Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN OBAT PADA ANAK

NAMA : NUR AZIZAH


NIM : 21117089

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
1. Pengertian Tepid water sponge
Water tepid sponge adalah sebuah teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka (Setiawati, 2009). Teknik ini menggunakan kompres
blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung di beberapa tempat yang
memiliki pembuluh darah besar (Hartini, 2010). Hal ini juga diungkapkan Bartlomeus
(2012), bahwa ada pengaruh penurunan suhu tubuh anak yang mengalami hipertermia
yang setelah dilakukan water tepid sponge.
Kompres tepid water sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik
seka (Alves, 2008). Kompres tepid water sponge (tws) ini hampir sama dengan kompres
air hangat biasa, yakni mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha)
ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan dengan kain. Basahi lagi
kain bila kering.
Suprapti (2008) menyatakan tepid sponge efektif dalam mengurangi suhu tubuh
pada anak dengan hipertermia dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Teknik water tepid sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu
tubuh karena kompres blok langsung dilakukan di beberapa tempat yang memiliki
pembuluh darah besar, sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi serta peningkatan
tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 dalam darah akan meningkat dan pH dalam darah
turun (Ali, 2011).

2. Tujuan Water Tepid Sponge


Water Tepid Sponge bertujuan untuk membuat pembuluh darah tepi melebar
dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas (Hartini, 2012).
Tujuan dari penggunaan tepid water sponge ini untuk menurunkan suhu
tubuh secara terkontrol (Johnson, Temple, & Carr, 2005). Prosedur ini tidak boleh
dilakukan pada bayi di bawah usia 1 tahun dan tanpa pengawasan medis karena
tindakan ini dapat menyebabkan anak menjadi syok (Hastings, 2005). Pemberian
tepid water sponge pada daerah tubuh akan mengakibatkan anak berkeringat.
Hal ini sesuai dengan Penelitian tentang tepid sponge juga yang dilakukan
oleh Setiawati (2009), dimana penelitian ini melihat pengaruh tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah.
Studi literatur tentang pemberian antipiretik disertai tepid sponge menunjukkan
bahwa tindakan ini efektif menurunkan demam dibandingkan jika pemberian
antipiretik saja. Tepid water sponge sering direkomendasikan untuk mempercepat
penurunan suhu tubuh (Corrad, 2002; Carton, et al., 2001, dalam Setiawati, 2009).
3. Gambar Alat dan Anatomi Tubuh yang Berkaitan
A. Alat

Gambar 1. Baskom Mandi

Gambar 2 Air hangat


Gambar 3 Selimut Mandi

Gambar 4 Thermometer

Gambar 5 Waslap

Gambar 6 Bantal tahan air


Gambar 7 Sarung tangan disposable

Gambar 8 Baju ganti


B Anatomi tubuh yang berkaitan

Gambar 9 Struktur kulit

Gambar 10 Hipotalamus
Gambar 11 Sistem saraf
4. Indikasi
4.1 Diagnosa medis
A. Typoid
Thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika
Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 17 juta hingga 30 juta
kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500.000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan
tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan
400.000 kematian setiap tahunnya.
B. Kejang demam
Kejang demam (febris convulsi) merupakan suatu kondisi saat
tubuh tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu.
Seseorang dengan kejang demam akan mengalami peningkatan suhu,
yang menyebabkan suplay oksigen menuju otak menurun dan beresiko
kerusakan sel otak. Kondisi ini biasanya terjadi ketika anak menderita
sebuah infeksi.
C. Diare
Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih
merupakan masalah masyarakat indonesia. Dan diare merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara
berkembang. Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang
lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief dkk, 1999)

4.2 Diagnosis keperawatan


A. Hipertermia
Hipertermia adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh
diatas kisaran normal (Herdman,2012). Hipertermia dapat disebabkan
oleh virus dan mikroba. Mikroba serta produknya berasal dari luar tubuh
adalah bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit
dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen seperti bakteri
dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh (Widagdo, 2012).

5. Kontra Indikasi
Kontraindikasi Water Tepid Sponge diberikan kepada bayi baru lahir karena
sistem regulasi pengaturan panas tubuhnya belum mature.
Sistem pengaturan tubuh bayi baru lahir :
A. Pengaturan suhu
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usah utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan
lemak cokelat untuk produksi panas.
B. Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2010; h. 367) :
1) Konduksi, kehilangan panas melalui benda-benda padat yang berkontak
dengan kulit bayi.
2) Konveksi, kehilangan panas dengan pendinginan melalui aliran udara
disekitar bayi.
3) Evaporasi, kehilangan panasa melalui penguapan air ketuban pada kulit bayi
yang basah.
4) Radiasi, kehilangan panas melalui benda padat yang tidak berkontak secara
langsung dengan kulit bayi.
C. Metabolisme glukosa
Pada bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penggunaan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan asi
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

6. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam :
keperawatan 2x24 jam 1. Dorong konsumsi
Batasan Karakteristik : diharapkan masalah hipertermi cairan
1) Konvulsi teratasi dengan kriteria hasil : 2. Mandikan dengan
2) Kejang spons hangat dengan
3) Peningkatan suhu No Indikator A T hati-hati
tubuh diatas kisaran 1. Hipertermia 5 3. Tingkatkan sirkulasi
normal 2. Dehidrasi 5 udara
3. Otot berkedut 5
Faktor Yang Keterangan :
Berhubungan : 1 = Berat
1) Anastesia 2 = Cukup berat
2) Dehidrasi 3 = Sedang
3) Penyakit 4 = Ringan
5 = Tidak ada
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pengecekan kulit :
kulit keperawatan 2x24 jam 1. Monitor warna dan
Batasan Karakteristik : diharapkan masalah kerusakan suhu kulit
1) Benda asing integritas kulit teratasi dengan 2. Monitor sumber
menusuk permukaan kriteria hasil : tekanan dan gesekan
kulit No Indikator A T 3. Periksa pakaian
2) Kerusakan integritas 1. Suhu kulit 5 yang terlalu ketat
kulit 2. Sensasi 5
3. Elastisitas 5
Faktor Yang Keterangan :
Berhubungan : 1 = Sangat terganggu
Eksternal 2 = Banyak terganggu
1) Hipertermia 3 = Cukup terganggu
2) Hipotermia 4 = Sedikit terganggu
3) Kelembapan 5 = Tidak terganggu
Internal
1) Gangguan
metabolism
2) Gangguan
pigmentasi
3) Imunodefisiensi
7. Persiapan Tindakan Keperawatan
7.1 Tahap Pra Interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan.
2) Perawat mencuci tangan.
3) Mempersiapkan alat :
a) Baskom mandi 2 buah
b) Air hangat
c) Selimut mandi
d) Termometer
e) Waslap 2 buah
f) Bantal tahan air
g) Sarung tangan disposable
h) Baju ganti

8. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


8.1 Tahap Orientasi dan Interaksi :
1) Mengucapkan salam (Assalamu’alaikum).
2) Mengucapkan basmallah (Bismillahirohmanirohim).
3) Perawat memperkenalkan diri.
4) Identifikasi sambil melihat gelang identitas pasien untuk nama pasien,
tanggal lahir, dst.)
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan serta mempersilahkan
keluarga untuk bertanya.
6) Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan dengan
tindakan yang akan dilakukan).
7) Perawat mencuci tangan.
8) Mendekatkan alat.
9) Menjaga privasi pasien (menutup scareroom, gorden, memasanng
sampiran).
8.2 Tahap Kerja :
1) Mencuci tangan.
2) Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan
dilakukan).
3) Ukur suhu dan nadi anak.
4) Letakkan bantal tahan air dibawah tubuh anak.
5) Lepaskan pakaian anak.
6) Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yang tidak dikompres.
7) Tutup jendela dan pintu untuk mencegah aliran udara ke dalam ruangan.
8) Periksa suhu air.
9) Celupkan waslap dalam air dan letakkan waslap yang sudah basah
dibawah masing-masing aksila dan lipat paha.
10) Perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon anak.
11) Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu tubuh anak.
Observasi respon klien terhadap terapi.
12) Lanjutkan mengkompres akstremitas lain, punggung dan bokong setiap
5 menit.
13) Kaji ulang suhu dan nadi tiap 15 menit. Bila suhu tubuh turun, sedikit
diatas normal (380C) hentikan prosedur.
14) Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha
sesuai kebutuhan.
15) Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh. Selimuti
anak dengan selimut mandi.
16) Kenakan lagi pakaian anak.

8.3 Tahap Terminasi :


1) Mengucapkan hamdalah.
2) Melakukan evaluasi tindakan (Ukur suhu tubuh dan respon anak).
3) Merapikan pasien (Ganti linen tempat tidur bila basah).
4) Membereskan alat.
5) Perawat cuci tangan.
6) Dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Williams, L and Wilkins. (2009).Lippincott’s nursing procedures: bedside care,
equipment, nursing alerts, complications, documentation, 5 th ed. China:
Lippincott Williams and Wilkins
Alves, J. G. B., & Almeida, C. D. C. M. 2008.Tepid Sponge Plus Dipyrone versus
dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo:
Medical Journal.

Bartolomeus, dkk.2012. Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun Yang Mengalami
Hipertermi.

Ali Hamid, Mohammad. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang Dilakukan
Ibu dalam Menurunkan Demam pada Anak Randomized Control Trial di
Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiwa. Yogyakarta: DIVA


Press.

Astuti, O.R. 2013. Demam Tifoid. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah


Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai