DIAJUKAN UNTUK :
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA” sehingga kami dapat membuat serta menyelesaikan makalah ini. Pada makalah
ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil
diskusi yang kami lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses
penyelesaian makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga
belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut
sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
3.1 Kasus.........................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................
4.2 Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Benign Prostate Hyperplasi (BPH) atau pembesaran prostat jinaka merupakan suatu
keadaan terjadinyab poliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran dari
kelenjar prostat (Kapoor, 2012). Pada pembesaran prostat jinak terjadi hiperplasia kelenjar
perineutral yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer (Sjamsuhidajat, 2007).
Mediator utama dalam pertumbuhan kelenjar prostat yaitu dehidrotestosteron (DHT) yang
merupakan metabolit testosteron yang dibentuk di dalam sel prostat oleh breakdown prostat
(Kapoor, 2012)
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi Benigna Prostat Hiperplasia
2. Mengetahui etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
3. Mengetahui manifestasiklinis Benigna Prostat Hiperplasia
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik Benigna Prostat
Hiperplasia
5. Mengetahui penatalaksanaan medis dari keperawatan pada Benigna Prostat Hiperplasia
6. Mengetahui komplikasi pada penyakit Benigna Prostat Hiperplasia
7. Mengetahui tentang Web Of Causation dari Benigna Prostat Hiperplasia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi
Kelenjer kelamin pada pria :
1) Vesika seminalis
Vesika seminalis merupakan kantong yang terkonvusi (berkelok-kelok) bermuara
ke dalam duktus ejaculator yang akan menghasilkan secret dalam bentuk cairan
kental dan basa yang kaya akan fruktosa. Cairan ini berfungsi untuk melindungi dan
member nutrisi pada sperma, meningkatkan pH ejakulat dan mengandung
prostaglandin, yang akan menyebabkan gerakan spermatozoa lebih cepat sampai ke
tubafallopi (Wibowo 2012).
2) Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang berbentuk kerucut, memiliki panjang 4
cm, lebar 3 cm dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 18-20 gram. Prostat
mengelilingi bagian atas uretra, terletak dan terhubung langsung dengan cervix
vesicae urinaria. Prostat tersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot
involuter dan berada dalam kapsul fibrosa (Wibowo, 2012).
Jaringan otot prostat membantu dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat akan di
produksi secara terus-menerus dan akan diekskresikan kedalam urin. Sekresi prostat
setiap harinya diproduksi sebanyak 1 ml, tetapi jumlah yang dikeluarkan dipengaruhi
oleh hormone testosterone. Secret di prostat memiliki pH 6,6 dan memiliki susunan
seperti plasma, tetapi mengandung bahan-bahan tambahan seperti koleterol, asam
sitrat, dan suatu enzim hialuronidase. Secret prostat ditambahkan ke dalam sperma
dan cairan seminal pada saat sperma dan cairan seminal melewati uretra (Wibowo,
2012).
Prostat sering membesar pada pria yang sudah lanjut usia. Pembesaran ini terjadi
karena tekanan lain yang disebabkan oleh beberapa hal pada sfingter uretra atau
uretra itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan retensi urin akut. Kedaan ini dapat
diatasi dengan pemasangan kateter ke dalam vesica urinaria atau melakukan
prostatektomi pada pasien tertentu (Wibowo, 2012).
Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat
sebagai bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat berhubungan
dengan vesika urinaria, sedangkan bagian inferior bersandar pada diafragma
urogenital. Permukaan ventral prostat terpisah dari simpisis pubis oleh lemak
retroperitoneal dalam spatium retropubicum dan permukaan dorsal berbatas pada
ampulla recti (Moore & Agur, 2002).
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung
kalsium, ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Selama
pengisian, simpai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens
sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah
jumlah semen lebih banyak lagi. Sifat cairan prostat yang sedikit basa mungkin
penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam
akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolism sperma, dan sebagai akibatnya,
akan menghambat fertilisasi sperma.
3) Kelenjar bulbourtehralis
Kelenjar bulbouretral adalah sepasang kelenjar yang ukuran dan bentuknya
menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung
mucus kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada
semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).
Degeneratif
Peningkatan
Epidermal
Dehidroteston Estrogen Testosteron Growth Factor
meningkat meningkat meningkat
Penurunan
Peningkatan sel stem Hiperplasia epitel
Transforming
& stroma prostat
Growth Factor
Proliferasi sel
BPH
Refleks Inkontinensia
berkemih
meningkat Urinarius Fungsional
Sensitifitas
Urgensi meningkat
Hambatan
Dekompensasi
vesika Urinaria
Aliran fistula
urin
Kerusakan
integritas kulit
C. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Anamnesa
Prostat hanya dialami pada laki-laki. Keluhan yang sering dialami oleh klien
dikenal dengan istilah LUTS (Lower Urininary Tract Symptoms), yaitu hesistansi,
pancaran urin lemah, intermittensi, urgensi, ada sisa urin pasca miksi, frekuensi
dan disuria (jika obstruksi meningkat)
2. Pemeriksaan Fisik
Peningkatan nadi dan tekanan darah (tidak signifikan, kecuali ada penyakit
yang menyertai). Ini merupakan bentuk kompensasi dari nyeri akibat
obstruksi meatus uretralis dan adanya distensi bladder. Jika retensi urin
berlangsung lama akan ditemukan ditemukan tanda dari gejala urosespsis
(peningkatan suhu tubuh) .
Obstruksi kronis pada saluran kemih akibat BPH menimbulkan retensi
urin pada bladder hal ini akan memicu terjadinya refluks urin dan terjadi
hidronefrosis serta pyelonefrosis, sehingga jika kita palpasi secara secara
bimanual akan ditemukan rabaan pada ginjal. Pada palpasi suprasimfisis
akan teraba distensi bladder
pada pemeriksaan penis, pada pemeriksaan ini uretra dan skrotum tidak
akan ditemukan kelainan kecuali penyakit ini disertai oleh penyakit seperti
stenosis meatus, stiktur uretralis, uretralithiasis, kanker penis maupun
epididimitis.
Pemeriksaan rectal toucher, pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan
sederhgana dan paling mudah untuk menegakkan BPH. Tujuannya adalah
menentukan konsistensi system persarafan unit resiko uretra dan besarntya
prostat.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan darah lengkap tidak menunjukkkan adanya kelainan,
kecuali jika BPH disertai oleh urosepsis, yaitu adanya peningkatan leukosit. Pada
pemeriksaan urin lengkap akan ditemukan bakteri pathogen pada kultur jika
adanya infeksi dan adanya eritrosis jika terjadinya rupture pada jaringan prostat.
Pada kondisi pois operasi, pemeriksaan PA dilakukan untuk menentukan
keganasan atau jinaknya jaringan prostat yang mengalami hyperplasia.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan BPH adalah :
1) Retensi Urin (00023)
a) Definisi : pengosongan kandung kemih tidak tuntas
b) Batasan Karakteristik :
- Tidak ada haluaran urin
- Distensi kandung kemih
- Urin menetes
- Sering berkemih
- Inkontinensia aliran berlebih
- Residu urin
- Sensasi kandung kemih penuh
- Berkemih sedikit
c) Factor yang Berhubungan :
- Sumbatan
- Tekanan ureter tinggi
2) Nyeri Akut (00132)
a) Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau
digambarkan dalam kerusakan (International Assosiation for the Study of
Pain) ; awitan tiba-tiab atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6
bulan.
b) Batasan Karakteristik :
- Perubahan selera makan, tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan.
- Diaphoresis
- Perilaku
- Ekspresi wajah nyeri
- Melindungi area nyeri dan focus menyempit (gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berpikir, penurunan interaksi)
- Putus asa
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Dilatasi pupil
- Focus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
c) Faktor yang Berhubungan
- Agens cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
3) Ansietas (00146)
a) Definisi : merupakan perasaan tidak nyaman / kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (seringkali sumber tidak spesifik dan tidak
diketahui oleh individu) ; perasaan takut disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya .
b) Batasan Karakteristik
- Penurunan produktivitas
- Gerakan ekstra
- Gelisah
- Insomnia
- Kontak mata buruk
- Waspada
- Agitasi
- Wajah tegang
- Tremor tangan
- Khawatir karna perubahan peristiwa kehidupan
- Peningkatan keringat, ketegangan, gemetar dan suara bergetar
c) Faktor yang Berhubungan
- Perubahan dalam status kesehatan
- Infeksi
1) Retensi Urin
Dx : Retensi Urin berhubungan dengan sumbatan, tekanan ureter tinggi
NOC : 0503. Eliminasi Urin
Kriteria Hasil :
1. Tidak adanya retensi urin.
2. Pola eliminasi normal.
3. Kantong kemih kosong dengan sepenuhnya.
4. Tidak ada nyeri saat kencing.
5. Mampu menjaga pola berkemih yang teratur.
6. Mampu untuk berkemih > 150 ml tiap kalinya.
NIC : 0620. Perawatan Retensi Urin
1) Pasang kateter urine, sesuai kebutuhan.
2) Anjurkan pasien/keluarga untuk mencatatat urine output,sesuai
kebutuhann.
3) Monitor intake output.
4) Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.
Aktifitas keperawatan :
A. Kasus
Pasien Tn. A sudah dirawat selama 4 hari di rumah sakit, keluhan seperti sakit
waktu BAK, BAK sering tapi sedikit-sedikit dirasakan pasien sejak satu bulan yang lalu,
akan tetapi satu minggu sebelum dibawa kerumah sakit pasien merasa sakit yang luar
biasa. Akhirnya, keluarga membawa klien ke rumah sakit. Ternyata setalah dilakukan
pemeriksaan klien di diagnose dengan pembesaran kelenjar prostat (BPH). Klien
dianjurkan untuk dilakukan operasi. Klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan dan klien serta keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang
dideritanya sekarang. Klien berharap penyakitnya dapat disembuhkan. Klien seorang
perokok berat dan peminum alcohol, selama di RS hanya menghabiskan sebagian
makanan yang diberikan. BB sebelum 57 tidak terjadi perubahan, tidak dapat tidur
dengan nyenyak karena sering terbangun di malam hari untuk BAK.
B. Analisis kasus
a. Data Demografi
1) Data pasien
Nama : Tn. A
Umur : 55 tahun
Suku/ Bangsa : Minang
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Tanggal Masuk RS : 23 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 27 Januari 2019
Diagnose Medis : Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
b. Riwayat Kesehatan Pengkajian pada Pasien (11 Pendekatan Fungsional Gordon dan
Pemeriksaan Fisik)
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien mengatakan cemas akan tindakan operasi yang akan dilakukan. Klien dan
keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita oleh klien sekarang, dan
klien berharap penyakitnya dapat disembuhkan.
2) Pola Nutrisi – Metabolik
Selama di rumah sakit pasien hanya menghabiskan sebagian makanan yang
diberikan. Tetapi pasien tidak mengalami fluktuasi berat badan.
3) Pola eliminasi
BAK
Klien mengatakan terasa sakit saat melakukan BAK dan BAK sering
namun sedikit-sedikit.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan
Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Latihan
Selama dirawat di rumah sakit klien hanya berisitirahat.
5) Pola Kognitif Perseptual
Klien merasa cemas karena akan dilakukan tindakan operasi.
6) Pola Istirahat-Tidur
Klien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena sering terbangun di malam hari
untuk BAK.
7) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Pasien merasa cemas karena akan dilakukan operasi. Pasien dan keluarga
berharap agar cepat sembuh.
8) Pola Peran dan Hubungan
Hubungan klien dan keluarga sangat baik karena keluarga mengharapkan
kesembuhan untuk klien.
9) Pola Reproduksi/ Seksual
Klien mengalami gangguan pada pola seksual karena mengalami pembengkakan
pada kelenjar prostat.
10) Pola Pertahanan Diri
Klien tetap berinteraksi dengan keluarga,
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Klien dan keluarga tetap taat beribadah dengan harapan penyakit yang diderita
klien dapat disembuhkan.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis dan Kultur Urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBB (Red
Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya perdarahan / hematuria.
2. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang diambil adalah cairan abdomen dan
diperiksa sel darah merahnya.
3. Ureum, Elektrolit dan Serum Kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH, karena
obstruksi yang berlangsung kronis seringkali menimbulkan hidronefrosis yang
lambat laun akan memperberat fungsi ginjal dan pada akhirnya menjadi gagal
ginjal.
4. PA ( Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel
jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah
hanya berseifat benigna atau maligna, sehingga akan menjadi landasan treatment
selanjutnya.
5. Catatan Harian Berkemih
Setiap hari perlu dilakukan evaluasi output urine, sehingga akan terlihat
bagaimana siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi bekal untuk
membandingkan dengan pola eleminasi urine yang normal.
6. Urovloumetri
Dengan menggunakan alat pengukur, maka akan terukur pancaran urine.
Pada obstruksi dini seringkali pancaran melemah bahkan meningkat.. hal ini
disebabkan obstruksi dari kelenjar prostat pada traktus urinarius. Selain itu,
volume residu urine juga harus diukur. Normalnya residual urine < 100ml.
namun, residual yang tinggi membuktikan bahwa vesika urinaria tidak mampu
mengeluarkan urine secara baik karena adanya obstruksi.
7. USG Ginjal dan Vesika Urinaria
USG ginjal bertujuan untuk melihat adanya komplikasi penyerta dari
BPH, misalnya hidronephrosis. Sedangkan USG pada vesika urinaria akan
memperliharkan gambaran pembesaran kelenjar prostat.
a) Klien dapat menuju toilet diantara waktu ingin berkemih dan benar-benar ingin
berkemih.
b) Klien dapat merasakan respon berkemih tepat waktu.
PENUTUP
1. Kesimpulan
BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran kelenjar prostat secara progresif
yang dapat menyebabkan obtruksi dan ritriksi pada jalan urine (urethra) (M. Clevo Rendi &
Margareth TH, 2012).
Penderita BPH sendiri kondisinya seperti saat membuang urin masih ada yang tersisa urin
di kandung kemihnya, pancaran urinnya lemah, terasa sakit saat buang akir kecil karna adanya
pembesaran prostat, serta inkoninensia urin. Sedangkan untuk memeriksa apakah seseorang
tersebut menderita BPH atau tidaknya dapat dengan menggunakan pemeriksaan : Urinalisis dan
Kultur Urine, DPL (Deep Peritoneal Lavage), Ureum, Elektrolit dan Serum Kreatinin, PA (
Patologi Anatomi), Catatan Harian Berkemih, Urovloumetri dan USG Ginjal dan Vesika
Urinaria.
Penyakit BPH sendiri dapat ditangani dengan proses pembedahan, seperti pembedahan
terbuka. Namun pembedahan terbuka ini dilakukan jika prostat terlalu besar dan diikuti penyakit
seperti tumor, vesika urinaria, dll. Namun juga bisa dengan beberapa terapi meskipun bersifat
simptomatis. Contohnya dengan pemberian obat golongan reseptor alfa-adrenegik inhibitor
mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka.
2. Saran
Agar terhindar dari penyakit BPH sebaiknya pria yang sudah lanjut usia harus bisa
menjaga diri supaya bisa menhindar dan mecegah adanya penyakit BPH. Jika ada tanda-
tanda seperti : sering buang air kecil, tergesa-gesa untuk buang air kecil, buang air kecil
malam hari lebih dari satu kali, sulit menahan buang air kecil, pancaran melemah, akhir
buang air kecil belum terasa kosong, menunggu lama pada permulaan buang air kecil, harus
mengedan saat buang air kecil, buang air kecil terputus-putus, dan waktu buang air kecil
memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena overflow
segeralah periksakan kedokter untuk peninjauan lebih lanjut agar penyakitnya tidak semakin
parah.
Lalu kita sebagai tenaga keperawatan juga hendaknya dapat memberikan asuhan
keperawatan secara professional agar klien kita juga mendapat perawatan yang baik da
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Eko,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Saputra, Lyndon. 2014. Organ System Visual Nursing, Genitouria. Tangerang Selatan:
BINARUPA AKSARA Publishare.
Devi, Anakardian Kris Buana. 2017. Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan.
Yogyakarta: Pustakabarupress.