Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : HDR SESI 2

OLEH :

OVITRA MULYAWATI (1711311031)

FADHIL AKBAR (1711312003)

SRI DINDA ANDRIFA (1711312009)

MAKHDA NURFATMALA L. (1711312017)

SITI RAHMA (1711312023)


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

TERAPI SENSORI

SESI 3: MENONTON TV/VIDEO

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah
satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan
persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak
dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak
mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang
bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang
dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Prof. HB Saanin Padang
khususnya Wisma Merpati sebagian besar pasien menderita halusinasi. Oleh
karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok tentang halusinasi.
B. Topik:
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsi sensori Sesi 3: Menonton
TV/Video
C. Tujuan umum
1. Klien dapat memberi respons terhadap tonitoran TV/video (Jika menonton
TV, acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk
klien)
2. Klien menceritakan makna acara yang ditonton pada perasaan klien
D. Tujuan Khusus
1. Klien mampu menonton video dalam kelompok.
2. Klien mampu menginterpetasikan dan bertanggung jawab terhadap video
ditonton.
3. Klien mampu berdiskusi antar kelompok tentang makna video yang
dditonton.
4. Klien mampu mengugkapkan perasaannya setelah melakuan aktivitas
menonton TV/ video.
E. Landasan Teori

Halusinasi didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan individ dalam


membedakan rangsangan intemal (pikiran) dan eksternal (lingkungan).
Persepsinya disampaikan tanpa ada obyek atau stimulus yang nyata. Oleh karena
itu perlu stimulus eksternal yang kuat untuk memutuskan rangsangan internal
yang telah menguasai dirinya dan tak mampu membedakannya dengan realita
lagi.

Klien yang mengalami halusinasi akan muncul perilaku yang sangat khas, antara
lain senyum dan bicara sendiri, mengatakan mendengar suara-suara, mel ihat,
mengecap, menghirup dan merasakan sesuatu yang tidak nyata, respon verbal
lambat, merusak diri sendini, orang lain dan lingkungan, tidak maipu ne
berkomunikasi, tentang perhatian sempit dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dengan realita. Untuk itu perlu bantuan atau kegiatan
yang dapat ditentukan / dikendalikan halusinasi klien.

Halusinasi dapat berkembang melalui 4 tahap yaitu:

1. Fase yang menyenangkan, sedangkan individu meningkatkan stres dan


kesulitan serta perpisahan yang puas dan memuncak dan semua yang tidak
terselesaikan sehingga mudah dilamun dan memperbaiki hal-hal yang
menyenangkan yang menyenangkan.
2. Fase membantah, sedangkan kegiatan melamun dan membantah menjadi
dominan jadi mulai suara-suara atau bisikan yang tidakjelas.
3. Fase kontrol, di mana bisikan dan suara semakin menonjol, terkontrol dan
dikendalikan
4. Fase menguasai, di mana halusinasi mulai koordinasi, atur dan memarahi
klien sehingga klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak
dapat berhubungan dengan lingkungan

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi efektif dilakukan pada kelompok


halusinasi karena dengan permainan ini dapat meningkatkan keterampilan
hubungan interpersonal atau sosial, aktifitas yang ringan dan menyenangkan dapat
meningkatkan harga diri serta membawa klien pada kondisi realitas. Melalui
komunikasi interpersonal dan antar anggota kelompok serta umpan dengan atau
dan orang lain dapat meningkatkan kemampuan realitas klien

F. Kriteria Anggota Kelompok:


1. Klien kelolaan yang mengalami halusinasi pada fase I dan II yang mampu
menonton TV atau video.
2. Klien kelolaan yang mengalami halusiasi pada fase III dan IV yang sudah
mampu mengontrol /mengendalikan halusinasinya.
3. Klien diluar kelolaan mahasiswa yang mengalami halusinasi fase I dan II
yang mampu menonton dan mengendalikan halusinasinya.
G. Pembagian Tugas
1. Leader : Fadhil Akbar
2. Co-Leader : Sri Dinda Andrifa
3. Observer : Ovitra Mulyawati
4. Fasilitator : Siti Rahmah dan Makhda Nurfatmala Lubis
H. Uraian Tugas
a. Leader
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum
2. kegiatan dimulai.
3. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan
4. dirinya.
5. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib.
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
7. Menjelaskan permainan.
b. Co-Leader
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas pasien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Mengatur alur permainan
c. Fasilitator
1. Memfasilitasi pasien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan
d. Observer
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2. Mencatat prilaku verbal dan nonverbal pasien selama kegiatan
berlangsung
I. Uraian Struktur Kegiatan
a. Analisa Situasi
1. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019
Waktu : 10.00 – 10.45 WIB
Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Menonton TV (20 menit)
Menceritakan yang Ditonton di TV (15 menit)
Penutup (5 menit)

2. Jumlah Perawat
Mahasiswa Keparawatan UNAND : 5 orang
Perawat Ruangan : 1 orang

3. Alat Bantu
a. Video/CD player dan video tape/CD
b. Televisi
4. Setting
a. Klien dan terapis duduk membentuk setengah lingkaran di depan televisi
b. Ruangan nyaman dan tenang
b. Proses Pelaksanaan

1) Perkenalan

 Leader mengumpulkan pasien yang telah diseleksi di ruang permainan


(ruang tengah) dan duduk membentuk lingkaran.
 Kelompok perawat memperkenalkan diri dilanjutkan dengan perkenalan
dari pasien. Kemudian leader menjelaskan tujuan TAK Stimulasi Persepsi
Umum (Menceritakan Gambar yang dibuat) adalah pasien mampu
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang diberikan.
 Leader melakukan kontrak waktu bahwa TAK Stimulasi Persepsi Umum
(Menceritakan film yang ditonton) akan dilakukan selama 45 menit mulai
pukul 10.00-10.45 WIB, dilaksanakan di Wisma Merpati.
 Leader menjelaskan peraturan TAK Stimulasi Persepsi Umum
(Menceritakan film yang ditonton) yaitu: bila akan mengemukakan sesuatu
pasien diminta untuk lebih dulu mengacungkan tangannya. Bila pasien
ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat.
Pasien tidak boleh meninggalkan permainan sebelum permainan selesai.
Pasien harus mematuhi semua peraturan dalam permainan.
2) Permainan

Leader menjelaskan aktivitas menonton yaitu:

 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir TAK


 Memberi respons pada saat menonton (senyum, sedih, dan gembira)
 Menceritakan cerita dalam TV/video
 Menceritakan perasaan setelah menonton

3) Peer Review (Evaluasi Kelompok)

 Pasien mampu menyebutkan nama gambar apa yang muncul di TV

4) Terminasi

 Leader melakukan kontrak waktu untuk TAK selanjutnya yaitu hari Jumat,
25 Oktober 2019dengan waktu dan tempat yang sama.
 Mengucapkan selamat siang dan terima kasih atas partisipasi dari semua
pasien.

c. Antisipasi Masalah

1) Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok

 Memanggil pasien
 Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau pasien yang lain

2). Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :

 Panggil nama pasien


 Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien
boleh kembali lagi

3) Bila ada pasien lain ingin ikut


 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah
dipilih
 Katakan pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh pasien tersebut
 Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut

8. Kriteria Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Apek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk stimulasi sensoris menonton, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mengikuti kegiatan, berespons terhadap tontonan,
menceritakan isi tontonan, dan mengungkapkan perasaan saat menonton.
Formulir evaluasi sebagai berikut :
Nama Pasien
No. Aspek yang dinilai

Mengikuti kegiatan dari awal


1.
sampai akhir TAK
Memberi respons pada saat
2. menonton (senyum, sedih, dan
gembira)
Menceritakan cerita dalam
3.
TV/video
Menceritakan perasaan setelah
4.
menonton

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengikutu,
berespons, menceritakan, dan menyampaikan perasaan saat menonton.
Beri tanda R jika klien mampu dan tanda S jika klien tidak mampu,

9. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien data TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi
secara sensoris menonton. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi
datar, dan tanpa respons, klien tidak dapat menceritakan isi tontonan dan
perasaannya. Tingkatkan stimulus di ruangan, ulang kembali dengan stimulus
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Ed.3. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC

Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai