Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM
RSKD DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Jiwa

Di susun oleh :

DEVI AMIKA ANGREANI


14420211037

CI KLINIK CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguan isi pikir dapat
berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat
diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan
berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia
dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi
realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk
memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan
dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait
dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat
mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

2. Klasifikasi
Menurut Townsend (2009) waham diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

1
Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya
punya tambang emas”.
b. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
c. Waham agama
Individu memiliki keyakinan  terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setip hari”.
d. Waham somatic
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengataka bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistic
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meniggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata.
Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-
roh.”

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru
mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada

2
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian
sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
- Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
- Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
- Masalah-masalah pada sistem respon dopamine
- Psikologi
2) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).
b. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat
pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011)

3
4. Manifestasi Klinis
Menurut Kusumawati (2010) tanda dan gejala waham yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik.
Imfulsif : gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik,
gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan gangguan sensori
persepsi: halusinasi.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala waham yaitu :
a. Terbiasa menolak makan
b. kurang perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih dan ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Menghindar dari orang lain
h. Mendominasi pembicaraan, berbicara kasar
i. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

4
Perilaku lain yang dapat ditemukan pada klien dengan waham antara lain
melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif,
gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada
gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan
bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).

5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi: Amitripilin
3) Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia: Phneobarbital
b. Terapi modalitas
1) Terapi keluarga : Berfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
2) Terapi kelompok : Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah
sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada orang
lain.
3) Terapi music : Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain
untuk mengebalikan kesadaran klien

5
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b. Aktivitas dan istirahat
c. Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
d. Higiene
e. Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
f. Integritas ego
a. Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks,
kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
b. Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga,
kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain.
Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan
mekanisme koping yang tidak sesuai.
g. Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem
keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada
dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit,
merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain,
dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
h. Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
i. Interaksi sosial
1) Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
2) Umumnya bermasalah dengan hukum.
2. Diagnosa Keperawatan
a. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan isi pikir : waham

6
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan
Waham
1) Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2) Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
- Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
- Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan
anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
- Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
- Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.
- Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).

7
- Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
- Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
- Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
- Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
- Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
- Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
- Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
- Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
- Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat
- Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan
- Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

8
f) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
- Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa II: Perubahan isi pikir : waham
1) Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2) Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
- Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
- Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan
perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan
anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
- Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di
tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan
tinggalkan klien sendirian.
- Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.

9
- Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari
dan perawatan diri).
- Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
- Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
- Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
- Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
- Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
- Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
- Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
- Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
- Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
- Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.

10
- Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan  follow up
- Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

11
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A.H., 2011, Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika : Yogyakarta.


Kusumawati, F, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika : Jakarta
Kelliat, B.A., 2009, Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, ECG : Jakarta.
Laraia, S, 2009, Principles and Practice of Pcyshiatric Nursing 8 Edition,
Elsevier Mosby:
Philadelphia.
Stuart, G.W., 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC : Jakarta.
Townsend, M, 2009, Pcyshiatric Mental Health Nursing Concept of Care In
evidence Based
Practice 10 edition, F.A David Company : Philadelphia.

12

Anda mungkin juga menyukai