Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TAK STIMULASI PERSEPSI UMUM

MENONTON VIDEO
RUMAH SAKIT JIWA ACEH
BALE SEROJA

DI SUSUN OLEH:
Evi Afri Yani
Dea Fitria
Hayaturrahmi
Hamdardi
M. Aidil Fikri
Maulidan
Nur Afifah
Rizka Hayaturrahmi
Ulya Hakim
Wiliza Umami

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2018
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK BAHASAN
TAK stimulasi persepsi umum : menonton video

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh
paparan stimulus kepadanya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat, antara lain:
1) Klien mampu memyebutkan apa yang dilihat
2) Klien dapat memberikan pendapat terhadap video yang ditonton
3) Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami

C. LANDASAN TEORI
1. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2007). Terapi
aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi
realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat, 2005). Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok (Keliat, 2005). Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien
dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau
ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).
2. Gangguan Persepsi
Pada pasien gangguang jiwa dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien
menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dengan
halusinasinya atau melakukan sesuatu hal yang mengganggu atau pun menyakiti orang
lain sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengam lingkungan disekitarnya (Klleat B. A.
& Akemat, 2004)..
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola stimulus yang datang di
prakarsai dari internal dan eksternal dan disertai dengan respon menurun atau dilebih-
lebihkan atau kerusakan respon pada rangsangan ini. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat
menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asik dengan pikirannya sendiri. Salah
satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya (Townsed,
2005).
Menurut Hanurawan (2010) persepsi merupakan suatu proses pemahaman oleh
seseorang terhadap orang lain atau proses pemahaman seseorang terhadap suatu realitas
sosial. Persepsi adalah kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami
tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberikan
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
(Farida, 2010).
Penyebab halusinasi belum diketahui secara pasti namun ada beberapa teori yang
menyatakan : halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan
dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi juga dapat juga terjadi
dengan epilepsi, kondisi fisik sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat
dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti
kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat
membuat terjadinya pemberian obat diatas. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan budaya, faktor pencetusnya halusiansi
adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber – sumber koping dan
mekanisme koping (Hanurawan, 2010).

D. KLIEN
1. Karakteristik/Kriteria
a. Klien dengan gangguan persepsi yang telah mengikuti TAK
b. Klien dengan isolasi sosial yang telah mengikuti TAK
2. Peserta TAK
a. Tn. R
b. Tn. R
c. Tn. D
d. Tn. B
e. Tn. I
f. Tn. M
g. Tn. J
h. Tn. Y
i. Tn. J
j. Tn. M

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari/Tanggal : Kamis, 28 November 2018
b. Tempat Pertemuan : Bale Seroja
c. Waktu : 13.00-13.45 WIB
d. Lamanya : 45 menit
e. Jumlah anggota : 10 orang
f. Jenis TAK : Stimulasi persepsi umum : menonton video

2. Tim Terapis
a. Leader :
b. Co-leader :
c. Fasilitator :

d. Observer :

3. Deskripsi Tugas
a. Leader
Merupakan seseorang pemimpin tim atau yang mampu memberikan bimbingan
kepada kelompok. Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok
menetapakan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin
jalannya terapi aktivitas kelompok.
b. Co-Leader
Merupakan seorang yang ditunjuk dari leader untuk menjadi asisten-asisten leader
dimana tugas co-leader bisa menunjukkan anggotanya menjadi leader.
c. Fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan sebagai anggota kelompok
dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan
d. Observer
Tugas seorang observer meliputi: mencatat serta mengamati respon klien. Mengamati
jalannya poses terapi aktivitas kelompok dan menanngani peserta/anggota kelompok
yang drop out.
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Media
a. Laptop (berisi video yang akan ditonton)
b. Buku catatan dan pulpen
c. Jadwal kegiatan klien
F. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih dan membuat kontrak dengan klien sesuai dengan kriteria klien
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
1) Salam dari terapis
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi/Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton video dan bercakap-cakap (diskusi)
tentang video yang ditonton
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Tentukan video yang menarik dan mudah dimengerti oleh klien
b. Beri kesempatan bagi klien untuk menonton video selama 3 menit dan setelah itu
dimatikan
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai video yang telah ditonton
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f. Ulangi c,d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.
g. Beri kesimpulan tentang video yang ditonton
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mempersepsikan video atau
tayangan TV tertentu dan mendiskusikannya pada orang lain
2) Membuat jadwal menonton TV
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2) Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Evalusai dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umum, sesi 1 kemampuan yang diharapkan adalah memberi
pendapat tentang video yang ditonton, memberi tanggapan terhadap pendapat klien
lain, dan mengikuti kegiatan sampai selesai.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
(nonton video), klien mampu dan benar memberikan pendapat tentang video yang
ditonton, tetapi belum mau memberi tanggapan pada pendapat klien lain. Anjurkan
menonton TV bersama klien lain dan bercakap-cakap tentang acara TV (buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

Farida Kusumawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarata : Salemba Medika.

Hanurawan, Fattah. (2010). Psikologi Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang & PT Remaja
Rosdakarya.

Keliat, B.A, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC

Keliat, B.A, dkk. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC

Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep & Iyus. (2007). Keperawatan jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama
LAMPIRAN 1
SETTING TEMPAT

KETERANGAN:
1. Warna Merah : Leader
2. Warna Ungu : Co-Leader
3. Warna Kuning : Observer
4. Warna Hijau : Fasilitator
5. Warna Hitam : Meja
LAMPIRAN 2
FORMAT EVALUASI

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

Memberi pendapat terhadap


1
video yang ditonton

Memberi tanggapan terhadap


2
pendapat klien lain

Mengikuti kegiatan sampai


3
selesai

Jumlah

Petunjuk:

1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda ceklist (√) jika ditemukan pada klien atau garis datar (-) jika
ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai