Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASIPENDENGARAN


DI WISMA BALADEWA RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh:
Akhmad Baequni Hadi, S.Kep
A31600861

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA BALADEWA RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh:
Akhmad Baequni Hadi, S.Kep
A31600861

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017

i
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Di Wisma Baladewa RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti mendapat kemudahan
dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua Mas’ud Ali Ahmad, S.Ag dan Siti Munsiyati, S.Pd,SD yang
senantiasa memberikan dukungan, segala do’a dan kasih sayang yang tiada
henti.
2. Kakakku yang taercinta Akhyan Munjazi Atabi AMK. dan adik – adikku Rizqi
Naeli Adkiya dan Aliatun Nazirah yang kusayangi.
3. Yang tersayang Arum Kusuma Wardani, S.Kep yang senantiasa menjadi
penyemangat dan senantiasa membantu penulis dalam suka maupun duka
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini tepat pada
waktunya.
4. Hj. Herniyatun, S. Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
5. Dr. Endang Widiyaswati, M.Kes, selaku direktur RSUD Prof. Dr. Soerojo
Magelang
6. Isma Yuniar, M.Kep selaku kaprodi SI keperawatan STIKes Muhammadiyah
Gombong
7. Dadi Santoso, M. Kep, selaku koordinator Program Profesi Ners STIKes
Muhammadiyah Gombong.
8. Tri Sumarsih, S. Kep., Ns, MNS, selaku pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan pengarahan.

vii
9. Kepala Ruang dan seluruh staf di Wisma Baladewa yang telah berkenan
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengambilan
data.
10. Teman-teman seperjuangan di Profesi Ners Angkatan 2016.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang telah diberikan
mendapat balasan sesuai dengan amal pengabdiannya dari Allah SWT. Tiada
gading yang tak retak, maka penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca dalam rangka perbaikan selanjutnya. Akhir kata
semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Gombong, 16 Agustus 2017

Penulis

viii
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
KTAN, 16 Agustus 2017

Akhmad Baequni Hadi1) Tri Sumarsih2)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA BALADEWA RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

ABSTRAK

Latar Belakang: Skizofrenia adalah gangguan mental jangka panjang dan berat,
skizofrenia diseluruh dunia diderita kira-kira 24 juta orang, setiap tahun, dan satu
juta orang melakukan bunuh diri dan dilaporkan dari 10-20 milyar kasus terdapat
usaha untuk bunuh diri, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak
ditemukan. Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi. Halusinasi
merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar),
asuhan keperawatan dilakukan untuk menurunkan tanda dan gejala halusinasi .
Tujuan: Untuk menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi di Wisma Baladewa RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Hasil: Masalah keperawatan utama pada pasien kelolaan yaitu dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi, tindakan keperawatan yang sudah dilakukan meliputi
mengajarkan cara kontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap cakap,
melakukan aktivitas, lima benar minum obat, evaluasi tindakan pada kelima
pasien selama 3x7 jam yaitu masalah halusinasi belum teratasi,dengan tanda dan
gejala pasien masih mendengar suara suara yang tidak ada wujudnya,pasien masih
terlihat tersenyum dan bicara sendiri
Rekomendasi: Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan
dari terapi istigfar sebagai inovasi tindakan menghardik perlu diterapkan dalam
pengelolaan pasien halusinasi.
Kata Kunci: Skizofrenia, Halusinasi, Strategi Pelaksanaan.

Daftar Pustaka (2007 – 2015)

.
1)
Mahasiswa Ners Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
2)
Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong

ix
NURSING STUDY PROGRAM
MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG
Scientific Paper, August 16, 2017

Akhmad Baequni Hadi1) Tri Sumarsih2)

ANALYSIS OF NURSING ASSURANCE IN SKIZOFRENIA PATIENTS


WITH INTERACTION DIFFERENCES HALUSINATION HYDLENCE
SENSORY IN WISMA BALADEWA RSJ PROF DR SOEROJO
MAGELANG

ABSTRACT

Background: Schizophrenia is a long-term and severe mental disorder,


schizophrenia around the world affects approximately 24 million people, every
year, and one million people commit suicide and reported from 10-20 billion
cases there are attempts to commit suicide, hallucinations are the most common
symptom Found. More than 90% of schizophrenic patients experience
hallucinations. Hallucinations are a disturbance of perceptions of the five senses
of a person in distinguishing internal stimuli (thoughts) and external stimuli (the
outside world), nursing care done to lower signs and symptoms hallucinations
Objective: To analyze the nursing care given to schizophrenic clients with
sensory hallucinatory perception disturbance at Wisma Baladewa RSJ Dr. Soerojo
Magelang.
Results: The main nursing problems in the underlying patient with sensory
hallucinatory perception disturbance, the nursing actions that have been done
include teaching how to control hallucinations by rebuking, conversing
proficiently, doing the activities, the five true medication, the evaluation of the
actions on the five patients for 3x7 hours ie the problem of hallucinations yet
Resolved, with signs and symptoms of the patient still hears a voice that does not
exist, the patient still looks smiling and talking to himself.
Recommendations: Nursing actions with the implementation strategy approach
of istigfar therapy as an innovative acts of rebuke need to be applied in the
management of hallucinatory patients.

Keywords: Schizophrenia, Hallucinations, Implementation Strategy.

Bibilography: (2007-2015)

1) Nurs college student Muhammadiyah health science institute of gombong


2)
Lecture Muhammadiyah health science institute of gombong

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan .......................................... 6
B. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori......................................... 17
BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS KELOLAAN ...............................23
A. Profil Lahan Praktik ......................................................................... 23
B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan .......................................... 24
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...........................................48
A. Analisis Karakteristik Pasien ........................................................... 48
B. Analisis Masalah Keperawatan ........................................................ 51
C. Analisis Intervensi ........................................................................... 53
D. Inovasi Tindakan Keperawatan ....................................................... 54
E. Keterbatasan Studi Kasus ................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................58
A. Kesimpulan ...................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association of South East Asia Nations


BHSP : Bina Hubungan Saling Percaya
PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosisi Gangguan Jiwa
RBD : Resiko Bunuh Diri
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RTA : Reality Testing Ability
SOP : Standar Operasional Prosedur
SP : Strategi Pelaksanaan
TAK : Terapi Aktivitas Kelompok
WHO : World Health Organization

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Pembimbing


Lampiran 2. Asuhan Keperawatan
Lampiran 3. Form Pengkajian Halusinasi
Lampiran 4. Hasil Pengkajian Halusinasi
Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur SP Halusinasi
Lampiran 6. Form Jadwal Kegiatan Harian
Lampiran 7. Strategi Pelaksanaan Halusinasi
Lampiran 8. Jurnal Penelitian Terkait

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) skizofrenia adalah
bentuk yang parah dari penyakit mental yang mempengaruhi sekitar 7 per
seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun.
Meskipun insiden rendah (3-10,000), prevalensinya tinggi disebabkan oleh
kronisitas. Skizofrenia diseluruh dunia diderita kira-kira 24 juta orang, setiap
tahun, satu juta orang melakukan bunuh diri dan dilaporkan dari 10-20 milyar
kasus terdapat usaha untuk bunuh diri. Lebih dari 50 % pasien skizofrenia tidak
mendapatkan penanganan. Sembilan puluh persen penderita skizofrenia berada
di negara berkembang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 di Indonesia gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia)
prevalensinya 0,17 %. Daerah paling banyak pasien gangguan jiwa di
Indonesia adalah Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh yang mencapai
0,27 % (Kemenkes, 2013).
Skizofrenia adalah gangguan mental jangka panjang dan berat, yang
ditandai dengan persepsi psikosis-terdistorsi dari dunia nyata. Orang yang
didiagnosis menderita skizofrenia mengalami delusi, halusinasi, bicara tidak
teratur, kurangnya emosi, ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, dan kesulitan yang signifikan dalam menyelesaikan sekolah, memegang
pekerjaan, atau hidup secara mandiri. Gangguan ini paling mungkin muncul
selama masa remaja atau dewasa awal. Skizofrenia masih belum sepenuhnya
dipahami oleh para profesional kesehatan mental atau peneliti medis (Frey,
2009). Gejala yang ada paling sering terjadi pada klien dengan skizofrenia
adalah halusinasi, dimana sekitar 70 % klien dengan skizofrenia mengalami
gejala halusinasi. Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan (Mamnu’ah, 2010).

1
2

Klien skizofrenia dengan gejala halusinasi akan mempersepsikan sesuatu


yang sebenarnya tidak terjadi. Sesuatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayalan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra stimulus ekstern, bisa dikatakan persepsi yang palsu (Maramis,
2010). Banyaknya jumlah penderita skizofrenia, Jawa tengah merupakan salah
satu propinsi yang menempati urutan ke lima terbanyak. Berdasarkan data
Riskesdas (2013), prevalensi skizofrenia di Jawa Tengah yaitu 0.23% dari
jumlah penduduk melebihi angka nasional 0.17% . Jumlah kunjungan
gangguan jiwa tahun 2016 di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Jawa
Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang
mencapai 198.387 kunjungan. Kunjungan terbanyak yaitu di rumah sakit
sebanyak 138.399 kunjungan (61,62%) (Dinas Kesehatan/ Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2016). Dilihat dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa,
skizofrenia mulai muncul sekitar usia 15-35 tahun. Gejala-gejala yang serius
dan pola perjalanan penyakit yang kronis berakibat disabilitas pada penderita
skizofrenia. Gejala skizofrenia dapat di bagi menjadi dua yaitu gejala negatif
dan gejala positif. Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan
dorongan atau kehendak. Sedangkan gejala positif yaitu halusinasi, waham,
pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2009).
Halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Lebih dari
90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan
terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar), dimana
klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep,
2013). Menurut Thomas (2007), penyebab halusinasi pendengaran secara
spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
faktor biologis, psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah
stress lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang
mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Dalam kondisi ini
pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
3

(homicide), dan bahkan merusak lingkungan disekitarnya. Untuk memperkecil


dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat
(Hawari 2009)
Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara
langsung dan asuhan keperawatan tidak langsung yang berkualitas untuk
membantu pasien beradaptasi terhadap stress yang dialami dan bersifat
terapeutik (Dalami, 2010). Perawat jiwa dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu perangkat instruksi atau
langkah-langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini bertujuan agar
penyelenggaraan pelayanan keperawatan memenuhi standar pelayanan.
Langkah-langkah kegiatan tersebut berupa Standar Operasional Prosedur
(SOP). Tujuan umum SOP adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan
keperawatan dalam mencapai tujuan yang lebih efisien dan efektif sehingga
konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku (Depkes RI, 2010).
Salah satu jenis SOP yang digunakan adalah SOP tentang Strategi
Pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien. Penelitian Muharyati
(2012) tentang pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan
Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi menunjukkan terapi individu generalis dengan pendekatan strategi
pelaksanaan komunikasi efektif dalam menurunkan frekuensi halusinasi pada
pasien halusinasi di RSJ H.B Saanin Padang. Penelitian Sari (2016) tentang
upaya penurunan frekuensi halusinasi penglihatan dengan komunikasi
terapeutik juga menunjukkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam pasien mampu melaksanakan strategi pelaksanaan 1 sampai 4 pasien
dengan melakukan komunikasi terapeutik dan dapat mengontrol halusinasi.
SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan
keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah
pasien yang mengalami masalah utama halusinasi (Fitri, 2012)
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang adalah Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan
4

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan


Kementerian Kesehatan. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
merupakan pusat rujukan nasional di bidang kesehatan jiwa dan satu satunya
rumah sakit tipe A di jawa tengah yang bergerak dalam bidang kesehatan jiwa.
Wisma Baladewa merupakan wisma kelas I di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Soerojo Magelang yang terdiri dari 20 bed dan terdapat 12 perawat. Wisma
Baladewa terletak di sebelah barat lapangan tenis, sebelah utara wisma
Puntadewa, sebelah selatan wisma Drupada dan sebelah timur pendopo.
Berdasarkan studi kasus pada bulan Januari-Februari di Wisma Baladewa
jumlah pasien halusinasi berjumlah 20 pasien. Perawat terdiri dari 12 orang.
perawat yang bertugas belum melakukan strategi pelaksanaan secara rutin
untuk pasien halusinasi, pemberian asuhan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan menurunkan
tanda dan gejala halusinasi, sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan
analisis asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran di Wisma Baladewa RSJ Prof DR Soerojo
Magelang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini untuk menganalisis
asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran di Wisma Baladewa RSJ Prof DR Soerojo
Magelang.
2. Tujuan Khusus
Memaparkan hasil pengkajian pada pasien skizofrenia dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di Wisma Baladewa RSJ
Prof DR Soerojo Magelang.
a. Memaparkan hasil analisa data dan keperawatan pada pasien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
5

b. Memaparkan hasil diagnosa pada pasien skizofrenia dengan gangguan


persepsi sensori halusinasi pendengaran
c. Memaparkan perencanaan keperawatan yang dilakukan pada pasien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
d. Memaparkan implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
e. Memaparkan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
f. Memaparkan hasil inovasi tindakan pada pasien skizofrenia dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Praktek Keperawatan
Memberikan masukan kepada perawat tentang setrategi
pelaksanaan pada pasien halusinasi di Wisma Baladewa RSJ Prof DR
Soerojo Magelang
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dapat memberikan penambahan pengetahuan dan acuan
bagi ilmu keperawatan tentang pelaksanaaan pendekatan setrategi
pelaksanaan pada pasien halusinasi di Wisma Baladewa RSJ Prof DR
Soerojo Magelang
DAFTAR PUSTAKA

Creek. (2010). Comprehensive Textbook of Psychiatry. Seventh Edition. New


York : Williams & Wilkins.

Dalami E. (2010). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Trans info Media
.
David A. (2014). Premorbid adjustment and personality in people with
schizophrenia. The British Journal of Psychiatry 172: 308-313.

Depkes RI. (2010). Standar Operasional Prosedur Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dhunaedi & Yitnarmuti. (2008). Psikoterapi Gangguan Jiwa. Jakarta : PT. Buana
Ilmu Populer.

Dirja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Fitri. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Hawari D. (2009). Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. FKUI.
Jakarta.

Husain.(2008).Gangguan Kesehatan Jiwa. Diperoleh tanggal 5September 2010


darihttp://www.Litbang.depkes..go.id/PublikasiBPPK/Triwulan2/ganggu
anjiwa.htm

Iskandar. (2007). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi


Modifikasi terhadap Pengendalian Halusinasi Dengar pada Klien
Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya.
Tidak dipublikasikan.

Jannah, Intasari. (2012). Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko


Kekerasan Diarahkan Pada Orang Lain dan Gangguan Persepsi
Sensori. Moco Medika : Yogyakarta.

Keliat.(2010). Model Praktek keperawatan profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Maramis. W. F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. EGC : Jakarta.


Notoatmojo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Noviandi. (2008). Deskripsi Perubahan Kemampuan Mengontrol Halusinasi


Pada Klien Dengan Terapi Individu di Ruang MPKP RSJ Magelang.

Prabowo. (2014). Pengaruh Family Psychoeduction terhadap Beban dan


Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien dengan Halusinasi di
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jakarta : Tesis. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesi. Tidak Dipublikasikan.

Purba, dkk. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit
Jiwa Tampan Provinsi Riau. Skripsi PSIK UNRI. Tidak dipublikasikan.

Rasmun. (2009). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan


Keluarga. Jakarta : CV Sagung Seto.

Riskesdas. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 20


Desember 2013.

Rosmarin D et al. (2013). Religious Coping among psychotic patient : Relevance


to suicidality and treatment outcomes. Psychiatry Research, 201, 182 –
187.
Shah R. et al. (2011). Relationship Between Spirituality / Religiousness and
Coping In Patient With Residual Schizophrenia. Quality Of Life
Research, 20 (&), 1053 – 6.

Smith S. dan Suto, M. J. (2012). Religious And / Or Spiritual Practices :


Extending Spiritual Freedom To People With Schizophrenia. Canada
Journal Occupational Therapy, 79 (2), 77 – 85.

Stuart Gail W. (2007). Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Thomas. (2007). Psychiatric Mental Health Nursing Conseps Of Care.


Philadelpia : Davis Company.

Videbeck, Sheila, L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

WHO. (2016). The World Health Report: mental health.


www.who.int/mental_health. Diperoleh tanggal 31 Maret 2016.

Yosep. (2013). Keperawatan Jiwa : Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama.


Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

HASIL PENGKAJIAN HALUSINASI

Pasien 1

No Data Ya Tidak
1 DS :
1. Pasien mengatakan mendengar suara – suara √
yang tidak ada wujudnya
2. Pasien mengatakan suara – suara itu datang √
saat klien sendiri
3. Pasien mengatakan suara itu datang 5x dalam √
sehari
4. Pasien mengatakan suara itu menyuruh klien √
melakukan sesuatu (mengamuk)
5. Pasien mengatakan jika suara itu muncul √
hanya berdiam diri

Do :
1. Pasien terlihat tersenyum sendiri √
2. Pasien tampak bicara sendiri √
3. Pasien tampak susah berkonsentrasi √

Pasien 2

No Data Ya Tidak
1 DS :
1. Pasien mengatakan mendengar suara – suara √
yang tidak ada wujudnya
2. Pasien mengatakan suara – suara itu datang √
saat klien sendiri
3. Pasien mengatakan suara itu datang 1x dalam √
sehari
4. Pasien mengatakan suara itu menyuruh klien √
melakukan sesuatu (marah – marah)
5. Pasien mengatakan jika suara itu muncul √
hanya berdiam diri

Do :
1. Pasien terlihat tersenyum sendiri √
2. Pasien tampak bicara sendiri √
3. Pasien tampak sering menyendiri √
4. Pasien tampak susah berkonsentrasi √
Pasien 3

No Data Ya Tidak
1 DS :
1. Pasien mengatakan mendengar suara – suara √
yang tidak ada wujudnya
2. Pasien mengatakan suara – suara itu datang √
saat klien sendiri
3. Pasien mengatakan suara itu datang 1x dalam √
sehari
4. Pasien mengatakan suara itu menyuruh klien √
melakukan sesuatu (marah – marah)
5. Pasien mengatakan jika suara itu muncul √
hanya berdiam diri

Do :
1. Pasien tampak susah konsentrasi √
2. Pasien tampak tersenyum sendiri √
3. Pasien tampak bicara sendiri √
4. Kontak mata mudah beralih √

Pasien 4

No Data Ya Tidak
1 DS :
1. Pasien mengatakan mendengar suara – suara √
yang tidak ada wujudnya
2. Pasien mengatakan suara – suara itu datang √
saat klien sendiri kadang ditempat ramai
3. Pasien mengatakan suara itu datang 2x dalam √
sehari
4. Pasien mengatakan suara itu menyuruh klien √
melakukan sesuatu (mengamuk)
5. Pasien mengatakan hanya merokok jika suara √
– suara itu datang

Do :
1. Pasien terlihat tersenyum sendiri √
2. Pasien tampak bicara sendiri √
3. Pasien tampak susah berkonsentrasi √
Pasien 5

No Data Ya Tidak
1 DS :
1. Pasien mengatakan mendengar suara – suara √
yang tidak ada wujudnya
2. Pasien mengatakan suara – suara itu datang √
saat klien sendiri
3. Pasien mengatakan suara itu datang 3x dalam √
sehari
4. Pasien mengatakan suara itu menyuruh klien √
melakukan sesuatu (marah marah)
5. Pasien mengatakan jika suara itu muncul √
hanya berdiam diri

Do :
1. Pasien terlihat tersenyum sendiri √
2. Pasien tampak bicara sendiri √
3. Pasien tampak susah berkonsentrasi √
Lampiran 4

HASIL PENGKAJIAN HALUSINASI

Tanda dan Gejala YA TIDAK


Data Subyektif : pasien mengatakan:
1. Mendengar suara suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap cakap
3. Mendengar suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
4. Melihat bayangan, sianar, bentuk geometris, bentuk
kartun, melihat hantu atau monster
5. Mencium bau bauan seperti bau darah, urine, feses,
kadang kadang bau itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah urin atau feses
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengtakan sering mendengar sesuatu pada waktu
tertentu saat sedang sendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi halusinasi
Data Obyektif :
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah marah tanpa sebab
3. Memalingkan muka kearah telinga seperti
mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuknunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau
bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk garuk permukaan kulit
Lampiran 5

INTERAKSI MENDISKUSIKAN CARA KONTROL


HALUSINASI DENGAN MENGHARDIK PADA PASIEN
HALUSINASI
SP I HALUSINASI
Nomer dokumen Nomer revisi Halaman
IK-UPT-KES-JIWA/00/002/024 01 1 dari 2

PENGERTIAN Suatu petunjuk yang harus dilakukan jika akan melakukan


Komunikasi dengan pasien halusinasi untuk mendiskusikan
cara kontrol halusinasi dengan menghardik dan SP I pasien
halusinasi
TUJUAN 1. Menstandarkan cara melakukan interaksi dengan
halusinasi TUK/SP I
2. Supaya prosedur dilakukan dengan baik
3. supaya TUK dan SP I pada pasien halusinasi tercapai
KEBIJAKAN ISO 9001 : 2000
PETUGAS 1. Dosen Pengajar.
2. Petugas piket laboratorium.
PERALATAN Alat tulis
kertas
PROSEDUR A. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan.
a. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama
pasien.
b. Memanggil nama panggilan yang di sukai
c. Menyampaikan tujuan Interaksi (untuk
membantu mengatasi masalah)
2. Melakukan evaluasi dan validasi data:
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini.
b. Memvalidasi/evaluasi/mengklarifikasi masalah
klien
3. Melakukan kontrak
a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan
b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan
c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di
bicarakan
B. Fase kerja
1. Mendiskusikan dengan pasien tentang :
a. Jenis halusinasi
b. Isi halusinasi
c. Waktu munculnya halusinasi.
d. Frekuensi halusinasi
e. Situasi yang mempengaruhi munculnya halusinasi
f. Respon terhadap halusinasi
2. Menjelaskan cara menghardik.
3. Melatih pasien cara menghardik
4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
5. Memberikan reinforcement positif

C. Fase terminasi
1. evaluasi subyektif
menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
2. evaluasi obyektif
meminta klien untuk menjelaskan kembali inti
pembicaraan yang telah di lakukan
3. Rencana tindak lanjut
Meminta klien untuk mengingat hal-hal tentang yang
belum di sebutkan dan meminta klien untuk
menerapkan cara yang di ajarkan.
4. kontrak yang akan datang
a. Menyepakati topik yang akan di bicarakan
b. Menyepakati tempat yang akan di bicarakan
c. Menyepakati lamanya waktu yang akan di
bicarakan

D.S ikap Terapeutik


1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata
2. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan
rileks.
3. Mempertahankan jarak terapeutik.

E. Tehnik Komunikasi
1. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti.
2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat.
Dokumen terkait Keliat, B, A., 1996, Hubungan Terapeutik Perawat – Klien,
EGC, Jakarta
Keliat B.A,Dkk.1997.Proses Keperawatan Jiwa Ed
I.EGC.Jakarta
Nurjanah, I.,2005. Komunikasi Keperawatan : Dasar – Dasar
Komunikasi Bagi Perawat, Mecomedika ,Yogyakarta
Lampiran 6

FORM JADWAL KEGIATAN HARIAN

KETERANGAN
NO WAKTU KEGIATAN
M B T

Keterangan :
M : Mandiri
B : Bantuan
T : Tidak melakukan
Lampiran 7

STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

Kondisi klien:

- Klien sering menyendiri di kamar


- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan
isinya tidak jelas

Diagnosa keperawatan:

Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar b.d menarik diri

Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat


2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

I. FASE ORIENTASI
- SALAM TERAPEUTIK
“Selamat pagi, kenalkan nama saya Akhmad Baequni, senang dipanggil
Akhmad. Nama mas siapa? Mas senang dipangil siapa?

- EVALUASI DATA
“Bagaimana keadaan mas hari ini?”

- KONTRAK
“Wah, senang ya bisa berkenalan dengan mas, hari ini kita akan bincang-
bincang untuk lebih saling mengenal, waktunya hanya 15 menit saja,
nggak lama kan? Dimana kita bicara, mas yang pilih tempat? Bagaimana
kalau duduk di kursi belakang? Mas maukan?”
II. FASE KERJA
- “ Bagaimana perasaan dan keadaaan mas hari ini?
- “ Apakah ada yang dikeluhkan atau perlu ditanyakan sebelum kita mulai
berbincang-bincang?’
- Mas nggak usah khawatir, karena kita berada ditempat yang aman. Saya
da teman-teman perawat disini akan selalu menjadi teman dan membantu,
saya siap menemani mas.”
- Mas tahu, sekarang berada dimana? Kira-kira menurut mas, mengapa mas
dibawa kesini?
- Jadi mas dibawa kesini karena….. Mengapa mas sering….. Apakah mas
mendengar suara-suara?
- Ya, saya bisa mengerti dengan keyakinan mas,’
- Kapan atau saat apa biasanya suara-suara tersebut muncul dan seberapa
sering?
- Apa yang mas rasakan saat mendengar suara-suara itu?
- Apa yang mas lakukan saat suara-suara tersebut muncul?mengapa? apakah
dengan cara itu suara-suara yang mas dengar dapat berkuarang?
- “Saya punya berbagai alternatif untuk mengendalikan suara-suara yang
mas dengar: pertama: kalau mas…. mulai mendengar suara-suara itu
langsung mas…. katakan dalam hati.. Saya tidak mau dengar…
pergi..!pergi..! Coba ulangi seperti yang saya ucapkan tadi! Bagus! Cara
kedua: Mas…. langsung pergi ke perawat/keluarga. Katakan kepada
perawat/keluarga bahwa Mas … mendengar suara-suara. Perawat/keluarga
akan mengajak ngobrol sehingga suara itu akan hilang dengan sendirinya.
Cara yang ketiga adalah dengan menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan yang bermanfaat, jangan biarkan waktu luang untuk
melamun/bengong. Cara yang keempat adalah dengan minum obat secara
teratur. Dari cara-cara tersebut mana yang mas…. pilih?bagus!
III. FASE TERMINASI
- EVALUASI
a. Evaluasi subyektif: Sementara itu dulu yang kita bicarakan hari ini. Saya
sangat senang dan menghargai karena mas sudah mau diajak
berbincang-bincang. Bagaimana perasaan Mas… setelah berbincang-
bincang?
b.Evaluasi obyektif: Jadi Mas A dibawa kesini karena…., hal tersebut
dilakukan karena mas…. sering mendengar suara-suara dan A
merasa…… Suara itu muncul pada saat… Dalam sehari sebanyak… dan
yang mas lakukan adalah …. Sedangkan tadi sudah dijelaskan tentang
cara untuk menghilangkan suara-suara tersebut yaitu: menghardik,
berbincang-bincang dengan orang lain, mengisi waktu luang untuk
aktifitas, dan minum obat secara teratur
- TINDAK LANJUT
Kalau mas… mendengar suara-suara lagi langsung mas…. coba cara yang
mas pilih tadi.

- KONTRAK
a. Besok kita ketemu lagi ya mas, dan kita akan mendiskusikan obat-obat
yang mas minum untuk mengatasi suara-suara yang mas dengar?
Dimana? Jam berapa?
b. Baiklah, saya pamit dulu, terima kasih sampai ketemu besok.

Anda mungkin juga menyukai