Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TAK STIMULASI PERSEPSI

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

Tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :

Adelia Dwi Cahyani 1907001

Afansa febrianti 1907002

Danik Kusumawati 1907010

Dian Fitrihandayani 1907014

Indhana zulfa 1907030

M. Azkanni’am 1907040

Nanda dyah pitaloka 1907041

Puji sulistyowati 1907046

Ratna Herawati 1907047

Tria Mayangsari 1907054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2021/2022
PROPOSAL TAK STIMULASI PERSEPSI

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

TAK STIMULASI PERSEPSI

SESI 1 : MENONTON TELEVISI

I. LATAR BELAKANG

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus waham, klien mengalami gangguan presepsi
yang sangat mendasar.

Atas dasar tersebut maka kami menganggap dengan therapy aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan presepsi dapat tertolong dalam hal sosialisasi yang
lebih besar ruang lingkupnya dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang
mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari waham
sehingga pada saat TAK klien dapat berkerja sama dan tidak mengganggu anggota
kelompok yang lain.

II. WAHAM
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang
salah tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat, B. A.,
Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., dkk, 2019).

Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang


berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang
tidak nyata (Videbeck, 2011). Pemberian intervensi keperawatan jiwa pada pasien
dengan waham berfokus pada orientasi realita, menstabilkan proses pikir, dan
keamanan (Townsend, 2015).

2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


1) Faktor predisposisi
Menurut Direja (2011) terdapat lima faktor predisposisi waham, yaitu :
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan dapat mengganggu hubungan interpersonal
scorang individu, Hal ini akan meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungi intelektual dan emosi menjadi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seorang individu yang kesepian dan merasa diasingkan dari lingkungan
dapat menyebabkan timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Waham dapat disebabkan karena hubungan yang tidak harmonis
ataupun menjalani peran ganda/bertentangan. Hal ini dapat
menimbulkan ansietas yang berakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel pada otak, serta terdapat perubahan pada sel kortikal dan
limbik.
e. Faktor genetik
2) Faktor Presipitasi
Dalam Direja (2011) faktor presepitasi waham dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti. Selain itu pengasingan atau pengucilan dari kelompok
masyarakat juga dapat menjadi pemicu waham.
b. Faktor biokimia
Obat-obat farmakologis seperti dopamine, norepineprin, dan zat
halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham.
c. Faktor psikologis
Kecemasan seta terbatasnya kemampuan individu dalam mengatasi
masalah dapat menyebabkan waham. Seseorang yang tidak mampu
mengembangkan koping efektif cenderung menghindari kenyataan dan
hidup dalam fantasi menyenangkan yang dibuatnya sendiri.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Kusumawati, (2013) yaitu :
1) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2) Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3) Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.
4) Fungsi motorik
Imfulsif adalah gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
5) Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6) Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :

Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak
ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak
terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan
bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara
kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

4. Jenis-Jenis Waham
a. Waham kebesaran
Penderitamerasadirinya orang besar,berpangkat tinggi . Orang yang pandai sekali,
orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar.Penderitapercayasudahselayaknyajadihukumberat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau kelompok,
orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitanya Individu curiga terhadap
sekitanya.Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan
antara dirinva dengan orang lain disekitarya, yang bermaksud menyindir atau
menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya .Dalam bentuk yang lebih
ringan kita kenal "Ideas of reference~ vaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa
tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain senyuman, gerak-gerik
tangan, Nyanyian dan sebagainya mempunyai hubungan dengan dirinya
e. Waham Cemburi
Selalu cemburu pada orang lain
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya
yang membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya dia wasiat dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan.

5. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang
klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat
disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka
dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh
sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk
bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di
lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmakoterapi, ECT dan terapi
lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual dan terapi okupasi yang semuanya
bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan
skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya
2. TUJUAN KHUSUS
a) Klien mampu memyebutkan apa yang dilihat
b) Klien dapat memberikan pendapat terhadap acara tv/video yang ditonton
c) Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain

IV. KRITERIA KLIEN


1. Klien  dengan masalah stimulasi persepsi
2. Klien sudah kooperatif 

V. PROGRAM SELEKSI
   Klien yang dapat mengikuti TAK didapatkan dari :
a) Berdasarkan pasien kelolaan mahasiswa (kelompok)
b) Berdasarkan seleksi kelompok
c) Berdasarkan rekomendasi dari perawat ruangan

VI. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


a. Tempat : Di kelas 2A Reguler
b. Hari/tanggal : Senin/8 oktober 2021
c. Waktu : 10.15-11.00 WIB
d. Pengorganisasian :
Leader : M. Azkanni’am
Tugasnya : sebagai pembuka acara, mengontrol TAK dan sebagai
pembawa acara se;ama kegiatan TAK
Co Leader : Ratna Herawati
Tugasnya : membantu leader mengarahkan dan mengontrol jalannya
TAK
Fasilitator : Afansa Febrianti, Dian Fitrihandayani, Nanda dyah p , indhana zulfa
Tugasnya : mempersiapkan alat, Tempat, dan klien
Observer : M. Azkanni’am
Tugasnya : memantau dan mengevaluasi hasil selama TAK
berlangsung, dari awal kegiatan sampai poses TAK selesai
Klien : Adelia Dwi Cahyani, Danik kusuma, Puji sulistyowati, Tria Mayang

VII. SETTING TEMPAT


1. Terapi dan klien duduk bersama setengah lingkaran menghadap tv
a. Ketika perkenalan

b. Ketika menonton video


: Fasilitator

: Klien

: televisi

: Leader

: Co Leader daan Observer

2. Ruangan nyaman dan tenang


VIII. ALAT
1. Televise dan/atau video player
2. Kaset video
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
IX. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
X. RENCANA PELAKSANAAN

NO Terapi Waktu Subjek terapi


1. Persiapan : 10 menit Ruangan, alat, klien
a. Menyiapkan
ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan pasien
2. Proses :
a. Membuka proses TAK : - 2 - Menjawab salam
mengucapkan salam, menit
memperkenalkan
kelompok - Memperhatikan
b. Menjelaskan kepada klien - 8 - Mengikuti TAK
tujuan TAK menit
c. Melaksanakan TAK
d. Mengevaluasi respon klien - 10
menit
- Klien
- 10 mengungkapkan
menit perasaannya
3. Penutup 5 menit Memperhatikan
Menyimpulkan dan mengucapkan Menjawab salam
salam
XI. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih dan membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi : klien
perubahan sensori persepsi dan klien menarik diri yang telak mengikuti TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Perkenalan nama, dan panggilan terapi
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton tv dan bercakap-cakap
tentang tv yang ditonton.
2) Menjelaskan atusan main berikut

Jika ada klien yang ingin meningggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis .
lama kegiatan 45 menit. Klien mengikuti dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja
a. Menentukan acara televise yang menarik dan mudah dimengerti oleh klien.
b. Beri kesempatan bagi klien untuk menonton acara tv selama 10 menit dan
setelah itu TV dimatikan.
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai acara TV yang telah ditonton.
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
e. Berikan pujian/ penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat.
f. Ulangi c,d dan e sampai semua klien mendapatkan kesempatan.
g. Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mempersepsikan
tayangan TV tertentu dan mendiskusikannya pada orang lain.
2) Membuat jadwal nonton TV
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2) Menyepakati waktu dan tempat
XII. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umum, sesi 1 kemampuan yang diharapkan adalah memberi
pendapat tentang acara TV, memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan
mengikuti kegiatan sampai selesai.

Formulir evaluasi sebagai berikut :

SESI 1
STIMULASI PERSEPSI
Kemampuan persepsi : Menonton TV

No Aspek yang Nama Klien :


dinilai
1. Memberi
pendapat
tentang acara
TV
Memberi
2. tanggapan
terhadap
pendapat klien
lain
Mengikuti
3. kegiatan
sampai selesai

Petunjuk :

1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda-tanda jika ditemukan
pada klien atau x jika tidak ditemukan

Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :

- 90% dari jumlah klien mampu menjelaskan/menceritakan tentang video yang


ditampilkan.
- 80% dari jumlah klien mampu menceritakan apa yang ada pada waham.
- 70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan.
- 70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan.
- 50% dari jumlah klien mampu mengemukakan pendapat tentang therapy aktivitas
kelompok yang dilakukan
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK ada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
(TV), klien mampu dan benar memberikan pendapat tentang acara TV, tetapi belum
memberi tanggapan pada pendapat klien lain. Anjurkan menonton TV bersama klien
lain dan bercakap-cakap tentang acara TV (buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai