Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

1. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham merupakan
gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau
terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata
(Victoryna, 2020). Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan keyakinan. Penyangkalan,
digunakan untuk menghindari kesadaran dan kenyataan yang menyakitkan.
Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat
diterima dari dirinya sendiri (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Penyebab Waham
Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak kemungkinan
penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan sistem saraf
pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit metabolisme,
gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan, racun, dan zat
psikoaktif.
a. Faktor Predisposisi
Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem
saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan
korteks limbic
Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
b. Faktor Presipitasi
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
Adanya gejala pemicu
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan.
Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).
3. Jenis Waham
Menurut Stuart (2005, dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :
a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!”
atau, “Saya punya tambang emas.” B
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan ucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh
saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.”
c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh”.
f. Waham sisip pikir : keyakinan pasien bahwa ada pikiran orang lain
yang disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan pasien bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya
kepada orang tersebut
h. Waham kontrol pikir : keyakinan pasien bahwa pikirannya dikontrol
oleh kekuatan di luar dirinya.
4. Proses Terjadinya
Menurut Keliat (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

Respon adaptif Respon


Maladtif

Berpikir logis Pikiran sesekali terdistorsi Ganguan


Presepsi akurat ilusi reaksi emosional pemikiran /waham
Emosi konsisten berlebihan atau tidak halusinasi kesulitan
dengan pengalaman bereaksi perilaku aneh pengolahan emosi
prilaku sesuai atau penarikan perilaku kacau
Berhubungan tidak biasa sosial isolasi sosial

Gambar 2.1
Rentang respon waham
5. Tanda dan Gejala
Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan,
perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai,
menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.
1) Waham Kebesaran
a. DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali,
artis dan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren
(gagasan satu dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti pasien mudah marah
dan pasien mudah tersinggung
2) Waham Curiga
a. DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang
tertentu,Pasien mengatakan merasa diintai dan akan
membahayakan dirinya.
b. DO : Pasien tampak waspada, Pasien tampak menarik
diri,Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren
(gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
3) Waham Agama
a. DS : Pasien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, Pasien
tampak bingung karena harus melakukan isi
wahamnya,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak
logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti)
4) Waham Somatik
a. DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit
fisik ,Pasien mengatakan merasa khawatir sampai panic

b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren


( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti) Pasien
tampak bingung, Pasien mengalami perubahan pola tidur, Pasien
kehilangan selera makan.
5) Waham Nihilistik
a. DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan
tidak dapat dimengerti ), Pasien tampak bingung, Pasien mengalami
perubahan pola tidur, Pasien kehilangan selera makan
6) Waham Bizzare
a. Sisip Pikir :
1) DS : Pasien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan,Pasien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak
bingung , Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti) , Pasien
mengalami perubahan pola tidur
b. Siar Pikir
1) DS :Pasien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan,Pasien mengatakan merasa khawatir sampai panik ,Pasien
tidak mampu mengambil keputusan
2) DO : Pasien tampak bingung , Perilaku pasien tampak seperti isi
wahamnya , Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti) ,Pasien tampak
waspada ,Pasien kehilangan selera makan
c. Kontrol Pikir
1) DS : -Pasien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar , Pasien tidak
mampu mengambil keputusan
2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, Pasien tampak
bingung, Pasien tampak menarik diri, Pasien mudah tersinggung,
Pasien mudah marah, Pasien tampak tidak bisa mengontrol diri
sendiri, Pasien mengalami perubahan pola tidur, Inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti)
6. Akibat
Akibat dari waham, penderita dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandaidengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain ditimbulkn adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
7. Mekanisme Koping
Pasien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu pasien dapat berbicara
baik dengan orang lain dan berkoopratif.
8. Penatalaksanaan Waham
Penatalaksanaan waham umumnya di fokuskan pada upaya untuk menangani
morbiditas dengan menurunkan dampak waham terhadap kehidupan pasien dan
keluarganya. Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain
:

1) Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium
masih efektif dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan
gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu
setelah minum obat juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.

b. Haloperidol Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari


turunan butirofenon. Mekanisme kerja yang tidak diketahui.
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga
efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif
juga melibatkan aktivitas motorik berlebih memiliki kelainan tingkah
laku seperti: Impulsif, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana
hati yang labil dan tidak tahan frustasi.

c. Karbamazepin Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan


kejang psikomotor, dan neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara
kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain atau obat
lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal
1) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien. Hal ini menggunakan penggunaan obat
anti psikotik untuk pasien waham.
2) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal
Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg. Keuntungan
3) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25- 100mg.
Efektif untuk menghilangkan gejala positif.
4) Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham.
Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan
cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan
pasien waham adalah penarikan diri yang potensial, Hal ini berarti
penatalaksanaannya penekanankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan
kecanduan morfin biasanya sewaktu- waktu sebelum waktu yang
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial
5) ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah
sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan
kejang singkat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam kimiawi
otak yang dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan episode
katatonik.
6) Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien
waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin
tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat
untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi
dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
9. Pohon Masalah

Waham Kebesaran

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

10. Diagnosa Keperawatan


Menurut Damaiyanti (2012) Masalah keperawatan yang sering muncul pada
pasien waham adalah:
1) Kerusakan komunikasi verbal dan
2) Harga diri rendah kronik.

11. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana Keperawatan yang diberikan pada pasien tidak hanya berfokus pada
masalah waham sebagai diagnosa penyerta lain. Hal ini dikarenakan tindakan
yang dilakukan saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang akan dicapai.
Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan proses
pikir : waham yaitu (Keliat, 2009) :
1) Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai mengkaji pasien
dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya
terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:

a. Mengucapkan salam terapeutik


b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
2) Bantu orientasi realita
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya
e. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
f. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
g. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
h. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
i. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
j. Berdiskusi tentang obat yang diminum
k. Melatih minum obat yang benar.

12. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


a. Proses Keperawatan
1) Kondisi Pasien
a) Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia adalah pengusaha
ketring dan ternak lele yang luas
b) Data Objektif :
1. ketika diajak berwawancara terkadangan jawaban pasien tidak
sesuai dengan pertanyaan yang diberikan perawat.
2. pasien banyak bicara.
3. mengulang ulang perkataanya yang sudah pernah diucap
2) Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir : Waham (Waham Kebesaran)
3) Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengungkapkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
cara memenuhi kebutuhan
3. Klien dapat mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
4) Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya :
b. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
cara memenuhi kebutuhan
c. Bantu klien mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
b. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan
1) Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“ Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya ..., saya perawat , saya merawat
Mas selama dirawat di sini. Nama mas siapa, senangnya dipanggil apa?””

b. Evaluasi / Validasi

“ Bagaimana keadaannya hari ini? Apa yang anda rasakan saat ini?”

c. Kontrak :

a) Waktu : ” Hari ini kita akan berbincang-bincang kira-kira


membutuhkan waktu menit. Bagaimana, Mas bisa?

b) Topik : :”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang


tentang perasaan dan pikiran Mas saat ini ?”

c) Tempat :“Mas ingin kita berbincang-bincang dimana?


Bagaimana kalau disini saja?”

2) Fase Kerja
“Mas S, saya ingin tahu pengalaman Mas S dengan orang-orang yang
dekat dengan Mas S. Kita mulai dari orang tua, bagus…..Bagaimana
dengan lingkungan kerja dan sekolahan Mas S ??”

“Sebelum berada di sini, apakah Mas.S pernah mengalami kejadian-


kejadian yang menimbulkan rasa takut, cemas, dan traumatik. Kejadian
apa saja itu Mas??”

“Sampai sekarang, apakah ada kebutuhan dan harapan yang belum


terpenuhi?Bagaimana anda mengatasi kebutuhan tak terpenuhi tersebut
dengan kejadian traumatic yang terjadi??”

“Saat sebelum di sini dan sesudah di sini, apakah anda pernah


mendengar suara-suara yang memerintah anda?. Bagus”

“Apa yang Mas S rasakan saat Mas S menjadi sangat sakti?? Badan sakti
Mas S dalam 1 hari bisa datang kapan saja? Saat apa saja? Dan berapa
lama waktu sekali datang?”

“Saya mengerti Mas S merasa bahwa Mas S adalah seorang yang kuat
yang bisa merobohkan bangunan, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya. Oleh sebab itu coba sekarang Mas S praktekkan
robohkan pohon besar yang ada di depan ruang ”

“Pengalaman tidak menyenangkan apa yang terjadi saat kekuatan anda


muncul??”

“Saat kekuatan anda datang, banyak orang yang akan terluka karena
anda, apa ini tidak merugikan??Kalau merugikan Mas S harus segera
mencari pertolongan untuk menolong Mas S.”

“Hobby Mas S apa? saat akan marah, Mas S juga bila melakukan hobby
Mas S agar kemarahan Mas S hilang.”

“Hobby yang bisa di lakukan di sini kira-kira apa?”

Bagaimana kalau Mas S memasukkan hobby Mas S ke dalam jadwal


kegiatan harian Mas S???.Bagus!”

3) Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan anda sekarang


setelah kita berbincang-bincang? Saya sangat senang karena Mas sudah
bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berteman dengan
saya.”

b. Evaluasi Objektif : ”Sekarang coba sebutkan pada saya,


pengalaman yang menyenangkan Mas S, pengalaman tidak
menyenangkan, dan hobby Mas S?

c. Rencana Tindak Lanjut : ” Mas S, setelah kita berbincang-bincang


ini nanti coba dilakukan ya jadwal kegiatan yang sudah kita buat bersama
tadi, bagaimana?

d. Kontrak yang akan datang :


1). Topik : ”Sekian dulu ya Mas S, seperti janji kita diawal
tadi kita hanya akan berbincang-bincang selama ...
menit. Bagaimana jika besuk pagi kita berbincang-
bincang lagi?”
2). Waktu : ”Kira-kira jam berapa ya? Mas S ingin berapa
lama?”
3). Tempat: ”Mas S ingin berbincang-bincang dimana?
Bagaimana kalau disini saja? Sampai bertemu besok
Mas S.”
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

1. Identitas Pasien
Inisial : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 48 Tahun
Agama : Kristen
Status : Lajang

Tanggal Pengkajian : 13 Oktober 2021


Informant : Komunikasi dengan pasien dan pegawai Rumah
Sakit Jiwa Kendari

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingun, sering marah-marah dengan
orang lain , pasien mencurigai orang-orang disekitarnya. Pasien mengalami
halusinasi endengaran dan penglihatan, pasien putus obat selama 7 bulan.

3. Faktor Predisposisi

Pasien sering mendengar suara-suara bisikan yang mengajaknya untuk


menjadi seorang pastur, klien juga mengatakan sering melihat sosok “ yesus “,
dan menganggap dirinya mempunyai kekebalan karena ada yesus di dalam
tubuhnya yang melindunginya. Klien 8X keluar masuk rumah sakit jiwa,
pasien putus obat selama 7 bulan, klien mengalami suara bisikan-bisikan
selama 6 tahun, pasien mengalami cedera kepala sebelumnya.

4. Pemeriksaan Fisik

Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda


vital, didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5 oC ; P : 20x/i.
Pasien memiliki tinggi badan 175 cm dan berat badan 65 Kg.
5. Psikososial

a. Genogram

ZZ
ZZ

Tn. Ny. A

-------------------------------------------------

Tn.
B

Penjelasan :
Pasien anak ketiga dari 4 bersaudara, pasien berinisial Tn.B, anak yatim
ayahnya meninggal saat usia pasien 23 tahun.
Keterangan :
: Meninggal
----- : Tinggal dalam satu rumah
: Perempuan
: Laki-Laki

Tn. B : Pasien
b. Konsep Diri

1. Gambaran diri : Klien mengatakan senang dan bersyukur dengan


semua bagian anggota tubuh yang dimiliki.

2. Identitas : Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara, pasien hanya


lulusan SMA yang saat ini dirawat di rawat di rumah sakit jiwa
kendari

3. Peran : Pasien belum berkeluarga dan masing lajang, pasien


sebelunya tinggal bersama saudaranya.

4. Ideal diri : klien mengatakan pernah mendaftarkan untuk


melakukan pendidikan pastur tetapi gagal, dan pasien selalu
memikirkannya.

5. Harga diri : Pasien mengatakan minder/malu karena tetangganya


tau klien di rawat dirumah sakit jiwa
6. Status Mental

a. Penampilan
Pasien rapi dan bersih, pasien mandi 2x sehari menggunakan shampo,
sabun dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan
Saat berbicaraklien tampak lancar,klien mudah di ajak bicara, volume suara
keras dan jelas, saat berbicara klien sering menguap.
c. Aktivitas Motorik
Klientampak aktif, kontak mata saat komunikasi cukup baik, interaksi klien
dengan orang lain baik.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan sering melihat sosok “yesus” yang selalu mendatanginya
dan melindunginya. Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan
yang menyuruh klien untuk menjadi seorang pastur.
e. Afek
Klien memiliki efek yang tajam karena ada perubahan dalam roman
mukanya saat ada stimulusyang menyenangkan atau menyedihkan yang
diberikan.
f. Interaksi selama wawancara
Kontak maa cukup baik, tetapi klien saat berinteraksi sering menguap,
kadang melihat ke arah lain..

g. Presepsi Sensori
Klien mengalami halusinasi penglihatan dan pendengaran karen aklien
sering melihat sosok “yesus” dan sering mendengar bisikan-bisikan suara.
Klien mengatakan mendengar dan melihat yesus pada saat klien pikirannya
sedang kosong, suara bisikan dan yang dilihat klien muncul terus menerus.
h. Proses Pikir
Saat diberikan pertanyaan dari perawat klien dapat menjawab pertanyaan
dengan cepat, akan tetapi pembicaraannyasering melantur.klien tidak
menutup nutupiyang akan di bicarakannya.
i. Isi Pikir
Klien mempunyai keyakinan kalau klien mempunyai kekebalan, klien
mengatakan sering melihat yesus, klen mengaku bahwa yesus berada di
dalam tubuhnya sehingga klien meyakini mempunyai ilmu kekebalan di
dalam tubuhnya.
j. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang masih jelas saat klien di berikan
pertanyaan.
k. Memori
Daya ingat klien cukup bagus, tetapi klien kurang dapat mengingat nama-
nama orang yang baru berinteraksi dengan klien. Klien dapat mengingat
anggota keluarganya, alasan klien masuk rumah sakit jiwa, aktivitas yang
sering di lakukan di rumah.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien dapat berkonsentrasi dengan baik pada suatu hal, akan tetapi klien
sering melamun sendiri. Klien dapat menghitung dengan baik dan benar
saat di berikan pertanyaan tentang hitung-hitungan angka.
m. Kemampuan penilaian
Klien mengatakan bahwa ibadah dapat meningkatkan keimanannya, oleh
karena itu klien selalu berdoa pada tuhan nya untuk menyembuhkannya,
melindunginya dan keluarganya.
n. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya di guna-gunaoleh tetangganya sehingga dia
sering mengalami halusinasi seperti sekarang dan di bawa ke rumah sakit.
Klien juga menuduh tetangganya sengaja memasukkannya ke rumah sakit
jiwa. Klien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami suatu halusinasi,
klien mengnggapyang di alami adalah sebuah kenyataan.

7. Kebutuhan Persiapan Pulang

No Aspek yang dinilai Tingkat


Kemampuan

0 1 2

1 Makan
a. Kemampuan menyiapkan makanan
b. Kemampuan membersihkan alat makan
c. Kemampuan menempatkan alat makan dan
minum ditempatnya

2 BAB/BAK
a. Kemampuan mengontrol BAK/BAB di WC
b. Kemampuan membersihkan WC
c. Kemampuan membersihkan diri
d. Kemampuan memakai pakaian/celana

3 Mandi
a. Kemampuan dalam mandi
b. Kemampuan dalam menggosok gigi
c. Kemampuan dalam keramas
d. Kemampuan dalam potong kuku dan rambut

4 Berpakaian/berdandan
a. Kemampuan memilih pakaian
b. Kemampuan memakai pakaian
c. Kemampuan mengatur frekuensi ganti pakaian
d. Kemampuan mencukur jenggot (Laki-Laki)
e. Kemampuan berhias (Perempuan)
f. Kemampuan menyisir rambut

5 Istirahat dan tidur


a. Kemampuan untuk mengatur waktu tidur
b. Kemampuan merapikan sprei dan selimut
c. Kemampuan untuk tidur dengan bantuan obat

6 Pengguna Obat
Kemampuan pengaturan penggunaan obat

7 Pemeliharaan Kesehatan
a. Perawatan lanjutan (Puskesmas, RS, RSJ,
Perawat, dokter)
b. Perawatan pendukung (Keluarga, Pengawas
minum obat)

8 Kegiatan di dalam rumah


a. Kemampuan mempersiapkan makanan
b. Kemampuan menjaga kerapiahan rumah
c. Kemampuan mencuci pakaian
d. Kemampuan pengaturan keuangan

9 Kegiatan Di luar rumah


a. Kemampuan berbelanja
b. Kemampuan transportasi

8. Mekanisme Koping
a. Jenis Mekanisme Koping
Cara klien mengatasi masalah bisikan-bisikan yang klien dengar adalah klien
melakukan tekhnik nafas dalam dan mendiamkan halusinasinya.
b. Sumber mekanisme Koping
Dari dalam dirinya sendiri. Pasien mengalami mekanisme koping adaptif
yaitu pasien dapat berbicara baik dengan orang lain dan berkooperatif.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Pasien mengatakan sering mengikuti kegiatan di Rumah Sakit Jiwa tersebut


10. Pengetahuan Kurang Tentang

Pasien kurang mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan


pasien tau apa obat yang dikonsumsinya.

11. Terapis Medis yang di Berikan (jika ada)


12. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan sering 1. Klien mendengar suara bisikan
mendengar suara-suara bisikan 2. Klien mendengar bisikan dan
yang mengajaknya untuk melihat sosok yesus
menjadi seorang pastur, klien 3. Klien tampak sedikit gelisah
juga mengatakan sering melihat 4. Klien sering melamun
sosok “yesus” 5. Klien kadang tersenyum sendiri
2. Klien mengatakan mendengar 6. Klien menganggap dirinya kebal
bisikan dan melihat yesus pada 7. Klien menyakini dirinya
saat pikiran sedang kosong, mempunyai kekebalan karena ada
suara bisikan dan yang dilihat yesus di tubuhnya.
klien muncul terus menerus. 8. Klien selalu bercerita ke orang-
3. Klien mengatakan mempunyai orangbahwa dirinya mempunyai
kekebalan pada tubuh nya kekebalan
4. Klien menganggap dirinya 9. Klien sering bercerita tentang
mempunyai kekebalan karena tetangganya yang mengguna-
ada yesus di dalam tubuh nya gunanya
yang selalu melindunginya. 10. Klien juga menuduh tetangganya
5. Klien mengatakan dirinya di sengaja memasukannyake rumah
guna-guna oleh tetangganya sakit jiwa.
sehingga dia sering mengalami
halusinasi seperti sekarang dan
di bawa ke rumah sakit.
6. Klien mengatakan pernah
mendaftarkan untuk melakukan
pendidikan pastur tetapi gagal,
dan selalu memikirnya.
13. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1 DS :
Gangguan Persepsi sensori
1. Klien mengatakan sering mendengar
berhubungan dengan
suara-suara bisikan yang mengajaknya
Halusinasi pendengaran dan
untuk menjadi seorang pastur, klien
penglihatan
juga mengatakan sering melihat sosok
“yesus”
2. Klien mengatakan mendengar bisikan
dan melihat yesus pada saat pikiran
sedang kosong, suara bisikan dan yang
dilihat klien muncul terus menerus.
DO :
1. Klien mendengar suara bisikan
2. Klien mendengar bisikan
3. Klien melihat sosok yesus
4. Klien tampak sedikit gelisah
5. Klien sering melamun

2 DS : Waham kebesaran berhubungan


1. Klien mengatakan mempunyai dengan halusinasi
kekebalan pada tubuh nya
2. Klien menganggap dirinya mempunyai
kekebalan karena ada yesus di dalam
tubuh nya yang selalu melindunginya.
DO :
1. Klien menganggap dirinya kebal
2. Klien menyakini dirinya
mempunyai kekebalan karena ada
yesus di tubuhnya.

3. Klien selalu bercerita ke orang-


orang bahwa dirinya mempunyai
kekebalan.
3 DS : Koping individu tidak efektif
1. Klien mengatakan dirinya di guna-
berhubungan dengan gangguan
guna oleh tetangganya sehingga dia
proses pikir.
sering mengalami halusinasi seperti
sekarang dan di bawa ke rumah sakit.
2. Klien mengatakan pernah mendaftarkan
untuk melakukan pendidikan pastur
tetapi gagal, dan selalu memikirnya.

DO :
1. Klien sering bercerita tentang
tetangganya yang mengguna-
gunanya

2. Klien juga menuduh tetangganya


sengaja memasukannyake rumah
sakit jiwa.
14. Pohon Masalah

Waham Kebesaran

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

15. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Persepsi sensori berhubungan dengan Halusinasi pendengaran


dan penglihatan.

b. Waham kebesaran berhubungan dengan halusinasi


c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan proses pikir.
16. Intervensi / Rencana Tindakan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan Setelah 4X Setelah 1 X pertemuan klien dapat SP 1
Persepsi sensori pertemuan pasien menyebutkan :  Bina hubungan saling percaya
berhubungan Mampu :  Isi, waktu, frekuensi, pencetus,  Bantu klien mengenali halusinasi:
dengan  Mengenali peasaan - Isi
Halusinasi halusinasi yang  Mampu memperagakan cara dalam - waktu terjadi
- frekuensi
pendengaran di alaminya mengontrol halusinasi.
- situasi pencetus
dan penglihatan  Klien dapat - Perasaan saat terjadi halusinasi
mengontrol  Latih mengontrol halusinasi dengan
halusinasi yang cara menghardik. Tahapan
di alaminya tindakannya meliputi:
 Mengikuti - Jelaskan cara menghardik halusinasi
program - peragakan cara menghardik.
pengobatan - Minta klien memperagakan ulang
secara optimal - Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku klien
-  Masukkan cara kontrol halusinasi
dengan menghardik dalam jadwal
harian klien.
Setelah 1 X pertemuan klien mampu: SP II
 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Validasi masalah dan latihan
dilakukan sebelumnya
 Klien dapat bercakap-cakap dengan  Latih bicara/bercakap dengan orang
orang lain untuk mengalihkan lain saat halusinasi muncul.
perhatian.  Masukan cara kontrol halusinasi
dengan cara berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal
harian klien

Setelah satu kali pertemuan klien SP III


mampu :  Validasi masalah dan latihan
 Menyebutkan kegiatan yang sudah sebelumnya
dilakukan  Latih klien cara mengontrol
 Membuat jadwal kegiatan sehari- halusinasi dengan kegiatan harian
hari dan mampu memperagakanny agar halusinasi tidak muncul.
a Tahapannya :
- jelaskan pentinnya aktifitas yang
teratur untuk mengatasi halusinasi.
- diskusikan aktifitas yang biasa
dilakukan oleh klien.
- latih klien melakukan aktifitas
- susun jadwal aktifitas sehari-hari
sesuai dengan aktifitas yang dilatih
( dari bangun pagi- tidur malam)
- pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan pengaturan pasien yang
positif.
 Masukan cara kontrol halusinasi
dengan cara kegiatan sehari dalam
jadwal klien.
-
Setelah 1X pertemuan klien mampu: SP IV
 Menyebutkan kegiatan yang sudah  Validasi masalah dan latihan
di lakukan sebelumnya
 Menyebutkan manfaat dari program  Jelaskan cara mengontrol halusinasi
pengobatan denganteratur minum obat.
Tahapannya:
-jelaskan manfaat pengunaan obat
pada pasien dengan gangguan jiwa.
-jelaskan akibat bila tidak digunakan
sesuai program.
-menyarankan pada klien untuk
melakukan control jika obat yang di
berikan telah habis.
 Masukan cara control halusinasi
dengan cara teratur, minum obat dala
jadwal harian klien.
Setelah 3X Setelah 1X pertemuan di harapkan SP 1
Waham kebesaran
berhubungan pertemuan klien mampu : 1. Bina hubungan saling percaya
dengan halusinasi
diharapkan klien  Klien dapat berhubungan dengan 2. Bantu orientasi realita. Tahapannya:
mampu: realita -berikan support pada klien, tidak
 Membantu  Klien dapat mengidentifikasi boleh menyalahkan klien.
Orientasi realita kebutuhan yang tidak terpenuhi. 3. bantu klien memenuhi kebutuhannya
 Klien dapat 4. Anjurkan klien memasukan dalam
mengidentifikasi jadwal kegiatan harian klien.
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki
 Klien dapat
menetapkan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki.
Setelah 1x pertemuan di harapkan SP II
klien mampu: 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Klien dapat memilki kemampuan 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang
yang dapat digunakan dimiliki
-tanyakan kemampuan yang dimiliki
klien
- diskusikan
3. Latih kemampuan yang dimiliki
Setelah 1x pertemuan di harapkan SP III
klien mampu : 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Menyebutkan kegiatan yang sudah 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang
di lakukan menggunakan obat yang teratur:
 Menyebutkan manfaat dari - jelaskan manfaat penggunaan obat
program pengobatan pada pasien dengan gangguan jiwa
- jelaskan akibat bila tidak di gunakan
sesuai program
-menyarankan pada klien untuk
melakuakn control jika obat yang di
berikan telah habis
3. Anjurkan klien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian klien.
Setelah 3x Setelah 1x pertemuan di harapkan SP I
Koping individu
3. pertemuan di klien mampu: 1. Bina hubungan saling percaya
tidak efektif
harapkan klien  Berbicara terbuka dengan orang 2. Bantu pasien mengenal koping yang
berhubungan
mampu: lain tidak efektif
dengan gangguan
 Mengenali  Klien tidak menyalahkan orang lain 3. Anjurkan kooping konstruktif: bicara
proses pikir.
koping yang  Klien menerima kondisinya seperti dengan terbuka dengan orang lain.
tidak efektif sekarang tanpa menyalahkan orang 4. Masukan ke jadwal harian klien
 Dapat lain.
berbicara
dengan terbuka
 Dapat
melakukan
kegiatan
seperti biasa
 Klien sehat
fisik dan
psikologi.
Setelah 1x pertemuan klien mampu: SP II
 Klien melakukan kegiatan seperti 1. Bina hubungan saling percaya
2. Evaluasi jadwal kegiatan sebelum nya
biasa pada klien
 Klien melupakan masalah yang di 3. Mengajarkan kooping konstruktif:
alami melakukan kegiatan
 Menganjurkan klien melakukan
kegiatan untuk melupakan masalah
yang di alami
 Jelaskan manfaat melakukan
kegiatan untuk klien
4. Masukkan ke jadwal harian klien
SP III
1. Evaluasi jadwal kegiatan sebelumnya
pada klien
2. Ajarkan kooping konstruktif:
latihan/olah raga
3. Masukkan ke jadwal harian klien.
17. Implementasi & Evaluasi Keperawatan

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan

Kamis 14 SP 1 SP I
Gangguan
Oktober 2021
 Membina hubungan saling percaya S : Klien Mengatakan mendengar suara
Persepsi sensori
 Membantu klien mengenali halusinasi: bisikan-bisikan untuk menyuruhnya menjadi
berhubungan
- Isi pastur dan pasien sering melihat yesus.
dengan
- waktu terjadi Halusinasi muncul saat klien bengon, klien
Halusinasi
- frekuensi sering menalami halusinasi (terus-menerus),
pendengaran
- situasi pencetus klien mendiamkan halusinasi yang terjadi.
dan penglihatan.
- Perasaan saat terjadi halusinasi O:

 Melatih mengontrol halusinasi dengan  Melatih klien cara menghardik


cara menghardik. Tahapan  Klien dapat memperagakan ulang cara
tindakannya meliputi: mengontrol halusinasi dengan cara
-Menjelaskan cara menghardik menghardik halusinasi yang muncul
halusinasi  Klien koopratif
- Memperagakan cara menghardik.  Klien mudah menerima masukan dari
- Meminta klien memperagakan ulang perawat.
-Memantau penerapan cara ini, beri A : SP I dapat teratasi
penguatan perilaku klien
 Memasukkan cara kontrol halusinasi
dengan menghardik dalam jadwal P : Lanjutkan intervensi
harian klien.  SP II
Latih bicara/bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul.
Jum’at, 15 SP II SP II
Gangguan
Oktober 2021
 Memvalidasi masalah dan latihan S:
Persepsi sensori
berhubungan sebelumnya  Klien mengatakan dapat melakukan

dengan  Melatih bicara/bercakap dengan cara mengontrol halusinasi dengan

Halusinasi orang lain saat halusinasi muncul. menghardik halusinasi tersebut

pendengaran -menjelaskan manfaat  Klien mengatakan halusinasi nya

dan penglihatan berbincang/berinteraksi dengan masih sering terjadi.


orang lain untuk mengalihkan O:
halusinasi pada klien.  Klien dapat mempraktekkan cara
 Memasukan cara kontrol halusinasi mengontrol halusinasi dengan cara
dengan cara berbincang-bincang menghardik
dengan orang lain dalam jadwal  Melatih klien berbincang dengan orang
harian klien lain untuk mengalihkan halusinasi
yang di alami.
 Pasien dapat berbincang-
bincangdengan orang lain dengan baik
 Klien koopratif
 Interaksi klien dengan orang lain baik-
baik
 Komunikasi klien baik
A : SP II dapat teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 SP III
Latih klien cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan harian agar halusinasi
tidak muncul.
Sabtu, 16 SP III SP III
Gangguan
Oktober 2021
Persepsi sensori  Mengvalidasi masalah dan latihan S:
berhubungan
dengan sebelumnya  Klien Mengatakan saat halusinasi
Halusinasi  Melatih klien cara mengontrol muncul klien melakukan interaksi
pendengaran
dan penglihatan halusinasi dengan kegiatan harian agar dengan teman sekamarnya untuk
halusinasi tidak muncul. Tahapannya : mengontrol halusinasinya.
- Menjelaskan pentinnya aktifitas yang  Klien mengatakan saat melakukan
teratur untuk mengatasi halusinasi. interaksi halusinya dapat berkurang.
-Mendiskusikan aktifitas yang biasa O:
dilakukan oleh klien.  Membuatkan jadwal kegiatan untuk
- Melatih klien melakukan aktifitas klien
- Menyusun jadwal aktifitas sehari-  Klien paham pentingnya aktifitas
hari sesuai dengan aktifitas yang untuk menghilangkan halusinasi
dilatih ( dari bangun pagi- tidur  Klien koopratif
malam)  Klien mau melakukan aktifitas yang
-Memantau pelaksanaan jadwal di jadwalkan
kegiatan, berikan pengaturan pasien  Klien mampu melakukan kegiatan
yang positif. aktifitas yang di jadwalkan
 Memasukan cara kontrol halusinasi A : SP III dapat Teratasi
dengan cara kegiatan sehari dalam P : Lanjutkan intervensi
jadwal klien.  SP IV
- Jelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan teratur minum obat.
Minggu, 17 SP IV SP IV
Gangguan
Oktober 2021
 Memvalidasi masalah dan latihan S:
Persepsi sensori
berhubungan sebelumnya  Klien mengatakan sedah melakukan

dengan  Menjelaskan cara mengontrol kegiatan sesuai yang di jadwalkan

Halusinasi halusinasi denganteratur minum obat. bersama-sama. Klien mengatakan

pendengaran Tahapannya: halusinasi tidak sering muncul saat

dan penglihatan -Menjelaskan manfaat pengunaan obat klien melakukan kegiatan.


pada pasien dengan gangguan jiwa.
-Menjelaskan akibat bila tidak O:
digunakan sesuai program.  Klien jelaskan pentingnya obat yang di
-Menyarankan pada klien untuk berikan di rumah sakit
melakukan control jika obat yang di  Klien mengetahui akibatnya jika tidak
berikan telah habis. meminum obat sesuai program
 Masukan cara control halusinasi  Klien dapat menyebutkan manfaat
dengan cara teratur, minum obat dala terapi obat yang di berikan
jadwal harian klien.  Klien koopratif
 Klien mau melakuakn saran yang di
berikan
A : SP IV dapat teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
 Optimalkan konsumsi obat (teratur
minum Obat)
 Anjurkan untuk kontrol ke RS saat
Obat habis.
S:
 Klien mengatakan halusinasi yang di
alami klien suda jarang muncul, jika
halusinasi muncul klien suda tau
bagaimana caranya mengontrol
halusinasi tersebut agar dapatmeng
hilang.
O:
 Klien Koopratif
 Halusinasi jarang terjadi
 Klien tampak lebih tenang
 Interaksi dengan orang lain bagus
 Klien melakukan aktivitas seperti yang
di jadwal.
 Klien suda paham manfaat minum obat
teratur
 Klien tau jika obat habis harus segera
kontrol ke RS.
A:
 Gangguan Persepsi sensori
berhubungan dengan Halusinasi
pendengaran dan penglihatan dapat
teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
 Optimalkan minum obat yang teratur
control ke RS jika obat telah habis.
Kamis 14 SP 1 SP I
Waham
Oktober 2021
1. Membina hubungan saling percaya S:
kebesaran
2. Membantu orientasi realita.  Klien mengatakan mempunyai
berhubungan
Tahapannya: kekebalan pada tubuhnya. Klien
dengan
-Memberikan support pada klien, menganggap dirinya mempunyai
halusinasi
tidak boleh menyalahkan klien. kekebalan kerena ada yesus di dalam
3.Membantu klien memenuhi tubuhnya yang melindunginya.
kebutuhannya O:
4. Menganjurkan klien memasukan  Bicara sering melantur
dalam jadwal kegiatan harian klien.  Menjelaskan realita tentang yang
dialami klien
 Klien masih mempercayai bahwa
dirinya mempunyai kekebalan
A:
 Waham kebesaran berhubungan
dengan halusinasi teratasi sebagian
P : Lanjutkan SP II
 Berdiskusi tentang kemmpuan yang
dimiliki
Jum’at 15 SP II SP II
Waham
Okober 2021
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien S:
kebesaran
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang  Klien mengatakan mempunyai
berhubungan
dimiliki kemampuan dalam bidang wirausaha
dengan
-Menanyakan kemampuan yang O:
halusinasi
dimiliki klien  Klien adalah wirausahawan
- Mendiskusikan  Support klien tentang kemampuan
3. Melatih kemampuan yang dimiliki yang dimilikinya
 Klien kooperatif
 Klien sering bercerita tentang
usahanya
A : SP II dapat teratasi
P : lanjutkan intervensi SP III
 Memberikan pendidikan kesehatan
tentang menggunakan obat yang
teratur
Sabtu, 16 SP III SP III
Waham
Oktober 2021
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian S:
kebesaran
klien O:
berhubungan
2. Memberikan pendidikan kesehatan  Klien menjelaskan pentingnya obat
tentang menggunakan obat yang yang diberikan dirumah sakit
dengan
teratur:  Klien mengetahui akibatnya jika tidak
halusinasi
-Menjelaskan manfaat penggunaan meminum obat sesuai program
obat pada pasien dengan gangguan  Klien dapat menyebutkan manfaat
jiwa terapi obat yang diberikan
-Menjelaskan akibat bila tidak di  Klien kooperatif
gunakan sesuai program  Klien mau melakukan saran yang
-Menyarankan pada klien untuk diberikan
melakuakn control jika obat yang di A : SP IV dapat terasi
berikan telah habis P : Lanjutkan intervensi
3. Menganjurkan klien memasukan dalam  Optimalkan konsumsi obat (teratur
jadwal kegiatan harian klien. minum obat).
 Anjurkan untuk kontrol ke RS saat
obat habis
S:
 Klien mengatakan mempunyai
kekebalan, klien mempunyai
kekebalan karena terdapat Yesus di
tubuhnya sehingga menjadi tubuhnya
kebal
O:
 Klien mengalami waham kebesaran
 Klien bicara melantur
 Klien adalah wirausahawan
 Klien mempunyai kemampuan
dibidang wirausaha.
A:
 Waham kebesaran berhubungan
dengan halusinasi teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
 Optimalkan minum obat
 Latih klien dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kamis, 14 SP I
Kooping
Oktober 2021
1. Membina hubungan saling
individu tidak
percaya
efektif
2. Membantu pasien mengenal
berhubungan
kooping yang tidak efektif
dengan
3. Menganjurkan kooping
gangguan proses
konstruktif: bicara terbuka dengan
orang lain
pikir
4. Memasukan ke jadwal harian klien
Jumat, 15 SP II
Oktober 2021
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
sebelumnya pada klien
2. Mengajarkan kooping konstruktif
melalukan kegiatan
3. Memasukan ke jadwal harian
klien.
Sabtu, 16 SP III
Oktober 2021
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
sebelumnya pada klien
2. Mengajarkan kooping konstruktif
latihan fisik/ olahraga
3. Memasukan ke jadwal harian klien

Anda mungkin juga menyukai