Disusun Oleh :
TUMARINAH
NIM : 149012018074
1. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologi Keliat (2010) dalam Satrio K.L dkk
(2015).
American Psychologycal Association Townsend (2009) dalam Satrio K.L dkk (2015)
dalam intensitas ringan hingga kemarahan yang intens (berat), hal ini disertai dengan
perubahan fisiologis dan biologis, seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan
dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada orang lain Herdman
Tahapan risiko agresif atau risiko perilaku kekerasan : Fontaine (2009) dalam Satrio K.L
dkk (2015)
Perasaan : Kecemasan
Perasaan : Marah
3. Tahap 3 : Krisis
kotor; berteriak.
komunikasi.
Perasaan : Marah
fisik.
Perasaan : Agresi
Perilaku : menghentikan perilaku terang-terangan dekstruktif, pengurangan
tingkat gairah.
Perasaan : Marah
Skema rentang respon marah menurut stuart dan sundeen (1995) dalam Satrio K.L dkk
(2015)
ch
1. Asertif
Perilaku asertif adalah menyampaikan suatu perasaan diri dengan pasti dan
berbicara dengan jujur dan jelas. Mereka dapat melihat norma dari individu lainnya
dengan tepat sesuai dengan situasi. Pada saat berbicara kontak mata langsung tapi
tidak mengganggu, intonasi suara dalam berbicara tidak mengancam. Postur tegak
dan santai, kesan keseluruhan adalah bahwa individu tersebut kuat tapi tidak
mengancam. Individu yang asertif dapat menolak permintaan yang tidak beralasan
dan menyampaikan rasionalnya kepada orang lain dan sebaliknya individu juga dapat
menerima dan tidak merasa bersalah bila permintaannya ditolak orang lain. Individu
yang asertif ingat untuk mengungkapkan kasih sayang kepada siapa saja yang dekat,
pujian diberikan sepatutnya. Permintaan masukan yang positif juga termasuk perilaku
2. Pasif
terhadap orang lain. Ketika seseorang yang pasif marah maka dia akan berusaha
seseorang yang pasif biasanya bicara pelan, sering dengan cara kekanak-kanakan dan
kontak mata yang sedikit. Individu tersebut mungkin dalam posisi membungkuk,
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang kurang
realistis atau hambatan dalam mencapai tujuan (Stuart dan Laraia,2005). Frustasi
adalah kegagalan individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan frustasi akan
bertambah berat jika keinginan yang tidak tercapai memiliki nilai yang tinggi dalam
4. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa harus
dalam hidupnya selalu mengarah pada kekerasan fisik dan verbal. Perilaku agresif
pada dasarnya disebabkan karena menutupi kurangnya rasa percaya diri (Bushman
juga dapat ditunjukkan secara nonverbal, seseorang yang agresif melanggar batas
pribadi orang lain, bicaranya keras dan lantang, biasanya kontak mata yang
5. Amuk
Amuk atau perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
yang disertai kehilangan kontrol diri sehingga individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat dan Sinaga,1991). Menurut Stuart dan Laraia
(2009) perilaku kekerasan berfluktuasi dari tingkat rendah sampai tinggi yaitu yang
Kemarahan terjadi ketika individu mengalami frustasi, terluka atau takut Videback (2008)
dalam Satrio K.L dkk (2015). Kesulitan dalam mengepresikan kemarahan sering dikaitkan
dengan gangguan jiwa Koh, Kim & Park (2008) dalam Satrio K.L dkk (2015). Perilaku
kekerasan adalah akibat dari kemarahan yang ekstrim atau ketakutan (panik). Alas n khusus
dari perilaku kekerasan agresif bervariasi dari setiap orang Stuart & Laraia; Stuatr (2009)
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
1. Faktor predisposisi
Factor biologis secara alamai dapat menjadi satu factor penyebab (predisposisi)
individu. Factor predisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu
keadaan atau factor risiko yang apat mempengaruhi pera manusia dalam
2) Genetic
3) Neurotransmiter
4) Imunovirologi
b. Faktor psikologis
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam Satrio K.L dkk (2015) yang termasuk
kekerasan pada individu. Karakteristik yang termasuk pada social budaya seperti
: usia, jenis kelamin, ras, atau perkawinan, pendidikan tingkat sosial ekonomi
a. Faktor Biologi
ancaman atau tuntutan. Stressor presipitasi perilaku kekerasan dari faktor biologi
dapat disebabkan oleh gangguan umpan balik diotak yang mengatur jumlah dan
waktu dalam proses informasi. Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awalnya
di saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila
informasi yang disampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi
tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload ke ganglia basal dan
Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan pada proses umpan
Stuart dan Laraia, (2005); Stuart (2009) dalam Satrio K.L dkk (2015).
b. Faktor Psikologis
Pemicu perilaku kekerasan dapat di akibatkan oleh toleransi terhadap frustasi yang
rendah, koping individu yang tidak efektif, impulsive dan membayangkan atau
secara nyata adanya ancaman terhadap keberadaan dirinya, tubuh atau kehidupan.
Dalam ruang perawatan perilaku kekerasan dapat terjadi karena provokasi petugas,
perilaku kekerasan klien terjadi pada setting ini dimana petugas merasa memiliki
sikap otoriter dan cenderung mengatur/controlling; mengatur apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukan oleh klien; menahan klien bertentangan dengan keinginan
klien dan memaksa untuk minum obat, semua itu berkontribusi terjadi konflik
petugas dan klien Fontaine, (2009) dalam Satrio K.L dkk (2015). Perilaku agresif
atau kekerasan dapat terjadi karena beberapa perasaan seperti marah, ansietas, rasa
bersalah, frustasi atau kecurigaan Townsend ( 2009) dalam Satrio K.L dkk (2015).
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa jumlah insiden kekerasan lebih besar
terjadi ketika klien dipindahkan dalam kelompok yang besar, penuh sesak, kurang
privasi atau tidak bebas. Menurut Fagan-Pyor et al., (2003 dalam Stuat, 2009)
petugas mungkin secara sengaja atau tidak sengaja memicu perilaku klien untuk
lingkungan yang buruk, ketidak pahaman petugas, pertemuan fisik yang terlalu
dan penerimaan lingkungan, kognitif dan stress komunikasi serta respon afektif
klien perlu diidentivikasi oleh petugas, Stuart dan Laraia (2005) dalam Satrio K.L
dkk (2015).
3. Penilaian Stressor
Model stress diatesis dalam sebuah karya klasik oleh Liberman dan rekan (1994)
jumlah stress dalam pengalaman seseorang dan toleransi internal terhadap ambang
stress. Ini adalah model penting karena mengintegrasikan faktor budaya biologis,
psikologis dan sosial, cara ini mirip dengan Stress Adaptasi Model Stuart yang
digunakan sebagai kerangka kerja konseptual Stuart, (2009) dalam Satrio K.L dkk
(2015).
4. Sumber Koping
menjengkelkan yang memerlukan penyusuaian baik bagi klien dan keluarga. Proses
(4) Bergerak tehadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan (Ordinariness). Proses
multifase penyesuaian dapat berlangsung 3-6 tahun (moller,2006 dalam stuart, 2009) :
12 bulan.
yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampilan ini memakan waktu 6-12 bulan
kegiatan sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam
postpsychotic.
5. Mekanisme koping
Pada fase aktif psikosis klien menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri
dalam upaya untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang disebabkan
pengolahan dan pengerluaran sejumlah besar energi dalam upaya untuk mengelola
responsibility kepada seseorang atau sesuatu. Penarikan diri ini berkaitan dengan
diagnosis relatif mereka. Ini sama dengan penolakan yang terjadi ketika seseorang
menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan kecemasan. Hal ini
eksternal dan kemudia beradaptasi dengan stressor secara bertahap. Pada klien
skizofrenia dan gangguan psiokotik Stuart, (2009) dalam Satrio K.L dkk (2015).
- Anxiety
- Confusion, Acute
- Ineffective coping
- Decisional conflict
- Hopelessness
- Impaired memory
- Noncompliance
- Social isolation
gangguan psikotik).
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan.
Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
a) Data Subjektif :
b) Data Objektif :
2) Pandangan tajam
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
1. Pohon Masalah
Menurut Keliat dkk (2005) dalam Satrio K.L dkk (2015) pohon masalah perilaku
Risiko Mencederai Diri Sendiri Risiko Mencederai Orang Lain dan lingkungan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Anti Psikotik
- Chlorpromazine (Promatctile,Largactile)
- Stelazine
- Clozapin (Clorazil)
- Risperidone (Risperdal)
2. Anti Parkinson
- Thihexphenidile
- Arthan
DAFTAR PUSTAKA
PT.Refika Aditama.
Keliat Budi Ana,2006, Pera serta keluargta dalam perawatan klien gangguan jiwa Jakarta :
EGC.
Lelono, S.K. 2015. Buku AjarKeperawatan jiwa. Lampung: IAIN Raden Intan
Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
Kedokteran,EGC;Jakarta.