Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DAN


METABOLIK ENDOKRIN:
THYPOID DAN DM JUVENIL

Kelompok 1:
-Arvando Sinaga -Desi Siringoringo -Devi Sianturi
-Dian Silaban -Evita Saragi
DEFINISI

Demam tifoid adalah penyakit


menular yang bersifat akut
yang disebabkan oleh
Salmonella typhi.
ETIOLOGI

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah


S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan
S.paratyphi C.
PATOFISIOLOGI

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi


urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi
antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan.
Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
Manifestasi Klinis

Minggu ke- Minggu ke-


1 2
• Demam remiten
• Demam • Lidah tifoid
• Nyeri kepala • Pembesaran hati dan limpa
• Anoreksia • Perut kembung
• Mual dan muntah • Dan disertai gangguan kesadaran dari
• Diare ringan sampai berat.
• Konstipasi • Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi
• Serta suhu badan yang selaput kecoklatan yang tebal, di bagian
meningkat. ujung tepi tampak lebih kemerahan.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Darah Perifer


Lengkap
2. Pemeriksaan SGOT dan
SGPT
3. Pemeriksaan Uji Widal
PENCEGAHAN

Strategi pencegahan yang dipakai adalah


untuk selalu menyediakan makanan dan
minuman yang tidak terkontaminasi, higiene
perorangan terutama menyangkut kebersihan
tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik,
dan tersedianya air bersih sehari-hari.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum
Tatalaksana umum (suportif) merupakan hal yang
sangat penting dalam menangani demam tifoid selain
tatalaksana utama berupa pemberian antibiotik.
Pemberian rehidrasi oral ataupun parenteral,
penggunaan antipiretik, pemberian nutrisi yang
1. Tatalaksana umum adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi,
merupakan tatalaksana yang ikut memperbaiki
2. Tatalaksana antibiotik kualitas hidup seorang anak penderita demam tifoid.

Tatalaksana antibiotik
Pemilihan obat antibiotik lini pertama
pengobatan demam tifoid pada anak di negara
berkembang didasarkan pada faktor efikasi,
ketersediaan dan biaya. Berdasarkan ketiga
faktor tersebut, kloramfenikol masih menjadi
obat pilihan pertama pengobatan demam tifoid
pada anak, terutama di negara berkembang.
DISCHARGE PLANNING

• Penderita harus dapat • Berikan informasi tentang


diyakinkan cuci tangan kebutuhan melakukan aktivitas
dengan sabun setelah sesuai dengan tingkat
defekasi perkembangan dan kondisi fisik
• Mereka yang diketahui anak
sebagai karier dihindari • Jelaskan terapi yang diberikan:
untuk mengelola makanan dosis, dan efek samping
• Lalat perlu dicegah • Menjelaskan gejala-gejala
menghinggapi makanan dan kekambuhan penyakit dan hal
minuman. yang harus dilakukan untuk
• Penderita memerlukan mengatasi gejala tersebut
istirahat • Tekankan untuk melakukan
• Diet lunak yang tidak kontrol sesuai waktu yang
merangsang dan rendah ditentukan.
KOMPLIKASI

Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan


berat pada 1-10% penderita demam tifoid.
Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-
2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan
suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan
denyut jantung.
PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan
2. Kaji adanya gejala dan tanda
meningkatnya suhu tubuh terutama
pada malam hari, nyeri kepala,
lidah kotor, tidak nafsu makan,
epistaksis, penurunan kesadaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hipertermi berhubungan dengan


proses infeksi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan tidak ada
nafsu makan, mual, dan kembung

Risiko kurangnya volume cairan


berhubungan dengan kurangnya
intake cairan, dan peningkatan
suhu tubuh
INTERVENSI
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

-Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang


hipertermia
-Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
-Beri minum yang cukup
-Berikan kompres air biasa
-Lakukan tepid sponge (seka)
-Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
-Pemberian obat antipireksia
-Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
INTERVENSI

2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

• Menilai status nutrisi anak


• Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
• Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
• Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tetapi sering
• Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala
yang sama
• Mempertahankan kebersihan mulut anak
• Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
• Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan
melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
INTERVENSI

3. Mencegah kurangnya volume cairan

• Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam


• Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak
elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa
kering, bibir pecah-pecah
• Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
• Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
• Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water
Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
• Memberikan antibiotik sesuai program
DEFINISI

Diabetes militus (DM) merupakan suatu


kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
ETIOLOGI

1. Faktor Genetik
2. Faktor-faktor Imunologi
3. Faktor lingkungan
PATOFISIOLOGI

1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses
destruksi sel β-pankreas.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul. Pada periode ini sudah terjadi sekitar
90% kerusakan sel β-pankreas.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa
sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh
sendiri.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita
akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Manifestasi Klinis

• Kadar glukosa puasa tidak normal


• Hiperglikemia berat berakibat glukosurya yang akan menjadi
dieresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin
(Poliuria) dan timbul rasa haus (Polidipsia)
• Rasa lapar yang semakin besar (Polifagia), BB berkurang
• Lelah dan mengantuk
• Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, impotensi, peruritas vulva.
PENCEGAHAN

• Mempertahankan berat badan ideal. Jika anak memiliki berat badan berlebih,
maka upayakan untuk menguranginya sekitar 5-10% untuk mengurangi
risiko. Diet kalori dan rendah lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik
menurunkan berat badan dan mencegah DM tipe-2.
• Perbanyak makan buah dan sayur. Dengan mengonsumsi berbagai macam
buah dan sayur setiap hari, maka risiko DM tipe-2 dapat berkurang.
• Kurangi minum minuman manis dan bersoda.
• Aktif berolahraga. Upayakan untuk berolahraga setidaknya 30 menit dalam
sehari untuk mencapai berat badan ideal dan menekan tingginya risiko DM
tipe-2. Selain itu berolahraga juga bisa menurunkan kadar gula darah dan
meningkatkan kadar insulin.
• Batasi waktu penggunaan gadget
DISCHARGE PLANNING

• Kurangi konsumsi • Perbanyak konsumsi


makanan yang banyak makanan yang banyak
mengandung gula dan mengandung serat, seperti
karbohidrat sayuran dan sereal
• Jangan mengurangi • Hindari makanan tinggi
jadwal makan atau lemak dan mengandung
menunda waktu makan, banyak kolestrol, antara lain
karena hal ini akan : daging merah, produk
menyebabkan fluktuasi susu, kuning telur, mentega,
(ketidak stabilan ) kadar saus salad dan makanan
gula darah pencuci mulut berlemak
lainnya
KOMPLIKASI

• Hipoglikemia
• Hiperglikemia
• Penyakit jantung dan pembuluh darah
• Kerusakan saraf (neuropati).
• Kerusakan ginjal (nefropati)
• Kerusakan mata
CONTOH KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun berat badan saat ini 22 kg dibawa ke rumah
sakit oleh orangtuanya. Pada saat dikaji kesadaran anak apatis, turgor lambat
kembali, pada saat diraba daerah ekstremitas terasa dingin dan lembab, frekuensi
nadi 128x/m, frekuensi napas 30x/menit, anak tersebut menangis lemah. Riwayat
masuk rumah sakit; dibawa ke RS karena penurunan kesadaran, sebelumnya pasien
sering buang air kecil dan merasa haus, nafsu makan sebelum sakit baik, berat
badan sebelum sakit 24 kg, dan tidak ada riwayat sakit berat sebelumnya. Gula darah
puasa 300 mg/dl, Gula darah post pandrial: 573 mg/dl. Klien direncanakan akan
diperiksa kadar HbA1c. Orang tua pasien juga merasa sangat terpukul, bingung harus
bagaimana, dan khawatir dengan kondisi anaknya karena kata dokter penyakitnya
disebabkan karena gangguan fungsi pankreas dan membutuhkan pengobatan jangka
panjang. Bahkan kalau tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat bisa
mengancam keselamatan jiwa.
PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran, sering
kencing dan sering merasa haus
2. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
• Keadaan umum Pasien mengalami penurunan
kesadaran dan An. F tampak menangis lemah.
• Tanda Vital Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 128 kali/menit Pernafasan : 30
kali/menit Suhu : 37,5 °C
• Bentuk wajah simestris, pasien tampak
menangis lemah.
• Sklera berwarna putih kekuningan, konjungtiva
anemis, pupil isokor.
• Gigi berwarna putih kekuningkuningan
• Akral teraba dingin dan lembab, kekuatan otot
lemah dan turgornya tidak elastis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko infeksi berhubungan dengan


peningkatan kadar insulin

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan


dengan asidosis metabolik

Kekurangan volume cairan berhubungan


dengan hilangnya cairan sekunder dari
diuresis
INTERVENSI

1. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan


kadar insulin

• Berikan cairan oral dan parenteral sesua kebutuhan


• Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
tinggi kadar glukosa dan makanan tinggi lemak
• Instruksikan pasien atau orang tua untuk jangan menunda
waktu makan.
• Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diet makanan yang
sesuai dengan penyakit pasien.
INTERVENSI

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
perifer

• Monitor kulit sesering mungkin


• Tingkatkan intake cairan oral dan parenteral
• Berikan asupan nutrisi secara adekuat.
• Anjurkan pasien menghindari makanan yang
tinggi glukosa
INTERVENSI

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


asidosis metabolik

• Posisikan pasien dengan posisi semi fowler.


• Observasi adanya suara nafas tambahan
• Monitor tanda vital sesering mungkin.
• Pasang oksigen sesuai kebutuhan
INTERVENSI

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


hilangnya cairan sekunder dari diuresis

• Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi


• Observasi kulit sesering mungkin
• Observasi pengeluaran urine pasien
• Monitor tanda vital
• Tingkatkan intake cairan oral dan parenteral.

Anda mungkin juga menyukai