Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS LENGKAP

“Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Asma

Di Ruang Anak Ibnu Rusyid Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang”

DIBUAT OLEH :

Nurul Hidayah 21117091

Nurul Maesya 21117092

Pariska Rahma Dia 21117093

Popy Pratama 21117094

Rahma Arifah Putri 21117095

KELAS PSIK 2B

Dosen Pembimbing : Septi Ardianty, S.Kep., Ns., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat
Laporan Praktik Klinik dari mata kuliah KEPERAWATAN ANAK I yang
berjudulLaporan Kasus Lengkap“Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan
Asma Di Ruang Anak Ibnu Rusyid Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang”ini dapat selesai dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata


kuliah ini yang telah memberikan tugas ini untuk diselesaikan agar dapat melatih
penulis untuk tetap berkarya dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedia menerima saran dan
kritik dari pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas
kedepannya.
Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb

Palembang, 27 Juni 2019


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1.3 Tempat Dan Waktu
1.4 Manfaat
1.5 Metode Penulisan
BAB II Tinjauan Lapangan
2.1 Sejarah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2.2 Struktur Dan Fungsi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2.3 Visi, Misi, Dan Moto Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
BAB III Tinjauan Teori
3.1 Pengertian Pemberian Obat Oral
3.2 Tujuan TindakanPemberian Obat Oral
3.3 Gambar Alat Dan Anatomi Tubuh Yang Berkaitan
3.4 Indikasi Pemberian Obat Oral (Diagnosis Medis Dan Diagnosis
Keperawatan)
3.5 Kontra Indikasi Pemberian Obat Oral
3.6 Asuhan Keperawatan (Diagnosis, Outcome, Intervention)
3.7 Persiapan Tindakan Pemberian Obat Oral
3.8 Prosedur Tindakan Pemberian Obat Oral
BAB IV Tinjauan Kasus
4.1 Pengkajian
4.2 Analisa Data
4.3 Prioritas Masalah
4.4 Diagnosa Keperawatan
4.5 Intervensi Keperawatan
4.6 Implementasi Keperawatan
4.7 Evaluai Keperawatan
BAB V Pembahasan
BAB VI Penutup
5.1 Kesimpulan Dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian obat dapat melalui berbagai cara yaitu: peroral, parenteral,
melalui mata, telinga, kulit, vagina, hidung, dan anus. Di sini kami akan
membahas pemberian obat melalui oral. Pemberian obat per oral merupakan
cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling
mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat
di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.
Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai
dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberi obat
yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi
untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan
efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang
serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita
memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang tepat.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami
kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mengenal pemberian obat oral serta
bagaimana prosedur tindakan pemberian obat oral
b. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui definisi cara pemberian obat melalui oral.
 Untuk mengetahui tempat-tempat pemberian obat.
 Untuk mengetahui persiapan alat pemberian obat melalui oral.
 Untuk mengetahui persiapan tempat pemberian obat melalui
oral.
 Untuk mengetahui pesiapan pasien dalam pemberian obat
melalui oral.
 Untuk mengetahui cara kerja pemberian obat melalui oral.
 Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian obat melalui

1.3 Tempat dan Waktu

1.4 Manfaat
 oral yang baik dan benar.
 Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa dan pembaca
mengenai cara kerja obat melalui oral.
 Memberi pengetahuan terhadap para mahasiswa dan pembaca
mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat oral.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan
menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di
perpustakaan maupun di internet.
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN

2.1 Sejarah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang adalah Amal Usaha Persyarikatan
Muhammadiyah yang diresmikan tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H/18 April
1997 oleh Gubernur Propinsi Sumatera Selatan bersama Ketua PP
Muhammadiyah pada saat itu merupakan satu satunya amal usaha dibawah
langsung pengurus wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumsel.
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang secara berkesinambungan
berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat melalui peningkatan fasilitas dan sarana prasarana
dengan penggunaan teknologi terbaru serta peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan baik dokter maupun perawat serta staf atau karyawan Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang. Merupakan suatu tanggung jawab dan
komitmen bagi kami untuk mengedepankan layanan kesehatan profesional,
bermutu dan berstandar Internasional bagi masyarakat.

2.2 Struktur Dan Fungsi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

A. Fasilitas Pelayanan Rawat Inap


RS. Muhammadiyah Palembang memberikan pelayanan rawat inap
didukung oleh tim dokter yang lengkap mulai dari dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, dan pelayanan Akupunktur serta
dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang modern, Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang senantiasa berupaya memberikan layanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat.

1. Pelayanan Rawat Jalan/Poliklinik


Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dilakukan waktu pagi dan sore hari. Dengan pola
pelayanan yang ditata dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga
spesialis dan sub spesialis yang berpengalaman.

2. Pelayanan Rawat Inap


Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
memiliki 140 tempat tidur dengan kelas yang bervariasi dan
ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan, mulai kelas VIP
sampai kelas III.

3. Pelayanan Rawat Intensif


Pelayanan perawatan intensif Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang disediakan dan diberikan kepada pasien yang dalam
keadaan sakit berat, dikoordinir oleh dokter anastesi khusus
intensif care. Pelayanan perawatan intensif ini merupakan
Intensif Care Unit tersier karena mampu memberikan pelayanan
tertinggi dan tunjangan hidup dalam jangka panjang.

4. Pelayanan Bedah
Pelayanan Bedah sebagai sarana layanan terpadu untuk tindakan
operatif terencana maupun darurat dan diagnostik. Instalasi
Bedah merupakan ruang operasi yang dilengkapi dengan
peralatan canggih yang dilakukan di kamar operasi.

5. Pelayanan Bersalin
Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang, menata perawatan kebidanan dan ibu bersalin,
dengan memberikan pelayanan yang khusus kepada wanita dan
ibu bersalin, kenyamanan dan ketenteraman keluarga senantiasa
terjaga.
B. Fasilitas Rawat Jalan
1. INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
Sesuai dengan visi RS. Muhammadiyah Palembang untuk
menjadi Rumah Sakit bertaraf Internasional yang memberikan
manfaat nyata bagi masyarakat dengan menyediakan pelayanan
komprehensif bermutu tinggi, pelayanan Gawat Darurat hadir
selama 24 jam untuk melayani anda. Semua fasilitas yang
tersedia di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Muhammadiyah
Palembang khusus sesuai dengan fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan anda akan pelayanan emergency.
Pelayanan Emergency yang sering dilakukan adalah :
 Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan
henti jantung;
 Penanganan pasien sesak napas;
 Penanganan serangan jantung/Payah Jantung;
 Penanganan pasien tidak sadar;
 Penanganan pasien kecelakaan;
 Penanganan pasien cidera, Mis. cedera tulang, cidera kepala,
dll.;
 Penanganan pasien dengan pendarahan;
 Penanganan kasus Stroke;
 Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak;
 Penanganan pasien dengan luka-luka;
 Penanganan pasien keracunan;
 Penanganan pasien dengan sakit perut hebat;
 Penanganan medis korban bencana/disaster
2. POLI KLINIK SPESIALIS DAN SUB SPESIALIS
Poli Klinik Spesialis dan Sub Spesialis ditangani oleh dokter
spesialis yang ahli di bidang masing-masing dengan layanan
sebagai berikut :
 Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Spesialis Penyakit Dalam
 Spesialis Penyakit Saraf
 Spesialis Penyakit Paru
 Spesialis Penyakit Anak
 Spesialis Penyakit Jantung
 Spesialis THT
 Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
 Spesialis Penyakit Mata
 Spesialis Bedah (Umum, Anak, Digestif, Saraf, Urologi,
Tulang)
 Spesialis Hematologi, Onkologi Medik
 Spesialis Penyakit Jiwa

3. Pelayanan Penunjang
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang memberikan
pelayanan berupa fasilitas penunjang bagi pasien antara lain :
 Instalasi Farmasi (buka 24 jam)
 Konsultasi Gizi
 Echo Cardiography
 Laboratorium (buka 24 jam)
 Treadmill
 Radiology
 USG/ECG
 Spirometri
 Fisiotraphy
 Ambulance
C. Fasilitas Pelayanan Umum
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang memberikan pelayanan
fasilitas umum bagi pasien
 Musholla Asy-Syifa'
 Mini Shope
 Koperasi Pegawai
 Kantin Umum
 Area Parkir Kendaraan
 Bimbingan Rohani Pasien
 Pengelolaan ZIS
 Penyelenggaraan Jenazah

2.3 Visi, Misi, Dan Moto Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang


a. Visi Rumah Sakit Muhammadiyah adalah :
Terwujudnya Rumah Sakit yang profesional, modern, terkemuka dan
Islami sehingga menjadi Rahmatan Lil’Alamin bagi Masyarakat.

b. Misi Rumah Sakit Muhammadiyah adalah :


1. Mewujudkan citra sebagai Rumah Sakit Islam kebanggaan
Muhammadiyah yang berfungsi sebagai Wahana Ibadah dan
berperan aktif sebagai Media Dakwah Persyarikatan dalam
bidang kesehatan.
2. Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang
kesehatan.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara Profesional, Modern
dan Islami kepada masyarakat.

c. Motto Rumah Sakit Muhammadiyah adalah : "Pelayanan sebagai


ibadah dan dakwah"
BAB III
TINJAUAN TEORI

3.1 Pengertian Pemberian Obat Oral


Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui
mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai
dengan program pengobatan dari dokter.

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena
ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi
pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk
tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka
pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air
atau cairan yang lain.
3.2 Tujuan Tindakan Pemberian Obat Oral
1. Untuk memudahkan dalam pemberian
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari
obat tersebut dapat segera diatasi
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
5. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
6. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
3.3 Gambar Alat Dan Anatomi Tubuh Yang Berkaitan
3.4 Indikasi Pemberian Obat Oral (Diagnosis Medis Dan Diagnosis
Keperawatan)
1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.

3.5 Kontra Indikasi Pemberian Obat Oral


Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall,
gangguan menelan, dsb.

3.6 Asuhan Keperawatan (Diagnosis, Outcome, Intervention)


. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu keadaan dimana
seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau resiko
mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial atau intravaskuler (Carpenito,
2001).
Penulis mengangkat diagnosa gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan out put yang berlebihan. Sesuai dengan sumber yang
kami dapatkan batasan-batasan karakteristik gangguan cairan dan elektrolit
antara lain : kelemahan, haus, penurunan turgor kulit, membran mukosa
kering, nadi meningkat, tekanan nadi menurun, peningkatan suhu tubuh,
kehilangan berat badan mandadak. (Nanda,2006).
Diagnosa ini penulis tegakkan karena didapatkan data-data pada Tn. R
pasien mengatakan minum air putih habis + 4 gelas (+1000 cc/hari) pasien
mengatakan BAB 4-5 x/hari dengan konsistensi cair, warna kekuningan,
bau khas feces, torgor kulit jelek, kulit kering, mukosa bibir kering.
Diagnosa ini muncul karena adanya kondisi seperti diuraikan diatas
mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Diagnosa ini penulis tegakkan menjadi diagnosa pertama karena apabila
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tidak diatasi resiko
mengalami dehidrasi vaskuler, cardiac dysrhytimias, syok hipovolemik.
Mengatasi masalah tersebut penulis melakukan implementasi sesuai
intervensi yaitu :
a. Memantau tanda dan gejala dehidrasi
Untuk mengetahui sejauh mana pasien mengalami kehilangan cairan bila
terus-menerus BAB ( Doenges, 2000 )
b. Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan
Dalam hal ini untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (
Doenges, 2000 )

c. Mengobservasi tanda-tanda vital


Dengan memonitor tanda-tanda vital penulis diharapkan dapat mengetahui
keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses
perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan. ( Carpenito,
1999 )
d. Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh
Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi (Carpenito,
1999)
e. Melanjutkan terapi dari dokter untuk obat antidiare dan antibiotik Untuk
memperbaiki ketidakseimbangan cairan / elektrolit. (Doenges,2000)
Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam didapatkan data pasien mengatakan minum air putih habis + 8
gelas ( + 2000 cc/hari ), BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi lembek, turgor
kulit elastis, mukosa bibir lembab, sehingga sesuai dengan hasil yang
diharapkan dan intervevsi dihentikan.
Kekuatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan ini antara lain : kekuatan :
Tn. R dan keluarga sangat mendukung semua yang disarankan oleh
perawat. Kelemahan : penulis tidak mencantumkan balance cairan yang
seharusnya dihitung.
Balance cairan Tn. R tanggal 2 september 2008 balance cairan dalam sehari
adalah sebagai berikut :
- Minum : 1.000 cc
- Cairan infus 0,9% sodium clurida 20 tpm : 1.500 cc
- Makanan :
- Oksidasi metabolik : 200 cc +
Jumlah : 2.900 cc Pengeluaran cairan out put oksidasi metabolic :
- Diare
- Urine
- Muntah
- IWL
- Keringat
Jumlah Jadi balance cairan Tn. R adalah input-out put
: 1.000 cc
: 1.600 cc
: 400 cc
: 550 cc
: 100 cc + : 3.650 cc
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tak adekuat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan
yang tidak adekuat ( Carpenito, 1999 ).
Batasan karakteristik gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh antara
lain : berat badan dibawah ideal, intake kurang dari kebutuhan tubuh,
: 2.900-3.650 : -750 cc karena pada Tn. R input dan out put lebih besar out
put nya, maka Tn. R
200 cc

membran mukosa kering, enggan makan, tonus otot buruk, suara usus
hiperaktif ( Nanda, 2006 ).
Diagnosa ini muncul karena ditemukan adanya data-data setelah dilakukan
pengkajian pada Tn. R sebagai berikut yaitu pasien mengatakan mual,
muntah. Pasien mengatakan hanya habis 2-3 sendok dari porsi Rumah sakit,
wajah tampak pucat, konjungtiva anemis.
Penulis memprioritaskan diagnosa pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sebagai diaognosa kedua karena ini harus segera terpenuhi
karena akan mengakibatkan metabolisme nutrien tidak adekuat untuk
kebutuhan metabolik, ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme menyebabkan menurunnya kemampuan untuk tumbuh dan
memperbaiki sel-sel. Metabolisme perlu ditingkatkan bila terjadi trauma
dan infeksi ( Carpenito, 1999 ).
Untuk mengatasi diagnosa kedua ini penulis merencanakan tindakan
keperawatan tersebut berdasarkan rasionalisasi. Adapun rencana tindakan
kepearwatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
Dengan pemberian makanan yang sedikit tapi sering dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan pemasukan untuk mencegah distraksi gaster (
Doenges, 1999 )
b. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
Memberikan informasi tentang ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme menyebabkan menurunnya berat badan,
memburuknya kesehatan, menurunnya kemampuan tubuh untuk
memperbaiki sel-sel ( Carpenito, 2000 )
c. Memberikan diet sesuai dengan kondisi pasien.
Pemberian diet sesuai dengan metode makanan dan kebutuhan kalori
didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi
maksimal ( Doenges, 2000 )
d. Melanjutkan advice dokter untuk obat antiemetik.
Antiemetik mencegah muntah dengan menghambat rangsang terhadap
pusat muntah ( Carpenito, 1999 )
3. Gangguan istirahat tidur b.d hospitalisasi
Perubahan pada pola tidur adalah suatu kebutuhan istirahat tidur yang
berubah karena keterbatasan waktu tidur ( secara alami, terus-menerus,
dalam kesadaran relatif ) meliputi jumlah dan kualitasnya ( Nanda, 2005 )
Diagnosa ini penulis tegakkan karena diperoleh data-data : pasien
mengatakan tidur + 3-4 jam/hari,.wajah tampak pucat, mata tampak
menonjol, mata kemerahan.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka penulis merencanakan serangkaian
tindakan keperawatan yang bertujuan, kebutuhan istirahat tidur pasien
terpenuhi. Untuk mencapai tujuan diatas intervensi yang penulis tetapkan
antara lain :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
Kurangi kebisingan dan lampu untuk memberikan situasi yang kondusif (
Doenges, 2000 )
b. Batasi jumlah pengunjung
Mengurangi kebisingan untuk memberikan situasi yang kondusif agar
pasien lebih tenang dalam beristirahat ( Doenges, 2000 )
c. Kaji kebiasaan pasien sebelum tidur
Mengetahui pola kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi, sehingga
dapat untuk menentukan intervensi selanjutnya ( Doenges, 2000 )
d. Anjurkan pada pasien untuk memilih posisi tidur senyaman mungkin
Tinggikan kepala tempat tidur + 30 derajad atau gunakan penopang dengan
bantal dibawah lengan untuk meningkatkan relaksasi, memberi ruang yang
lebih besar pada paru untuk pengembangan (Carpenito,1999).
e. Anjurkan pasien bersikap rileks
Menurunkan rangsang eksentrik HCL, menurunkan resiko pendarahan
ulang ( Doengas, 1999 )

3.7 Persiapan Tindakan Pemberian Obat Oral

Persiapan tindakan Keperawatan


1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat.
2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu :
ü Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

ü Benar obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
ü Benar dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
ü Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerja yang diinginkan.
ü Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
ü Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya.
Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat
di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak
minum atau berbicara selama obat belum larut seluruhnya. Dalam
pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang
telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur.
Dalam pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau
setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum
obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat
dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau
keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan informed consent,
maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat
penolakan.
5. Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan
keluarga.

Prosedur Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Prosedur
Ø Persiapan pasien dan keluarga
1. Menjelaskan prosedur, tujuan , dan manfaat pemberian obat.
Ø Persiapan alat
1. Obat-obatan yang akan diberikan
2. Mangkok atau sendok
3. Daftar pemberian obat
4. Air minum (air putih) dan bila perlu sedotan
5. Perlak dan alasnya
6. Penggerus obat, bila perlu
Ø Persiapan lingkungan : perhatikan privasi pasien
Ø Tindakan
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan,
mual, muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan
ambil obat yang diperlukan.
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan
tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
Tablet atau kapsul
a) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat.
b) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat
sesuai dengan dosis yang diperlukan.
c) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan
dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus
obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi
daya kerjanya
Obat dalam bentuk cair
a) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan,
dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak
akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala.
e) Sebelum menutup botol usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat
yang mengering pada tutup botol.
f) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril
6. Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
7. Mengobservasi keadaan umum pasien
8. Cuci tangan.
9. Dokumentasi
BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS

Anak O berumur 5 tahun di antar oleh ibunya ke puskesmas sukorame karena


sudah demam selama 2 hari dan sering kejang-kejang. Menurut ibunya demam
An.O naik turun dan kejang. Setelah hari ke dua mulai timbul bintik-bintik merah
pada kulit dan An.O jalannya sempoyongan karena badannya lemas. An. O.
kemudian An. O mengatakan mengeluh pusing dan badannya merasa lemas. Ibu
An. O mengatakan sulit kalau makan sehingga badannya kurus .

Dari analisa perawat K didapatkan An. O datang ke pukesmas dengan bantuan


ibunya . An. O tampak lemas , bibir pecah-pecah dan kulit kering. Kemudian
perawat K melakukan pengkajian didapat hasil :Hasil Vital Sign :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 65 x/ menit

Rr : 26 x/menit

BB : 17 Kg

TB : 100 cm

SUHU: 39 0C

Hasil check darah :

Hb : 12 gram/de

Hematrosit : 31 %

Leokosit : 4300/mm3

Trombosit : 110.00 sel/mm3

LED : 8 mm

Eritrosit : 3,3 juta sel/mm3

A. PENGKAJIAN PADA PASIEN DIARE


Nama perawat : kafi pangki Tanggal : 19 Maret
2013 Pengkajian

Jam pengkajian: 09.00 WIB

Tempat Praktik :-

Biodata Pasien : Penanggung Jawab


:

Nama : An.O Nama : Ny. S

Umur : 5 tahun Umur : 38

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : Tk Guna Bangsa Pendidikan :S-1farmasi

Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta

Status Pernikahan : Belum Menikah Status pernikahan: Sudah


Menikah

Alamat : Perum cepoko griya indah Alamat :


Perum cepoko griya

Piyungan ,Bantul indah,piyungan


bantul

Diagnosa Medis : Demam Berdarah Hubungan : Ibu

klien dengan

No. RM :- klien

Tanggal Masuk :-

1. Status kesehatan saat ini

a. Keluhan Utama : demam dan kejang

b. Lama keluhan : 2 hari

c. Kualitas keluhan : Sedang


d. Faktor pencetus : gigitan nyamuk Aides Aigepty

e. Faktor pemberat : lingkungan panas

f. Upaya yang telah Dilakukan : minum parasetamol

2. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat Kesehatan Saat ini : Anak O berumur 5 tahun karena sudah


demam selama 2 hari dan sering kejang-kejang. Setelah hari ke dua mulai timbul
bintik-bintik merah pada kulit dan An.O jalannya sempoyongan karena badannya
lemas. An. O. kemudian An. O mengatakan mengeluh pusing dan badannya
merasa lemas. Ibu An. O mengatakan sulit kalau makan sehingga badannya kurus

b. Riwayat Kesehatan Terdahulu : types

1) Penyakit yang pernah dialami :

a. Kecelakaan (Jenis&waktu) : -

b. Perna dirawat : Pernah,usia 1 tahun karena types

c. Operasi (Jenis&waktu) :

d. Penyakit:

-Kronis :-

-Akut : types

e. Terakhir masuk RS : 2003

2) Alergi :

3) Imunisasi :

( ) BCG ( * ) Hepatitis

( * ) Polio ( * ) Campak

( ) DPT

4) Kebiasaan :
Jumlah/Lamanya Jenis
Frekuensi

Merokok : - - -

Kopi : - - -

Alkohol : - - -

5) Obat-obatan

Jenis lamanya Frekuensi

- -

c. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada

D. Genogram :tidak ada

3. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktifitas dan latihan :

Kemampuan ambulasi dan ADL

Rumah Rumah Sakit

Makan/Minum 0 -

Mandi 2 -

Berpakaian/berdandan 2 -

Toileting 2 -

Mobilitas di tempat tidur 0 -

Berpindah 0 -

Berjalan 2 -

Naik tangga 0 -
Pemberian skor;0 = mandiri , 1=alat bantu , 2=dibantu orang lain , 3=dibantu
orang lain , 4=tidak mampu

Rumah Rumah Sakit

Pekerjaan 0 -

Olah raga rutin 2 -

Alat bantu jalan 0 -

Kemampuan melakukan ROM 0

2. Tidur dan Istirahat

a. Lama tidur : Tidur malam = 7 jam (jam 21.00-04.00)

Tidur Siang = 1 jam

b. Kesulitan tidur di RS : -

c. Alasan : -

d. Kesulitan tidur :-

3. Kenyamanan dan nyeri

Nyeri : Palliative

Quality : hilang timbul

Region : kepala

Scala : sedang : 5

Time : pagi

4. Nutrisi

a. Frekuensi makan : 3x sehari

b. Berat badan / tinggi badan : 17 kg /100 cm

c. IMT/BBR :
d. BB dalam 1 bulan terakhir : turun, 0,5 kg , alasan: sulit makan karena
mulutnya terasa pahit.

e. Jenis makanan : nasi rames (nasi + telur + sayur)

f. Makanan yang disukai : sop ayam

g. Makanan pantang :

h. Nafsu makan : kurang

i. Masalah pencernaan : -

j. Riwayat operasi/trauma gastrointestinal : -

k. Diit RS : -

l. Kebutuhan pemenuhan ADL makan : mandiri

5. Cairan , elektrolit dan asam basah

a. Frekuensi minum : sering , konsumsi air/hari : 2 liter/hari

b. Turgor kulit : -

c. Support IV line : -

6. Oksigenasi

a. Sesak nafas : tidak

b. Batuk : tidak

c. Sputum : tidak

d. Nyeri dada : tidak

e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : -

f. Riwayat penyakit : tidak ada

g. Riwayat merokok : pasif

7. Eliminasi fekal/bowel :

a. Frekuensi : 3x/hari , penggunaan pencahar : -


b. Waktu : Pagi,siang ,malam

c. Warna : Kuning , pucat

d. Gangguan Eliminasi Bowel : -

e. Kebutuhan pemenuhan ADL bowel : dibantu orang tua

8. Eliminasi Urin :

a. Frekuensi :5x/hari , penggunaan pencahar : -

b. Warna : kuning bening

c. Gangguan Eliminasi bladder : tidak ada

d. Riwayat terdahulu : tidak ada

e. Penggunaan kateter : tidak

f. Kebutuhan pemenuhan bladder : Mandiri

g. Warna : Normal

h. Keluhan : tidak ada

9. Sensori,Persepsi dan Kognitif :

a. Gangguan Penglihatan : tidak

b. Gangguan Pendengaran : tidak

c. Gangguan Penciuman : tidak

d. Gangguan sensasi taktil : tidak

e. Gangguan Pengecapan : tidak

f. Riwayat Penyakit : tidak ada

4. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan umum :

Kesadaran : CM

GCS : -
Vital Sign : TD : 90/60 mmHg

Nadi : Frekuensi : 65x/menit

Irama : Reguler

Kekuatan : sedang

Respirasi : Frekuensi : 26 x/menit

Irama : Reguler

Suhu : 39 ͦ C

b. Kepala :

Kulit : bintik-bintik merah

Rambut : Normal

Muka : Normal

Mata : Konjungtiva : anemis

Sclera : Normal

Pupil : Isokor

Palpebra : Normal

Lensa : Normal

Visus : Normal Ka/Ki

Hidung : Normal ,tidak ada gangguan indra penghidu/secret

Mulut : Gigi : Normal , tidak ada caries gigi maupun gigi palsu

Bibir : Normal , tidak ada stomatitis/sianosis

Telinga : Simetris , bersih , dan tidak ada gangguan pendengaran

c. Leher : Normal , tidak ada pembesaran thyroid

d. Tenggorokan : Normal , tidak ada keluhan nyeri telan


e. Dada : Bentuk : Normal

Pulmo : Inspeksi :normal

Palpasi : Fremitus taktil Ka/Ki :normal

Perkusi : Ka/Ki :normal

Auskultasi : Bunyi Jantung I (SI) :normal

Bunyi Jantung II (SII) :normal

Bunyi Jantung III (SIII) :-

Murmur :

f. Abdomen : Inspeksi : Normal

Palpasi : Normal

Perkusi : Normal , timpani

Auskultasi : Peristaltik: 20 x/menit

g. Genelatia : Pria : Normal

Perempuan : -

h. Rectum: -

i. Ektermitas : atas : kekuatan otot Ka/Ki : -

ROM ka/ki : -

Capilary refile : -

Bawah : Kekuatan otot Ka/Ki : -

ROM ka/ki : -

Capilary refile : -

5. Psiko sosio budaya dan spiritual :

Psikologi :

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah :


An.O merasa badanya demam dan pusing kepala dan terganggu dalam sekolahnya
dan klien merasa cemas .

Cara Mengatasi Perasaan Tersebut :

Tn.O meminum obat parasetamol yang beli di apotik dan istirahat.

Rencana Klien setelah masalah terselesaikan adalah :

An.O akan menghindari tempat lembab

Jika rencana Klien tidak dapat diselesaikan maka :

An.O akan pergi ke rumah sakit untuk di tindak lanjuti.

Pengetahuan Klien tentang masalah / penyakit yang ada :

An.O kurang mengetahui tentang penyakitnya dan cara mencegah serta


mengobatinya.

Social :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :

Sebagai bagian dari masyarakat An.O merasa terganggu aktivitasnya.

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :

Linkungan berisik

Cara mengatasinya : mencari tempat yang sepi

Pandangan klien tentang aktifitas social di lingkungannya :

An.O mengatakan di lingkungan tempat tinggalnya banyak sekali aktifitas social


dan masyarakatnya baik.

Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya : jawa

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya : tidak merugikan

Spiritual :

Aktifitas ibadah sehari-hari : An.O mengatakan masih jarang untuk melakukan


ibadah

Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan : Pergi ke masjid pada saat tarawih di
bulan puasa

Keyakinan klien terhadap peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang


dialami : An.O mengatakan ini semua karena akibat dari makanan.

6. Pemeriksaan penunjang : Check Darah

7. Terapi Medis : -

1) Aktivitas Latihan

An.O beraktivitas berkurang karena merasa lemas dan demam

2) Tidur dan istirahat

Klien tidur malam dengan frekuensi 7 jam setiap hari dan tidur siang 1 jam .

3) Kenyamanan dan nyeri

P : Klien mengatakan nyeri pada kepala seperti diremas-remas.

Q : Klien mengatakan nyeri sekali dan bisa beraktivitas tapi dikurangi.

R : Nyeri klien berada dikepala.

S : Skala nyeri antara 1-10 klien mengatakan skala nyerinya diangka 7

T : Klien merasa nyeri saat pagi.

4) Nutrisi

Klien makan 3x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang di berikan tiadak
selalu habis.

5) Cairan Elektrolit dan Asam Basa


Klien minum 8 gelas standar 250 cc , sebelum sakit klien minum 8 gelas standar
250cc perhari.

6) Oksigenasi

Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang alat
bantu pernafasan

7) Eliminasi bowel

Klien BAB normal yaitu 3 kali sehari.

8) Eliminasi urin

Setelah sakit klien bisa BAK 6x sehari dengan konsistensi warna urin kuning
pekat.klien juga tidak terpasang kateter.

9) Sensori persepsi dan kognitif

Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada Sensori,


persepsi dan kognitif.
BAB V

PEMBAHASAN

A. MASALAH YANG DITEMUKAN

Setelah kami melakukan observasi di lapangan yaitu di Rumah Sakit


muhammadiyah Palembang ruang IBNU RUSYD (Ruang Anak) . kami
menemukan beberapa masalah komunikasi terapeutik antara perawat kepada
pasien maupun keluarga pasien saat melakukan pemberian obat oral.
masalah-masalah yang kami dapatkan adalah :

1. Perawat tidak memberi salam dan memperkenalkan diri


2. Perawat tidak menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Perawat tidak menjaga privasi klien (munutup scareroom, gorden,
memasang sampiran)
4. Perawat tidak memakai handscoon
5. Perawat tidak melakukan komunikasi langsung secara intensif kepada
pasien anak, hanya kepada orang tua anak
6. Perawat tidak mengevaluasi perasaan pasien
7. Perawat tidak menyampaikan kontrak (waktu, tempat, tujuan)

B. ANALISIS MASALAH

Mengaitkan dengan teori komunikasi yang sudah didapatkan


sebelumnya dikampus dan dengan belajar mandiri untuk mendapatkan teori
lainnyadi lapangan, dengan itu kami akan membandingkan masalah yang
kami temukan dengan teori komunikasi yang didapatkan tersebut.

1. Perawat tidak memberi salam dan memperkenalkan diri

Pada tahap kedua komunikasi terapeutik adalah tahap orientasi. Dari


hasil pengamatan kami, komunikasi terapeutik yang dilakukan
perawat tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan, seharusnya
pada tahap ini perawat memiliki tugas salah satunya yaitu memberi
salam dan memperkenalkan diri kepada pasien(Panduan Komunikasi
Efektif Keperawatan Profesional, 2013).padahal memberi salam dan
memperkenalkan diri dapat membantu perawat dalam membangun
kepercayaan pasien terhadapnya.

2. Perawat tidak menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan


Pada pengamatan kami di lapangan, perawat tidak menjelaskan
tujuan kerja atau tujuan interaksinya kepada pasien, ini bertolak
belakang dengan teori yang kami dapatkan, yaitu pada tahap orientasi,
salah satu tugas perawat adalah merumuskan tujuan interaksi dengan
klien. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini
dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan
terapeutik antara perawat dan klien.
perawat dapat menunjukan keinginan untuk membantu dengan
menjelaskan tindakan yang diambil dan menunjukan perawatan
dengan baik. Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perawat
menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana. Perawat harus
jujur kepada anak-anak. Membohongi anak-anak dengan mengatakan
bahwa prosedur yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan
membuat mereka marah untuk meminimalkan ketakutan dan
kecemasan, perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada
mereka apa yang akan terjadi. Artinya pada tahap ini menjelaskan
tujuan kerja atau interaksi sangat di perlukan agar pasien merasa lebih
percaya diri dan mengetahui perawatan apa yang dia dapatkan dan
memastikan kebutuhannya untuk kesembuhan segera terpenuhi.( Dari
buku Fundamental Keperawatan, 2005)

3. Perawat tidak menjaga privasi klien( menutup gorden / memasang


sampiran)
Pada pengamatan kami di lapangan, perawat tidak menjaga
privasi klien dimana ini merupakan suatu proses untuk mengetahui
kebutuhan privasi pasien saat berada dirumah sakit, ini bertolak
belakang dengan teori yang kami dapatkan, yaitu pada tahap orientasi,
salah satu tugas perawat adalah menjaga privasi klien dimana privai
klien ini bukan hanya menjaga identitas dan penyakit klien tetapi juga
privasi saat melakukan tindakan seperti menutup tirai atau pintu
ruangan ini sehingga pasien tidak merasa malu dan nyaman saat
melakukan tindakan

4. Perawat tidak memakai handscoon


dari pengamatan yang kami lakukan,menurut teori yang sudah
kami dapatkan seharusnya perawat memakai handscone untuk
mencegah terjadinya infeksi s serta mencegah terjadinya penularan
kuman.Tindakan ini sangat diperlukan karena penggunaan sarung
tangan adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko transmisi
patogen yang dapat ditularkan melalui darah. Dengan menggunakan
sarung tangan akan melindungi pemakai sarung tangan dari risiko
tersebut.

5. Perawat tidak melakukan kumunikasi secara intensif kepada pasien


anak,hanya kepada orang tua anak
Dari semua tahapan komunikasi terapeutik, kami mengamati
bahwa secara umum perawat terkesan menghindari komunikasi
dengan pasien secara langsung. Dalam menggali informasi-informasi
tentang perkembangan pasien, perawat mengobservasi dan bertanya
kepada orang tua pasien namun tidak kepada pasien langsung,
memang sebenarnya penting menggali informasi kepada pihak ketiga
yaitu orang tua pasien, karena kontak antara orang tua dengan anak
umumnya akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat
diasumsikan sebagai dapat diandalkan. (Fundamental Keperawatan,
2005). Tapi pada tahap-tahap lain, perawat mengidahkan komunikasi
terapeutik kepada pasien, misalnya pada tahap kerja, perawat
melakukan tindakan nebulisasi kepada pasien, namun hanya sedikit
komunikasi yang terjadi antara perawat dengan pasien, padahal
tindakan-tindakan yang bersifat invasif beresiko menimbulkan trauma
pada anakJadi perawat seharusnya juga lebih berkomunikasi dengan
pasien disamping berkomunikasi dengan orang tua. Seperti teori yang
kami dapat bahwa dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan
untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan
yang optimal (Stuart G.W. 1998). Selain itu cara komunikasi
terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti
posisi badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara,
sentuhan, dan pengalihan aktivitas dapat membuat pasien anak merasa
nyaman dan aman akan keberadaan perawat.

6. Perawat tidak mengevaluasi perasaat klien


Tugas lain yang perawat lewatkan dalam komunikasi terapeutik
adalah perawat tidak mengevaluasi perasaan pasien. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang kami dapatkan Biasanya tugas perawat
menggali pikiran dan perasaan pasien ini dilakukan pada tahap
orientasi yaitu mengevaluasi keadaan pasien. Pada tahap ini
digunakan kalimat-kalimat seperti ,”Bagaimana perasaan Tuti hari
ini”, atau ,”Coba ceritakan perasaan Tuti hari ini”. “Adakah hal yang
terjadi selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan,” (Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas, 2011). Kalimat-kalimat tersebut maupun
kalimat lain yang sejenis tidak kami temukan pada pengamatan kami.
Padahal kalimat-kalimat tersebut akan memberikan efek
penyembuhan pada pasien. Pada kasus ini, perawat seharusnya
menggunakan teknik komunikasi terhadap anak yaitu meminta untuk
menyebutkan keinginan, hal ini penting untuk mengetahui keluhan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan fikiran
pada saat itu. (Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional,
2013). Jadi secara tidak langsung perawat dapat mengetahui pikiran
dan perasaan pasien tersebut sehingga perawat dapat mengidentifikasi
masalah apa yang pasien alami. Hal ini dilakukan dengan meminta
pasien menyebutkan keinginannya.

7. Perawat tidak menyampaikan kontrak (waktu, tempat, tujuan)


Pada tahap kedua komunikasi terapeutik adalah tahap
perkenalan atau tahap orientasi. Dari hasil pengamatan kami,
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat tidak sesuai dengan
teori yang kami dapatkan, seharusnya pada tahap ini perawat
memiliki tugas salah satunya yaitu merumuskan kontrak (waktu,
tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan
klien. (Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional,
2013). Sebenarnya merumuskan kontrak juga terdapat pada tahap
terminasi atau perpisahan dimana perawat merumuskan kontrak
untuk pertemuan berikutnya. Sedangkan pada tahap orientasi,
kontrak digunakan untuk tahap komunikasi terapeutik yang akan
dilaksanakan selanjutnya. Pada tahap ini perawat juga tidak
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
Merumuskan kontrak sangat penting dilakukan perawat karena
merumuskan kontrak ini bertujuan untuk memvalidasi rencana
yang telah perawat buat maupun rencana yang akan dilaksanakan.
Hal ini juga membantu perawat dalam membangun kepercayaan
pasien terhadap perawat.
C. PERBANDINGAN

No Tindakan Perawat RS Muhammadiyah Sesuai Tindakan SOP


Palembang
1. Tahap pra interaksi : Tahap pra interaksi :
1. Identifikasi kebutuhan pasien yang 1. Identifikisasi kebutuhan pasien yang
akan dilakukan tindakan akan dilakukan tindakan pemberian
2. Mengkonfirmasi ketersediaan oksigen
informed consent (disesuaikan dengan 1. Mengkonfirmasi ketersediaan informed
tindakan yang akan dilakukan). consent (disesuaikan dengan tindakan
3. Perawat tidak mencuci tangan yang akan dilakukan)
4. Mempersiapkan obat dan alat : 2. Perawat mencuci tangan
Alat : 3. Mempersiapkan alat
• Obat oral(Paracematol) • Tissue
• Obat Oral(Sesuai Tindakan yang
akan Dilakukan)
• Spuit 5 cc
• Aquades
• Handscoon

2. Tahap Orientasi : Tahap Orientasi :


1. Perawat tidak mengucapkan salam 1. Mengucapkan salam
ketika memasuki ruangan (Assalamualaikum)
2. Perawat tidak memperkenalkan diri 2. Perawat Memperkenalkan diri
3. Perawat menjelaskan tindakan yang 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
akan di lakukan tindakan
3 Tahap Interaksi : Tahap interaksi :
. 1. Perawat mendekatkan alat 1. Perawat mendekatkan alat
2. Perawat mencuci tangan, tapi tidak 2. Perawat mencuci tangan dan memasang
memasang handscoon handscoon
3. Perawat tidak mengucapkan basmallah 3. Mengucapkan basmallah
4. Identifikasi sambil melihat gelang 4. Identifikasi sambil melihat gelang
identitas pasien untuk nama pasien identitas pasien untuk nama pasien
tanggal lahir tanggal lahir
5. Mendekatkan alat 5. Mendekatkan alat
6. Perawat tidak menjaga privasi klien 6. Menjaga privasi klien (menutup
(menutup scareroom, gorden, scareroom, gorden, memasang
memasang sampiran) sampiran)
7. Mengatur posisi pasien (disesuaikan 7. Mengatur posisi pasien (disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan) dengan tindakan yang akan dilakukan)

4. Tahap kerja : Tahap kerja


1. Perawat tidak melakukan tinjauan 1. Tinjau Kembali prinsip pemberian obat
Prinsip obat dengan cara 6 tepat dengan cara 6 tepat
2. Perawat Menyiapkan obat yang telat 2. Siapkan obat yang telah ditentukan dan air
ditentukan minum
3. Perawat mengajurkan pasien untuk 3. Anjurkan pasien untuk menelan obat
menelan obat (jika obat dalam bentuk sirup,siapkan sendok
4. Perawat memastikan obat sudah obat tersebut
ditelan 4. pastikan pasien menelan obat
5. Perawat membantu pasien minum air 5. Bantu pasien minum air putih
putih 6. Bersihkan dengan kasa/tisu disekitar mulut
6. Perawat membereskan alat pasien jika ada sisa obat atau air

5 Tahap terminasi Tahap terminasi


1. Perawat tidak mengucapkan hamdalah 1. Mengucapkan hamdalah
2. Merapikan pasien 2. Merapikan pasien
3. Membereskan alat 3. Membereskan alat
4. Perawat mencuci tangan tapi tidak 4. Buka handscoon dan perawat mencuci
memakai handscoon tangan
5. Dokumentasi 5. Dokumentasi
BAB VI

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pemberian obat oral suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan
dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut,sesuai dengan program
pengobatan dari dokter
DAFTAR PUSTAKA

eprints.ums.ac.id/24255/3/BAB_I.pdf, Kartika, Dela. 2009.Hipotermia dan


Hipertermia(online)http://kartikadela89.blogspot.com/2009/01/hipotermia-dan-
hipertermia.html, diaksestanggal 13 MEI 2013.Anonym. 2005.
Penyakit Hipotermia.(online)djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit- hipotermia
/,diakses tanggal 13 MEI 2013.
Pedoman pengobatan dasar di PusKesMas berdasarkan gejala, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2001
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla%3A
id%3Aofficial&hs=Wny&q=demam+berdarah+dengue&btnG=Telusuri&meta=
http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=200402260145405

Anda mungkin juga menyukai