Anda di halaman 1dari 128

RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) CARA MENGONTROL HALUSINAS

A. TOPIK

Halusinasi: Pendengaran

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi  aktivitas kelompok (TAK) klien
dapat meningkatkan kernampuan dalam  mempersepsikan simulasi yang dilakukan sehingga dapat
mengontrol  halusinasinya.

2 Tujuan khusus

a. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

b. Klien mampu menyebutkan cara mengontrof halusinasinya.

c. Klien dapat memilih cara mengontrol halusinasinya.

d. Klien dapat melaksanakan cara baru yang dipilih untuk

mengontrol halusinasinya.

C. LANDASAN TEORITIS

1. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi hubungan satu sama lain,
safing terkait dan mengikuti norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
dilakukan atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seseorang terapis.

Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok  (TAK) adalah:

1. Dukungan atau support.

2. Pendidikan

3. Meningkatkan hubungan interpersonal

4. Meningkatkan kernampuan pernecahan masalah halusinasi

Pengertian Halusinasi:

Menurut ilmu kedokteran Halusinasi adalah penerimaan adanya rangsangan panca indera  seseorang
yang tedadi pada keadaan sadar, dasamya mungkin  organik, fungsional, psikiatik, atau histerik.
Menurut Tim Keperawatan RSJ Bogor Halusinasi adalah pengamatan sensorik tanpa rangsangan
eksterna  klien yang mempunyai kesadaran penuh clan menimbulkan tedadinya  halusinasi.

Kesimpulan Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana rangsangan stimulus  atau objek nyata dari
lingkungan tersebut ticlak ada.

Jenis- Jenis Halusinasi

Menurut Stuart clan Sudden, 1998 halusinasi terdiri dari

a. Halusinasi dengar ( akuistik, auditori)

Inclividu mendengar suara-suara yang stimulusnya membicarakan,mengejek, mentertawakan,


mengancam dirinya padahal tidak ada suara disekitarnya

b. Halusinasi penglihatan (visual )

Stimulus pemandangan orang, hewan atau sesuatu yang tidak ada objeknya yang memberikan rasa
nyaman atau kekuatan,penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan.

c. Halusinasi penciuman (alfaktori)

Mencium bau busuk, amis clan bau menjijikan seperti darah kadang-kadang bau harum.

d. Halusinasi pengecapan (gustatory)

Merasakan suatu yang busuk, amis, dan menjijikan seperti rasa

darah, urine dan feses.

e. Halusinasi perabaan (taktil)

Merasa sakit atau ticlak enak pada tubuh tanpa stimulus yang

tidak terlihat.

Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Hubber, halusinasi melalui 4 fase yaitu :

1. Fase pertama

Rasa cemas, stress, perasan berpisah atau terkunci, pasien melamun tapi intoleransi.

2. Fase kedua

Klien berada pada sikap mendengarkan atau memperhatikan klien berusaha membuat jarak antara
dirinya dengan halusinasi.
3. Fase ketiga

Halusinasi lebih menonjol menguraikan fikiran klien. Tidak berdaya atas halusinasinya.

4. Fase keempat

Fase ini klien tidak berdaya melepaskan dirinya dari control  halusinasinya.

Cara Mengontrol Halusinasi

Bila terjadi halusinasi segera

a. Mengatakan saya tidak mau dengar kamu.

b. Menernui orang lain (perawat 1 teman 1 anggota keluarga)

untuk ngobrol atAu mengatakan halusinasi yang didengar.

c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasinya tidak

sempat muncul.

d. Minta keluarga atau teman atau perawat menyapa jika tampak

bicara sendiri dan tersenyum sendiri.

D. KLIEN

1. Karakteristik Klien

- Klien tidak mengalami gangguan kesehatan fisik

- Halusinasi sudah terkontrol

- Klien yang kooperatif

- Adanya riwayat halusinasi

2. Proses Seleksi

Proses seleksi dilakukan selama beberapa hari dengan  mengobservasi dan wawancara di Ruang
Rajawali yang direncanakan  mengikuti terapi aktivitas kelompok (TAK) kemudian dilakukan kontrak 
apakah klien bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam terapi aktivaas  kelompok (TAK).

Adapun klien utama yang bersedia adalah

1) Tn.Didin

2) Tn.Kusman
3) Ny. Nia

4) Tn. Agus

5) Ny. Reni

E. PENGORGANISASIAN

1. Tempat         :  R. Rajawali

Hari               :  9 September 2007

Waktu            :   jam 10.00 – 10.15

2. Tim Terapis

a) Leader          :  Nanang Eryana S

b) Co Leader     :  Yudi Heryadi

c) Fasilitator :    :  Citawati . Heru suprayitno.Budi Bastaman,Rina

d) Observer       :  Nine Caswati

3.  Metode dan Media

a. Metode         : Diskusi Kelompok

b. Media            : Kertas gambar, spidol, kartu TAK, kaset, tape

kaset

F. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

1. Leader Tugas :

- Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok

 Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelornpok

 Menjelaskan tujuan terapi aktivitas keiorfipok

 Mengaturjalannya diskusi

 Menetapkan jalannya tata tertib

 Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok
terapi diskusi tersebut.

 Kontrak waktu
 Menyimpulkan hasil kegiatan – Menutup acara

2. Co Leader  Tugas:

 Mendampingi leader jika tedadi blocking.

 Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika tedadi kesalahan.

 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah.

3. Fasilitator Tugas :

 Membantu mefuruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukanoleh klien sebagai peserta
TAK.

 Mendampingi peserta TAK untuk diskusi.

 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.

 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

4.  Observer Tugas :

 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

 Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok

 Mengobservasi perilaku klien.

G. TATA TERTIB

 Peserta bersedia mengikuti kegiatan UK

 Peserta wajib hadir 5 menit sebeiurn terapi aktivitas dilaksanakan Anggota wajib memberi tahu
leader jika tidak bisa hadir.

 Peserta berpakaian bersih,rapi dan sudah mandi

 Peserta tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok selama kegiatan.

 Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum TAK berlangsung.

 Jika ada peserta yang hendak BAB -BAK dipersilahkan untuk ke toilet dulu.

 Jika ingin mengajukan pertanyaan peserta mengacungkan tangan clan berbicara setelah
dibersilahkan leader.

 Jika ada anggota melakukan hal-hal yang sangat mengganggu jalannya TAK, maka anggota
tersebut dikeluarkan dari kegiatan terapi.
 Apabila waktu TAK telah habis sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, tapi TAK belum
selesai akan diminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu sampai TAK selesai.

H. STRATEGI PELAKSANAAN

Fase perkenalan (5 menit)

a. Menqucapkan salam.

b. Memperkenalkan anggota yang hadir.

c. Membaca tata tertib pelaksanaan. ,

d. Membuat kontrak waktu.

e. Terapi menjelaskan tujuan TAK.

f Menjelaskan topik yang akan dibahas.

Fase Kedua (30 menit)

a. Leader menjelaskan menjelaskan topik dan jenis permainan.

b. Leader menjelaskan manfaat permainan.

c. Peserta menyimak penjelasan yang diberikan oleh leader.

d. Leader menjelaskan bentuk terapi yang akan dilakukan.

Langkah-langkah kegiatan :

1. Sesi 1: Menggambar

 Pasien diminta untuk menggarribar sesuai dengan perasaannya.

 Selarna menggambar klien didampingi oleh fasilitator.

 Waktu untuk menggambar adalah 5 menit.

2.Sesi II: Mengungkapkan gambar yang telah dibuat

 Musik dinyalakan kemudian bola mulai diputar hingga musik berhenti

 pasien yang memegang bola diharuskan untuk menceritakan isi dari gambar yang telah
dibuatnya.

 Klien yang tidak bercerita diharuskan untuk mendengarkan cerita dari klien lain kemudian
menceritakan kembali apa yang telah pasien ceritakan.
 Kegiatan dilakukan berulang hingga seluruh pasien menceritakan isi dari gambar yang
dibuatnya.

 Berikan pujian clan tepuk tangan padcl klien.

Fase Akhir (8 menit)

1. Leader memberikan kesompatan kepada klien beristirahat

seJenak

2. Leader meminta tanggiocin dari klien torhadap kegiatan yang

telah  ditakukan dan menanyakan bagaimana perasaannya

setelah  niengikuti TAK

3. Menyimpulkan kegiatan yang sudah dilakukan dan memotivasi

anggota  keiompok untuk mengikuti kegiatan lainnya yang

positif

4. Observer memberikan tanggapan terhadap jalannya TAK.

5. Menutup acara

6. Berdo’a

Hasil

1. Klien dapat memperkenalkan dirinya dengan benar.

2. Klien mampu mengungkapkan perasaannya.

3. Klien dapat menyebutkan nama peserta lainnya 1 narna terapis

serta orangnya.

4. Klien dapat memahamilmenyimak pendapat dari peserta TAK

lain.

5. Klien dapat memahami tujuan dari terapis dan mencapai hasil

darisetiap perternuan.

I. SETTING TEMPAT

Keterangan
Leader                                             Fasilitator

Co

Leader                                       Klien

Observer

J. PROGRAM ANTISIPAS1 MASALAH

Apabila ada klien, semula bersepakat untuk mengikuti TAK pada pelaksanaan yang akan dimulai temyata
klien tersebut cuti, maka langkah-langkah yang diambil untuk menghadapi masalah tersebut adalah

1. Sebelumnya telah dipersiapkan adanya klien cadangan yang tentunya telah diseleksi sesuai dengan
kriteria.

2. kriteria seleksi sebelumnya apabila dalam kegiatan tidak ada anggota kelompok yang tidak metaati
peraturan kegiatan maka klien dikeluarkan ditawarkan pada klien lain.

3. Bila ada anggota kelompok yang melakukan tindakan kekerasan leader menyatakan bahwa kekerasan
fisik tidak diperkenankan selama kegiatan berlangsung.

4. Bila ada anggota kelompok yang diam, leader, co-leader/fasilitator memberikan motivasi agar
berbicara.

5. Bila ada anggota yang tidak mau mengikuti kegiatan, maka leader, co leadertfasilftator berusaha
mernotivasi klien agar mau mengikuti TAK

K.EVALUASI

§         Peserta dapat menginterpretasikan gambar-gambar yang dilihat.

§         Peserta mampu memberikan tanggapan terhadap ungkapan peserta lain.

§         Peserta mempu menyebutkan beberapa cara dalam mengontrol halusinasinya.

§         Peserta dapat memilih cara baru yang tepat untuk mengontrol halusinasinya.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK GANGGUAN ORIENTASI REALITA

BAB I

KONSEP AKTIVITAS KELOMPOK


GANGGUAN ORIENTASI REALITA

A.    Pengertian Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainny, saling
keteergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991:10). Anggota kelompok
mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti
agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yalom,1995
dalam Stuart &  Laraia, 2001)

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan,
umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.

Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) Orientasi Realitas adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan
nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.

Klien dengan gangguan jiwa Psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas ( reality testing ability ).
Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan
klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietass pada klien. Untuk menamggulangi
hendayaini, maka perlu ada aktivitas yang member stimulus secara konsisten kepada klien tentang
realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri,
orang lain, waktu, dan tempat.

B.     Jenis-jenis TAK Orientasi Realitas

a.       TAK Orientasi Realitas pengenalan orang

b.      TAK Orientasi Realitas pengenalan tempat

c.       TAK Orientasi Realitas pengenalan waktu


C.    Tujuan TAK Orientasi Realitas

v  Tujuan Umum

Tujuan umum TAK Orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai
kenyataan

v  Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari TAK orientasi realitas adalah :

a.       Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.

b.      Klien mengenal waktu dengan tepat

c.       Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat

D.    Indikasi-indikasi TAK Orientasi Realita

Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realitas adalah klien dengan :

ü  Halusinasi

ü  Dimensia

ü  Kebingungan

ü  Tidak kenal dirinya

ü  Salah mengenal orang lain, tempat dan waktu

E.     Sarana dan Prasarana TAK

Sarana dan prasarana yang biasanya digunakan pada TAK Orientasi Realitas, antara lain:

a.       Persiapan alat yang biasa digunakan antara lain :

Ø  Spidol
Ø  Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

Ø  Bola tenis

Ø  Tape recorder

Ø  Kaset lagu

Ø  Kalender

Ø  Jam dinding

b.      Persiapan terapis :

Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk menjadi
terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur,
bacaan dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok; dan
pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah dipersiapkan secara professional.
American Nursing Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan psikiatri dan klinikal
spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan psikiatri-kesehatan jiwa menjamin perawat mahir dan kompeten sebagai terapis
kelompok.

Perawat yang memimpin kelompokterapeutik dan kelompok tambahan TAK, persyaratannya harus
mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok
khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.

c.       Persiapan pasien :

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi
aktivitas kelompok gangguan orientasi realita ini adalah klien dengan masalah halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mengenal orang lain, tempat dan waktu.

F.     Setting
Keterangan : 

L     : Leader

Co : Wakil Leader

K    : Klien

F     : Fasilitator

O    : Observer

Posisi Klien saling berhadapan

A.    Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalh kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien
yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain. Untuk TAK
orientasi realitas tempat, kemampuan klien yang diharapkan adalh mengenal tempat di rumah sakit.
Sedangkan untuk TAK orientasi realitas waktu, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal
waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. 

BAB II

APLIKASI TAK GANGGUAN ORIENTASI REALITA


TAK ORIENTASI REALITAS

Sesi 1 : Pengenalan Orang

Tujuan

1.        Klien mampu mengenal nama-nama perawat

2.        Klien mampu mengenal nama-nama klien lain

Setting

1.        Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2.        ruangan nyaman dan tenang

Alat

1.        Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

2.        Spidol

3.        Bola tenis

4.        Tape recorder

5.        Kaset ”dangdut”

Metode

1.         Dinamika kelompok

2.         Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1.        Persiapan
a.          Memilih klien sesuai dengan indikasi

b.         Membuat kontrak dengan klien

1.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.        Orientasi

a.          Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

b.         Evaluasi/validasi

Menayakan perasaan klien saat ini

c.          Kontrak

1.        Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang

2.        Terapis menjelaskan aturan main berikut

·            Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis

·            Lama kegiatan 45 menit

·            Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3.        Tahap kerja

a.          Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien

b.         Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan dan asal

c.          Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di papan nama yang dibagikan

d.         Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum jam
dimulai dari terapis, meliputi menyebutkan : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

e.          Tarpis menjelaskan langkah-langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan, saat musik
didengarkan bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien yang lain. Saat musik dihentikan, klien yang
memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi klienyang lain
(minimal nama panggilan)

f.          Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik dihentikan, klien yang memegang
bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi klienyang lain

g.         Ulangi langkah f sampai semua klien mendapat giliran


h.         Terapis memberi pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak klien lain bertepuk
tangan

4.        Tahap terminasi

a.          Evaluasi

1.        terapis menanyakn perasaan klien setelah mengikuti TAK

2.        terapis memberikan pujian atas keberhasila kelompok

b.         Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai nama panggilan

c.          Kontrak yang akan datang

1.        terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu ”mengenal tempat”

2.        menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

            Evaluasi

            Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang,
kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1: TAK

Orientasi realitas orang

Kemempuan mengenal orang lain

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan nama klien lain

2 Menyebutkan nama panggilan


klien lain

3 Menyebutkan asal klien lain

4 Menyebutkan hobi klien lain

Petunjuk :

1.        Tulis nama panggilan klien yag ikut TAk pada kolom nama klien

2.        Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui nama, panggilan, asal dan
hobi klien lian. Beri tanda Ö jika klien mampu dan tanda Ä jika klien tidak mampu

Dokumentasi

Dokumentasikan pada catatan proses keperaeatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK orientasi
realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain.di sebelahnya.
Anjurkan klien mengenal klien lain di ruangan.

Sesi 2: pengenalan tempat

Tujuan :

1.    Klien mampu mengenal nama rumah sakit.

2.    Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat.

3.    Klien mampu mengenal kamar tidur.

4.    Klien  mengenal tempat tidur.

5.    Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi, dan WC

Setting

1.    Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2.    Ruangan tempat perawatan klien.

Alat

1.      Tape recorder

2.    Kaset lagu “ dangdut “

3.    Bola tenis.


Metode

1.    Diskusi kelompok

2.    Orientasi lapangan

Langkah kegiatan

1.    Persiapan

b.      Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK orientasi realitas.

c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2.    Orientasi

a.       Salam terapeutik

1.     Salam dari terapis kepada klien.

2.     Terapis dan klien memakai papan nama.

b.      Evaluasi/ validasi

1.     Menanyakan perasaan klien sat ini.

2.     Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien yang lain.

c.       Kontrak

1.    Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat.

2.    Terapis menjelaskan aturan main berikut :

·      Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis.

·      Lama kegiatan 45 menit.

·      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3.    Tahap kerja

a.       Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan;klien diberi kesempatan
menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan tepat.

b.      Terpis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu dangdut, sedangkan bola tenis di
edarkan dari satu peserta ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien yang
sedang memegang bola tenis akan diminta menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat
klien dirawat.

c.       Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta klien yang memegang bola
tenis untuk menyebutkan nama rumah sakit. Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat
giliran.

d.      Terpis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar.

e.       Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruangan yang ada. Kantor
perawat,  kamar amandi, WC, ruang istirahat, ruang TAK, dan ruangan lainnya.

4.    Tahap terminasi

a.       Evaluasi

1.    Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.    Terpis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b.      Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk menghafal nama-nama tempat.

c.       Kontrak yang akan datang

1.    Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang, yaitu mengenal waktu.

2.    Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

v  Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realita tempat, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mengenal tempat di rumah sakit.

Sesi 2 : TAK

Orientasi realitas tempat


Kemempuan mengenal tempat di rumah sakit

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan nama rumah sakit

2 Menyebutkan nama ruangan

3 Menyebutkan letak kantor


perawat

4 Menyebutkan letak kamar mandi,


WC

5 Menyebutkan letak kamar tidur

Petunjuk :

1.    Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2.    Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal tempat-tempat di ruang rawat dan
nama rumah sakit. Beri tanda ( Ö ) jika klien mampu dan tanda ( X ) jika klien tidak mampu.

v  Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatn tiap klien.
Contoh :klien mengikuti sesi 2, TAK orientasi Realita tempat. Klien mampu menyebutkan nama ruangan
dan letak kamar tidur yang lain belum mampu. Orientasikan klien dengan tempat-tempat di ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Purwaningsih, S.Kep, & Ina Karlina, S.Kep.Ns. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa     Dilengkapi
Terapi Modalitas dan Standart Operating Prosedure (SOP). Yogjakarta : Nuha Medika Press

Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling
berhubungan untuk memenuhi kebutuhan social. Kebutuhan social yang dimaksud antara lain : rasa
menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang
lain dan kebutuhan pernytaan diri.

Secara individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga.
Dengan demikian ada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalaui
kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil
yang positif terhadap perubahan perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan
mengurangi perilaku maladaptive.

Beberapa keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi aktivitas kelompok melalui
dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan
internasional dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi
realitas ( Birckhead, 1989).

Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan.
Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk
mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat
juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang di maksud dengan Terapi Aktivitas Kelompok?

2.      Apa sajakah Jenis TAK Orientasi Realita?

3.      Apa Tujuan dari TAK Orientasi Realita?


4.      Apa Saja Indikasi dari TAK Orientasi Realita?

5.      Bagaimana Sarana dan Prasarana TAK Orientasi Realita?

6.      Bagamana Setting Posisi TAK Orientasi Realita?

7.      Bagaimana Aplikasi TAK Orientasi Realita?

C.    TUJUAN

1.    TUJUAN UMUM

Agar mahasiswa mengetahui tinjauan terori dan gambaran pelaksanaan TAK Orientasi Realita
serta untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II pada semester VI.

2.    TUJUAN KHUSUS

a.       Untuk Mengetahui Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok.

b.      Untuk Mengetahui Jenis TAK Orientasi Realita.

c.       Untuk Mengetahui Tujuan dari TAK Orientasi Realita.

d.      Untuk Mengetahui Indikasi dari TAK Orientasi Realita.

e.       Untuk Mengetahui Sarana dan Prasarana TAK Orientasi Realita.

f.       Untuk mengetahui Setting Posisi TAK Orientasi Realita.

g.      Untuk mengetahui Aplikasi TAK Orientasi Realita.


BAB II

KONSEP TEORI

A.    DESKRIPSI

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,saling bergantungan
dan mempunyai norma yang sama (struart & laraia, 2001).

Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) Orientasi Realitas adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan
nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.

TAK Orientasi Realita berupaya dalam mengorientasikan keadaan nyata kepada klien baik diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan (waktu, tempat). Dimana Jenis TAK Orientasi Realita yaitu :

a.       TAK Orientasi Realitas pengenalan orang

b.      TAK Orientasi Realitas pengenalan tempat

c.       TAK Orientasi Realitas pengenalan waktu.

Sedangkan tujuan dari pelaksanaan TAK Orientasi Realita yaitu :

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum TAK Orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai
kenyataan

2.      Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari TAK orientasi realitas adalah :

a.       Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.

b.      Klien mengenal waktu dengan tepat

c.       Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat

Therapi aktivitas kelompok orientasi realita merupakan sebagian dari terapi aktifitas kelompok yang bisa
dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien agar dapat
mengenal atau mengorientasi keadaan nyata baik tempat, waktu dan orang.|

B.     MASALAH KEPERAWATAN


Therapi aktivitas kelompok orientasi realita ditujukan pada klien dengan masalah keperawatan :

a.       Salah mengenal orang lain, tempat dan waktu

b.      Halusinasi

c.       Dimensia

d.      Kebingungan

e.       Tidak kenal dirinya

C.    TUJUAN

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum TAK Orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai
kenyataan

2.      Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari TAK orientasi realitas adalah :

a.       Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.

b.      Klien mengenal waktu dengan tepat

c.       Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat

D.    PERSIAPAN

1. Analisa situasi meliputi : waktu pelaksanaan, jumlah perawat, pembagian tugas perawat, alat
bantu yang dipakai dan persiapan ruangan

Persiapan alat yang biasa digunakan antara lain :

a)      Spidol

b)      Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

c)      Bola tenis

d)     Tape recorder

e)      Gambar-gambar berpasangan


f)       Kaset lagu

g)      Kalender

h)      Jam dinding

Setting Posisi TAK Orientasi Realita

Posisi Klien saling berhadapan

Keterangan : 

a.       L : Leader

b.      Co: Wakil Leader

c.       K : Klien

d.      F : Fasilitator

e.       O : Observer

2. Uraian tugas perawat (therapist)

a.       Leader dan Co-Leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan. Pemimpin dan anggota
kelompok mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan
membantu kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis

b.      Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti
jalannya kegiatan dalam kelompok

c.       Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya aktivitas therapi, peserta yang
aktif dan pasif dalam kelompok serta yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai)

3. Proses Seleksi

a.       Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat
b.      Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan
therapi kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan

c.       Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan

4. Program antisipasi masalah

Suatu intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat atau
emergensi yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan kegiatan therapi aktivitas kelompok.

E.     KEGIATAN

1. Perkenalan

Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing dipimpin oleh leader. Leader
menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok.

2. Kerja

Klien mencari pasangan yang tepat, melakukan perkenalan dengan pasangan, melakukan perkenalan di
depan kelompok, melakukan perintah permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan dari
kelompok.

3. Evaluasi

Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya
tentang kegiatan

4. Terminasi/Penutup

Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien menyebutkan kembali tujuan dan
manfaat kegiatan.

F.     KRITERIA EVALUASI

Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang direncanakan :

a.       80% klien mendapatkan pasangan yang tepat.

b.      90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas dirinya.

c.       90% dari jumlah klien mampu menyebutkan identitas klien lain

d.      80% dari jumlah klien mampu bersepon terhadap klien lain dengan mendengarkan klien lain yang
sedang berbicara

e.       80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan

f.       70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainan


g.      70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditentukan

h.      50% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang therapi aktifitas kelompok yang
dilakukan

·         Untuk TAK orientasi realitas orang :

70% dari jumlah klien mampu menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain.

·           Untuk TAK orientasi realitas tempa :

70% dari jumlah klien mampu mengenal tempat di rumah sakit.

·           Untuk TAK orientasi realitas waktu :

70% dari jumlah klien mampu mengenal waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. 
BAB 3

RENCANA PELAKSANAAN

A.    Kriteria

Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK orientasi realita di ruangan kelas VI C S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.

1.      Klien dengan gangguan mengenal orang, waktu, tempat.

2.      Klien yang sudah bisa mengontrol Halusinasinya.

B.     Peserta :

C.    Masalah Keperawatan :

a.    Gangguan mengenal orang.

b.    Gangguan mengenal waktu.

c.    Gangguan mengenal tempat.

D.    Persiapan :

1.      Analisa Situasi :

a.       Waktu pelaksaan :

Tempat : Ruang Kelas VI C S1 Keperawatan

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juni 2012

Waktu : 08.00 – 09.00 WIB

Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

Permainan (35 menit)

Ekpress feeling (15 menit)

Penutup (5 menit)
2.      Pengorganisasian kelompok :

Leader : Hilal Setyawan

Wakil Leader : M. Bayu Saputra

Observer : Zainal Azhar

Fasilitator : Ahmad Ali Majidi

Budi Setyo Utomo

Devi Erfiana

Fema Arga Dinata

Indahyati

M. Haryono

Nur Karim

Ratna Tyas Dwi S.

Tutut Sri Utami

3.      Alat Bantu :

-     Spidol

-     Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

-     Bola tenis

-     Gambar-gambar berpasangan

-     Tape recorder

-     Kaset lagu

-     Kalender

-     Jam dinding

4.      Proses Pelaksanaan :

1). Perkenalan

a.       Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh pembimbing untuk memulai
menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok
b.      Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu menunjukkan tangannnya

c.       Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada perawat

d.      Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan
menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader.

2). Permainan

a.       Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas dan duduk membentuk lingkaran

b.      Leader memberikan lembaran kertas yang bergambar pasangan dari alat-yang setiap hari
digunakan : piring dengan sendok, sapu dengan tempat sampah, pensil dengan buku, sepatu dengan
kaus kaki, meja dengan kursi, dan membagikan pada setiap peserta secara acak.

c.       Selanjutnya peserta mencari pasangannya yang sesuai dengan gambar yang dipegang. Selanjutnya
berkenalan dan menanyakan identitas selengkapnya : nama, alamat, hobby, yang disukai tentang
dirinya, serta ketrampilan yang dimiliki.

d.      Selanjutnya masing-masing peserta menerangkan pada kelompok identitas dirinya dan
pasangannya selengkap-lengkapnya.

e.       Kemudian dilanjutkan sesuai SOP yang telah dibuat.

f.       Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara .

3). Peer Review (Evaluasi Kelompok)

a.       Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan dirinya

b.      Klien mengemukakan perasaannya setelah disapa oleh klien lain dengan menyebut nama, alamat,
dan ruangan di rumah sakit.

c.       Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini

4) .Terminasi

a.       Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan

b.      Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan kelompok ini

5)   Antisipasi Masalah

a.          Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok

a)      Memanggil klien

b)      Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b.         Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :

a)      Panggil nama klien

b)      Tanya alasan klien meninggalkan permainan

c)      Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat
melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi

c.    Bila ada klien lain ingin ikut

a)      Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih

b)      Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut

c)      Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan
tersebut

1)      Sesi Pertama : Mengenal Orang

a.       Pengertian

Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita.

b.      Tujuan

Pasien dapat mengenal orang – orang disekitarnya dengan cepat

c.       Indikasi

a.    Demensia

b.    Halusinasi

c.    Kebingungan

d.      Persiapan Alat

BAB I

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

GANGGUAN ORIENTASI REALITA

A. Pengertian

 Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainny, saling
keteergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991:10).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan
keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan
menarik (Yalom,1995 dalam Stuart &  Laraia, 2001)

Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan,
umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.

Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) Orientasi Realitas adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan
nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.

Klien dengan gangguan jiwa Psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas ( reality testing ability ).
Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan
klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietass pada klien. Untuk menamggulangi
hendayaini, maka perlu ada aktivitas yang member stimulus secara konsisten kepada klien tentang
realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri,
orang lain, waktu, dan tempat.

B.     Jenis-jenis TAK Orientasi Realitas

a.       TAK Orientasi Realitas pengenalan orang

b.      TAK Orientasi Realitas pengenalan tempat

c.       TAK Orientasi Realitas pengenalan waktu

C.    Tujuan TAK Orientasi Realitas

v  Tujuan Umum

Tujuan umum TAK Orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai
kenyataan
v  Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus dari TAK orientasi realitas adalah :

a.       Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.

b.      Klien mengenal waktu dengan tepat

c.       Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat

D.    Indikasi-indikasi TAK Orientasi Realita

Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realitas adalah klien dengan :

ü  Halusinasi

ü  Dimensia

ü  Kebingungan

ü  Tidak kenal dirinya

ü  Salah mengenal orang lain, tempat dan waktu

E.     Sarana dan Prasarana TAK

Sarana dan prasarana yang biasanya digunakan pada TAK Orientasi Realitas, antara lain:

a.       Persiapan alat yang biasa digunakan antara lain :

Ø  Spidol

Ø  Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

Ø  Bola tenis

Ø  Tape recorder

Ø  Kaset lagu
Ø  Kalender

Ø  Jam dinding

b.      Persiapan terapis :

Rawlins, Williams dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk menjadi
terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur,
bacaan dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok; dan
pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah dipersiapkan secara professional.
American Nursing Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan psikiatri dan klinikal
spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan psikiatri-kesehatan jiwa menjamin perawat mahir dan kompeten sebagai terapis
kelompok.

Perawat yang memimpin kelompokterapeutik dan kelompok tambahan TAK, persyaratannya harus
mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok
khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.

c.       Persiapan pasien :

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi
aktivitas kelompok gangguan orientasi realita ini adalah klien dengan masalah halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mengenal orang lain, tempat dan waktu.

F.     Setting

Keterangan : 

L     : Leader
Co : Wakil Leader

K    : Klien

F     : Fasilitator

O    : Observer

Posisi Klien saling berhadapan

A.    Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalh kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien
yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi klien lain. Untuk TAK
orientasi realitas tempat, kemampuan klien yang diharapkan adalh mengenal tempat di rumah sakit.
Sedangkan untuk TAK orientasi realitas waktu, kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal
waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. 

BAB II

APLIKASI TAK GANGGUAN ORIENTASI REALITA

TAK ORIENTASI REALITAS

Sesi 1 : Pengenalan Orang

Tujuan

1.        Klien mampu mengenal nama-nama perawat

2.        Klien mampu mengenal nama-nama klien lain


Setting

1.        Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2.        ruangan nyaman dan tenang

Alat

2.        Spidol

3.        Bola tenis

4.        Tape recorder

5.        Kaset ”dangdut”

Metode

1.         Dinamika kelompok

2.         Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1.        Persiapan

a.          Memilih klien sesuai dengan indikasi

b.         Membuat kontrak dengan klien

1.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.        Orientasi

a.          Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

b.         Evaluasi/validasi

Menayakan perasaan klien saat ini


c.          Kontrak

1.        Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang

2.        Terapis menjelaskan aturan main berikut

·            Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis

·            Lama kegiatan 45 menit

·            Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3.        Tahap kerja

a.          Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien

b.         Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan dan asal

c.          Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di papan nama yang dibagikan

d.         Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum jam
dimulai dari terapis, meliputi menyebutkan : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

e.          Tarpis menjelaskan langkah-langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan, saat musik
didengarkan bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien yang lain. Saat musik dihentikan, klien yang
memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi klienyang lain
(minimal nama panggilan)

f.          Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik dihentikan, klien yang memegang
bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi klienyang lain

g.         Ulangi langkah f sampai semua klien mendapat giliran

h.         Terapis memberi pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak klien lain bertepuk
tangan

4.        Tahap terminasi

a.          Evaluasi

1.        terapis menanyakn perasaan klien setelah mengikuti TAK

2.        terapis memberikan pujian atas keberhasila kelompok

b.         Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai nama panggilan


c.          Kontrak yang akan datang

1.        terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu ”mengenal tempat”

2.        menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

            Evaluasi

            Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang,
kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1: TAK

Orientasi realitas orang

Kemempuan mengenal orang lain

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan nama klien lain

2 Menyebutkan nama panggilan


klien lain

3 Menyebutkan asal klien lain

4 Menyebutkan hobi klien lain

Petunjuk :

1.        Tulis nama panggilan klien yag ikut TAk pada kolom nama klien

2.        Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui nama, panggilan, asal dan
hobi klien lian. Beri tanda Ö jika klien mampu dan tanda Ä jika klien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan pada catatan proses keperaeatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK orientasi
realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain.di sebelahnya.
Anjurkan klien mengenal klien lain di ruangan.

Sesi 2: pengenalan tempat

Tujuan :

1.    Klien mampu mengenal nama rumah sakit.

2.    Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat.

3.    Klien mampu mengenal kamar tidur.

4.    Klien  mengenal tempat tidur.

5.    Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi, dan WC

Setting

1.    Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2.    Ruangan tempat perawatan klien.

Alat

1.      Tape recorder

2.    Kaset lagu “ dangdut “

3.    Bola tenis.

Metode

1.    Diskusi kelompok

2.    Orientasi lapangan

Langkah kegiatan

1.    Persiapan

b.      Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK orientasi realitas.

c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.


2.    Orientasi

a.       Salam terapeutik

1.     Salam dari terapis kepada klien.

2.     Terapis dan klien memakai papan nama.

b.      Evaluasi/ validasi

1.     Menanyakan perasaan klien sat ini.

2.     Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien yang lain.

c.       Kontrak

1.    Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat.

2.    Terapis menjelaskan aturan main berikut :

·      Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis.

·      Lama kegiatan 45 menit.

·      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3.    Tahap kerja

a.       Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan;klien diberi kesempatan
menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan tepat.

b.      Terpis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu dangdut, sedangkan bola tenis di
edarkan dari satu peserta ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien yang
sedang memegang bola tenis akan diminta menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat
klien dirawat.

c.       Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta klien yang memegang bola
tenis untuk menyebutkan nama rumah sakit. Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat
giliran.

d.      Terpis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar.

e.       Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruangan yang ada. Kantor
perawat,  kamar amandi, WC, ruang istirahat, ruang TAK, dan ruangan lainnya.

4.    Tahap terminasi

a.       Evaluasi
1.    Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2.    Terpis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b.      Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk menghafal nama-nama tempat.

c.       Kontrak yang akan datang

1.    Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang, yaitu mengenal waktu.

2.    Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

v  Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realita tempat, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mengenal tempat di rumah sakit.

Sesi 2 : TAK

Orientasi realitas tempat

Kemempuan mengenal tempat di rumah sakit

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan nama rumah


sakit

2 Menyebutkan nama ruangan

3 Menyebutkan letak kantor


perawat

4 Menyebutkan letak kamar


mandi, WC

5 Menyebutkan letak kamar


tidur

Petunjuk :

1.    Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2.    Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal tempat-tempat di ruang rawat dan
nama rumah sakit. Beri tanda ( Ö ) jika klien mampu dan tanda ( X ) jika klien tidak mampu.

v  Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatn tiap klien.
Contoh :klien mengikuti sesi 2, TAK orientasi Realita tempat. Klien mampu menyebutkan nama ruangan
dan letak kamar tidur yang lain belum mampu. Orientasikan klien dengan tempat-tempat di ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Purwaningsih, S.Kep, & Ina Karlina, S.Kep.Ns. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa     Dilengkapi
Terapi Modalitas dan Standart Operating Prosedure (SOP). Yogjakarta : Nuha Medika Press

Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Latar Belakang

Manusia adalah makhluk social yang terus-menerus membutuhkan pergerakan / aktivitas,sehingga


dengan pergerakan proses psikolois tubuh dapat berjalan dengan baik.Terapi aktivitas kelompok (TAK)
khususnya bermain dapat memberikan energi klien dan klien dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancngan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.Fokus terapi kelompok adalah membuat
sadar diri (self-awareness),peningakatan hubunan interpersonal,membuat perubahan atau ketiganya.

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi, klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dilakukan secara bertahap, dari interpersonal ( satu dan satu ), kelompok dan
massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi


sejumlah klien dengan masalah hubungan social

(Budi Anna Keliat,2005)

TUJUAN

Tujuan Umum TAKS

Klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap

Tujuan Khusus TAKS

Ø  Klien mampu memperkenalkan diri

Ø  Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

Indikasi TAKS

Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan hubungan social berikut :

Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal

Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus
Landasan Teoritis Keperawatan

Pengertian

Isolasi social adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat.

Contohnya : menarik diri

Rentang respon

Respon adaftif Respon Maladftif

o  Menyendiri o   Merasa sendiri o   Manipulasi

o  Otonomi o   Menarik diri o   Impulsive

o  Berkerja sama o   Tergantung pada orang lain o   Membanggakan diri

o  Saling tergantung

Faktor Predisposisi

Klien mengatakan bahwa hidupnya tidak berarti lagi, minder,tidaj mau bergaul dengan orang lain,

Faktor Presipitasi

Klien menarik diri dan malas untuk melakukan aktivitas,malu bertemu orang lain sehingga ia tidak
termotivasi untuk melakukan aktivias sehari-hari.

(Gail Wiscarz Stuart,1998,345)

Tanda dan gejala

Sering menyendiri

Kontak mata kurang

Tidak mau berbicara


Menghindar kalau didekati

Penatalaksanaan

Berikan perhatian dan penghargaan

Temani klien walaupun tidak menjawab

Katakan “ saya akan duduk di samping anda “

Jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarnya

Dengarkan klien dengan empatik

Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergabung dengan orang lain

Lakukan interaksi secara bertahap

Motivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain

Tingkatkan interaksi secara bertahap

(Gail Wiscarz Stuart,1998,237)

DAFTAR PUSTAKA

Wiscarz,Gail,,Sandra J Sundeen.1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 2.EGC: Jakarta.

Keliat,Budi Anna,Akemat.2005.Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.EGC:Jakarta.

Pengorganisasian

Leader

Ø  Menyusun rencana terapi aktivitas kelompok

Ø  Mengarahkan kelompok sesuai tujuan

Ø  Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib

Ø  Memotivasi anggota untuk aktif selama kegiatan terapi aktivitas kelompok


Ø  Menetralisir masalah yang mungkn timbul pada saat pelaksanaan

Co-Leader

Ø  Membantu leader mengoraganisasikan kelompok

Ø  Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknya

Ø  Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

Fasilitator

Memfasilitasi media dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok

Mengatur jalannya aktivitas kelompok

Membantu kelompok berperan aktif

Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas kelompok

Mengantisipasi masalah yang akan terjadi

Observer

Ø  Mengobservasi respon klien

Ø  Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok

Ø  Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya

Rancangan TAKS

No Nama pasien Masalah keperawatan Jenis TAK PJ

Good Lima Menarik diri TAK-S Sesi 1- Juliani


7 Sitanggang
Sofyan Alex Menarik diri
Muslihin Menarik diri

Juwita Harga diri rendah

Novriyanti Harga diri rendah

Yessi Lisna Menarik diri

Juliani Harga diri rendah

Jadwal pelaksanaan TAK

No Hari/Tanggal Jam Jenis Leader Co- Fasilitator Observer


TAK Leader

1 Senin 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 1
14 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

2 Selasa 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 2
15 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

3 Rabu 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


16 Des 2009 09.45 Sesi 3 Daniel

Selly

Debora

4 Kamis 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 4
17 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

5 Jumat 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 5
18 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

6 Sabtu 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 6
19 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

7 Senin 08.30- TAKS Karyaman Astika Veronica Muchlas


09.45 Sesi 7
21 Des 2009 Daniel

Selly

Debora

METODE

a.      Dinamika kelompok

b.      Diskusi dan tanya jawab

c.      Bermain peran

ALAT
Tape recorder

Kaset

Bola tennis

Buku catatan dan pulpen

Jadwal kegiatan klien

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

a.             Hari/tanggal : Senin, 14 Des 2009 s.d Senin, 21 Des 2009

b.            Tempat : Halaman Rumah Sakit Jiwa Medan

c.             Jam : 08.30-09.45 WIB

Hasil Pelaksanaan TAKS

No Hari/tanggal Jenis TAK Nama Pasien Evaluasi TT

1 Senin TAKS Good Lima PX dapat mengenalkan


diri dengan cara
14 Des 2009 Sesi 1 Sofyan Alex menyebutkan nama
Muslihin lengkap,nama
panggilan,asal dan hobi
Juwita

Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani
2 Selasa TAKS Good Lima Px dapat berkenalan
dengan orang lain
15 Des 2009 Sesi 2 Sofyan Alex dengan cara
Muslihin menyebutkan jati diri
sendiri dan
Juwita menanyakan jati diri
orang lain
Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani

3 Rabu TAKS Good Lima Px mampu bercakap


cakap dengan orang
16 Des 2009 Sesi 3 Sofyan Alex lain dengan cara
Muslihin mengajukan
pertanyaan tentang
Juwita kehidupan pribadi
orang lain dan
Novriyanti
menjawab pertanyaan
Yessi Lisna tentang kehidupan
pribadi.
Juliani

4 Kamis TAKS Good Lima Px dapat berkenalan


dengan orang lain
17 Des 2009 Sesi 4 Sofyan Alex dengan cara
Muslihin menyebutkan jati diri
sendiri dan
Juwita menanyakan jatin diri
orang lain
Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani

5 Jum’at TAKS Good Lima Px dapat berkenalan


dengan orang lain
18 Des 2009 Sesi 5 Sofyan Alex dengan cara
menyebutkan jati diri
Muslihin sendiri dan
menanyakan jatin diri
Juwita orang lain
Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani

6 Sabtu TAKS Good Lima Px dapat berkenalan


dengan orang lain
19 Des 2009 Sesi 6 Sofyan Alex dengan cara
Muslihin menyebutkan jati diri
sendiri dan
Juwita menanyakan jatin diri
orang lain
Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani

7 Senin TAKS Good Lima Px dapat berkenalan


dengan orang lain
21 Des 2009 Sesi 7 Sofyan Alex dengan cara
Muslihin menyebutkan jati diri
sendiri dan
Juwita menanyakan jatin diri
orang lain
Novriyanti

Yessi Lisna

Juliani
Lampiran

SESI I

Tujuan :

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.

Setting :

klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

ruang nyaman dan tenang

Alat :

tape recorder

kaset “ marilah – kemari “ ( titiek puspa )

bola tennis
buku catatan dan pulpen

jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran

Langkah kegiatan :

1.    Persiapan

Leader : “Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu kita berkumpul di sini untuk melakukan sebuah permainan dan nanti
permainan dan nanti permainannya akan saya jelaskan.Kita akan bermain ditempat ini ya Bapak dan Ibu
semuanya.Nah sekarang kita mulai ya”

2.      Orientasi

a.       Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak dan Ibu semuanya.Perkenalkan nama saya Amrin Zulmi,saya biasa
dipanggil Amrin,saya dari Akper depkes yang akan memimpin jalannya permainan sampai dengan
selesai.”

b.      Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan Bapak Ibu pagi ini?

Leader : “Bagaimana tidur Bapak Ibu semuanya tadi malam?”

c.       Kontrak
Leader : “Pagi ini kita akan melakukan suatu kegiatan,tujuannya agar Bapak/Ibu semuanya dapat
memperkenalkan diri dengan anggota kelompok yang lain”.

Leader : “Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin minum,Bapak/Ibu harus memberi tahu saya dulu
dengan cara menunjuk tangan tapi jangan lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus mengikutinya dari awal hingga
akhir”.

3.    Tahap Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan.Di sini saya mempunyai sebuah bola dan tape.Nanti tape
ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum jam.Bila musiknya berhenti maka siapa yang
memegang bola,maka dia harus memperkenalkan dirinya yaitu dengan menyebutkan nama
lengkap,nama panggilan,asal dan hobi’.

Leader : “Apakah Bapak Ibu sudah mengerti?”

Leader : “Jika Bapak Ibu sudah mengerti kita akan memulai kegiatan ini”.

4.    Tahap Terminasi

a.       Evaluasi

Leader : “Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”.

Leader : “Apakah diantara Bapak/Ibu masih ada yang ingin memperkenalkan diri lagi?

Leader : “Wah…….. bagus sekali,ternyata Bapak/Ibu sudah bias memperkenalkan dirinya masing-masing
dengan baik”.

b.      Rencana Tindak Lanjut

Leader : “Bapak dan Ibu jangan lupa ya untuk memperkenalkan diri dengan teman-
teman yang lain dikamar nanti.

c.       Kontrak yang akan dating


Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari selasa jam 08.30 WIB kita berkumpul lagi disini untuk
melnjutkan kegiatan kita.Tujuan dari kegiatan kita besok adalah agar Bapak/Ibu dapat berkenalan
dengan anggota kelompok yang lain.”

Leader : “Jangan lupa ya Bapak/Ibu agar besok membawa papan namanya.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan kita sampai
disini dulu.Terima kasih ya Bapak/Ibu”.

SESI 2

Tujuan

·         Memperkenalkan diri sendiri,nama panggilan,asal dan hobi.

·         Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap,nama panggilan.asal dan hobi.

Setting
1.      klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2.      ruang nyaman dan tenang

Alat

1.      tape recorder

2.      kaset “ marilah – kemari “ ( titiek puspa )

3.      bola tennis

4.      buku catatan dan pulpen

5.      jadwal kegiatan klien

Metode

1.      Dinamika kelompok

2.      Diskusi dan tanya jawab

3.      Bermain peran

Langkah Kegiatan

1.      Persiapan

Leader : “Bapak/Ibu smuanya semalam kita kan kita sudah janji bahwasannya pada hari ini kita
akan melanjutkan kegiatan kita.Sekarang kita mulai ya Bapak/Ibu semuanya”.

Leader mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.      Orientasi

a.       Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak/Ibu semuanya,Masih ingat dengan kami? kami mahasiswi Akper
Depkes yang akan memimpin jalannya aktivitas kita pagi ini sampai dengan selesai”.

Leader : “Nah,sekarang semuanya memakai bed namanya masing-masing ya!


b.      Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu semuanya pagi ini?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya sudah memperkenalkan diri pada teman-teman yang lainnya
kan?”

c.       Kontrak

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya kita sudah berjanji bahwa pagi ini kita akan melanjutkan
kegiatan kita yaitu berkenalan dengan anggota kelompok lainnya

Leader :“Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin minum,Bapak/Ibu harus memberi tahu
saya dulu dengan cara menunjuk tangan tapi jangan lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus mengikutinya dari awal hingga
akhir”.

3.Fase Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan.Di sini saya mempunyai sebuah bola dan
tape.Nanti tape ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum jam.Bila musiknya berhenti maka
siapa yang memegang bola mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok lain yang ada
di sebelah kanan dengan cara :

·         Memberi salam

·         Menyebutkan nama lengkap,nama panggilan,asal,dan hobi

·         Menanyakan nama lengkapnama panggilan,asal dan hobi kepada teman yang ada di sebelah
kanannya

Leader : “Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti?”

Leader : “Nah………..kalau semuanya sudah mengerti kita mulai permainannya”.

Leader : “Wah………..semuanya bagus sekali dan sekarang kita berikan tepuk tangan”.
4.      Tahap Terminasi

a.       Evaluasi

Leader : ”Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”

Leader : “Apakah diantara Bapak Ibu ada yang ingin berkenalan dengan anggota kelompok
lainnya?”

Leader : “Bapak/Ibu senuanya telah melakukan kegiatan dengan baik sekali dan semuanya
sudah mampu untuk memperkenalkan diri dan berkenalan dengan temannya.

b.      Rencana tindak lanjut

Leader : “Karena Bapak/Ibu sudah mampu berkenalan dengan orang lain maka Bapak/Ibu harus
mencoba berkenalan dengan teman lain di kamar”.

c.       Kontrak yang akan datang

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari Rabu jam 08.30 WIB kita berkumpul lagi disini
untuk melanjutkan kegiatan kita.Tujuan dari kegiatan kita besok adalah agar Bapak/Ibu dapat bercerita
tentang kehidupan pribadi.”

Leader : “Jangan lupa ya Bapak/Ibu agar besok membawa papan namanya.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan kita sampai disini
dulu.Terima kasih ya Bapak/Ibu”.

SESI 3

Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok :

1. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu anggota kelompok

2.      Klien mampu menjawab tentang kehidupan pribadi sendiri

Setting

1.      Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2.      Ruang nyaman dan tenang

Alat

1.      tape recorder

2.      kaset “ marilah – kemari “ ( titiek puspa )

3.      bola tennis

4.      buku catatan dan pulpen

5.      jadwal kegiatan klien

Metode

1.      Dinamika kelompok

2.      Diskusi dan tanya jawab

3.      Bermain peran

Langkah Kegiatan

1.      Persiapan

Leader : “Bapak/Ibu smuanya semalam kita kan kita sudah janji bahwasannya pada hari ini kita akan
melanjutkan kegiatan kita.Sekarang kita mulai ya Bapak/Ibu semuanya

Leader mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2.      Orientasi

a.       Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak/Ibu semuanya,Masih ingat dengan kami? kami mahasiswi Akper Depkes
yang akan memimpin jalannya aktivitas kita pagi ini sampai dengan selesai”.

Leader : “Nah,sekarang semuanya memakai bed namanya masing-masing ya!

b.      Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu semuanya pagi ini?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya sudah berkenalan dengan teman-teman yang lainnya kan?”

c.       Kontrak

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya kita sudah berjanji bahwa pagi ini kita akan melanjutkan
kegiatan kita yaitu berkenalan dengan anggota kelompok lainnya

Leader : “Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin minum,Bapak/Ibu harus memberi tahu saya dulu
dengan cara menunjuk tangan tapi jangan lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus mengikutinya dari awal hingga
akhir”.

3.      Tahap Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan.Di sini saya mempunyai sebuah bola dan tape.Nanti tape
ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum jam.Bila musiknya berhenti maka siapa yang
memegang bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi temannya yang berada
disebelah kanan dengan cara yaitu memberi salam,memanggil nama panggilannya,menanyakan
kehidupan pribadinya yaitu menanyakan siapa orang terdekatnya,apa pekerjaannya sebelum masuk
RS,sebagai contoh akan dimulai oleh suster yang ada dalam kelompoknya.

Leader : “Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti?”

Leader : “Nah………..kalau semuanya sudah mengerti kita mulai permainannya”.

Leader : “Wah………..semuanya bagus sekali dan sekarang kita berikan tepuk tangan”.
4.      Tahap Terminasi

a.       Evaluasi

Leader : ”Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”

Leader : “Apakah diantara Bapak Ibu ada yang ingin menanyakan kehidupan pribadi lagi dengan
anggota kelompok lainnya?”

Leader : “Bapak/Ibu senuanya telah melakukan kegiatan dengan baik sekali dan semuanya sudah
mampu untuk bercerita tentang kehidupan pribadi dengan teman anggota kelompoknya.

b.      Rencana tindak lanjut

Leader : “Karena Bapak/Ibu sudah mampu berkenalan dengan orang lain maka Bapak/Ibu harus
mencoba bercerita tentang kehidupan dengan teman lain di kamar.”

c.       Kontrak yang akan datang

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari Rabu jam 08.30 WIB kita berkumpul lagi disini
untuk melanjutkan kegiatan kita.Tujuan dari kegiatan kita besok adalah agar Bapak/Ibu dapat
menyampaikan dan membicarakan topic tertentu.”

Leader : “Jangan lupa ya Bapak/Ibu agar besok membawa papan namanya.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan kita sampai disini
dulu.Terima kasih ya Bapak/Ibu”.

SESI 4
Tujuan

a.       Menyampaikan topic yang ingin dibicarakan

b.      Memilih topic yang ingin dibicarakan

c.       Memberi pendapat tentang topic yang dipilih

Setting

1.      Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2.      Ruang nyaman dan tenang

Alat

1.      tape recorder

2.      kaset “ marilah – kemari “ ( titiek puspa )

3.      bola tennis

4.      buku catatan dan pulpen

5.      jadwal kegiatan klien

Metode

1.      Dinamika kelompok

2.      Diskusi dan tanya jawab

3.      Bermain peran

Langkah Kegiatan

1.      Persiapan

Leader : “Bapak/Ibu smuanya semalam kita kan kita sudah janji bahwasannya pada hari ini kita akan
melanjutkan kegiatan kita.Sekarang kita mulai ya Bapak/Ibu semuanya
Leader mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.      Orientasi

a.       Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak/Ibu semuanya,Masih ingat dengan kami? kami mahasiswi Akper Depkes
yang akan memimpin jalannya aktivitas kita pagi ini sampai dengan selesai”.

Leader : “Nah,sekarang semuanya memakai bed namanya masing-masing ya!

b.      Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu semuanya pagi ini?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya sudah bercerita tentang kehidupan pribadi dengan teman-
teman yang lainnya?”

c.       Kontrak

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya kita sudah berjanji bahwa pagi ini kita akan melanjutkan
kegiatan kita yaitu menyampaikan,memilih,dan memberi pendapat tentang topic percakapan yang
dibahas”.

Leader : “Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin minum,Bapak/Ibu harus memberi tahu saya dulu
dengan cara menunjuk tangan tapi jangan lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus mengikutinya dari awal hingga
akhir”.

3.      Tahap Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan.Di sini saya mempunyai sebuah bola dan tape.Nanti bola
ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum jam.Bila musiknya berhenti maka siapa yang
memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topic yang ingin dibicarakan misalnya cara
bicara yang baik atau cara berteman yang baik”.
Leader : “Nanti topic yang akan dibicarakan akan ditulskan pada flipchart/white board secara
berurutan”.

Leader : “Nanti saya akan bantu untuk menetapkan topic yang paling banyak dipilih dan saya akan
menghidupkan lagi kaset dan bola tenis akan saya edarkan.Pada saat tape saya matikan,maka bagi
anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topic yang dipilih”.

Leader : “Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti?”

Leader : “Nah…….kalau Bapak/Ibu sudah mengerti kita akan memulai permainan ini”.

Leader : “Wah………….bagus sekali semua sudah bisa melakukannya maka sekarang kita beri tepuk
tangan”.

4.      Tahap Terminasi

a.       Evaluasi

Leader : ”Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”

Leader : “Apakah diantara Bapak Ibu ada yang ingin menyampaikan topic yang telah dibahas
kembali?”

Leader : “Bapak/Ibu senuanya telah melakukan kegiatan dengan baik sekali dan semuanya sudah
mampu untuk menyampikan topic yang telah dibahas”.

b.      Rencana tindak lanjut

Leader : “Karena Bapak/Ibu sudah mampu menyampaikan topic dengan baik maka Bapak/Ibu harus
mencoba menyampaikan topic yang telah kita bahas tadi dengan teman lain di kamar.”

c.       Kontrak yang akan datang

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari Rabu jam 08.30 WIB kita berkumpul lagi disini
untuk melanjutkan kegiatan kita.Tujuan dari kegiatan kita besok adalah agar Bapak/Ibu dapat
menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi.”

Leader : “Jangan lupa ya Bapak/Ibu agar besok membawa papan namanya.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan kita sampai disini
dulu.Terima kasih ya Bapak/Ibu”.

SESI 5
1.      Tujuan

Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan oranng lain:

a.       menyampaikan masalah pribadi

b.      memilih satu masalah untuk dibicarakan

c.       memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih

2.      Setting

a.       Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

b.      Ruangan nyaman dan tenang

3.      Alat

a.          Tape recorder

b.      Kaset

c.       Bola tennis

d.      Buku catatan dan pulpen

e.       Jadwal kegiatan klien

f.       Flipchart / whiteboard dan spidol

4.      Metode

a.       Dinamika kelompok

b.      Diskusi dan Tanya jawab

c.       Bermain peran / simulasi Dinamika kelompok

d.      Diskusi dan Tanya jawab

e.       Bermain peran / simulasi

5.      Langkah Kegiatan


1.      Persiapan

a.       Meningkatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi ke IV TAKS.

b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2.      Orientasi

a.       Memberi salam terapeutik

Leader : Selamat pagi bapak -ibu. Bagaimana keadaannya hari ini, semua sehat kan ? senang
sekali karena kita bisa bertemu kembali.

b.      Evaluasi/ validasi.

Leader : Bagaimana perasaan bapak - ibu saat ini ? Apakah bapak-ibu sudah latihan bercakap-
cakap dengan orang lain atau temannya? Apakah semuanya sudah siap melakukan terapi ini?

c.       Kontrak

Leader : Sesuai dengan janji kita pada hari Senin, kita akan berkumpul pada hari Selasa pagi, Jam
10.00 wib untuk menyampaikan, memilih dan memberi pendapat tentang masalah-masalah yang sering
Bapak /ibu alami setiap hari, baik dirumah maupun dilingkungan dimana bapak/ibu berada.

Leader : Bapak-ibu harus mengikuti kegiatan ini sampai akhir jadi bila ada yang hendak BAK atau
BAB silahkan permisi dan kembali lagi kemari. Kegiatan ini berlangsung selama 45 menit.

3. Tahap kerja

Leader : Baiklah sebelum kita memulai terapi ini, saya akan menjelaskan permainan ini. Dalam
permainan ini bapak dan ibu semuanya harus bisa menyampaikan masalah pribadi kepada siapa saja
yang bapak dan ibu percayai. Serta bapak-ibu harus bisa memberikan pendapat tentang masalah yang
akan bapak dan ibu pilih. Apakah bapak-ibu ada pertanyaan?

Leader : Jika bapak dan ibu sudah mengerti, saya akan menjelaskan aturan dalam terapi ini. Jika
sewaktu terapi berlangsung, bila bapak-ibu ingin keluar dari kelompok, misalnya ke kamar mandi atau
ingin minum, bapak-ibu harus permisi kepada suster yang ada disini, tetapi bapak -ibu harus kembali ke
sini lagi.
Leader : Baiklah kita mulai saja terapi ini, seperti terapi yang sudah kita lakukan sebelumnya.
Saya akan menghidupkan musik dan bola tenis ini akan bapak-ibu pegang lalu seiring dengan musik yang
berbunyi, bapak-ibu harus mengoperkan kepada teman yang ada di sebelah kanan bapak/ibu. sampai
semua mendapat giliran.

Leader : Nah... pada saat musik di matikan, bola yang di pegang oleh bapak-ibu harus berhenti
dan tidak boleh diberikan lagi pada teman sebelahnya.itu berarti, bapak-ibu harus menyampaikan
masalah yang ingin dibicarakan . kemudian masalah itulah yang akan bapak dan ibu tuliskan kepapan
tulis yang kami sediakan. Mengerti bapak-ibu? Nanti bapak-ibu akan dibantu oleh perawat-perawat yang
ada disini.

(Semua pasien menceritakan masalah pribadinya dan menuliskannya dipapan tulis yang di sediakan oleh
terapis)

Leader : baiklah , bagian pertama menceritakan masalah pribadi telah selesai, sekarang kita
mulai pada bagian memberi pendapat tentang masalah yang akan Bapak-ibu pilih, caranya sama. Saat
tape dimatikan maka bola yang ditangan bapak-ibu harus berhenti maka bapak-ibu harus memberi
pendapat pada masalah yang telah dipilih bapak-ibu, yang memegang bola mendapat gilirannya untuk
menyampaikan topik yang ingin dibicarakan dan teman saya akan menulis topik yang telah disampaikan
oleh Bapak-ibu.

Teman saya akan menghidupkan kasetnya kembali dan mengedarkan bola tenis, pada saat dimatikan
Bapak-ibu yang memegang bola yang memberikan tanggapan. Apakah bapak-ibu mengerti?

Leader : Bagus, ternyata Bapak-ibu bisa menceritakan pendapat tentang topik/masalah yang
dipilih pada hari ini.

Ayo beri tepuk tangan

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

Leader : Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah mengikuti kegiatan ini ?

Leader : siapa diantara Bapak/ibu yang mampu mengulang kembali tentang masalah pribadi yang telah
kita bicarakan pagi ini.

Leader :Ternyata Bapak-ibu semua sudah bisa mengutarakan pendapatnya, beri tepuk tangan untuk
semuanya

b.Rencana tindak lanjut


Leader : Setelah Bapak-ibu mengikuti kegiatan ini saya harap Bapak-ibu juga bisa bercerita
tentang masalah Bapak/iibu kepada orang lain atau kepada teman sekamar.

c. Kontrak yang akan datang

Leader : Oh ya Bapak-ibu, bagaimana kalau hari rabu pagi kita kumpul lagi, ditempat ini ,jam
10.00 WIB. Kita membahas tentang kemampuan bekerja sama dengan teman, cara meminta dan
memberi dengan baik .

Boleh kan bapak/ibu? kalau begitu sebelum menutup acara ini saya ucapkan terima kasih dan
selamat pagi semuanya.
SESI 6

Tujuan :

Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok :

Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain.

Menjawab dan member pada orang lain sesuai dengan permintaan.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

Tape recorder.

Kaset “Permainan”.

Bola tennis.

Buku catatan dan pulpen.

Jadwal kegiatan klien.

Kartu kwartet.

Langkah kegiatan :

1.      Persiapan

Leader : “Bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya kemarin kita kan sudah janji bahwasannya pada
hari ini kita akan melanjutkan kegiatan kita. Nah, sekarang kita mulai ya bapak-bapak dan ibu-ibu
semuanya.”
2.      Orientasi

a.       Salam terapeutik

Leader : “Selamat pagi semuanya, kami perawat dari Akper Depkes yang akan memimpin
jalannya aktivitas kita ini sampai selesai.”

Leader : “Nah sekarang semuanya memakai bed namanya masing-masing ya.”

b.      Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya pada hari ini?”

Leader : “Bapak-bapak dan ibu-ibu sudah saling bercerita sama teman-temannya kan?”

c.       Kontrak

Leader : “Baiklah bapak dan ibu semuanya. Kemarin kita kan sudah berjanji bahwa pagi ini kita
akan melakukan kegiatan berupa permainan adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu bapak dan ibu
semuanya mampu bekerja sama dalam permaian sosialisasi kelompok ini dan mampu menyusun kata.”

Leader : ”Adapun aturan permainan yang akan kita lakukan adalah:

·      Bagi bapak/ibu yang ingin meninggalkan ruangan ini, misalnya kekamar mandi maka bapak/ibu
harus meminta izin kepada suster-suster yang ada disini.

·      Lama kegiatan kita ± 45 menit dan semuanya harus mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.”

3.      Tahap Kerja

Leader : “Bapak dan ibu semuanya di sini kami menyediakan huruf-huruf yang nantinya akan
bapak dan ibu susun menjadi sebuah kata yang akan suster susun. Kalau bapak dan ibu belum mengerti
minta bantuan sama suster yang ada dalam kelompoknya dan suster harap kalian semua jangan
berebutan dan diharapkan masing-masing saling bekerja sama karena siapa cepat akan dapat juara.
Disamping kumplan huruf-huruf ada karton kosong. Di karton kosong tersebut bapak dan ibu semuanya
menyusun hurufnya. Bapak-bapak dan ibu-ibu sudah mengertikan ? Baiklah…. Permainannya sekarang
kita mulainya” (Berikan tepuk tangan)
4.      Tahap Terminasi

a.       Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan bapak/ibu semuanya setelah melakukan kegiatan kita ini? Saya
ucapkan terima kasih bapak dan ibu semuanya karena kegiatan kita hari ini berjalan dengan baik.”

b.      Rencana tindak lanjut

Leader : ”Baiklah bapak dan ibu semuanya setelah kegiatan ini saya harap bapak dan ibu
semuanya dapat saling bekerja sama dengan baik dan kegiatan ini dapat dilakukan setiap harinya.”

c.       Kontrak yang akan datang

Leader : “Bapak dan ibu semuanya besok kita akan melanjutkan kegiatan kita, yaitu bapak dan
ibu akan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang akan dilakukan.”

Leader : ”Besok kita akan melakukan kegiatan kita pada waktu dan tempat yang sama.”
SESI 7

Tujuan Umum

·         Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.

Tujuan Khusus

·         Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan.

Setting :

·         Klien dan terapis duduk dan bersama dalam lingkaran.

·         Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

·         Tape recorder.

·         Kaset “Permainan.”

·         Bola tennis.

·         Buku catatan dan pulpen.

·         Jadwal kegiatan klien.


Langkah kegiatan :

1.    Persiapan

a.    Leader : Leader menyuruh fasilitator supaya memilih yang kooperatif yang isolasi
menarik diri.

b.    Setelah pasien berkumpul

Leader : Baiklah besok pagi jam 10.00 kita berkumpul disini dalam rangka kegiatan.

Leader : Kontrak telah kita buat pada pasien dan saya berharap supaya fasilitator
mempersiapkan alat dan tempat pertemuan sebelum jam 10.00.

2.    Orientasi

a.    Salam terapeutik

Leader : “Selamat pagi semuanya, kami perawat dari Akper Depkes yang akan memimpin
jalannya aktivitas ini sampai selesai. Nah, sekarang semuanya memakai bed namanya masing-masing?”

b.    Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya pada hari ini? Apakah bapak
dan ibu semuanya sudah menjalankan kerja sama dengan yang lainnya.”

c.    Kontrak

Leader : “Baiklah bapak dan ibu semuanya. Kemarin kita kan sudah berjanji bahwa pagi ini kita
akan melakukan kegiatan berupa permainan adapun tujuan dari kegiatan ini adalah klien menyampaikan
manfaat 6 kali pertemuan TAKS.”

Leader : “Adapun aturan permainan yang akan kita lakukan adalah:

·           Apabila bapak/ibu mau meninggalkan ruangan ini, misalnya kekamar mandi maka bapak/ibu
harus. meminta izin kepada suster-suster yang ada disini.

·           Lama kegiatan kita ± 45 menit dan semuanya harus mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.”

3.      Tahap Kerja

Leader : “Jadi, bapak/ibu semuanya setelah kita melakukan permainan ini, bapak/ibu semuanya
tahu nggak manfaat dari kegiatan yang kita lakukan ini? Nah, kalau begitu saya akan menanyakan
manfaat dari kegiatan yang kita lakukan selama ini dengan cara yaitu saya akan menghidupkan tape
recorder dan saya akan edarkan bola ini dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Pada saat
tape dimatikan maka bagi siapa yang memegang bola mendapat kesempatan untuk menyampaikan
pendapat tentang manfaat dari kegiatan yang kita lakukan selama ini.”

Leader : “Baiklah, karena bapak dan ibu semuanya sudah tahu manfaat dari kegiatan kita ini dan
permainan ini sudah berjalan dengan baik maka kita berikan tepuk tangan untuk kita semua.”

4.      Tahap Terminasi

a.       Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan bapak/ibu semuanya setelah mengikuti kegiatan kita selama ini?”

Leader : “Waah…. Bagus sekali bapak dan ibu semuanya. Mari kita berikan tepuk tangan lagi.”

b.      Rencana tindak lanjut

Leader : “Nah….Permainan kita kan sudah selesai semuanya tapi bapak/ibu semuanya harus
tetap melatih diri agar lebih baik lagi. Nah…. Kalau begitu kami permisi dulu ya bapak/ibu semuanya dan
terima kasih atas kerja sama yang kita lakukan selama ini.”

 Home

 Askep

 Android

 Kebumen

 Informasi Lain - Unik

 Tips Trik

 Facebook

 Wisata

 Stikesku
 Profile

Kamis, 31 Januari 2013

Terapi Aktivitas Kelompok : Halusinasi

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

GAMBARAN LINGKUNGAN RUMAH

Disusun oleh :

1.      Aldo Sugiharto                         A01001347

2.      Eva Nirwana                             A01001366

3.      M. Sadaji Ragil                         A01001376

4.      Hardiani Dwi Restuningsih      A01001378

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAHTINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2013

A.    Topik
TAK Stimulasi Persepsi Sensori : Gambaran Lingkungan Rumah

B.     Latar Belakang

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal
dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan
perasaannya sendiri. (Budiana Keliat, 2005).

Individu dengan halusinasi memiliki persepsi yang tidak adekuat, lebih banyak menerima stimulus
internal daripada stimulus eksternal. Oleh karena itu individu yang bersangkutan perlu dilibatkan dalam
kegiatan TAK Stimulasi Persepsi.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative (Budiana Keliat, 2005).

Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab
bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya, mendapatkan pengkajian psikososial klien
yang  masih terpendam serta merangsang stimulasi realita lingkungan sekitar rumahnya.

C.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi  aktivitas kelompok (TAK) klien
dapat meningkatkan kernampuan dalam  mempersepsikan simulasi yang dilakukan sehingga dapat
mengontrol  halusinasinya.

2.      Tujuan Khusus

-          Klien mampu mengekspresikan lingkungan sekitarnya dengan gambar.

-          Klien dapat berkonsentrasi dengan penuh.


-           Klien dapat menceritakan gambar yang dibuatnya.

D.    Seleksi Klien

1.      Kriteria pasien

Pasien yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah:

a)      Klien dengan riwayat stimulasi persepsi dengan halusinasi

b)      Klien yang mengikuti TAK ini tidak sedang mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam
keadaan tenang

c)      Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)

2.      Jumlah peserta TAK : 6 orang

3.      Nama Peserta TAK

-          Tn n

4.      Proses seleksi klien sehari sebelum pelaksanaan

a)      Hasil observasi sehari-hari diruangan

b)      Informasi dari perawat ruangan

c)      Hasil diskusi kelompok

d)     Kontrak dengan klien yaitu kesadaran klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan
mengenai kegiatan tempat dan waktu.

E.     Jadwal Kegiatan


1.      Tempat pelaksanaan          : Wisma

2.      Lama Pelaksanaan TAK   : 45 menit

3.      Tanggal pelaksanaan         : 29 Januari 2013

4.      Waktu Pelaksanaan TAK  : 10.00-10.45 WIB

F.      Metode

Dinamika Kelompok

G.    Media dan alat

-          Spidol

-          Buku gambar

-          Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).

H.    Setting tempat

Keterangan:

leader

co leader

peserta

fasilitator

observer

I.       Pengorganisasian
1.      Leader                   : Eva Nirwana

2.      Co-leader              : Hardian dwi r

3.      Fasilitator              : Aldo sugiharto

4.      Observer                : M.sadaji ragil

J.       Uraian Tugas

1.      Leader

a.       Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai

b.      Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya

c.       Mampu  memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib

d.      Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

e.       Menjelaskan permainan

2.      Co-Leader

a.       Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien

b.      Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

3.      Fasilitator

a.       Memfasilitasi klien yang kurang aktif

b.      Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan

4.      Observer

a.       Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b.      Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung

c.       Mengatur alur permainan (time keeper)


K.    Susunan Acara

1.      Persiapan

a.       Memilih klien sesuai indikasi

b.      Membuat kontrak dengan klien

c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2.      Orientasi

a.       Salam

b.      Penjelasan tujuan TAK

c.       Penjelasan aturan main

d.      Kontrak Waktu

3.      Kerja

a.       Terapis (fasilitator) berdiri dengan klien paling belakang

b.      Terapis (leader) menjelaskan aturan main dalam mengikuti kegiatan

c.       Terapis menjelaskan/memberitahukan pesan kepada klien paling belakang, untuk disampaikan
kepada teman yang ada di depannya

d.      Terapis memastikan klien tetap kooperatif

e.       Terapis meminta klien di bagian paling depan menyampaikan kembali kalimat yang disampaikan
oleh fasilitator

f.       Terapis memberikan pujian kepada klien

4.      Terminasi

a.       Klien melakukan evaluasi subjektif (perasaan klien setelah terapi aktivitas kelompok)

b.      Leader melakukan evaluasi objektif (menanyakan hal-hal terkait dengan topik TAK yang sudah
dilakukan)

c.       Leader bersama klien membuat rencana tindak lanjut terkait topik TAK untuk mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari

d.      Membuat kontrak dengan klien tentang topik TAK, waktu TAK, tempat TAK yang akan datang.
L.     Program antisipasi

1.      Jika ada keluarga yang mengunjungi

a.       Keluarga dipersilahkan untuk menunggu dan menyimak jalannya kegiatan yang ada

b.      Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, baru kemudian dipersilahkan untuk menemui keluarganya

2.      Jika ada klien lain yang datang dan ingin mengikuti kegiatan

a.       Klien lain dipersilahkan untuk menonton dan tidak mengganggu jalannya kegiatan

b.      Apabila klien diperkirakan mengganggu kegiatan, maka salah satu Co Leader mengajak keluar klien
tersebut dan memasukkan ke dalam kamarnya

3.      Jika klien bosan dan tidak mau mengikuti kegiatan lagi

a.       Co Leader bertugas memberikan motivasi pada klien untuk mengikuti kegiatan sampai selesai,
meskipun klien pasif

b.      Apabila klien tetap ingin pergi, maka klien diperbolehkan meninggalkan kegiatan, dan Co Leader
menggantikan klien yang meninggalkan kegiatan tersebut

4.      Jika klien ingin BAB/BAK

a.       Salah satu Co Leader mengantar klien BAB/BAK dan menungguinya sampai kembali ke tempat
kegiatan

b.      Co Leader menganjurkan untuk BAB/BAK sebelum kegiatan dilakukan

M.   Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan konsentrasi dan menyampaikan informasi.

1)      Evaluasi proses

2)      Evaluasi hasil (observer menyampaikan hasil kegiatan)


LEMBAR EVALUASI

NAMA KLIEN (inisial)


NO TUK

-          Klien mampu menunjukan


1.
lingkungannya melalui gambar.

-          Klien dapat


2.
berkonsentrasi dengan penuh.

-           Klien dapat menceritakan


3.
apa yang ada dalam gambar

Terapi Aktivitas Kelompok

TOPIK : TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BERFOKUS MASALAH HUBUNGAN SOSIAL

A. Latar Belakang
Adanya data bahwa di bangsal Shinta terdapat klien dengan masalah hubungan sosial
B. Landasan Teori
Menarik diri (withdrawal) adalah sikap seseorang yang berasal dari alam perasaan dan mempengaruhi
hubungan sosial, interpersonal dan gambaran diri yang tidak stabil dan ditandai dengan perilaku impulsif
yang terlihat dalam berbagai konteks, perilaku kompulsif ini ditunjukkan dengan karakteristik perilaku
sebagai berikut:
a. Upaya yang penuh ketakutan untuk menghindari kenyataan.
b. Hubungan yang tidak stabil dan terlihat pada idealisasi yang bergantian dengan devaluasi.
c. Mengidentivikasi gangguan citra diri atau perasaan terhadap diri sendiri yang tidak stabil.
d. Impulsif yang sedikitnya dua hal yang bersifat merusak diri.
e. Afek yang labil.
(Standar Praktek Keperawatan RSJD DIY, 1997).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) : sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok:
a. Menyampaikan topic yang ingin dibicarakan
b. Memilih topic yang ingin dibicarakan
c. Member pendapat tentang topic yang dipiih
D. Sesi yang Digunakan
Dalam Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi dilakukan 7 sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien,
akan tetapi kelompok hanya melakukan sesi keempat yaitu: kemampuan bercakap-cakap topik tertentu.

E. Klien
Kriteria klien
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
2. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap penyakit fisik tertentu
seperti diare, thypoid dan lain-lain)

Karakteristik klien
1. Nn. SK : klien miskin bicara, afek klien tumpul, tenang, postuting, klien bisa tidur, klien tidak tampak
ngobrol dengan temennya
Masalah keperawatan : isolasi social menarik diri
2. Nn.SU : klien kooperatif, tenang, afeknya tumpul, autistic, nonrealistic, waham kebesarannya masih
ada, masih sering di tempat tidur
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir waham kebesaran, kerusakan interaksi sosial
3. Ny. S : klien tenang,halusinasi dengarnya masih ada,waham curiganya masih ada, afeknya
tumpul,autistic
Masalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Proses Pikir Halusinasi Dengar, Gangguan
Konsep Diri, Gangguan Proses Pikir Waham curiga
4. Ny. U : klien kooperatif, tenang, aktivitasnya mandiri, klien tidak tidur, klien menyatakan merasa
minder
Masalah keperawatan :
5. Nn. Si : klien kooperatif, tenang, klien mengatakan merasa sedih, aktivitas klien mandiri, tidur klien
cukup, klien tidak ad aide untuk bunuh diri
Masalah keperawatan :

Proses seleksi
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan klien yng masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAKS, meliputi: menjelaskan tujuan TAKS pada klien,
rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

F. Kriteria Hasil
Evalusi struktur :
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya
Evalusi proses :
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Leader mampu memimpin acara.
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi
masalah.
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai
evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
Evalusi hasil:
Diharapkan 70% dari kelompok mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota
kelompok

G. Pengorganisasian
1. Leader, bertugas:
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Memimpin diskusi.
2. Co-Leader, bertugas :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
3. Fasilitator, bertugas :
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f. Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
4. Observer, bertugas :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan jalannya acara.
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok.
H. Setting tempat

Keterangan :
: Leader : Fasilitator
: Observer : Klien

I. Proses Pelaksanaan

Sesi 4 : Kemampuan Bercakap- cakap Topik Tertentu

Tujuan
Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/Tanggal : 27 Oktober 2011
Waktu : 12.30 WIB
Alokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan (5 menit)
Permainan (5 menit)
Terapi kelompok (30 menit)
Penutup (5 menit)
Tempat : Bangsal Shinta, Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Tim Terapis
Leader : Sani Ariaji Wicaksono
Co-Leader : -
Fasilitator : Elfani Febria Rahmawati
Observer : Endah Sulistiyani
Nama Peserta
1. Nn. SK
2. Nn. SU
3. Ny. S
4. Ny U
5. Nn. SiFrisilia
Alat
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Musik : kopi dangdut
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapetik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/validasi :
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap dengan orang lain
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menyampaikan, memilih dan member pendapat tentang topic
percakapan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok ( contonya ingin k kamar mandi) harus minta izin
pada terapis terlebih dahulu
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu music dihidupkan dan bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam
( yaitu ke arah kiri) dan saat music dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola mandapat
giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.dimulai dari terapis sebagai contoh.
Misalnya cara bicara yang baik, atau mencari teman
b. Lalu hidupkan music dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat music dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan.dimulai dari terapis sebagai contoh. Misalnya cara
bicara yang baik, atau mencari teman
d. Tuliskan pada flipchart / whiteboard topic yang disampaikan secara berurutan
e. Ulangi b, c dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Hidupkan kembali music dan edarkan bola tenis.pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola
memilih topikyang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada
g. Ulangi f sampai semua anggota memilih topik
h. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih
i. Hidupkan kembali musiknya dan edarkan bola tenis.pada saat dimatikan, anggota yang memegang
bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipiih
j. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat
k. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah TAK
2) Memberikan pujian atas keberhasilan
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik tertentu dengan orang lain
pada kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
2) Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 4, dievaluasi kemampuan secara
verbal menyampaikan, memilih dan memberikan pendapa tentang topik percakapan serta kemampuan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi sebagai berikut:

a. Kemampuan verbal : menyampaikan topik


No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyampaikan topik dengan jelas


2. Menyampaikan topik secara ringkas
3. Menyampaikan topik secara relevan
4. Menyampaikan topik secara spontan
Jumlah

b. Kemampuan verbal : memilih topik


No. Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Memilih topik dengan jelas
2. Memilih topik secara ringkas
3. Memilih topik yang relevan
4. Memilih topik secara spontan
Jumlah

c. Kemampuan verbal : memberikan pendapat


No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Memberi pendapat dengan jelas


2. Memberi pendapat secara ringkas
3. Memberi pendapat yang relevan
4. Memberi pendapat secara spontan
Jumlah

d. Kemampuan nonverbal
No. Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian pada semua aspek dengan memberi tanda (√) jika klien mampu dan
tanda (-) jika klien tidak mampu
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu dan jika nilai < 2 klien belum
mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAKS. Contoh: kemampuan verbal
menyampaikan dan memilih topic percakapan 3, kemampuan member pendapat 2, dan kemampuan
nonverbal 2. Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah :klien mengikuti TAKS sesi 4, klien mampu
menyampaikan dan memilih topic percakapan, tetapi elum mampu. Dianjurkan untuk melatih klien
bercakap-cakap dengan topic tertentu di ruang perawat ( buat jadwal).
DAFTAR PUSTAKA

http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/10/laporan-pendahuluan-perilaku-kekeraan.html
http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=203
Keliat, Budi Anna dan Akemat.2005.Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
ISOLASI SOSIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa II

Disusun oleh :
1. Elfani Febria Rahmawati NIM. P07120109010
2. Endah Sulistiyani NIM. P07120109011
3. Sani AriajI Wicaksono NIM. P07120109032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2011

HASIL EVALUASI TAK PK SESI 5

I. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 3 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 fasilitator dan 1 observer
b. TAK dilakukan di Ruang Pertemuan Bangsal Shinta yang cukup luas, terdapat banyak jendela berteralis
sehingga memiliki sirkulasi udara baik. Ruang makan telah tersedia meja dan kursi untuk meningkatkan
kenyamanan peserta TAK.
c. Peralatan alat tulis dan obat untuk peraga telah tersedia
d. Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan karakteristik klien untuk melakukan
terapi aktifitas kelompok sosialisasi, dari 8 klien PK dipilih 6 klien yang dianggap memenuhi kriteria.
II. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas, yaitu bila peserta ingin BAK, peserta harus meminta
izin terlebih dahulu, peserta harus mengikuti tiap kegiatan TAK yang akan dilakukan dan peserta harus
mengikuti TAK sampai selesai.
b. Fasilitator mempersiapkan peralatan meliputi papan nama dan pulpen kemudian menempatkan diri
di tengah-tengah klien kemudian menjelaskan proses kerja TAK
c. Observer menempatkan diri di tengah-tengah peserta dan dapat mengamati jalannya TAK.

III. Evaluasi Output


Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok PK dengan 6 klien yang diamati, hasil yang dicapai adalah
sebagai berikut :
a. 83,3 % klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
b. 100 % klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat
c. 66,67 % klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Evaluasi Proses
No. Nama Menyebutkan 5 benar minum obat Menyebutkan keuntungan minum obat Menyebutkan
akibat tidak patuh minum obat
1. Nn. Ei V V V
2. Nn. D V V V
3. Ny. M - V V
4. Nn. F V V V
5. Ny. S V V V
6. Ny. W - - V

No Nama Warna obat Waktu minum obat Perasaan sblm minum obat Perasaan stlh minum obat
1 Nn. Ei Putih, kuning, merah muda Pagi, dan sore Tidak tenang Tenang
2 Nn. D Putih, jambon, kuning Pagi, siang dan malam gelisah Mendingan
3 Ny. M Putih, kapsul ijo semu kuning, merah muda Pagi, siang, malam Sulit tidur Lebih cepat tidur
4 Nn. F Putih, oren, merah muda Pagi, siang, malam Cemas, gelisah Tenang
5 Ny. S Abu-abu, putih, orange Pagi, siang dan malam gelisah Tenang
6 Ny. W Putih, orange Pagi, sore - Enak di badan

Catatan: saat TAK berlangsung, Nn. D mengganggu jalannya aktivitas. Nn. D membuat keributan dengan
berteriak-teriak karena berselisih paham dengan Nn. Ei. Namun leader mampu menenangkannya
dengan memindahkan posisi duduknya berjauhan dengan Nn. Ei
KESIMPULAN

A. Tujuan TAKS yang tercapai


1. 83,3 % klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. 100 % klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat

B. Tujuan TAKS yang tidak tercapai


66,67 % klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

ANGKATAN XIII S.Y. PTK ";";";"; INGAT!!! REFERENSI YANG TERBAIK ADALAH DARI BUKU... BUKAN DARI
INTERNET.

Kamis, 08 Maret 2012

terapi aktivitas lansia

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

SOSIALISASI PADA LANSIA

A.     TOPIK  : Role play tentang dampak positif dan negatif dari personal hygine pada lansia.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum :
Agar lansia memahami dampak positif dan negatif dari personal hygine.

 2. Tujuan khusus:

a.       Klien mampu memahami tentang personal hygine.

b.      Klien  mengerti tentang manfaat personal hygine.

c.       Klien mampu menerapkan personal hygine yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

d.      Klien mampu mempertahankan personal hygine yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

C. LANDASAN TEORI

1. Konsep dasar lansia

          Lanjut usia merupakan kelanjuatan dari usia dewasa (Dra.Ny.Jos Psikolog dari UI ).Seseorang dapat
dikatakan jompo atau lanjut usia setelah 55 tahun tidak mempunyai nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (UU.No IV tahun 1965 ).Menua adalah satu
proses yang menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan sruktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas ( termasuk infeksi dlam memperbaiki kerusakan yang diderita ( konstantinides tahun
1994 ).Sistem Muskoloskeletal adalah berkaitan dengan atau terdiri dari langkah dan otot ( Dorlan 1998
Hal.690 ).

1. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Akibat Proses Penuaan

         Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya
untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya
kurang berhasil maka timbulnya berbagai masalah. Hurclock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar
Sunyoto (1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :

a.       Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.

b.      Ketidak pastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya.

c.       Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah.

d.      Mengembangan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak.

e.       Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

     
         Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia lainnya pada sistem tubuh.

a. Sistem Kardivaskuler

     Terjadi penurunan curah jantung,penurunan kemampuan merespon stress,frekuensi jantung dan
volume tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal,kecepatan pemulihan jantung lebih
lambat,peningkatan tekanan darah.

b. Sistem Pernafasan

     Terjadi peningkatan volume residual paru,penurunan kapasitas vital,penurunan pertukaran gas dan
kapasitas difusi,penurunan efisiensi batuk.

c. Sistem Integumen

     Penurunan perlindungan terhadap trauma dan pajanan matahari,penurunan perlindungan terhadap
suhu yang ekstrim,berkurangnya sekresi minyak alami dan keringat.

d. Sistem Reproduksi

         wanita : penyempitan dan penurunan elastisitas vagina,penurunan sekresi vagina

         pria : penurunan ukuran penis dan testis.

         Pria dan wanita : respon seksual yang melambat

e. Sistem Muskuloskeletal

  Kehilangan kepadatan tulang,kehilangan ukuran dan kekuatan otot,degenerasi tulang rawan sendi.

f. Sistem Gastrointestinal

         penurunan salivasi,kesulitan menelan makanan,perlambatan pengosongan esopagus dan


lambung,penurunan motilitas gastrointestinal.

g. Sistem Syaraf

         Penurunan kecepatan konduksi syaraf,cepat bingung saat sakit fisik dan kehilangan orientasi
lingkungan,penurunan sirkulasi serebral ( pingsan,kehilangan keseinbangan )

h. Sistem Indra Khusus

     Penglihatan : berkurangnya kemampuan memusatkan pada benda dekat,ketidak mampuan


menerima cahaya yang menyebabkan,kesulitan menyesuaikan terhadap perubahan intensitas
cahaya,penurunan kemampuan membedakan warna.

Pendengaran : penurunan kemampuan untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi.

Kecap dan penghidu : penurunan kemampuan terhadap pengecapan dan penciuman.


 Perubahan Kondisi Mental

      Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan mental ini
erat kaitannnya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan, serta situasi
lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah:

1). Pertama- tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2). Kesehatan umum

3). Tingkat pendidikan

4). Kerturunan

5). Lingkungan

6). Gangguan saraf panca indra

 Perubahan Psiko sosial

         Masalah- masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung pada
kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan
bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Perubahan mendadak
dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang melaukukan kegiatan yang
berguna antara lain:

1). Minat

2). Isolasi dan kesepian

3). Iman

             Perubahan Kognitif

Perubahan fungsi kognitif diantaranya :

1). Kemunduran umumnya terjadi pada tugas- tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek.

2).     Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.

3).     Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit.
       Perubahan Spiritual

1). Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya ( Maslow, 1970 )

2). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaan

3). Perkembangan spiritual dapat dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

3.Konsep R.O.M

R.O.M  merupakan latihan gerak isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan otot) yang dilakukan klien
dengan menggerakan persendian-persendian tubuh manusia sesuai dengan rentang gerak masing-
masing.

 Tujuan :

-         Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot

-         Mempertahankan fungsi kardiorespiratori

-         Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian

Prosedur pelaksanaan :

Perawat memberikan bimbngan dan intruksi atau motivasi pada klien untuk menggerakan persendian
tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing-masing

Prosedur :

a.       Gerakan bahu

-         Mulai masing-masing gerakan dari lengan disisi klien, pegang lengan dibawah siku dengan tangan
kiri perawat dan pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan perawat

-          Flexi dan extensikan bahu.

Gerakan lengan keatas menuju kepala tempat tidur. Kembalikan keposisi sebelumnya

-         Abduksikan bahu

Gerakan lengan klien keatas tubuhnya sampai tangan bersangkutan menyentuh tangan pada sisi
disebelahnya.

-         Rotasikan bahu internal dan ekternal

b.      Gerakan siku


-         Fleksikan dan ektensikan siku

Bengkokan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu dan luruskan kembali ketempat semula.

-       Pronasi dan supinasikan siku

Genggam tanggan klien seperti orang yang berjabat tangan dan putar telapak tangan klien kebawah dan
keatas, pastikan hanya terjadi pergerakan siku, bukan bahu.

c.       Gerakan pergelangan tangan

-       Fleksi pergelangan tangan

Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya menyangga lengan bawah dan bengkokkan
pergelangan depan

-       Ektensikan pergelangan tanggan

Dari posisi fleksi, tegakan kembali pergelangan tangan keposisi semula

-         Fleksi radial ( Abdukasi)

Benggkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari

-        Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi)

Bengkokan pergelangan tangan secara lateral kearah jari kelima.

d.      Gerakan jari-jari tangan

-                Flexi

Bengkokan jari-jari tangan dan ibu jari ke arah telapak tangan (tangan menggenggam)

-         Ekstensi

Bengkokan jari-jari tangan kebelakang sejauh mungkin

-   Abdukasi

Buka dan pisahkan jari-jari tangan

-   Adduksi

    Dari posisi abdukasi,kmbalikan keposisi semula

-   Oposisi

     Sentuhkan masing-masing jari tangan depan ibu jari


e.       Gerakan pinggul lutut

Untuk melakukan gerakan ini,letakan satu tangan di bawah lutut klien dan tangan yang lainnya di bawah
mata kaki klien.

-  Flexi dan ekstensikan lutut dan pinggu

Angkatkan kaki dan bengkokan lutut dan pinggul,gerakan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin dan
kembalikan lutut ke bawah,tegakkan lutut,rendahkan kaki sampai pada kasur.

-                               Abdukasi dan addukasi kaki

Gerakan kaki ke samping mnjauhi klien dan kembalikan melintas ke atas kaki lainnya.

-                               Rotasikan pinggul internal dan eksternal

Putar kaki ke dalam,kemudian keluar

f.        Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki

-   Dorsoflexikan telapak kaki

                Letakan satu tangan di bawah tumit dan tekan kaki klien

               Dengan lengan anda untuk menggerakannya ke arah kaki.

-                               Flexi plantar telapak kaki

Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya berada pada tumit dan dorong telapak
kaki menjauh dari kaki.

kaki .

-                                Flexi dan ekstensikan jari-jari kaki

Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien dan tangan yang lainnya di atas dagu klien,gerakan
kepala ke depan sampai menyentuh dada kemudian kembalikan ke posisisi semula tampa di sangga oleh
bantal.

-                               Inversi dan eversi telapak kaki

                                                                                                                                 

Letakkan satu tangan dibawah tumit,dan tangan yang lainnya di atas punggung kaki dan putar telapak
kaki ke kedalam,kemudian keluar.

g.       Gerakan leher


Ambil bantal di bawah kepala klien

-   Flexi dan ekstensi leher

                Letakkan satu tangan di bawah kepala klien dan tangan yang

                Lainnya di atas dagu klien,gerakan kepala ke depan sampai

                Menyentuh dada,kemudian kembalikan ke posisi semula

                Tanpa di sangga oleh bantal.

-                               Flexi lateral leher

Letakkan ke dua tangan pada pipi klien dan gerakan kepala klien ke arah kanan dan kiri.

h.       Gerakan hiperekstensi

Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat dengan perawat.

-                               Hiperekstensi leher

Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di bawah siku klien kmudian tarik
lengan atas ke atas dan kebelakang.

-                               Hiperekstensi pinggul

Letakkan satu tangan di atas pinggul.tangan yang lain menyangka kaki bagian bawah kemudian gerakan
kaki ke belakang dari persendian pinggul.

      Terapi Aktivitas Kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan hal tersebut,
maka Lancaster mengemukakan beberapa aktifitas yang dilakukan pada TAK, yaitu menggambar,
mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari- hari yang lain. Wilson dan
Kneisl 1992 menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan tehnik kreatif untuk menfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial diri dan harga diri. Aktifitas yang digunakan
sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca puisi, seni, musik,  menari, literatur.

      Terapi aktifitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif
atau persepsi, terapi aktifitas kelompok stimulasi sensorik, terapi aktifitas simulasi realita, dan terapi
aktifitas kelompok sosialisasi..
      Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah di orientasikan  pada kenyataan yang ada di sekitar
klien,yaitu diri sendiri,orang lain yang ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien,dan
lingkungan yang mempunyai hubungan dengan klien.Demikian pula dengan orientasi waktu saat
ini,waktu yang lalu,dan rencana kedepan.Aktifitas dapat berupa : orientasi orang,waktu,tempat,benda
yang ada di sekitar,dan semua kondisi nyata.

a. Tujuan

1). Tujuan Khusus : Klien dapat meningkatkan  personal hygien yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

2). Tujuan Khusus :

a). Klien mampu memahami personal hygien

b). Klien mengerti tentang manfaat personal hygien

c). Klien mampu menerapkan personal hygien yang baik dalam kehidupaan

      sehari-hari

d).        Klien mampu mempertahankan personal hygien yang telah di terapkan

      b. Aktifitas dan Indikasi

         Aktifitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan personal hygien klien.klien yang mempunyai
indikasi TAK adalah klien dengan :

1 ) Klien dengan personal hygien yang tidak baik

2 ) Klien yang mengalami gangguan kesehatan akibat dari personal hygien yang tidak  

      Baik.

D. KLIEN

1. Karakteristik / kriteria

a. Klien dapat diajak berkerja sama 

b. Klien dapat berkonsentrasi kurang lebih 45 menit

2. Proses seleksi

-         Pengkajian oleh mahasiswa

-         Penyeleksian klien sesuai kriteria


-         Klien tidak disorientasi

-         Sehat fisik, kooperatif dan dapat memahami pesan yang diberikan

-         Mengklasifikasi klien dan bekerja sama dengan perawat ruangan

-         Mengadakan kontrak dengan klien

2. Jumlah klien 6 orang

PENGORGANISASIAN

1. waktu

 Hari/ tanggal                 : 

 Waktu                          : 

 Tempat             : 

2. Tim Terapis

o Setting : Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan keaaan ruangan
tenang

Keterangan :
K : Klien                      L : Leader                    CL : Co Leader

O$ : Observer                          F : Fasilitator

           

Tim tearapis dan uraian tugas

Leader :

a.       Menyusun rencana TAK

b.      Mengarahkan kelompok sesuai tujuan

c.       Memfasilitasi anggota untuk mengekpresikan perasaan, pendapatan dan memberikan umpan balik

d.      Role play

e.       Mengkaji hambatan dalam kelompok

f.        Mengkaji komplik interpersonal

g.       Mengkaji sejauh mana anggota kelompok mengerti dan melaksanakan kegiatan

Co leader :

a.              Pembantu pemimpin kelompok

b.             Membantu mengorganisir anggota kelompok

c.                    Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien

d.             Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

e.              Mengingatkan leader tentang waktu

Fasilitator :

a.       Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif  dalam mengkonsentransikan
anggota kelompok  untuk ikut dan fokus pada arahan yang diarahkan oleh leader.

b.      Membantu memotifasi dalam kelompok  agar ikut dalam kegiatan.

c.       Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung

d.      Mempertahankan kehadiran peserta :

-         Selama kegiatan TAK berlangsung kurang lebih 45 menit.

-         Peserta yang ingin kebelakang untuk izin dan kembali ke kelompok awal.
Observer :

a.       Mengobservasi respon klien

b.      Mengobservasi pelaksanaan TAK

c.       Mengobservasi jalannya/proses TAK

d.      Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung.

3. Metode

a.       Diskusi dan tanya jawab

b.      Bermain peran / simulasi dan latihan

4. Alat

a.       Tape recorder

b.      Kaset atau musik

c.       Spidol

d.      Kertas

e.       Papan nama ( berwarna )

F. PROSES PELAKSANAAN

1.      Persiapan

a)        Membuat kontrak dengan klien

b)        Mempersiapkan alat dan tempat

2.      Orientasi

a         Salam terapieutik

1)      Salam dari terapis kepada klien

2)      Klien dan terapis pakai papan nama


b        Evaluasi/validasi

1)      Terapis menanyakan keadaan klien saat ini

2)      Terapis menanyakan apakah telah  menerapkan personal hygien yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.

c         Kontrak

1)      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok

2)      Menjelaskan aturan main, yaitu :

a)      Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.

b)      Lama kegiatan 40 menit

c)      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a.   Terapis membagi anggota menjadi 2 kelompok kecil ( kelompok A dan B ) dimana kelompok A
memegang kegiatan role play yang di peran kan oleh mahasiswa yarsi dan kelompok B yang akan
dilakukan terapis.

b.      Hidupkan  tape recorder lalu leder membacakan prolog dan role play di mainkan.

c.       Setelah role play berakhir tanyakan pada kelompok B tentang makna dan arti dari role play yang
telah di sajikan.

d.      Fasilitator berperan dalam membantu dan mengarahkan klien tentang makna dan arti dari role
play tersebut.

e.       Berikan pujian untuk setia jawaban anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

f.        Apabila anggota kelompok tidak daapat menjelaskan makna dan arti dari role play,maka akan
mendapatkan sangsi ( menynyi atau sesuai dengan hobi klien )

g.       Beri pujian untuk setiap keberhasilan untuk anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

4.                                                                                                      Teminasi

a.       Evaluasi

1)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.

2)      Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.


b.                  Tindak lanjut

1)      Menganjurkan anggota terapis untuk menerapkan personal hygien yang baik.

2)      Memasukkan kegiatan untuk saling mengingatkan antar klienn untuk selalu menjaga kebersihan
diri setiap harinya.

c.       Kontrak yang akan datang

1)            Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu, dengan  bercakap-cakap tetang kebersihan diri dan
lingkungan.

2)            Menyepakati waktu dan tempat.

G.                FORMAT EVALUASI

                  Terlampir

FORMAT EVALUASI

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


SOSIALISASI ( TAK ) PADA LANSIA

Nama
No Aspek yang dinilai Nyek
Suandi Adullah Maria Artisa Yulianti
Hiong

1
Menyebutkan identitas
( Nama lengkap, Nama
               
panggilan dan asal ) pada
anggota kelompok.

2
Mampu menyebutkan
manfaat dari pergerakan                     
sendi

3
Mampu mengikuti
gerakan sendi yang di                          
peragakan

4
Mampu mmengingat
kembali manfaat dari                         
pergerakan sendi

FORMAT EVALUASI

Kriteria evaluasi :

Angka 4                    : melaksanakan sendiri dengan lancar dan baik

Angka 3                    : melaksanakan sendiri dengan baik

Angka 2                    : melaksanakan dengan baik dibawah bimbingan

Angka 1                    : melaksanakan dengan bimbingan tapi masih ada kesalahan

Angka 0                    : tidak dapat melaksanakan


Evaluasi kelompok

Kelemahan :

-         Kegiatan terlalu monoton.

-         Tidak mengefisienkan waktu sebaik mungkin.

-         Ada seorang klien yang tidak mengikuti TAK sampai selesai

-         Klien terlalu sering pindah – pindah sehingga klien mudah lelah.

Kelebihan   :

-         Klien sangat berpartisipasi dengan kegiatan dengan baik.

-         Kerja sama kelompok sudah baik.

-         Kegiatan sudah cukup bagus.


PENGORGANISASIAN TAK

Leader                         :  

Co.Leader                    :

peserta                         :

Observer                      :

D. sasaran dan sumber pembelajaran

         - Media : Tim Role Play,acsesoris yang di gunakan,tape recorder dan papan nama

         - sumber: - Alimul hidayat,A.Aziz dkk,2004.kebutuhan Dasar Manusia.jakarta : EGC

                          - Dani,cecep.2007.Sanita Tempat-Tempat Umum.pontianak.

                          - Soemijat.juli,1994.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta:Gajah Mada

                             University Press.           

PROPOSAL TAK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

A.   TOPIK

Gangguan Konsep Diri         :  Harga Diri Rendah

Sesi 1                                        :  Identifikasi hal positif pada diri

B.   TUJUAN

1.    Tujuan Umum

Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok, berkomunikasi, mampu
berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang diberikan.
2.    Tujuan Khusus

a.    Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan

b.    klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

C.   LANDASAN TEORI

Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan
Sundeen dalam keliat, 1992).

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri
mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam
bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi diri yg negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ).

Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998 ).

Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain terutama kesehatan jiwa (Mirzal, 2009).

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan
tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Termasuk
didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak
tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak
adekuat. Harga diri rendah kronik juga merupakan suatu komponen utama dari depresi yang
ditunjukkan dengan perilaku sebagai terhukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2005).

Beberapa penelitian menunjukkan depresi yang diakibatkan karena harga diri rendah, yang salah
satunya mempunyai hasil 15.600 siswa sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai dengan 10 menunjukkan
harga diri rendah yang diakibatkan karena sering dilakukan pengintimidasian/pengejekan berakibat
menimbulkan resiko depresi pada usia dewasa (Kendree, 2001).

Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu yang
kurang menyenangkan, misalnya terlibat napza. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan bahwa
pecandu napza biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan
emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara
wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi. (Shives, 1998).

Terapi keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini
bertujuan untuk merubah pikiran negatif yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis ke arah
berpikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan
untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh
anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertahankan situasi yang mendukung pada
pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang
merupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa di masyarakat.

D.   KLIEN

1.    Kriteria

-          Klien yang sehat fisik

-          Klien yang harga diri rendah

-          Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya

2.    Proses seleksi 

-          Berdasarkan observasi klien sehari-hari

-          Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku klien sehari-hari

-          Hasil diskusi kelompok

-          Berdasarkan asuhan keperawatan

-          Adanya kesepakatan dengan klien

E.   PENGORGANISASIAN

1.    Waktu

 a.   Hari / tanggal         :

 b.   Jam                          :


 c.   Acara                       : 45 menit

-          Pembukaan                          : 5 menit

-          Perkenalan pada klien       : 2 menit

-          Perkenalan TAK                  : 5 menit

-          Persiapan                              : 10 menit

-          Permasalahan                      : 20 menit

-          Penutup                                : 3 menit

 d.   Tempat                    : 403

 e.   Jumlah pasien      : 5 orang

2.    Tim terapis

a.    Leader :

Bertugas :

·         Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok

·         Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok

·         Menetapkan jalannya tata tertib

·         Menjelaskan tujuan diskusi

·         Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi
tersebut .

·         Kontrak waktu

·         Menimpulkan hasil kegiatan

·         Menutup acara

b.    Co leader

Bertugas :

·         Mendampingi leader jika terjadi bloking

·         Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

·         Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah


c.    Observer

Bertugas :

·         Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

·         Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok

·         Mengobservasi perilaku pasien

d.    Fasilitator
Bertugas :

·         Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

·         Mendampingi peserta TAK

·         Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok

·         Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

e.    Anggota

Bertugas :

·         Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

3.    Metode dan media

a.    Metode

1.      Diskusi dan tanya jawab

2.      Bermain peran

b.    Alat :

1.      Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK

2.      Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK

c.    Setting

1.    Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2.    Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih

3.    Ruangan nyaman dan tenang


Keterangan :

L             : leader

Co L       : co leader

Obs         : observer

F              : fasilitator

K              : klien

F.    PEMBAGIAN TUGAS

Leader                  :

Co Leader           :

Observer              :

Fasilitator             :

G.   PROSES
PELAKSANAAN

1.    Persiapan

a.    Memilih klien


sesuai dengan
indikasi, yaitu
klien dengan
gangguan konsep
diri : harga diri
rendah

b.    Membuat
kontrak dengan
klien

c.   
Mempersiapkan
alat dan tempat
pertemuan

2.    Orientasi
a.    Salam terapeutik

-          Salam dan terapis pada klien

-          perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )

-          menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )

b.    Evaluasi / validasi

-          Menanyakan perasaan klien saat ini

c.    Kontrak

-        Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri.

-          Terapis menjelaskan aturan main berikut

1)    Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis

2)      Lama kegiatan 45 menit

3)    Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3.    Tahap kerja

a.    Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama

b.    Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien

c.    Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan

d.    Terapis memberi pujian atas peran serta klien

e.    Terapis membagikan kertas yang kedua

f.     Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang dimiliki,
kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit

g.    Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran sampai semua
klien mendapatkan bergiliran.

h.    Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

4.    Tahap terminasi

a.    Evaluasi

-          Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK


-          Terapis memberikan pujian kepada kelompok

b.    Tindak lanjut

-          Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis

c.    Kontrak yang akan datang

-          Menyepakati TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan di rumah
sakit dan di rumah.

-          Menyepakati waktu dan tempat

H.   EVALUASI DAN DOKUMENTASI

1.    Evaluasi

Evaluasi dilakukan ssat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah Sesi
1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan
aspek positif (kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1

Stimulasi persepsi : Harga Diri Rendah

Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri

No Nama Klien Menulis pengalaman yang tidak Menulis hal positif diri
menyenangkan sendiri

PetunjPetunjuk :

1.    Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

2.    Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
dan aspek positif dari diri sendiri. Beri tanda (Ö) jika klien mamapu dan (x) jika klien tidak mampu.
2.    Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga
hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif dirinya dan
tingkatkan reinforcement (pujian).

STRATEGI PELAKSANAAN

Pertemuan                :  I (satu)

Hari / tanggal            :  Senin, 14 Mei 2012

Nama Klien               :  Bpk A, Ibu B, Bpk C, Ibu D, ibu E

Ruangan                   :  403

A.   PROSES KEPERAWATAN

1.    Kondisi klien

Data Subyektif :

ü  klien mengatakan belum pernah mengikuti terapi aktivitas kelompok

Data Obyektif :

ü  Klien terlihat ragu-ragu saat membicarakan TAK

2.    Diagnosa Keperawatan :

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.    Tujuan Khusus

a.    Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan

b.    klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya

B.   STRATEGI KOMUNIKASI

1.    Orientasi

a.    Salam Terapeutik

“selamat pagi, Bapak – ibu ?”

b.    Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak – ibu pagi ini ?”

“apakah bapak dan ibu masih ingat dengan saya dan janji kita kemarin, yaitu tentang kegiatan terapi
kelompok dari kami”

c.    Kontrak

ü  “bapak dan ibu, perkenalkan kami dari mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali hari ini akan
melaksanakan TAK yaitu melatih positif pada diri.

ü   “kita akan melaksanakan TAK ini selama 45 menit di ruang ini yaitu di ruangan 403”

ü   “tujuan dilaksanakan TAK ini yaitu supaya bapak dan ibu dapat bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri yang ada di dalam diri bapak dan ibu sekalian”

ü  “ jika bapak atau ibu ingin meninggalkan tempat ini, bapak atau ibu harus meminta izin kepada saya,
tetapi saya berharap bapak dan ibu mengikuti kegiatan ini dari awal sampai selesai”

2.    Tahap kerja

ü  “baiklah bapak dan ibu kegiatan ini kita mulai”

ü  “kami akan membagiakan kertas pertama dan spidol, bapak dan ibu coba tuliskan pengalaman yang
tidak menyenangkan”

ü  “bagus sekali bapak dan ibu sudah mengisi kertas yang kami bagikan. dan sekarang kami akan
membagikan kertas yang kedua. di kertas yang kedua ini bapak dan ibu tuliskan hal positif tentang bapak
dan ibu miliki dan kemampuan yang bapak dan ibu miliki”

ü  “karena bapak dan ibu sudah selesai menulis hal positif yang bapak atau ibu miliki, mari kita mulai
untuk membacakan hal positif yang sudah bapak dan ibu tulis, dimulai dari Bapak A, silahkan bapak.
kemudian sekarang Ibu B, silahkan dibacakan ibu. Lanjut ke Bapak C, kemudian Ibu D dan yang terakhir
Ibu E”

ü  terimakasih bapak dan ibu karena sudah membacakan hal positif yang bapak dan ibu miliki, dan
semua yang bapak dan ibu bacakan itu sangat bagus”

3.    Tahap terminasi

a.    Evaluasi

“bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”

b.    Tindak lanjut

“mungkin dari bapak dan ibu masih banyak memiliki hal yang positif yang belum ditulis, untuk itu
sekarang bapak dan ibu boleh menulisnya”
c.    Kontrak yang akan dating

“bapak dan ibu sekalian nanti akan ada kegiatan aktifitas kelompok seperti ini lagi dengan kegiatan yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

          Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

          Isaacs, Ann.2004. Panduan Belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta : EGC

          Keliat, Budi Anna.2004. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC

          Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

      Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : NUHA MEDIKA

         Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Pengertian

Konsep diri adalah semua pikirin, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri sesorang tidak
terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat dan dnegan dunia. Konsep diri terdiri atas citra tibuh, harga diri, ideal
diri, penampilan diri dan identitas personal ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).

Harga diri rendah adalah kecenderungan individu untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah
dari orang lain. ( Stuart dan Sundeen ).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri yang negatif yang mungkin secara
langsung atau tidak langsung. ( Mary C Townsend, 1998 ).

Harga diri rendah adalah perasaan yang cenderung bersifat negatif terhadap dirinya sendiri yang
meliputi perasaan kehilangan kepercayaan diri, merasa hidup tidak berharga, tidak bermakna, merasa
jelek dan gagal dalam pencapaian tujuan baik yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung oleh individu.

B. Psikodinamika

1. Etiologi

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah dapat disebabkan karena kurangnya umpan balik positif,
perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan, ego yang belum berkembang, disfungsi
sistem keluarga dan kemiskinan ( Mary C Townsend, 1998 ).

2. Proses terjadinya masalah


Menurut Carpenito Lynda Juall Harga diri rendah dapat terjadi secara Situasional dan Kronik. Situasional
yaitu keadaan individu yang sebelumnya memiliki harga diri yang positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian misalnya harus operasi akibat kecelakaan,
dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan kerja dan perasaan malu karena sesuatu yang
dialaminya. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama, seperti klien yang
mengalami sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif, kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya, sehingga dapat menimbulkan respon yang
maladaptif.

Jika individu selalu berespon maladaptif dalam menghadapi masalah serta kurangnya dukungan dari
keluarga maka individu tersebut dapat mengarah pada Harga Diri Rendah yaitu individu selalu mengeluh
hidupnya tidak berharga, tidak bermakna tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek, merasa malu
terhadap dirinya, kontak mata kurang, dan tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain.

3. Komplikasi

Apabila masalah Harga Diri Rendah tidak ditangani segera, klien akan selalu tidak percaya dan selalu
mempunyai pikiran negatif baik pada diri sendiri maupun orang lain akibatnya klien akan cenderung
menyendiri dan mengisolasi diri dari lingkungan, aktifitas yang menurun dan sebagainya. Jika Isolasi
Sosial sudah mendominasi kehidupan klien, maka aktifitas klien hanya duduk sendiri, melamun sehingga
jika dibiarkan dalam kurun waktu yang panjang maka Isolasi Sosial dapat berlanjut menjadi
GangguanSensorik Persepsi : Halusinasi.

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri positif rendah identitas

( Stuart dan Sundeen, 1998 )

Keterangan :

1. Respon adaptif yaitu respon positif klien dalam menghadapi suatu masalah hingga dapat
menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan rentang respon diatas respon positif meliputi :

a. Aktualisasi diri, yaitu pernyataan diri yang positif secara nyata.

b. Konsep diri positif yaitu kepercayaan tentang diri apabila individu memiliki pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi dan meyadari hal-hal positif maupun negatif dalam dirinya.
2. Respon maladaptif, yaitu respon negatif klien dalam meghadapi suatu masalah tersebut.
Berdasarkan rentang respon diatas, respon maladaptif meliputi :

a. Harga diri rendah, yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri sehingga individu tersebut merasa
rendah diri dan tidak berarti. Dalam rentang respon, harga diri rendah berada transisi antara respon
konsep diri adaptif dan maladaptif. Prilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah diantaranya
mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, merasa bersalah, pandangan hidup psimis dan sebagainya.

b. Kerancuan identitas, yaitu identitas diri yang tidak pasti dalam memandang diri, penuh keraguan,
sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. Prilaku yang berhubungan
dengan kerancuan identitas diantaranya merasa hampa, cemas yang berlebihan, ketidakmampuan,
empati terhadap orang lain dan sebagainya.

c. Depersonalisasi, yaitu perasaan tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, panik dan tidak dapat membedakan diri sendiri, merasa terisolasi, merasa tidak aman,
takut, malu, kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain, merasa berada dalam mimpi, dan
sebagainya.

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan masalah klien ( Budi Anna Keliat, 2005 ). Data yang dikumpulkan
dalam pengkajian meliputi 5 aspek, yaitu, aspek fisik, aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial
dan aspek spritual.

Pengkajian keperawatan jiwa pada masalah keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah
meliputi :

a. Faktor Presdiposisi

Beberapa faktor pendukung terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart dan Sundeen,
1998) yaitu :

1). Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang tanggung jawab pribadi, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis.

2). Faktor yang mempengaruhi penampilan peran yaitu peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin,
pekerjaan dan budaya.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang lain, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan dalam struktusr sosial.

b. Faktor Presipitasi
Beberapa stressor pencetus perubahan dalam konsep diri seseorang ( Stuart dan Sundeen, 1998 ),
yaitu :

1). Trauma, seperti penganiayaan seksual / psikologis dan menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.

2). Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi karena peran tersebut bertentangan dengan hatinya.

Pada perjalanan kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang beragam. Transisi peran
yang sering terjadi yaitu transisi peran perkembangan, situasi, sehat dan sakit.

1). Transisi peran perkembangan yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu/ keluarga, norma – norma
budaya, nilai – nilai dan tekanan untuk menyesuaikan diri.

2). Transisi peran situasi, yaitu perubahan yang terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian.

3). Transisi peran sehat – sakit, yaitu perubahan akibat pergesaran dari keadaan sehat ke sakit, dapat
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, fungsi tubuh,
perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang dan prosedur medis atau keperawatan.

c. Manifestasi Klinis

Prilaku yang berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah didapatkan dari data
subjektif dan objektif ( Suliswati, 2005 ). Seperti mengkritik diri sendiri ataupun orang lain, merasa diri
tidak mampu dan tidak layak, merasa bersalah, mudah marah, dan tersinggung, perasaan negatif
terhadap dirinya sendiri, ketegangan peran, pandangan hidup psimis, keluhan fisik, pandangan hidup
bertentangan, penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri sendiri, menarik diri
secara sosial dan menarik diri secara realistis.

d. Mekanisme Koping

Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi pertahanan jangka
pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart dan Sundeen, 1998 )

1). Pertahanan Jangka Panjang

a). Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misalnya menonton televisi
terus menerus, bekerja keras.

b). Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut serta dalam aktivitas
kelompok sosial, keagamaan atau politik.
c). Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya ikut pertandingan olahraga
secara kompetitif, pencapaian akademik, kontes mendapatkan popularitas.

d). Aktivitas mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti
dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat.

2). Pertahanan Jangka Pendek

a). Penutupan identitas, yaitu cepat mengadopsi identitas yang disenangi orang-orang yang berarti
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.

b). Identitas negatif, yaitu penilaian negatif yang bertentanagn dengan nilai dan harapan masyarakat.

3). Pertahanan Ego

a). Fantasi, yaitu kemampuan menggunakan tanggapan – tanggapan yang dimiliki untuk menetapkan
tanggapan baru.

b). Disosiasi, yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus.

c). Isolasi, yaitu menarik diri dari interaksi dengan dunia luar.

d).. Projeksi, yaitu kelemahan diri sendiri dilontarkan pada orang lain.

e). Displacement, yaitu mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada orang yang kurang
mengancam atau kurang menimbulkan reaksi emosi.

e. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri rendah

Gangguan Citra Tubuh

( Sumber : Budi Anna Keliat, 2005 )

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pohon masalah diatas, didapatkan dua diagnosa keperawatan, yaitu ;

a. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

b. Isolasi Sosial

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap
tujuan khusus ( Budi Anna Keliat, 2005 ).

Perencanaan keperawatan terdiri dari tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan rencana tindakan
keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah sedangkan tujuan khusus pada
penyelesaian etiologi. Kriteria hasil terdiri komponen spesifik, measurable, actual, reality, time
( SMART ). Spesifik mengacu pada siapa yang mencapai kriteria hasil. measurable mengacu pada
penggunaan kata kerja yang dapat diukur atau dapat dilihat, didengar, diraba. Actual mengacu pada
ukuran kemajuan klien dalam mencapai hasil. Time mengacu pada target waktu atau periode waktu
untuk mencapai kriteria hasil. Perencanaan keperawatan jiwa disusun berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa, yaitu berupa tindakan konseling, pendidikan kesejahteraan perawatan mandiri atau
aktivitas hidup sehari-hari dan tindakan kolaborasi ( somatik dan psikofarmaka ). Berikut ini akan
dijelaskan mengenai perencanaan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yang
meliputi rencana tindakan keperawatan dan penatalaksanaan keperawatan.

1) Diagnosa Keperawatan 1 adalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Tujuan Umumnya : klien
memilih konsep diri yang positif. Tujuan khususnya pertama : klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat, dengan kriteria evaluasi : klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi. Rencana Tindakannya adalah bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik, yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri
dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

Tujuan khusus kedua : klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki, dengan
kriteria evaluasi : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yaitu : aspek
positif dan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan klien.
Rencana tindakannya adalah diskusikan dengan klien tentang : aspek positif yang dimiliki klien,
keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Bersama klien buat daftar tentang : aspek positif
klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Beri pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian negatif.

Tujuan khusus ketiga : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan, dengan
kriteria evaluasi : klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan. Rencana tidakannya adalah
diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan, diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.

Tujuan khusus keempat : klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
dengan kriteria Evalas : klien membuat rencana kegiatan harian. Rencana tindakannya adalah
rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien, meliputi :
kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan keluarga, tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien, beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

Tujuan khusus kelima : klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat, dengan
kriteria evaluasi : klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat. Rencana tindakannya adalah
anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, pantau kegiatan yang
dilaksanakan klien, beri pujian atas usaha yang dilakukan klien, diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.

Tujuam khusus keenam : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada, dengan kriteria
evaluasi : klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga. Rencana tindakannya adalah
beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah, bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

2) Prinsip Keperawatan pada pasien Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

Prinsip merawat untuk Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yaitu melihat diri sendiri sebagai
pribadi yang terpisah dari serangkaian nilai, kebutuhan, dan impian yang dimiliki misalnya jangan
mengukur harga diri berdasarkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tentang diri sendiri.
Melatih pikiran untuk menghargai diri sendiri menghentikan kebiasaan merendahkan diri sendiri,
menjadi diri yang sebenarnya menghentikan sikap menyalahkan diri sendiri. ( Malied, 2007 ).

Selain dari prinsip keperawatan yang di atas terdapat prinsip keperawatan yang lain yaitu salah satunya
terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu terapi modalitas atau terapi
aktivitas kelompok merupakan suatu terapi pada klien dengan gangguan jiwa dimana kelompok dibagi
sesuai kebutuhan dengan kebutuhan yaitu stimulasi persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita dan
sosialisasi. Terapi ini merupakan terapi yang memggunan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dan kehidupan untuk diskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus. Tujuan khususnya yaitu klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami . Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulusi nyata
sehari-hari, stimulasi nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang
mengakibatkan Harga Diri Rendah, khususnya bagi klien dengan Harga Diri Rendah Situasional,
aktivitasnya yaitu mempersepsikan stimulus nyata yang mengakibatkan Harga Diri Rendah. Aktivitas ini
dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi sesi pertama dengan aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat Harga Diri Rendah dan
aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup ( dirumah dan dirumah sakit ), dan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sesi kedua dengan aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan
dirumah sakit dan dirumah. Pada sesi pertama yaitu identifikasi hal positif diri, tujuannya adalah klien
dapat menilai hal positif yang dapat digunakan, memilih hal positif diri yang akan dilatih, melatih hal
positif pada diri yang telah dilatih, dan menjadwalkan kemampuan yang telah dilatih.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
yang tujuannya untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping ( Depkes, 2000 ).

Pelaksanaan tindakan keperawatan dengan rencana tindakan keperawatan sebelum melaksanakan


tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini. Selain itu perawat juga harus
menilai kondisi diri, apakah sudah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, technikal sesuai
dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan
dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Ada beberapa jenis tindakan keperawatan, yaitu independent, dependent dan kolaboratif/independent.

a. Independent

Tindakan pada klien tanpa petunjuk/survese dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe tindakan
independent, yaitu :

1). Tindakan diagnostik, meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemerikdsaan laboratorium
sederhana dan membaca hasil laboratorium.

2). Tindakan terapeutik, yaitu tindakan untuk mengurangi, mencegah dan mengatasi masalah klien.

3). Tindakan edukatif, yaitu tindakan dimana perawat melakukan pendidikan kesehatan pada klien
dengan tujuan untuk mengubah penilaian yang negatif mengenai kesehatan.

4). Tindakan merujuk, yaitu tindakan dimana perawat memiliki kemampuan mengambil keputusan
untuk berkejasama dengan tim kesehatan lainnya.

b. Dependent

Tindakan perawatan yang disertai instruksi tim kesehatan yang lainnya yang diimplementasikan dan
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan medis.

c. Interdependent / kolaboratif

Tindakan perawat yang dilakukan bersama denagn tim kesehatan lainnya, misalnya dokter, ahli gizi dan
sebagainya.

Berbagai tahapan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini perawat perlu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan : konsistensi sesuai dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip ilmiah
ditujukan kepada individu sesuai kondisi klien, digunakan untuk menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan penyuluhan dan pendidikan terhadap klien dan penggunaan saran dan
prasarana yang memadai.

1) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan

2) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul. Prosedur tindakan
keperawatan mungkin berakibat negatif pada klien, untuk itu perawat juga harus mengantisipasi jika
terjadi komplikasi pada klien sebelum melakukan tindakan keperawatan.

3) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

4) Mempersiapkan lingkunga yang kondusif sesuai tindakan yang dilakukan.

5) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko potensial tindakan.

b. Tahap Intervensi

Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk kebutuhan fisik dan emosional pendekatan tindakan keperawatan meliputi :

1) Independent merupakan tindakan perawat pada klien tanpa petunjuk perintah dokter atau tenaga
kesehatan lainnya.

2) Interdependent merupakan tinadakan keperawatan menjelaskan sesuatu tindakan keperawatan yang


merupakan suatu tindakan kerjasama dengan kesehatan lainnya. Misalnya dokter ahli gizi dan psioterapi

3) Dependent merupakan tindakan perawat berhubungan dengan pelaksanaan tindakan medis.

c. Tahap Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan pada pelaksanaan keperawatan dalam kasus, rencana
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan tahapan pelaksanaan dalam teori yaitu adanya tahapan
paersiapan antara lain mereview tindakan keperawatan menganalisa pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul,
menentukan dan mempersiapkan perakitan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang
konduktif, sesuai dengan tindakan yang dilakukan, mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap
resiko dari potensial tindakan.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien ( Budi Anna Keliat, 2005 ).

Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi keperawatan adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan. Sehingga perawat
dapat mengambil keputusan untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan atau meneruskan
rencana tindakan keperawatan.

a. Mengukur pencapaian tujuan klien

Ada tiga aspek yang ingin dicapai pada klien, yaitu :

1) Kognitif

Evaluasi kognitif yang dapat dikaji adalah pengetahuan klien mengenai penyakit, cara mengontrol gejala,
komplikasi, pengobatan dan pencegahan.

2) Afektif

Hasil penilaian dalam bentuk prilaku memberikan indikasi status emosi klien. Penilaian dapat dilakukan
dengan cara observasi secara langsung, ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan verbal pada
saat wawancara dan dnegan cara feedback dari staf kesehatan yang langsung untuk memvalidasi hasil
observasi keadaan klien.

3) Psikomotor

Evaluasi keadaan psikomotor dapat dilakukan dengan cara observasi langsung dengan melihat apa yang
dilakukan klien sesuai dengan hasil yang diharapkan.

b. Menentukan keputusan pada tahap evaluasi

Ada tiga kemungkinan keputusan pada tahap ini yaitu :

1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan, perawat mengkaji klien lebih dan mengevaluasi yang lain.

2) Klien masih dalam proses pencapaian hasil yang telah ditentukan, perawat menambahkan waktu dan
intervensi yang diperlukan sebelum mencapai tujuan.

3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan perawat harus mencoba mengidentifikasi alasan
mengapa keadaan atau masalah ini timbul dengan cara mengkaji ulang masalah atau respon, membuat
hasil yang baru yang lebih realistis dalam mencapai tujuan yang sebelumnya.

Evaluasi dapat dibagi 2 jenis, yaitu :

1. Evaluasi Proses ( formatif ) yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.

2. Evaluasi Hasil ( sumatif ), dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

Evaluasi keperawatan tindakan dengan empat pendekatan yaitu :

1. Subjektif : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
2. Objektif : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

3. Analisa : Analisa ulang terhadap data objektif dan subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah
tetap ada atau muncul masalah baru.

4. Perencanaan : Rencana tindak lanjut berdasarkan analisa respon klien.

Evaluasi klien untuk Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah yaitu :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang diniliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan.

4. Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat. .

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan Pertama. Jakarta : Trans
Info Media.

Karlina, Ina, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa (Dilengkapi Terapi Modalitas dan Standard
Operating Procedure (SOP)). Cetakan Pertama. Jakarta : NUHA MEDIKA Press.

Lestari, Widji, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan Pertama. Jakarta
: Trans Info Media.

Purwanto, Teguh, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta :
Graha Ilmu.

Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai