Disusun oleh :
1. Alfika Dewi Wijayanti P07120213001
2. Alvionita Rosa N P07120213002
3. Putri Prastiti Mubarokah P07120213042
4. Shilmah Wahyuningsih P07120213041
5. Wisnu Eko Wihantoro P07120213039
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mengetahui,
A. Masalah Utama
Retardasi mental sedang dengan halusinasi penglihatan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Retardasi Mental
Retardasi mental ialah suatu kondisi dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yg tidak mencukupi (WHO).
Retardasi Mental ialah kelainan fungsi intelektual yg subnormal
terjadi pada masa perkembangan & berhubungan dgn satu/ lebih
gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
Halusinasi
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang
paling sering adalah halusinasi pendengaran (auditory-hearing voices
or sounds), penglihatan (visual-seeing persons or things), penciuman
(olfactorysmelling odors), pengecapan (gustatory-experiencing
tastes), (Yosep I., 2011). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidu. Klien mersakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah kesan, respon dan
pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Menurut Carpenito (2006), perubahan persepsi sensori; halusinasi
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau
interprestasi stimulus yang datang. Halusinasi merupakan gangguan
atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli
mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2. Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik
dengan gangguan metabolik.
Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi
dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat
terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, gangguan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan. Penyebab halusinasi secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
Jadi, terjadinya gangguan sensori persepsi: halusinasi
dipengaruhi oleh multifaktor baik eksternal maupun internal
diantaranya:
a. Koping individu tidak adekuat
b. Individu yang mengisolasi diri dari lingkungannya
c. Ada trauma yang menyebabkan rasa rendah diri
d. Koping keluarga yang tidak efektif
e. Permasalahan yang ironik dan tidak terselesaikan
3. Patofisiologi
Halusinasi terjadi mulai karena individu mempunyai koping yang
tidak adekuat, mengalami trauma, koping kelurga yang tidak efektif,
hal-hal tersebut menyebabkan individu mempunyai harga diri rendah,
klien akan lebih banyak timbul depresi karena individu tersebut tidak
ingin membicarakan masalahnya dengan orang lain sehingga masalah
klien tersebut tidak terselesaikan.Dalam keadaan ini individu akan
mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian.
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di
sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem
saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda
vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di
sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika
akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam
jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Pohon Masalah
6. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
1 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
2 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system receptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
7. Faktor Presipitasi
8. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama
suara-suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-
kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
9. Rentang Respon
10. Penatalaksanaan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan
di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak
mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan
di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk
ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di
ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang di berikan betul ditelannya, serta
reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi
masalah yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang
data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan
dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain didekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien
jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan
pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan
pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
11. Asuhan Keperawatan
f. Mekanisme Koping.
Saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan ke orang
terdekat klien dan mengobservasi dampak halusinasi pada klien.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan
halusinasi adalah:
1) Regresi, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2) Proyeksi,mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau
sesuatu benda.
3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien.
g. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang
mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak
punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata. Sama
halnya seperti seseorang mendengarkan suara-suara dan tidak
lagi meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus
menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya
klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal
haluinasinya. Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa
karena mendapatkan respon negative ketika mencoba
menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman
pengalaman aneh halusinasinya. Selain data tentang
halusinasinya, perawat juga dapat mengkaji data yang terkait
dengan halusinasi, yaitu:
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3) Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
4) Tidak dapat memusatkan perhatian/ konsentrasi.
5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan) dan takut.
h. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah
tersebut adalah :
1) Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2) Isolasi sosial: Menarik Diri
3) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
i. Fokus Intervensi
Menurut Rasmun (2001) tujuan utama, tujuan khusus, dan
rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
1) Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2) Tujuan khusus
a) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
i. Kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi.
ii. Intervensi
- Bina hubungan saling percaya dengan :
Sapa klien dengan ramah dan baik secara
verbal dan non verbal.
Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
Rasional : hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b) TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
i. Kriteria evaluasi : klien dapat menyebutkan
waktu, isi dan frekuensi timbulnya halusinasi,
klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
ii. Intervensi
- Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional : kontak sering dan singkat selain
upaya membina hubungan saling percaya
juga dapat memutuskan halusinasinya.
- Observasi tingkah laku klien terkait
dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke
kanan seolah-olah ada teman bicara.
Rasional : mengenal perilaku pada saat
halusinasi timbul memudahkan perawat
dalam melakukan intervensi.
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
b. Ukuran
TB : 145 cm
BB : 38 kg
IMT : 18.07 kg/m2
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan gusi dan bibirnya sering lecet dan berdarah.
6. Psikososial
a. Genogram
Sdr.A
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah
: pasien (Sdr.A)
: meninggal
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian dari tubuhnya.
Tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.
2) Identitas
Tidak terkaji.
3) Peran
Klien mengatakan sebagai anak dari Tn.D terasa biasa saja,
tidak ada kepuasan atau bangga. Klien tidak pernah membantu
orangtuanya selama di rumah.
4) Ideal diri
Klien mengatakan tidak betah di RSJ dan ingin segera pulang
ke rumah.
5) Harga diri
Klien merasa malu setiap diajak berbicara dengan orang lain.
Klien selalu menunduk.
b. Spiritual
Klien mengatakan tidak pernah ibadah. Sebelum masuk RSJ
maupun ketika di dalam RSJ, klien juga tidak melakukan sholat.
7. Status mental
a. Penampilan
Rambut klien tampak sedikit panjang, badan klien bau, ada sedikit
kumis yang tumbuh dan kuku klien tampak panjang.
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan cepat. Tetapi terkadang klien berbicara
berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat berikutnya
(inkoheren). Klien lebih sering mengatakan Ngopo ketika di
wawancarai oleh perawat.
c. Aktivitas motorik
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, klien tampak
muka bermusuhan dan tidak suka dengan siapapun yang
mengajaknya berbicara.
d. Alam perasaan
Klien merasa cepat bosan apabila duduk dan ditanya terlalu lama.
Klien juga mengataan bosan apabila berada di kamar terus. Klien
ingin keluar dari kamar.
e. Afek
Mimik muka klien tampak labil. Terkadang tertawa sendiri tetapi
terkadang juga sedih sendiri tanpa diketahui sebabnya.
f. Interaksi selama wawancara
Klien dapat fokus dengan 1 hal tetapi mudah teralihkan dengan
sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Terkadang ada kontak mata
tetapi terkadang klien juga tidak ada kontak mata. Klien lebih
banyak menunduk daripada melihat orang yang berbicara
dengannya.
g. Persepsi
Klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan. Klien mengatakan ada seseorang yang selalu
mengajaknya berbicara. Orang yang mengajaknya berbicara itu
sering membuatnya tertawa. Klien sering berbicara dan tertawa
sendiri, klien terlihat kesal ketika sedang tertawa sendiri kemudian
disapa oleh orang lain. Klien mengatakan orang yang sering
mengajaknya bicara bernama adel.
h. Proses pikir
Klien memiliki proses pikir autistic. Klien tampak lebih senang
dengan dunianya sendiri tanpa melihat apa yang ada di sekitarnya.
i. Isi pikir
Berdasarkan wawancara dan observasi, klien tidak mengalami
waham pada hal apapun.
j. Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan waktu dan situasi dengan benar. Klien
mengatakan pukul 14.00 WIB (siang hari) dalam situasi yang
ramai. Sedangkan tempat, klien tidak tahu bahwa ia berada di RSJ
Grhasia yaitu di dalam Wisma Gatotkaca.
k. Memori
Klien tidak dapat mengingat dalam jangka saat ini, pendek maupun
panjang. Klien tidak ingat nama ayah dan ibunya. Selain itu apabila
berkenalan saat ini, dalam waktu dekat ditanya juga klien tidak
dapat mengingatnya. Selain itu klien tidak ingat siapa yang
membawanya ke RSJ 2 minggu yang lalu.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
Klien hanya diam dan menunduk ketika tidak mengerti apa yang
ditanyakan. Klien juga dapat berhitung dengan baik dan benar.
m. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu melakukan penilaian, contohnya: klien tidak
tahu mau mandi dulu atau makan. Klien hanya mengikuti jadwal
yang ditetapkan untuknya. Klien melakukan kegiatan apabila ada
orang lain yang menyuruhnya.
n. Daya tilik diri
Insight klien tampak jelek. Klien menyangkal bahwa ia sakit. Klien
merasa sehat dan kenapa ada di tempat ini.
8. Kebutuhan Klien
a. Makan
Klien makan sesuai jadwal yaitu 3x/ hari dengan menu yang
bervariasi sesuai yang diberikan rumah sakit. Klien makan secara
mandiri. Sebelum makan klien mengatakan cuci tangan.
b. BAB/ BAK
Klien BAB tidak tentu tetapi dapat melakukannya secara mandiri.
Klien mengguyurnya setelah BAB. Sedangkan BAK klien
mengatakan jarang mengguyurnya.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x/hari. Tetapi klien rutin menggosok gigi
apabila disuruh oleh perawat.
d. Berpakaian
Klien mengatakan tidak mengganti pakaiannya. Klien hanya ganti
ketika disuruh oleh perawat.
e. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur malam pukul 18.30 WIB dan bangun pukul
05.00 WIB.
f. Penggunaan obat
Klien mengonsumsi obat 2x/ hari yaitu Resperidone 2 mg dosis
1/2-0-1/2.
9. Mekanisme koping
Keluarga mengatakan mendukung segala hal demi kesehatan anaknya.
Keluarga secara rutin menengok klien 1x/ minggu.
10. Masalah Psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
rumahnya. Klien hanya berada di dalam rumah saja.
11. Pengetahuan
Klien tidak mengetahui obat yang harusnya ia minum bernama apa.
Klien tidak mengetahui Grhasia itu tempat apa.
12. Aspek medik
B. Klien mendapatkan terapi obat saja untuk saat ini. Klien belum mengikuti terapi rehabilitasi di RSJ. Analisa Data
D. Perencanaan
Rencana Tindakan Keperawatan
No. Dx. Keperawatan Rasional
Tujuan Intervensi
1 Gangguan persepsiTujuan Umum: Setelah dilakukan asuhanBina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
sensori: HalusinasiKlien dapat mengontrolkeperawatan selama 4x interaksidengan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
penglihatan halusinasi diharapkan klien dapatterapeutik. kelancaran hubungan
menunjukkan tanda-tanda interaksi selanjutnya.
TUK 1: percaya kepada perawat dengan - Sapa klien dengan ramah baik
Klien dapat membinakriteria hasil: secara verbal maupun non
hubungan saling percaya - Ekspresi wajah bersahabat verbal.
- Menunjukkan rasa senang - Perkenalkan diri dengan
- Ada kontak mata sopan.
- Mau berjabat tangan - Tanyakan nama lengkap klien
- Mau menyebutkan nama dan nama panggilan
- Mau menjawab salam - Jelaskan tujuan pertemuan.
- Mau duduk berdampingan - Jujur dan menepati janji.
dengan perawat - Tunjukan sikap empati dan
terima klien apa adanya.
- Beri perhatian dan perhatikan
kebutuan dasar klien.
TUK 2: Setelah dilakukan asuhan
Pasien dapat mengenalkeperawatan selama 2x interaksi1. Adakan kontak sering dengan 1. Kontak sering dan
halusinasinya diharapkan klien dapat mengenal singkat secara bertahap. singkat selain upaya
halusinasinya dengan kriteria membina hubungan
hasil : saling percaya dapat
- Bersedia mengungkapkan memutus
masalah yang dihadapi halusinasinya
- Dapat menyebutkan waktu,
isi, dan frekuensi timbulnya 2. Mengenal perilaku
halusinasi 2. Observasi tingkah laku klien saat halusinasi timbul,
- Klien dapat terkait dengan halusinasinya memudahkan dalam
mengungkapkan perasaan melakuk intervensi
terhadap halusinasinya
3. Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
3. Bantu klien mengenal menghindari faktor
halusinasinya dengan cara : timbulnya halusinasi
- Jika menemukan klien yang
sedang berhalusinasi
tanyakan apa yang
dilihatnya
- Jika klien menjawab ada,
lanjutkan apa yang
dikatakan
- Katakan jika perawat
percaya klien melihat 4. Dengan mengetahui
bayangan itu,namun waktu, isi, frekuensi
perawat sendiri tidak halusinasi,
mempermudah
melihatnya (dengan nada tindakan
bersahabat tanpa menuduh) keperawatanyang
4. Diskusikan dengan kilen tentang akan dilakukan
: perawat.
- situasi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan
halusinasi 5. Mengidentifikasi
- waktu dan frekuensi pengaruh halusinasi
terjadinya halusinasi pada klien
(pagi,siang,sore,malam atau
jika sendiri, jengkel, sedih)
TUK 4 : Setelah dilakukan asuhan1. Evaluasi kegiatan nafas dalam1. mengevaluasi kegiatan
Klien dapat mengontrolkeperawatan selama 4x interaksi dan memukul bantal sebelumnya
marah dengandiharapkan klien dapat 2. Mengontrol marah
sosial/bercakap-cakap mengontrol marah secara2. Latih pasien cara mengontrol secara verbal dengan
dengan sopan. bercakap-cakap dengan sopan marah secara verbal cara meminta/menolak
dengan kriteria : (meminta/menolak dan dan mengungkapkannya
- klien mampu menolak mengungkapkan marah secara secara baik dapat
dengan cara yang sopan baik) mengurangi PK
- klien mampu
mengungkapkan 3. Membuat klien rutin
ketidaksukaan dengan melakukan cara
sopan. mengontrol marah
3. Masukkan ke dalam jadwal dengan menonal dan
kegiatan untuk latihan menerima dengan
mengontrol marah dengan sopan.
bercakap-cakap, menolak
dengan sopan
TUK 5 : Setelah dilakukan asuhan 1. Mengetahui
Klien dapat mengontrolkeperawatan selama 4x interaksi 1. Evalusia cara mengontrol sejauhmana
marah dengan caradiharapkan klien dapat marah yang telah diajarkan : kemampuan klien
spiritual mengontrol marah secara dengan cara fisik dan verbal dalam menerima
spiritual dengan kriteria : informasi.
- klien mampu berwudhu 2. Mengontrol marah
2. Latih klien untuk berwudhu
- klien mampu istigfar. dengan berdoa,
dengan benar berwudhu, dan sholat
3. Latih klien untuk istigfar. juga dapat mengurangi
4. Masukkan ke dalam jadwal marah dan membuat
kegiatan hari nyaman dan
tenang.
3 Harga diri rendah Tujuan umum : klienSetelah dilakukan asuhan Hubungan saling percaya
mempunyai konsep dirikeperawatan selama 4x interaksiBina hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
positif diharapkan klien dapatdengan prinsip komunikasi kelancaran hubungan
menunjukkan tanda-tanda terapeutik. interaksi selanjutnya
TUK 1 : klien mampupercaya kepada perawat dengan
membina hubungan salingkriteria hasil: - Sapa klien dengan ramah baik
percaya - Ekspresi wajah bersahabat secara verbal maupun non
- Menunjukkan rasa senang verbal.
- Ada kontak mata - Perkenalkan diri dengan
- Mau berjabat tangan sopan.
- Mau menyebutkan nama - Tanyakan nama lengkap klien
- Mau menjawab salam dan nama panggilan yang
- Mau duduk berdampingan disukai klien.
dengan perawat - Jelaskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
- Tunjukan sikap empati dan
terima klien apa adanya.
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuan dasar
klien.
TUK 2 : klien mampuSetelah dilakukan asuhan 1. Diskusikan dengan klien 1. Mengetahui sisi
mengidentifikasi aspekkeperawatan selama 4x interaksi tentang kemampuan dan positif klien sehingga
postif yang dimiliki diharapkan klien mampu aspek positif yang dimiliki klien merasa masih
mengidentifikasi aspek positif
yang dimiliki dengan kriteria : klien ada kelebihan dari
- Klien mampu menyebutkan dirinya
sisi positif dari dirinya 2. Pujian akan memberi
motivasi bagi klien
2. Beri pujian yang realistik dan untuk mengungkapkan
hindarkan memberi penilaian perasaannya
yang negatif.
TUK 3 : klien mampuSetelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan klien 1. Mengetahui
menilai kemampuan yangkeperawatan selama 4x interaksi kemampuan apa saja yang kemampuan yang
dapat dilakukan. klien mampu menilai dimiliki dan yang dapat dapat dilakukan untuk
kemampuan yang dapat dilakukan menentukan rencana
dilakukan. kegiatan apa yang
akan ditetapkan
Kriteria:
2. Pujian memberi
- Klien mampu menyebutkan
kegiatan apa saja yang bisa motivasi bagi klien
dikerjakannya untuk mengungkapkan
apa yang dirasakan
2. Berikan reinforcement yang
positif kepada klien
TUK 4 : klien mampuSetelah dilakukan tindakan 1. Minta klien untuk memilih 1. Klien akan cenderung
menetapkan dankeperawatan selama 4x interaksi kegiatan apa yang akan melakukan kegiatan
merencanakan kegiatanklien mampu menetapkan dan dilakukan selama dirawat di sesuai dengan apa
yang akan dilakukanmerencanakan kegiatan yang rumah sakit jiwa yang dia mau dan dia
sesuai denganakan dilakukan sesuai dengan 2. Buat jadwal kegiatan sesuai bisa tanpa ada paksaan
kemampuannya kemampuannya dengan rencana tindakan yang 2. Jadwal kegiatan akan
Kriteria: sudah ditetapkan menjadi acuan pada
klien sehingga semua
- Klien bersedia melakukan
rencana yang telah
kegiatan yang telah
disepakati dapat
disepakati
terlaksana
TUK 5 : klien mampuSetelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi kegiatan yang telah 1. Mengetahui sejauh
melakukan kegiatankeperawatan selama 4x interaksi dilakukan klien mana klien mampu
sesuai denganklien mampu melakukan 2. Berikan pujian atas upaya melakukan aktivitas
kemampuan. kegiatan sesuai dengan yang telah klien lakukan 2. Klien menjadi
kemampuan. termotivasi untuk
Kriteria: melakukakan kegiatan
selanjutnya
Klien melaksanakan semua
kegiatan dalam jadwal yang
dibuat
4 Defisit perawatan diri :Tujuan umum : klienSetelah dilakukan asuhan Hubungan saling percaya
berhias mempunyai konsep dirikeperawatan selama 4x interaksi Bina hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk
positif diharapkan klien dapatdengan prinsip komunikasi
kelancaran hubungan
menunjukkan tanda-tandaterapeutik.
TUK 1 : klien mampupercaya kepada perawat dengan - Sapa klien dengan ramah baikinteraksi selanjutnya
membina hubungan salingkriteria hasil: secara verbal maupun non
percaya - Ekspresi wajah bersahabat verbal.
- Menunjukkan rasa senang - Perkenalkan diri dengan
- Ada kontak mata sopan.
- Mau berjabat tangan - Tanyakan nama lengkap klien
- Mau menyebutkan nama dan nama panggilan yang
- Mau menjawab salam disukai klien.
- Mau duduk berdampingan - Jelaskan tujuan pertemuan.
dengan perawat - Jujur dan menepati janji.
- Tunjukan sikap empati dan
terima klien apa adanya.
Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuan dasar
klien.
TUK 2 : menjelaskanSetelah dilakukan asuhan 1. Dengan mengetahui
manfaat menjagakeperawatan selama 4x interaksi 1. Diskusikan dengan klien
manfaat klien mampu
kebersihan diharapkan klien mampu tentang manfaat
berhias/berpenampilan rapi terdorong keinginannya
menjelaskan manfaat menjaga
kebersihan dengan kriteria : untuk berpenampilan
- Klien mampu menjelaskan rapi.
manfaat berhias, 2. Menyisir rambut
berpenampilan rapi
2. Motivasi klien untuk selalu dengan rapi maka akan
menjaga kerapihan dengan meningkatkan
menyisir rambut, memotong penampilan klien.
kuku dan menjukur jenggot.
TUK 3 : klien berhiasSetelah dilakukan asuhan 1. Hambatan dalam
secara mandiri keperawatan selama 4x interaksi1. Diskusikan dengan klien
berhias mempengaruhi
diharapkan klien mampu adanya hambatan dalam
berpakaian dan berhias kemampuan klien
menghias diri secara mandiri
dengan kriteria : dalam menghias diri
- Klien mampu menggunakan 2. Menunjang klien dalam
baju bersih 2. Sediakan baju bersih, potong berhias secara mandiri
- Klien mampu menyisir kuku dan alat cukur
rambut
- Klien mampu memotong
kuku 3. Memandirikan klien
- Klien mampu mencukur untuk menjaga
jenggot 3. Dorong klien untuk memotong
kuku dan mencukur jenggot. penampilannya.
No Impementasi Evaluasi
No Implementasi Evaluasi
1 Senin, 09 Mei 2016 Senin, 09 Mei 2016
14:00 : 14:00
- membina hubungan saling percaya S:
O:
- Klien terlihat tidak bersahabat
- Klien tidak mau menyebutkan
nama
- Saat ditanya nama panggilan,
klien menjawab pengene
sopo?
- Klien mau berjabat tangan
- Klien duduk berdampingan
dengan perawat.
A:
- TUK 1 : membina hubungan
saling percaya teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Bina hubungan saling percaya
O:
- Klien tidak mampu
menjelaskan perilaku marah
yang dilakukan, tanda gejala
marah, akibat marah.
- Klien mampu minum obat
secara rutin
A:
- TUK 2 : mengidentifikasi
penyebab marah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Diskusikan dengan klien
tentang tanda gejala marah,
perilaku marah yang dilakukan,
dan akibatnya.
- Ajarkan klien mengontrol
marah dengan cara spiritual :
istigfar.
- Jelaskan akibat tidak minum
obat secara rutin.
O:
- Klien terlihat tidak bersahabat
- Klien tidak mau menyebutkan
nama
- Saat ditanya nama panggilan,
klien menjawab pengene
sopo?
- Klien mau berjabat tangan
- Klien duduk berdampingan
dengan perawat.
A:
- TUK 1 : membina hubungan
saling percaya teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Bina hubungan saling percaya
- Diskusikan dengan klien
tentang kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
- Beri pujian yang realistik dan
hindarkan memberi penilaian
yang negatif.
No Implementasi Evaluasi
1 Senin, 09 Mei 2016 Senin, 09 Mei 2016
14:00 : 14:00
- membina hubungan saling percaya S :
O:
- Klien terlihat tidak bersahabat
- Klien tidak mau menyebutkan
nama
- Saat ditanya nama panggilan,
klien menjawab pengene
sopo?
- Klien mau berjabat tangan
- Klien duduk berdampingan
dengan perawat.
A:
- TUK 1 : membina hubungan
saling percaya teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Bina hubungan saling percaya
A:
- TUK 1 : membina hubungan
saling percaya teratasi
- TUK 3 : klien berhias secara
mandiri teratasi
- TUK 4 : klien berpenampilan
bersih dan rapi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau klien dalam melakukan
perawatan diri berhias.
BAB III
PENUTUP