulu harus dilakukan dengan
ketat.

Di daerah-daerah di mana air minum atau sumber air diragukan keamanannya, maka
air minum dimasak lebih dahulu.

Sulfadiazin dan antibiotika untuk pencegahan dapat diberikan jika berada di daerah
endemik tinggi atau jika terjadi epidemi. Pemberian obat-obatan untuk pencegahan ini
tidak boleh terlalu lama, dengan memperhatikan kemungkinan terdapatnya kekenalan
terhadap obat-obata pencegahan yang digunakan. Untuk pencegahan biasanya dipakai
sulfadiazin atau sulfaguanidin 0,5 gm setiap 12 jam sekali.
DAFTAR PUSTAKA

http://ummuauliya.multiply.com/journal/item/44/DISENTRI_N_DIARE_PADA_BALITA
http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg134930.html
http://info.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=213
http://agesh.wordpress.com/2008/11/10/diare-dan-disentri-pada-bayi/
Nastiyah,1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai