Anda di halaman 1dari 2

TERAPI PSIKORELIGIUS

1. Pengertian
Terapi psikoreligius ( Terapi Keagamaan ) adalah terapi keagamaan yang
berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji–
pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci, dan lain sebagainya
dan merupakan suatu pengobatan alternatif dengan cara pendekatan keagamaan
melalui hal-hal tersebut yang merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai
psikoterapeutik yang mendalam, bertujuan untuk membangkitkan rasa percaya diri
dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis di dalam diri
klien.
2. Unsur – Unsur Terapi Psikoreligius
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam terapi psikoreligius sebagai berikut
(Ilham A, 2008) yaitu doa-doa dan dzikir. Menurut kajian Howard Clinell, yang
dikutip Dadang Hawari, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki 10
kebutuhan religius :
a) Kepercayaan dasar (Basic Trust).
b) Makna hidup secara vertikel dan horizontal.
c) Komitmen peribadatan ritual dan hubungannya dengan keseharian.
d) Kebutuhan pengisian keimanan (Charge) dan kontinuitas hubungan dengan
Tuhan.
e) Bebas dari rasa salah dan dosa.
f) Self acceptance and self esteem.
g) Rasa aman, terjamin, dan keselamatan masa depan.
h) Tercapainnya derajat dan martabat yang semakin tinggi serta integritas pribadi.
i) Terpeliharanya interaksi dengan alam.
j) Hidup dalam masayarakat yang religius.
3. Riset Tentang Terapi Psikoreligius
Terdapat banyak riset religiusitas pada klien jiwa. Kesimpulan dari berbagai
riset menunjukkan bahwa religiusitas mampu mencegah dan melindungi dari
penyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan meningkatkan proses adaptasi dan
penyembuhan.
Dari sejumlah peneliti para ahli, ternyata bisa disimpulkan, bahwa komitmen
agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan
kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat pemulihan penyakit yang
dipadukan dengan terapi kedokteran. Agama lebih bersifat protektif daripada
problem producing. Komitmen agama mempunyai hubungan signifikan dan positif
dengan clinical benefit. Kesimpulan umum adalah seperti apa yang telah
dikemukakan oleh Larson (1990), ”Masyarakat dan bangsa kita adalah bangsa yang
religius. Maka sepatutnyalah pendekatan keagamaan dalam praktik kedokteran dan
keperawatan dapat diamalkan dalam dunia kesehatan. Dengan catatan bukan tujuan
untuk mengubah keimanan seseorang terhadap agama yang sudah diyakininya,
melainkan untuk membangkitkan kekuatan spiritualnya dalam menghadapi
penyakit.
 Penerapan Psikoreligius
- Psikiater, psikolog, perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup
tentang agamanya/kolaborasi dengan agamawan atau rahaniawan.
- Psikoreligius tidak diarahkan untuk merubah agama kliennya tetapi
menggali sumber koping.
- Memadukukan milleu therapy yang religius ; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas
ibadah, buku-buku, musik, misalnya lagu pujian/rohani untuk nasrani.
- Dalam terapi aktivitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk
pasien rehabilitasi.
- Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat kehidupan
dunia dan sebagainnya.
- Sebelum teori Psikoanalisa, para sufi telah mempelopori metoda pengkajian
yang mendalam dalam komunikasi yang menyentuh perasaan, menguak
konflik-konflik alam bawah sadar pasiennya, mendeteksi was-was,
kemarahan, takabbur, kesombongan, ria, dengki, menjadi sabar, wara, zuhud,
tawakkal, ridha, syukur, cinta illahi.

Anda mungkin juga menyukai